• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Simulasi Termal Pada Transmisi Daihatsu Taft Hiline Dengan Fea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Simulasi Termal Pada Transmisi Daihatsu Taft Hiline Dengan Fea"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Objek Penelitian

Pada subbab ini akan dibahas tentang objek penelitian yang akan diteliti. Objek yang diteliti adalah gearbox pada mobil Daihatsu Taft. Menurut sumber wikipedia, Daihatsu Taft adalah kendaraan berpenggerak 4 roda yang diproduksi oleh Daihatsu pada tahun 1974 sampai 2007. Di beberapa negara, Taft juga dikenal dengan Wildcat atau Scat atau Daihatsu Rugger. Generasi pertama Taft berkode F10 diluncurkan pada tahun 1974. F10 menggunakan mesin bensin 1.0 L (958 cc) dan transmisi 4 percepatan dengan transfer case 2 mode. Di Indonesia, Taft F10 diperkenalkan pertama kali pada tahun 1976. Pada tahun 1977, F10 digantikan oleh seri F20 yang menggunakan mesin bensin 12R 1.6 L (1587 cc). Selain itu, Taft berkodeF50 dengan mesin diesel DG 2.5 L juga diluncurkan. Pada tahun 1985, Taft F50 digantikan oleh seri F70 dengan mesin diesel berkode DL41 2.8L (2765 cc).

2.1.1 Daihatsu taft F10

Taft pertama kali diluncurkan pada tahun 1974 dan memiliki kode F10. Taft F10 dibekali dengan mesin bensin 4 segaris 1.0L (958cc) karburator bertenaga 57 hp (42,5 kW, 58 PS)@ 5500 rpm dengan torsi 78,5 Nm / 58 ft-lb @ 4000 rpm. Penggeraknya menggunakan transmisi manual 4 percepatan dibekali transfer case dual-range. Akselerasi 0-100 km/jam adalah berkisar 37,9 detik. Taft F10 masuk ke Indonesia pada tahun 1976 dan berakhir pada tahun 1979. Pada tahun 1977, Daihatsu membekali Taft dengan mesin baru bensin 4 segaris karburator 1.6L (1587 cc) bertenaga 79 hp(59 kW, 80 PS)@ 5200 rpm dengan torsi 123 Nm / 91 ft-lb @ 3000 rpm. Taft ini memiliki kode F20. Akselerasi 0-100 km/jam untuk F20 adalah berkisar 19,6 detik. Taft F20 tidak dimasukkan ke pasar Indonesia.

2.1.2 Daihatsu taft F50

(2)

injection DG 2.5L (2530 cc) yang sanggup mengeluarkan tenaga 74 hp (55 kW, 75 PS)@ 3600 rpm dan torsi 172 Nm / 127 ft-lb @ 2200 rpm.

2.1.3 Daihatsu F70( taft hiline)

Taft F70 diluncurkan oleh Daihatsu di Indonesia pada tahun 1985, populer dengan nama Taft GT. F70 merupakan model terlama yang dipasarkan oleh Daihatsu di Indonesia. Tampil dengan desain dan mesin baru, F70 menggunakan mesin diesel yang lebih besar dan bertenaga daripada sebelumnya dengan kode DL41 2.8L (2765 cc) berteknologi indirect injection. Tenaga maksimumnya 72 hp (53,5 kW, 73 ps) @ 3600 rpm dan torsi maksimumnya 170 Nm / 125 ft-lb @ 2200 rpm. Mesin ini menggunakan timing gear sebagai penggerak katupnya dengan pompa injeksi in-line. Semua Taft F70 yang beredar menggunakan penggerak 4 roda.

Selain Taft F70, Di Indonesia Daihatsu juga meluncurkan Taft F69 yang disebut Hiline yang diperkenalkan pada tahun 1986. Model yang diperkenalkan saat itu memiliki variasi dimensi, dari sumbu-roda pendek (Hiline GTS, short-wheelbase), sumbu-roda menengah (Hiline GTX, medium-wheelbase), sampai sumbu-roda panjang (Hiline GTL, long-wheelbase). Hiline GTS memiliki dimensi dan mesin sama dengan F70, hanya saja F69 hanya berpenggerak roda belakang, sedangkan F70 berpenggerak 4 roda. Hiline GTX, yang beredar pada tahun 1986-1988, merupakan cikal bakal F75 Rocky. Sedangkan Hiline GTL memiliki sumbu roda terpanjang, umum digunakan sebagai kendaraan angkutan. Pada umumnya, semua F69 berpenggerak roda belakang saja, namun ada beberapa Hiline GTL berpenggerak 4 roda yang merupakan pesanan khusus.

(3)

Berikut ini akan dijabarkan spessifikasi dari Daihatsu Taft Hiline GTL yang dapat dilihat pada tabel 2.1, yaitu:

Tabel 2.1 Spesifikasi Daihatsu Taft Hiline GTL

Panjang 4580 mm

Lebar 1580 mm

Tinggi 1840 mm

Jarak Roda 2800 mm

Tread (depan / belakang) 1320 / 1300 mm

Ground Clearance 210 mm

Berat (Kosong) 1490 kg; (Total) 2570 kg

Mesin diesel; 4 silinder; 4 langkah;

berpendingin air

Kapasitas 2765 cc

Diameter x langkah 92 x 104 mm

Tenaga Maksimum 74 PS / 55 kW - 3600 rpm

Torsi Maksimum 17,5 kgm/172 Nm - 2200 rpm

Rasio Kompresi 21,5 : 1

Kopling single plate; dry clutch; diafragma

dikontrol secara mekanis absorber double action; stabilizer lateral control rod

Kemudi Power-streering; ball-nut (24-28)

Radius putar 6,4 m

Ban (Depan-Belakang) H78/235-SR70

Kapasitas tangki 60 liter

Sumber: PT. Astra Daihatsu Indonesia 2.1.4 Daihatsu taft F73/F78

(4)

Independent karena telah memakai suspensi independen (Independent front suspension) untuk roda depan dan gardan solid dengan per keong untuk roda belakang. Untuk mesinnya, tetap menggunakan mesin diesel DL42 2.8L (2765 cc) dengan transmisi manual 5 percepatan. Selain F73, Daihatsu juga meluncurkan Rocky generasi terbaru yang diberi kode F78. Pembaharuan yang dilakukan sama dengan F73, yang membedakan keduanya hanyalah sumbu rodanya saja. Taft F73 dan F78 diproduksi di Indonesia hingga tahun 2007.

2.2 Transmisi

Menurut Novriza (2012) transmisi adalah kombinasi dari gigi yang digunakan untuk mengirimkan energi melalui bagian yang berbeda dari kendaraan. Dan juga berfungsi seperti meningkatkan torsi sekaligus mengurangi kecepatan. Gearbox atau transmisi adalah salah satu komponen utama motor yang disebut sebagai sistem pemindah tenaga, transmisi berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar spindel mesin maupun melakukan gerakan feeding.

Jika putaran mesin dihubungkan secara langsung dengan roda – roda penggerak, mesin tidak bisa mengembangkan momen putar saat start. Karena untuk start dibutuhkan momen kerja yang besar. Transmisi berfungsi memindahkan tenaga gerak mesin ke roda dan mengatur besar kecepatan sudut putaran agar sesuai kebutuhan. Transmisi mengatur variasi perbandingan antara kecepatan dan torsi. Fungsi transmisi pada kendaraan adalah :

1. Mengatur kecepatan sesuai dengan beban dan kondisi jalan.

2. Merubah arah putaran roda. Sehingga kendaraan dapat maju dan mundur. 3. Memutuskan dan menghubungkan putaran, sehingga kendaraan dapat berhenti

(5)

Gambar 2.2 Transmisi 2.2.1 Komponen- komponen transmisi

Berikut ini akan diuraikan komponen- komponen dari gearbox yang dapat dilihat pada tabel 2.2, yaitu:

Tabel 2.2 Komponen Transmisi No Komponen Fungsi 1 Poros input

transmisi

Sebuah poros dioperasikan dengan kopling yang memutar gigi di dalam gearbox

2 Gigi transmisi Untuk mengubah output gaya torsi yang meninggalkan transmisi

3 Gigi penyesuai Komponen yang memungkinkan pemindahan gigi pada saat mesin bekerja/ hidup

4 Garpu pemindah

Batang untuk memindah gigi atau syncroniser pada porosnya sehingga memungkinkan gigi untuk dipasang/ dipindah

5 Tuas

penghubung

Batang/tuas yang menghubungkan tuas persneling dengan shift fork.

6 Tuas pemindah presnelling

Tuas yang memungkinkan sopir memindah gigi transmisi.

7 Bak transmisi Sebagai dudukan bearing transmisi dan poros-poros serta sebagai wadah oli/minyak transmisi

(6)

9 Bantalan/laker Mengurangi gesekan antara permukaan benda yang berputar di dalam sistem transmisi

10 Pemanjangan bak

Melingkupi poros output transmisi dan menahan seal oli belakang. Juga menyokong poros output.

11 Gigi Konter Sebagai penghasil torsi dari gigi input ke gigi kecepatan 12 Gigi

speedometer

Sebagai penggerak kabel mengukur rpm kecepatan kendaraan.

2.2.2 Prinsip kerja transmisi

Putaran dari motor diteruskan ke input shaft (poros input) melalui hubungan antara clutch/ kopling, kemudian putaran diteruskan ke main shaft (poros utama), torsi/ momen yang ada di main shaft diteruskan ke spindel mesin, karena adanya perbedaan rasio dan bentuk dari gigi-gigi tersebut sehingga rpm atau putaran spindel yang di keluarkan berbeda, tergantung dari rpm yang diinginkan.

2.3 Perpindahan Panas

Menurut Holman (1981) bila dalam suatu sistem terdapat gradient suhu, atau bila dua sistem yang suhunya berbeda disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Proses dengan mana perpindahan energi itu berlangsung disebut sebagai perpindahan panas. Apa yang ada dalam perpindahan, yang disebut panas (heat), tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, tetapi pengaruhnya dapat diamati dan diukur. Aliran panas, seperti halnya pelaksanaan kerja adalah suatu proses dengan mana energi dalam suatu sistem berubah.

Perpindahan panas teknik. Dari titik pandang perekayasaan (engineering), masalah kunci adalah penentuan laju perpindahan panas pada beda suhu yang ditentukan. Untuk menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan, harus diadakan analisa perpindahan panas yang terperinci. Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang perekayasaan lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan fenomena fisik secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa asumsi. Contoh dalam perhitungan rangkaian listrik,

(7)

misalnya, biasanya diasumsikan bahwa nilai tahanan, kapasitansi, dan induktansi tidak tergantung pada arus yang mengalir melaluinya. Asumsi ini menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal – hal tertentu dapat sangat membatasi ketelitian hasilnya.

Bilamana diperlukan untuk membuat asumsi atau pengiraan dalam penyelesaian suatu soal, maka perekayasaan harus mengandalkan akal dan pengalamannya di masa lampau. Tidak ada panduan sederhana bagi soal yang baru dan belum pernah dijamah, dan suatu asumsi yang benar bagi sebuah soal mungkin menyesatkan dalam soal yang lain. Namun pengalaman menunjukkan, bahwa syarat pertama dan utama untuk membuat asumsi atau pengiraan perekayasaan yang baik adalah pengertian fisik yang menyeluruh dan mendalam terhadap soal yang dihadapi. Di bidang perpindahan panas hal ini memerlukan tidak hanya hukum – hukum dan mekanisme fisik dari aliran panas, tetapi juga dari mekanika fluida, fisika dan matematika.

2.3.1 Cara perpindahan panas

Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah tersebut. Perpindahan panas pada umumnya mengenal 3 cara pemindahan panas yang berbeda, yaitu:

1. Konduksi

Konduksi adalah proses dengan mana panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair, dan gas) atau antara medium – medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung. Konduksi merupakan satu – satunya mekanisme dengan mana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi penting pula dalam fluida, tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi, dan dalam beberapa hal juga dengan radiasi. 2. Konveksi

(8)

dan cairan atau gas. Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas dan konveksi paksa menurut cara menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata – mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, maka kita berbicara tentang konveksi bebas (alamiah). Bila pergerakkan mencampurnya disebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas, maka proses ini disebut dengan konveksi paksa.

3. Radiasi

Radiasi adalah proses dengan mana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda – benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda – benda tersebut. Istillah radiasi pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis gelombang elektromagnetik, tetapi didalam ilmu perpindahan panas kita hanya perlu memperhatikan hal yang diakibatkan oleh suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang. Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan sebagai panas radiasi.

2.3.2 Hukum – hukum dasar perpindahan panas

Menurut R. Pitts dan E. Sissom (1977) bahwa suatu analisa teknik yang penuh arti akan menuntun jawaban kuantitatif. untuk itu kita akan membahas tentang konduksi, konveksi dan radiasi.

1. Konduksi

Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi diusulkan oleh ilmuwan Perancis, J. B. J. Fourier, dalam tahun 1882. Hubungan ini menyatakan bahwa qk, laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu bahan, sama dengan hasil kali dari 3 buah besaran berikut yang dapat dilihat pada persamaan 2.1:

= − . �. � ……… .

Keterangan:

qk = laju aliran panas (W)

(9)

� = gradien suhu pada penampang tersebut, yaitu laju perubahan suhu T terhadap jarak dalam arah aliran panas x.

Khusus pada bagian ini akan dibahas lebih detail pada skripsi dari saudara Nixon yang berjudul ”Analisa Gearbox dengan Parameter Thermal Membandingkan Hasil Eksperimental Sebelum dan Sesudah Dilakukan Overhaul”.

2. Konveksi

Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu fluida dapat dihitung dengan rumus 2.2:

= ℎ . �. ∆ … … … . .

Keterangan:

qc = laju perpindahan panas dengan cara konveksi (W) hc = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K) A = luas perpindahan panas (m2)

∆T = perubahan suhu permukaan Ts dan suhu fluida T∞ (K) dimana data diambil dari hasil eksperimen.

Tabel 2.3 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Fluida Koefisien Konveksi (W/m2K)

Udara 30 - 300

Air 300 - 6000

Oli 60 – 1800

Air mendidih 6000 – 120000

Sumber: http://www.slideshare.net/spsu/11-heat-transfer 3. Radiasi

(10)

= �. �. ( − ) … … … .

Keterangan:

qr = laju perpindahan panas radiasi (W)

� = konstanta Stefan – Boltzmann = 5,678.10-8W/m2.K4

∆T = perubahan suhu permukaan 1 dan 2 (K4) dimana data diambil dari hasil eksperimen.

2.3.3 Mekanisme perpindahan panas gabungan

Menurut Prijono Arko (1985) bahwa dalam praktek biasanya panas berpindah dalam tahap – tahap melalui sejumlah bagian yang berbeda yang dihubungkan secara seri, dan untuk bagian tertentu dalam sistem tersebut perpindahannya seringkali berlangsung dengan 2 mekanisme secara paralel. Aliran perpindahan panas dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Aliran perpindahan panas

Dalam bagian pertama sistem ini, maka panas berpindah dari tempat panas ke dinding dengan mekanisme konveksi dan radiasi yang bekerja secara paralel. Laju aliran total aliran panas q ke dinding yang dinyatakan dengan persamaan 2.4:

= ℎ . �. ( � � − � � � � �) + ℎ . �. ( � � − � � � � �)

= ℎ . � + ℎ . � � � − � � � � �)

= � � − � � � � � … … … .

Dalam keadaan steady, panas berkonduksi melalui dinding, yaitu bagian kedua sistem tersebut, dengan laju yang sama dengan laju ke permukaan yang dinyatakan dengan persamaa 2.5:

Dindin g qk qc

qc

(11)

= = . � � � � � �− � � � � ��

= � � � � �− � � � � �� … … … .

Setelah melalui dinding, panas mengalir melalui bagian ketiga sistem tersebut ke zat pendingin dengan cara konveksi. Dengan asumsi bahwa perpindahan panas radiasi dapat diabaikan dengan konveksi, laju aliran panas dalam tahap terakhir dinyatakan dengan persamaan 2.6:

= = ℎ . �. ( � � � � �� − � �� )

= � � � � �� − � �� … … … .

Jadi laju aliran panas total dapat dinyatakan dengan persamaan 2.7:

� = � + � + � … … … .

2.3.4 Model numerik perpindahan panas

Pada analisis steady state termal dapat diselesaikan dengan model numerik yaitu dengan menggunakan rumus dari hukum perpindahan panas gabungan yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya.

= . �. ∆ … … … .

Dimana :

q = laju perpindahan panas (W)

U = jumlah dari rambatan konduksi dan konveksi yang terjadi (w/m2K) A = luas permukaan benda yang mengalami konduksi dan konveksi (m2)

∆ = perubahan suhu yang terjadi pada benda yang bersuhu tinggi dengan benda bersuhu rendah (oC)

Dimana :

(12)

Sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:

= (� + � + ⋯+ � ).∆ ……… .

Dari rumus diatas ini dapat dibuat matrik analisis steady state termal:

[ ] = [ ]. [ ] … … … .

Untuk mendapatkan matriks dari ketiga elemen diatas maka harus dibuat dulu gambar skets dari CAD agar lebih mudah dipahami.

Maka dari hasil skets gambar 2D maka didapat hasil numerik dalam bentuk matriks yaitu:

[�].[ ] = [ ]

R1 R7

R3

R4

R5

R1 R2 R3

R4 R5

R6 R7

R1 R2 R3

R4+R5

R6 R7

R1 R2 1/R3+1/(R4+R

5)5)

(13)

1/ 2.4 Perangkat Lunak yang Digunakan

Terdapat beberapa perangkat lunak yang digunakan dalam menganalisa sistem perpindahan panas yang terjadi, yaitu sebagai berikut :

1. SolidWorks

Menurut Youzoef (2012) SolidWorks adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh dassault sistem digunakan untuk merancang part permesinan atau susunan part permesinan yang berupa assembling dengan tampilan 3D untuk merepresentasikan part sebelum dibuat atau tampilan 2D (drawing ) untuk gambar proses permesinan. SolidWorks diperkenalkan pada tahun 1995 sebagai pesaing untuk program CAD seperti Pro / ENGINEER, NX Siemens, I-Deas, Unigraphics, Autodesk Inventor, Autodeks AutoCAD dan CATIA dengan harga yang lebih murah. SolidWorks Corporation didirikan pada tahun 1993 oleh Jon Hirschtick, dengan merekrut tim insinyur untuk membangun sebuah perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak CAD 3D, dengan kantor pusatnya di Concord, Massachusetts, dan merilis produk pertama, SolidWorks 95, pada tahun 1995.

(14)

manufaktur yang sudah memakai software ini, menurut informasi WIKI, SolidWorks saat ini digunakan oleh lebih dari 3 / 4 juta insinyur dan desainer di lebih dari 80.000 perusahaan di seluruh dunia. Kalau dulu orang familiar dengan AUTOCAD untuk desain perancangan gambar teknik seperti yang penulis alami tapi sekarang dengan mengenal SOLIDWORKS maka AUTOCAD sudah jarang dipakai. Tapi itu tentunya tergantung kebutuhan masing-masing.

Untuk permodelan pada industri dalam hal pembuatan desain, program program 3D seperti ini sangat membantu sebab akan memudahkan operator desain untuk menterjemahkan gambar menjadi model dan tentunya akan mengurangi kesalahan pembacaan gambar yang bisa mengakibatkan salah bentuk. Untuk industri permesinan selain dihasilkan gambar kerja untuk pengerjaan mesin manual juga hasil geometri dari SolidWorks ini bisa langsung diproses lagi dengan CAM program semisal MASTERCAM, SOLIDCAM, VISUALMILL, dll.

(15)

2. Finite Element Analysis (FEA)

Proses FEA merupakan proses yang paling sering digunakan untuk menganalisa suatu komponen. Karena pada proses ini akan diteliti lebih detail sampai dengan elemen yang sangat kecil, sehingga hasil yang didapatkan akurat. Untuk laporan ini, penulis menggunakan perangkat lunak yang dikenal dengan sebutan Ansys15.0. Ansys15.0 berfungsi untuk menganalisis suhu yang terjadi pada ruang transmisi tetapi untuk menganalisis suhu pada ruang transmisi harus didampingi dengan statik struktur karena terdapat putaran pada sistem transmisi.

Analisis statik struktur ini dapat memasukkan beberapa gaya yang dialami oleh suatu sistem. Sedangkan pada steady state termal hanya dapat memasukkan suhu, koefisien konveksi dan suhu radiasi yang dialami oleh suatu sistem. Pada analisis static structural, hasil yang ingin didapatkan adalah total deformasi yang terjadi pada desain CAD. Sedangkan pada analisis steady state termal, hasil yang ingin didapatkan adalah laju perpindahan panas yang terjadi pada desain CAD. Proses ini merupakan hasil dari pekerjaan perangkat lunak.

Gambar 2.5 Ansys15.0 2.5 Parameter Kelahiran Termal pada Gearbox

Berikut ini akan dijelaskan beberapa parameter yang dapat menyebabkan kelahiran panas pada sistem transmisi, yaitu sebagai berikut:

1. Konstruksi gearbox. Konstruksi dari gearbox berupa desain maupun jenis material yang digunakan dapat berpengaruh terhadap panas yang dihasilkan. Perubahan suhu dapat dilihat dari penggunaan material yang berbeda.

(16)

pula jika titik konstrain tidak dipasang secara keselurahan juga akan menghasilkan total heatflux yang berbeda juga.

3. Kontak region. Kontak region merupakan tempat dimana terjadi kontak antar roda gigi. Kontak region yang berbeda juga akan menghasilkan total heatflux yang berbeda juga.

4.Frictionless support. Frictionless support merupakan tempat terjadinya gesekan. Frictionless support yang berbeda juga akan menghasilkan total heatflux yang berbeda juga.

5.Simulasi analisis termal. Simulasi dilakukan dengan Metode Elemen Hingga dimana analisis dilakukan dengan analisa termal. Pada tahap awal dilakukan pemodelan terlebih dahulu lalu dilakukan proses mesh dan peletakan pusat konstrain. Lalu membangun model matematik matrik yang akan dieksekusi perangkat lunak.

2.6 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Pawan Kumar, dan Prof. M. Y. Patil (2013) meneliti tentang suhu pada roda gigi ketika diberi beban dan tanpa diberi beban. Hasil penelitian adalah bahwa suhu pada roda gigi tanpa beban adalah sebesar 45,352 ⁰C, dan suhu roda gigi yang diberikan beban adalah sebesar 101,09 ⁰C.

P. D. Patel, dan D. S. Shah (2012) meneliti tentang analisis heatflux, dan analisis termal stress. Hasil penelitian adalah mendapatkan tegangan ekuivalen maksimum pada bagian atas casing dan bagian bawah casing. Serta mendapatkan total deformasi maksimum pada casing gearbox tersebut.

Berikut ini akan dijabarkan tabel peneliti terdahulu yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4 Peneliti Terdahulu

(17)

analisis di

Dari tinjauan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa analisis steady state thermal dapat digunakan untuk melakukan analisis perubahan suhu yang terjadi pada sistem saat mesin masih hidup. Namun terdapat beberapa kekurangan, dimana analisis yang dilakukan tidak diberikan pembebanan. Dimana seperti yang telah diketahui bahwa jika suatu mesin diberikan beban maka suhu akan naik, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasan perangkat lunak yang digunakan. Alhasil, maka untuk pembuktian tentang perpindahan panas yang terjadi digunakan perangkat lunak yang seadanya.

Gambar

Gambar 2.1 Daihatsu Taft Hiline GTL
Tabel 2.1 Spesifikasi Daihatsu Taft Hiline GTL
Gambar 2.2 Transmisi
Tabel 2.3 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dengan panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam suatu

1963 0623 1989 021001 Lakukanlah analisis termal pada transmisi dengan menggunakan perangkat lunak FEA untuk mendapatkan hasil komputasi dengan membandingkan hasil

Pada bab 2 akan diuraikan tentang deskripsi dari objek penelitian, ruang transmisi, pengertian dari perpindahan panas, penjelasan dari metode penggunaan perangkat

Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi. Total heatflux tertinggi terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Penentuan

Steady State Thermal Stress Analysis Of Gearbox Casing By Finite Element Method.. Internasional Journal of Mechanical and

- Lanjutkan buat powerpoint, laporan bab 2, dan

Konduksi adalah proses aliran panas dari daerah dengan suhu tinggi ke suhu rendah di dalam suatu medium (padat, cair, dan gas) atau antara medium-medium yang berlainan

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dengan panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam