• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berpikir Lokal Keanekaragaman Jepang yan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berpikir Lokal Keanekaragaman Jepang yan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI JULI - AGUSTUS - SEPTEMBER 2012

(2)

Ogenki desuka, apa khabar? Semoga separuh tahun telah dilalui dengan baik dan membuahkan hasil yang diharapkan.

Nuansa edisi ini menampilkan tulisan berbagai ahli yang mengangkat dialog dengan Islam, serta mewartakan 3 bulan acara yang berpuncak pada Jak Japan Matsuri, sebuah acara pertukaran Jepang-Indonesia yang akan memadati akhir September 2012.

Semoga dapat turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang khusus dirancang. Kegiatan lain yang belum sempat terangkum dalam bulletin kecil ini dapat anda ikuti selengkapnya melalui www.jpf.or.id

DARI

REDAKSI

“Tak Kenal Maka Tak Sayang” Karya Komunitas REFRESHINK

Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) Pembukaan: 2 Juli 16:00

3-5 Juli 2012

10:00-18:00

Pameran Shodo-kaligrafi Jepang karya Atsuko Osa

Galeri Mini JF Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk)

5 Juli 2012

14:00-16:00

Lecture Demonstration Shodo oleh Atsuko Osa

Ruang Serba Guna JF Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbatas untuk 15 peserta. GRATIS Info peserta www.jpf.or.id

12&13 Juli 2012

14:00-17:00

Workshop Cukil Cetak Karet di atas kain

Ruang Serba Guna JF Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbatas untuk 25 peserta/hari Biaya materi Rp. 50,000. Info peserta www.jpf.or.id

31 Juli 2012

14:00-17:00

“Enlightenment, Emancipation, and Ideas of Progress”, Diskusi & pemutaran film Sang Pencerah/ Soegija

Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) Info: www.jpf.or.id

6&7 Juli 2012

10:00

Festival Film Jepang

Mini Theater, Perpustakaan Daerah unit Malioboro Yogyakarta Tempat terbatas. GRATIS Info: www.jpf.or.id

17 Juli 2012

13:30-15:30

Ocha Kai-jamuan minum teh dalam tata upacara anggun

Ruang Serba Guna JF Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbatas untuk 20 peserta. GRATIS

10 Juli 2012

15:00-17:00

Diskusi Seni Grafis

Pemateri Aminuddin TH.Siregar Lobby Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk)

30 Juli- 1 Agustus 2012

30 Juli 15:00-18:00

31 Juli 10:00-18:00 1 Agustus 10:00-17:00

Pameran IKEBANA- seni merangkai bunga aliran Ikenobo

(3)

4 September 2012

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

25 September 2012

“Enlightenment, Emancipation, and Ideas of Progress”, pemutaran film & diskusi.

Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

22 September 2012

“In Search of Identity” Diskusi: Generation Lost. Berdasarkan novel

Salah Asuhan (Abdoel Moeis)

30 September 2012

Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

23-30 September 2012

Jak-Japan Matsuri - Acara pertukaran budaya Indonesia-Jepang

Berbagai lokasi di Jakarta & sekitarnya Terbuka untuk UMUM. and Ideas of Progress”, pemutaran film & diskusi

Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

7 Agustus 2012

14:00-16:00

Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk)

Pemutaran Film: Gajah Kecil (Kozo Monogatari)

Pemutaran Film: Gonta Beruang Malang (Itazu)

7 Agustus 2012

10:30-13:30

Ruang Serba Guna JF Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Biaya materi: Rp 50.000,-INFO Peserta : www.jpf.or.id Workshop Kinchaku (tas serut tradisional Jepang)

Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

11:00-17:00

AGUSTUS

SEPTEMBER

Pemutaran Film: Pinguin Langit (Asahiyama Dobutsuen)

Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jak-Sel Terbuka untuk UMUM. GRATIS (tanpa tanda masuk) INFO : www.jpf.or.id

Pemutaran Film: Kisah Hachiko (Hachiko)

Hall JF

Gd.Summitmas I lt. 2

(4)

BERPIKIR LOKAL

KEANEKARAGAMAN

JEPANG

YANG DITEMUKAN KEMBALI

MELALUI PERTUKARAN

BUDAYA

Oleh : Ken Miichi,

Associate Professor Faculty of Policy Studies, Iwate Prefectural University

Bayangan seperti apakah yang dimiliki oleh

pembaca mengenai Jepang? Saya rasa adalah

kesan dan mitos seperti teknologi yang canggih,

masyarakat yang disiplin, kota yang bersih, dan

isteri yang setia (!) Sekalipun manga yang

mewakili Jepang telah bergeser dari Doraemon ke

Naruto, tampaknya bayangan masyarakat

Indonesia terhadap Jepang tidak begitu berubah.

N

amun demikian, dalam beberapa dekade, masyarakat Jepang maupun Indonesia mengalami perubahan yang cukup besar dan hubungan antara negara pun memperlihatkan adanya perubahan besar tersebut, sehingga keberadaan pertukaran budaya pun seharusnya

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan seperti demikian. Saya memikirkan mengenai hal ini dari pengalaman yang saya peroleh selama 3 tahun melalui program Invitation Program for Young Muslim Intellectu-als, yang diadakan oleh The Japan Foundation. Program ini dilaksanakan untuk mengundang para cendekiawan Muslim dari lima negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina) ke Jepang untuk dapat memperdalam pengertian dan pemahaman terhadap Jepang, melalui kegiatan pertukaran dengan para peneliti dan individu-individu di berbagai bidang.

(5)

Jepang, Indonesia, dan negara-negara Asia Tenggara memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Meskipun demikian masyarakat Asia Tenggara yang sedang mengalami perubahan atau perkembangan yang pesat memiliki permasalahan dan persoalan yang sama dengan yang dialami oleh Jepang, sehingga makna yang paling penting di dalam program ini adalah para peserta yang selama ini berpikir secara mendalam mengenai persoalan di negara masing-masing dapat meninjau kembali masyarakatnya sendiri dengan mengetahui dan memahami masyarakat dan permasalahan yang ada di Jepang, dengan berdiskusi serta berpikir bersama orang-orang di Jepang dan dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Saya baru menyadari akan pentingnya hal ini setelah mengikuti program ini.

Program tahun lalu, pasca bencana Gempa Bumi Besar di Jepang Bagian Timur merupakan program yang istimewa dan menjadi kesempatan yang baik untuk memikirkan keberadaan pertukaran budaya di Asia Tenggara dan Jepang, di mana agenda puncak adalah menyaksikan tarian Kagura di dalam kunjungan ke Suemae Kagura di daerah Taro kota Miyako. Tarian Kagura adalah tarian yang dipersembahkan di Kuil Shinto yang diwarisi oleh masyarakat setempat.

Di Iwate, terdapat lebih dari 1000 kesenian rakyat seperti Kagura, tarian pedang, genderang, dan sebagainya. Kesenian-kesenian rakyat seperti ini juga terkena dampak besar dari bencana yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011. Meskipun demikian, kesenian tesebut tetap digelar dalam berbagai tarian dan musik di berbagai tempat dalam rangka berbelasungkawa kepada korban jiwa dan untuk menghibur korban bencana yang selamat serta untuk mendoakan kebahagiaan pada masa yang akan datang. Kami diberi kesempatan untuk mengikuti pagelaran Kagura di mana masyarakat setempat berkumpul setahun sekali. Setelah menikmati berbagai tarian yang dibawakan mulai dari anak-anak hingga penari kawakan yang diundang pentas ke luar negeri, kami menyantap hidangan yang disediakan dan kemudian mendengarkan cerita dari anggota Kagura selama sekitar 2 jam.

Mereka bercerita mulai dari arti tarian Kagura, hubungan antara komunitas dengan kesenian, hingga pengalaman tsunami yang dialami. Para peserta dari Asia Tenggara mengajukan banyak pertanyaan mengenai agama di

Jepang dan kondisi budaya komunitas. Kesempatan ini dipergunakan para peserta untuk mendapatkan gambaran dengan membandingkannya dengan kondisi sekarang di masyarakat masing-masing.

Ketika tiba waktu untuk sholat, para peserta pun menunaikan ibadah sholat dan anggota Kagura dapat melihat sholat muslim untuk yang pertama kali. Kesempa-tan ini menjadi kesempaKesempa-tan yang sangat baik bagi kedua belah pihak untuk mempelajari dan memahami satu sama lain. Kemudian, para peserta mengusulkan untuk membuat sebuah pentas kesenian rakyat Jepang di Asia Tenggara, karena di dalam gerakan tubuh pada kesenian rakyat Jepang dan Asia Tenggara terdapat gerakan yang mirip. Tidak hanya itu, juga terdapat permasalahan yang sama, seperti kurangnya generasi penerus kesenian sebagai akibat dari modernisasi, urbanisasi, dan penuaan, sehingga perlu untuk dikenalkan, diteruskan, dan diwariskan ke masing-masing komunitas.

Tarian Kagura di Iwate tidak dipentaskan di teater besar di ibu kota tetapi hanya di komunitas yang sama-sama mementingkan kesenian rakyat, sehingga hal ini pasti menjadi kesempatan pertukaran budaya yang sangat berharga bagi kedua pihak. Sebenarnya, selama ini kesenian rakyat seperti Kagura tidak begitu dikenal di daerah lain di Jepang, dan setelah bencana gempa mereka diundang dan dipentaskan di berbagai tempat sehingga pada akhirnya mendapatkan pujian dan tepuk tangan. Di Morioka, ibu kota Prefektur Iwate, salah satu peserta yang berasal dari Pulau Mindanao berbicara kepada mahasiswa dan warga umum bahwa di Mindanao, Filipina, muslim yang minoritas dapat bangkit untuk menuntut kebebasan dan hak politik, ekonomi, serta sosial yang adil, di mana hal ini berdampak pada jatuhnya sejumlah korban karena konflik. Kami telah belajar bahwa latar belakang dan struktur konflik serta kekuatan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kembali komunitas pasca konflik yang memiliki banyak kesamaan dengan masyarakat pasca bencana gempa bumi.

(6)

Bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana

saja. Jika bencana terjadi di kota, apalagi kota

besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan,

dan Makassar, maka dapat diperkirakan dampak

bencananya menjadi lebih besar karena populasi

penduduk yang besar dan pusat kegiatan

ekonomi, pemerintahan, dan bahkan politik. Di

satu sisi, kota apalagi kota besar memiliki

sumber-daya yang besar, namun di sisi lain –apabila

sumberdaya tersebut mengalami kehancuran

akibat bencana— kerusakan yang terjadi akan

berdampak lebih besar.

S

ebagai contoh, meskipun bukan di Indonesia, banjir hebat yang beberapa waktu lalu terjadi di Bangkok telah mengakibatkan petaka yang dahsyat secara ekonomi, yang dirasakan bukan hanya oleh Thailand, tetapi juga Jepang karena banyaknya fasilitas produksi dan distribusi perusahaan-perusahaan Jepang yang rusak atau tidak beroperasi. Contoh lain adalah gempa 11 Maret 2011 di Jepang telah mengakibatkan kerusakan dan kehilangan sangat besar karena tsunami yang menerjang sejumlah kota di wilayah Tohoku.

Menyadari hal-hal di atas, Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Ikatan Alumni Program Kajian Wilayah Jepang UI dan Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan UI menyelenggarakan Simposium Internasional dengan tema Urban Society’s Vulnerability, Disaster Mitigation and Preparedness in Indonesia and Japan pada tanggal 21 Februari 2012 bertempat di Pusat Studi Jepang, Kampus UI Depok, Jawa Barat. Pelaksanaan simposium, yang didukung oleh The Japan Foundation ini, bertujuan untuk mendiskusikan kesiapan kota-kota di Indonesia dalam penanggulangan bencana melalui saling berbagi pengalaman dan pembelajaran antara Indonesia dan Jepang, khususnya untuk aspek kesiapsiagaan dan mitigasi di daerah perkotaan.

Jepang dipilih sebagai pembanding untuk pembelajaran karena Jepang dikenal sebagai negara yang mapan dan maju dalam upaya penanggulangan bencana. Simposium ini mengundang dua orang pakar kebencanaan dari Jepang yang berasal dari University of Tokyo.

Acara ini dibuka oleh tiga orang pembicara kehormatan yaitu Prof. Dr. der Soz Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor Universitas Indonesia, H.E. Yoshinori Katori, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Republik Indonesia, dan Ir. Sugeng Triutomo, DESS, yang mewakili Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Acara simposium ini disusun menjadi tiga sesi dan menghadirkan berbagai pakar di bidang kebencanaan. Sesi pertama bertopik “Kebijakan Nasional dan Implementasi Pengurangan Risiko Bencana pada Wilayah Perkotaan”. Sesi ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Prof. Atsushi Tanaka (Direktur Center for Integrated Disaster Informa-tion Research, University of Tokyo), Dr Suprayoga Hadi (Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal), dan Ir. Sugeng Triutomo, DESS (Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana).

(7)

Di sesi ini Prof. Kimiro Meguro (Direktur International Center for Urban Safety Engineering, University of Tokyo), Ir. Andi Oetomo, M.Pl. (Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB) dan Danang Samsurizal (BPBD DIY dan Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY) berbagi berbagai hasil penelitian dan praktik di lapangan terkait implementasi kota siaga bencana.

Sesi ketiga membahas isu mitigasi dan kesiapsiagaan pada level yang lebih kecil lagi, yaitu pada level komunitas.

Pada sesi yang berjudul “Upaya Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana pada Komunitas di Wilayah Perkotaan” para narasumber, yang merupakan praktisi yang bekerja dengan komunitas, berbagi pengalamannya dalam menerapkan program kesiapsiagaan bencana dalam kerangka pengurangan risiko bencana berbasis komunitas di masyarakat perkotaan. Narasumber sesi ini adalah Irene Sondang, M.Si dan Komara Djaja, Ph.D (Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan UI), Hening Parlan (Humanitarian Forum Indonesia), dan Veronica Dhiana dan Vanji Dwi Prasetyo (Wahana Visi Indonesia).

Simposium ini berjalan lancar dan dinilai berhasil mencapai tujuannya, yakni berbagi pembelajaran dari Indonesia dan Jepang tentang pengurangan risiko bencana di wilayah perkotaan. Keberhasilan ini tentu tak lepas dari kepiawaian para narasumber dalam memberi-kan paparannya dengan informatif.

Latar belakang para narasumber yang beragam: akademisi, praktisi, birokrat, lembaga pemerintah, dan lembaga non-pemerintah memperkaya wawasan peserta dan diskusi dalam simposium. Keberhasilan simposium ini juga terlihat dari banyaknya peserta yang menghadiri acara ini. Lebih dari 250 orang yang terdiri dari dosen,

mahasiswa, aktivis/pegiat lembaga swadaya masyarakat baik nasional maupun internasional, perwakilan lembaga pemerintah, masyarakat umum, dan jurnalis menghadiri simposium ini dan mereka begitu aktif mengajukan berbagai pertanyaan atau pendapat kepada para pembicara di setiap sesi simposium.

Selain tiga sesi simposium yang berisi paparan para narasumber, diselenggarakan juga Sesi Poster (Poster Session) dimana hasil-hasil penelitian dan kegiatan-kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana ditampilkan dalam bentuk poster. Sesi Poster ini diikuti oleh 15 presenter poster.

Dengan telah terselenggaranya simposium ini, Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI sangat berterima kasih atas dukungan dari The Japan Foundation dan berharap kegiatan ini akan semakin mempererat kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam penanggulangan bencana di masa mendatang.

Oleh: Dicky Pelupessy

(Ketua Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia)

Urban Society’s Vulnerability, Disaster

Mitigation and Preparedness in

Indonesia and Japan

(8)

F

ashion selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasi-kan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasimerepresentasi-kan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita. Fashion dapat kita bedakan menjadi high fashion dan street fashion. High fashion pola penyebaran-nya dari atas ke bawah, atau dari desainer fashion profesional ke media lalu ke masyarakat; sedangkan street fashion justru kebalikannya, polanya dari bawah ke atas; artinya yang memperkenalkan idenya adalah orang awam (masyarakat), diangkat oleh media lalu disempurnakan idenya oleh desainer fashion profesional.

Beberapa negara lebih dikenal akan high fashionnya, sebut saja Inggris, Perancis ataupun Itali. Ada juga yang dikenal akan high fashion maupun street fashionnya seperti Amerika, namun di Jepang uniknya masyarakat dunia justru lebih familiar dengan gaya street fashionnya ketimbang high fashionnya, terutama gaya Harajuku atau Harajuku style. Hal ini bisa terjadi karena ruang publik di Jepang sudah sangat baik dan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat khususnya anak muda untuk memanfaatkan ruang publik sebagai wadah yang menampung kreatifitas mereka, jalanan pun dapat dijadikan sebagai “catwalk” atau “panggung” eksplorasi hobi bersama komunitas masing-masing. Ditambah lagi media yang menjamur dan berlomba-lomba untuk mengabadikan kreatifitas dan keunikan gaya mereka, maka voila!

Jadilah Tokyo sebagai pusatnya street style, tidak hanya untuk Jepang, tapi juga untuk dunia. Surga street style di Tokyo sebenarnya tidak hanya Harajuku, tapi Shibuya dan Akihabara pun menawarkan keunikan gaya tersendiri.

“Surga Gaya” di

HARA-SHIBU-BARA

Oleh: Hesti Nurhayati

(Penulis buku “HARA-SHIBU-BARA, Tokyo Street Fashion Paradise”, Grasindo- 2012)

(9)

Harajuku adalah nama sebuah area distrik di

Tokyo, lokasinya berada di antara Shibuya,

Aoyama, dan Shinjuku. Sejak tahun 1960-an,

Harajuku telah menjadi pusat fashion di Jepang.

Area tersebut terkenal akan banyaknya toko-toko

yang menjual pakaian, tas, alat make-up dan

aksesoris dan toko-toko keren lainnya.

H

arajuku Style sangat beragam dan banyak gaya yang berbeda secara ekstrim, mulai dari gaya inosen Lolita, gaya cool-casual Ura-Hara Kei hingga penampilan dark-punk-androginy Visual Kei. Harajuku menjadi lebih terkenal lagi di era 1980-an, hal ini dikarenakan maraknya aksi street performance dan kostum yang menarik hasil imajinasi para anak muda Jepang yang berkumpul bersama disana setiap hari minggu, saat jalanan dengan butik fashion dan kafe-kafe papan atas di Omotesando ditutup dari lalu lintas kendaraan.

Salah satu ciri Harajuku style yang paling menonjol adalah merancang dan/atau re-modifikasi pakaian sesuai karakter diri si pemakainya. Mereka bisa memodifikasi pakaian lama dengan sesuatu yang unik sehingga menjadi gaya baru, misalnya dengan menambahkan aksesoris atau mendekorasi pakaian sesuka imajinasi dan kreatifitas mereka. Dari segi dandanan, jika dibandingkan dengan Shibuya, riasan wajah anak muda di Harajuku biasanya lebih natural, kawaii (manis) dan tidak berkesan seksi.

Shibuya merupakan lokasi street style terkenal di Tokyo setelah Harajuku. Jika Harajuku lebih didominasi oleh remaja berusia belasan tahun, Shibuya lebih didominasi oleh wanita dan pria muda berusia 20-an. Kelompok wanita muda yang eksis di Shibuya dengan evolusi gaya dan penampilannya disebut Gals atau Gyaru sedangkan yang prianya disebut Gyaruo. Dari zaman ke zaman para Gyaru berevolusi dengan gaya busana yang ekstrim berbeda. Di tahun 1990-an gaya Gyaru yang fenomenal adalah Kogyaru yang inosen namun seksi dengan seragam

sekolahnya, namun di tahun 2000-an gaya Gyaru yang fenomenal justru gaya slebornya Ganguro gals yang melabrak konsep cantik di masyarakat Jepang, sedangkan untuk saat ini gaya Gyaru yang sedang trend adalah Onee Gyaru yang terkesan dewasa dan mempesona dengan keglamorannya.

Ciri khas gaya Shibuya yang paling menonjol adalah riasan wajah dan tubuh mereka yang nyaris sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki, mereka tak segan menggunakan wig, bulu mata palsu, nail arts atau kuku palsu hias, dan alat kosmetik yang selalu lengkap di dalam tas mereka. Akihabara telah lama dikenal sebagai daerah pusat elektronik berkelas dunia yang berada di Tokyo, Jepang. Dari barang elektronik baru hingga bekas pakai dengan kualitas yang masih baik, ada disini. Tak heran jika para pecinta anime dan video game pun kerap berkumpul dan berburu koleksiannya disini. Budaya manga tidak hanya menghadirkan budaya turunan anime dan video games saja, sejak tahun 1983 sebenarnya sudah terbentuk budaya turunan lainnya yang disebut dengan Kosupure atau Cosplay---singkatan dari kata “Costume” dan “Role-play.” Cosplay baru dikenal dunia internasional sebagai salah satu budaya populer Jepang sekitar tahun 2000-an seiring perkembangan internet dan gambar digital. Cosplay memang bukan nama sebuah fashion style, namun di dalam budaya tersebut ada kombinasi antara unsur bermain peran (penjiwaan peran sebagai karakter dari manga/anime/video games) dengan proses kreatifitas mendesain, menciptakan dan mengenakan sebuah kostum yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai karakter yang terdapat di dunia dua dimensi tersebut. Seiring bertambah banyaknya komunitas Cosplayer maupun Otaku, Akihabara pun menjadi salah satu kawasan street style yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri yaitu berkarakter dan memberikan kesan utopia baik itu dalam kostum Uniform-Cosplay (Uni-Cos), Character Cosplay (Chara-Cos) maupun Cosplay Doller (Animegao).

(Ingin membaca lebih lanjut cerita Hesti? Silakan baca tulisan lengkapnya di www.jpf.or.id pada bagian Artikel Budaya)

(10)

Divisi Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual,

The Japan Foundation, Jakarta, telah

mengada-kan sebuah Roundtable Discussion dengan Prof.

Yasuaki Onoda, dalam tema “Post Disaster

Community Design and City Planning”, pada

tanggal 2 Februari 2012, di Hall The Japan

Foundation, Jakarta.

A

cara tersebut diadakan atas kolaborasi dengan Rujak Center for Urban Studies (RCUS). Tujuan dari diskusi yang diadakan adalah untuk berbagi pengalaman, baik di Jepang maupun Indonesia, yang sama-sama telah mengalami beberapa bencana alam, dengan fokus pada komunitas desain dan perencanaan kota. Acara dilangsungkan dengan Prof. Yasuaki Onoda sebagai keynote speaker, Dr. Eko Alvares Z., Wakil Rektor di Universitas Bung Hatta, dan Yuli Kusworo, Koordinator Program dari Arsitek Komunitas Jogja (ARKOM Jogja), sebagai pembahas, dan Marco Kusumawijaya sebagai moderator.

Diskusi dilangsungkan dengan dihadiri oleh para cendekiawan yang berasal dari berbagai sektor dan latar belakang, antara lain civitas akademika, pembuat kebijakan, organisasi-organisasi komunitas atau organisasi non-pemerintah di Indonesia, dan jurnalis.

Prof. Yasuaki Onoda adalah Professor di Depart-ment of Architecture and Building Science, Graduate School of Engineering, Tohoku University, Sendai, Miyagi, Jepang. Prof. Onoda, juga merupakan pendiri dan anggota dewan Arch+Aid, yaitu sebuah organisasi arsitek Jepang yang memberikan bantuan dan pemulihan untuk gempa bumi dan tsunami di area Tohoku. Dalam roundtable discussion yang diadakan, Prof. Onoda, berbagi mengenai situasi dan kondisi area Tohoku setelah gempa bumi dan tsunami pada 11 Maret 2011, dan juga mengenai upayanya dalam Arch+Aid untuk merevitalisasi dan merekonstruksi kota di area Tohoku. Kemudian, diskusi dilanjutkan dengan tanggapan dan pengalaman dari Dr. Eko Alvares dalam penanganan gempa bumi di Padang pada tahun 2009, dan dari Mr. Yuli Kusworo dalam tsunami Aceh tahun 2004.

Oleh: Purwoko Adhi Nugroho

(Assistant Program Officer – Japanese Studies and Intellectual Exchange Section – The Japan Foundation, Jakarta)

(11)

Bencana alam tidak hanya berdampak secara fisik terhadap situasi dan kondisi bangunan struktural dan tata kota, tetapi juga berdampak kepada peranan arsitek dalam komunitas sosial, perencanaan, dan pengembangan kota. Prof. Onoda menyampaikan bahwa sebelum bencana alam 3/11 terjadi, arsitek di Jepang terbiasa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam sebuah zona yang aman. Akan tetapi, kejadian bencana alam 3/11 yang terjadi secara tiba-tiba menyadarkan mereka dari asumsi bahwa zona aman akan selalu aman. Zona aman yang dikonstruksikan ternyata tidak selalu aman, dan terbukti ketika bencana alam 3/11 terjadi. Dalam situasi demikian, Prof. Onoda berpendapat bahwa tidak ada pilihan yang lain selain membentuk kembali sebuah sistem, karena sistem yang ada telah hancur, dimana sistem seharusnya merupakan area kerja dari birokrat dan teknik sipil. Kemudian, untuk memenuhi target jumlah rekonstruksi yang cukup dalam waktu secepat mungkin, hanya akan menghasilkan rekonstruksi dengan cara yang biasa saja. Dalam waktu yang singkat, akan sangat sulit untuk melakukan rekonstruksi yang memiliki ketahanan dan keberlanjutan, nilai penting, dan kreativitas. Sehingga untuk menghasilkan sebuah rekonstruksi yang baik, diperlukan untuk memben-tuk suatu platform yang dapat mendorong terbenmemben-tuknya kolaborasi antara penduduk, birokrat, teknik sipil, arsitek, pelaku bisnis, dan investor.

Peranan dan fungsi arsitek dan arsitektur di beberapa daerah di Indonesia paska beberapa bencana alam yang terjadi juga mengalami perubahan. Dr. Eko Alvares Z. mengatakan bahwa Padang telah berkali-kali mengalami gempa, akan tetapi gempa di Padang yang terjadi pada tahun 2009 dengan kekuatan 7,6 SR cukup kuat dan berdampak sangat besar. Gempa yang terjadi telah merubah konstruksi bangunan di Padang dan juga regulasi dari Pemerintah Daerah setempat mengenai konstruksi bangunan. Untuk konstruksi bangunan, terdapat perubahan yang cukup signifikan, desain yang ada menjadi lebih simpel, terdapat pemotongan tinggi bangunan dan penyederhanaan desain yang tidak membahayakan sehingga dapat bertahan dalam gempa, serta memper-siapkan beberapa konstruksi bangunan yang dapat digunakan sebagai area evakuasi ketika bencana terjadi. Perubahan ini juga didukung oleh regulasi-regulasi dalam Peraturan Daerah dari Pemerintah Daerah Padang.

Yuli Kusworo, menyampaikan pengalaman yang dialaminya ketika menjadi relawan di Aceh, paska tsunami Aceh pada tahun 2004.

Pengalaman yang didapatkan adalah bahwa arsitek harus memiliki kepedulian untuk terlibat dalam proses rekonstruksi paska bencana, terutama dalam bagaimana melakukan mitigasi dan antisipasi. Kemudian, di dalam proses pelaksanaan perencanaan rekonstruksi paska bencana, harus memiliki first-hand experience, agar dapat memahami bagaimana rekonstruksi yang tepat pada area yang tepat. Apabila tidak memiliki first-hand experience, maka akan sulit bagi arsitek untuk dapat mengorganisasi masyarakat dalam lingkungan sosial, sehingga dalam hal ini dipergunakan pendekatan bottom-up. Tidak hanya itu, arsitek juga dituntut untuk memiliki dan memahami berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menunjang profesinya sebagai arsitek, seperti ekonomi, politik, budaya, teknologi, dan lain lain (interdisipliner). Yuli Kusworo, merasa perlunya untuk meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat, terutama pelajar, akan pentingnya mitigasi.

Kesimpulan penting yang didapatkan dari roundtable discussion adalah bahwa terdapat perbedaan peranan antara penduduk (komunitas masyarakat), birokrat, teknik sipil, arsitek, pelaku bisnis, dan investor. Komunitas masyarakat merupakan klien yang sesungguhnya bagi arsitek, bukan pemerintah, meskipun demikian pemerintahlah yang menetapkan regulasi. Akan tetapi, perbedaan peranan tersebut harus dapat dikompromisasikan agar proses

(12)

DENGAN CHEF TAKAI

RAMAH

TEMU

Pewawancara:

Diana S.N ( Senior Program Officer )

(13)

Sejak kapan Chef Takai memutuskan untuk menjadi koki masakan Jepang? Apakah ada alasan khusus dan kenapa?

Waktu masih SMA, saya sebenarnya ingin menjadi nelayan. Tetapi ketika itu Jepang tengah berada dalam masa bubble economy, dan untuk menjadi pengusaha di bidang perikanan, saya harus menikah dengan perempuan dari keluarga nelayan dan masuk ke keluarganya*). Jadi saya menyerah untuk menjadi nelayan, walaupun saya tetap saja suka mancing dan memasak hasil pancingan. (Chef Takai terdiam, matanya jauh menerawang). Ayah saya meninggal waktu saya masih kecil, dan saya sering membantu Ibu saya memasak. Hal itu juga memberikan pengaruh hingga saya menyukai masak.

Kenapa saya memilih masakan Jepang ? mmm karena di Jepang ada empat musim, yaitu Haru(musim semi), Natsu(musim panas), Aki(musim gugur), Fuyu(musim dingin) dan sesuai dengan musim, ada banyak bahan-bahan untuk dimasak. Saya ingin mengolah bahan-bahan-bahan-bahan yang begitu banyak dan membuatnya menjadi masakan yang lezat, khususnya ikan, dan saya pikir cara yang paling tepat untuk mengolah ikan adalah memasaknya menjadi masakan Jepang.

Sudah berapa lama berkarir sebagai Koki ?

Karier sebagai koki masakan Jepang mulai sejak saya lulus dari SMA, berarti 21 tahun. Saya berusia 39 tahun sekarang.

Berapa lama belajar menjadi Koki ?

Saya sudah bekerja di bidang ini lebih dari 20 tahun, tetapi masih banyak teknik yang lebih tinggi daripada yang telah saya kuasai, sehingga masih banyak hal yang ingin saya pelajari. Jadi menurut saya, menjadi koki handal bukan menjadi pengakuan dari diri sendiri tetapi sebuah

pencapaian hingga kondisi tertentu yang diakui dan dihormati oleh orang-orang lain seiring dengan berlalunya waktu.

Ada banyak hal yang harus dikuasai seperti teknik dalam memasak makanan Jepang, misalnya teknik memotong yang harus dipelajari dan perlu berlatih dari pengalaman. Saya rasa owner restaurant kami, bapak Koyama mempunyai teknik memotong yang sangat tinggi. Teknik memotongnya sangat tepat dan tajam. Teknik seperti ini hanya ditemui di masakan Jepang dan tidak ada dalam jenis masakan lain. Itulah sebabnya saya merasa sangat senang dan bangga dapat bekerja di restaurant yang dimiliki bapak Koyama sebagai Koki masakan Jepang.

Teknik memotong sangat memengaruhi rasa masakan Jepang, termasuk memengaruhi keindahan untuk dipandang mata. Oleh karena itu, dalam masakan Jepang, ada berbagai jenis Hoochoo (pisau), misalnya hochookhusus untuk Sashimi, khusus untuk

Hamo(sejenis ikan), khusus untuk sayur dan sebagainya. Kesatuan penggunaan teknik memotong tampil dalam sajian Osechi Ryori (masakan yang disantap khusus pada saat Oshogatsu (tahun baru), terdiri dari beberapa jenis makanan. Masing-masing jenis makanan ini melambangkan harapan untuk kesehatan, panjang umur, keberuntungan dan sebagainya. Itulah kebudayaan khusus Jepang.

Kapan datang ke Indonesia? Apakah itu keinginan sendiri atau merupakan penugasan dari atasan ?

Saya datang ke Indonesia pada tahun 2001 di bulan November. Saya sudah berada di sini selama 11 tahun dan masih belum tahu kapan saya akan kembali ke Jepang. Waktu itu, saya masih bekerja di Jepang, pemilik restoran ini, bapak Koyama berencana

*) Wilayah penangkapan ikan di Jepang dikuasai oleh kaum pengusaha tertentu. Jepang yang kental akan budaya tradisinya mempunyai tradisi pewarisan usaha kepada anak laki-laki pertama di dalam keluarga. Apabila keluarga tersebut tidak memiliki anak laki-laki, mereka akan menunjuk menantu laki-laki sekaligus menganti nama sebagai penerus usaha keluarga.

(14)

membuka cabang di luar negeri misalnya di Perancis. Beliau juga sempat memikirkan Indonesia, mungkin terpikat oleh senyum ramah orang Indonesia sehingga ingin membuka restoran baru di Jakarta. Pada saat ditugaskan, saya pikir saya akan pergi ke Jamaica bukan Jakarta! Waktu itu saya kaget dan tidak bisa membayangkan memasak masakan Jepang di Jamaica. Beberapa waktu berlalu, akhirnya saya mulai memahami jika saya akan ditugaskan ke Indonesia, namun demikian, pada awalnya imej saya tentang negeri ini hanyalah Bali, sebuah pulau yang berada di negeri tropis, di sebelah selatan. Saya mulai membayangkan laut yang indah, musim panas sepanjang tahun dan pohon-pohon kelapa. Sebelum berangkat ke Jakarta, saya mempelajari bagaimana cara memasak ikan-ikan yang ada di laut selatan. Sepuluh tahun yang lalu, internet belum berkembang seperti sekarang, dan setiap hari saya pergi ke toko buku dan mencari buku-buku tentang Indonesia. Terus terang saat itu imej terhadap Indonesia tidak begitu baik. Saya pernah menonton berita di televisi seputar peristiwa kerusuhan di tahun 1998 dan sejujurnya saya tidak mau pergi ke negara seperti itu.

Bagaimana impresi terhadap Indonesia setelah datang ke Jakarta?

Pada awalnya, seperti saya katakan, sejujurnya ….tidak baik. Saya sudah terlanjur membayangkan pulau Bali. Saat itu dari jendela pesawat saya melihat laut sekitar Jakarta yang sangat kotor. Imej saya tentang Jakarta sebagai kota tropis yang nyaman buyar ketika saya menyusuri jalan-jalan di kota ini. Saat itu saya melihat langit penuh asap polusi. Ada juga banyak bangunan-bangunan tinggi, dan saya terheran-heran, “Kok tidak berbeda jauh dengan kota Tokyo?”. Akan tetapi, ketika melihat kondisi di balik bangunan-bangunan modern dan tinggi, saya merasa miris. Ada hal-hal yang membuat saya merasa terdapat jurang yang lebar antara kaya dan miskin. (Chef Takai menggelengkan kepalanya lalu terpekur. Sejenak kemudian kepalanya kembali tegak. Matanya tampak tersenyum). Indonesia benar-benar negeri yang misterius, karena dengan situasi seperti ini, bangsanya tetap hidup dengan semangat dan tegar! dan ternyata di kota besar seperti ini pun banyak orang yang baik. Impresi saya terhadap Indonesia sekarang sangat baik. Saya sering ditanya oleh teman-teman apakah bisa berjalan kaki di Jakarta pada waktu malam?. Saya menjawab, tidak ada masalah dengan hal itu karena umumnya orang Indonesia sangat baik dan hangat. Saya ingin merubah imej negatif tentang Indonesia !.

Bagaimana hubungan Chef Takai dan staff Indonesia? Apakah sulit menghadapi mereka?

Sejujurnya, pada awalnya sulit dan saya merasa benar-benar stress. Ada banyak hal yang tidak saya mengerti jika melihatnya dari pola pikir dan standar kerja orang Jepang. Misalnya, kasus kehilangan bahan masakan di restoran yang menurut karyawan disebabkan oleh ulah hantu. Saat lebaran semua staf tidak bisa bekerja sementara ada tamu ingin datang ke restoran. Saat puasa, efektivitas kerja berkurang. Dengan pola pikir orang Jepang, situasi-situasi seperti itu tidak mungkin dipahami, karena mereka bekerja dan mendapat imbalan bayaran. Karena saya belum begitu memahami agama dan budaya Indonesia akhirnya saya mulai belajar tentang agama, budaya dan tentang Indonesia sendiri. Saya pernah mengunjungi seorang Haji untuk mendengarkan dan mempelajari ajaran Islam, apa arti puasa dan sebagainya. Di tempat saya bekerja, saya melihat ada karyawan yang tetap semangat bekerja walaupun berpuasa, tetapi ada juga karyawan yang berkurang efektivitas kerjanya yang -menurut mereka-diakibatkan karena puasa. Akhirnya saya pun mengambil kesimpulan, puasa itu adalah “melatih dan mendisiplinkan diri sendiri” sehingga tidak mungkin puasa menjadi salah satu sumber permasala-han. Setelah belajar tentang Islam, saya merasa jika Islam memang agama yang bagus.

(15)

Saya merasa sangat beruntung mendapat kesempatan bekerjasama dengan orang Indonesia. Hal itu selamanya akan menjadi harta karun di dalam kehidupan saya. Saya rasa pekerjaan ini ada karena karyawan Indonesia, jadi bisa dikerjakan. Baru-baru ini di Jepang, generasi muda yang masuk ke dunia masak, cenderung cepat menyerah dan keluar dari suatu pekerjaan. Memang dunia masak-memasak ini keras dan butuh banyak kesabaran. Tetapi saya melihat orang Indonesia yang mempunyai tujuan atau mimpi, akan terus berusaha dan tidak berhenti bekerja. Di sisi lain, saat ini di Jepang, agak sulit untuk meningkatkan jumlah sumber daya generasi penerus.

Saya merasa Indonesia adalah tempat bekerja. Walupun saya tidak pandai berbahasa Indonesia, tetapi saya tetap bisa bekerja karena staff Indonesia selalu berusaha mendengar dan memahami apa yang saya maksud. Saya pernah mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Amerika Serikat, Perancis dan negara-negara lain, tetapi saya merasa Indonesia adalah yang terbaik, mungkin karena impresi orang Indonesia terhadap Jepang juga baik.

Apa yang ingin disampaikan kepada orang Indonesia tentang esensi dari masakan Jepang?

Kalau menjawaban pertanyaan ini, bukan hanya masakan Jepang, tetapi saya pikir waktu kita memasak, kita harus memikirkan tentang orang yang akan menyantap masakan tersebut, misalnya memasak untuk suami, memasak untuk tamu dan sebagainya.

Apakah mungkin menggunakan bahan-bahan yang ada di Indonesia untuk memasak masakan Jepang?

Tentu saja, bisa dan apa saja boleh. Saya rasa mungkin perlu menambah pengalaman memasak, tetapi saya pikir hampir semua bahan yang ada di Indonesia bisa dipakai untuk memasak masakan Jepang. Ada banyak bahan makanan bagus di sini.

Sekarang ada kulkas dan es, berbeda dengan masa yang lalu. Jadi mungkin menarik kalau ada yang ingin membuat Sashimi padahal dulu hanya dikenal ikan goreng. Waktu staf saya pulang kampung, mereka mencoba membuat Sashimi kampungnya. Tetapi di sana, katanya tidak ada orang yang bisa makan Sashimi itu. Walaupun tidak dimakan karena memang belum terbiasa, saya merasa sangat senang sekali karena sampai ada staf yang mau mencoba hal itu. Ini salah satu contoh orang Indonesia yang telah memilih bahan masakan setempat untuk diolah menjadi masakan Jepang.

Benarkan karyawan Basara umumnya belum pernah memasak masakan Jepang?

Ya, kebanyakan karyawan baru belum pernah memasak masakan Jepang. Jadi mereka baru belajar di sini bagaimana cara memasak masakan Jepang. Ada 5, 6 staf yang telah bekerja sejak pembukaan restoran ini. Harapan saya karyawan ini bisa membuat menu sendiri dan nantinya bisa menjalankan restoran tanpa orang Jepang. Saya sudah mulai mengembangkan karyawan saya untuk memikirkan menu baru sendiri, walaupun saya masih turut mencek menu tersebut.

Berarti sudah ada menu yang dibuat oleh staf Indonesia dan disajikan kepada tamu umum?

Ya, tentu. Kalau kami tidak melakukan hal seperti itu, berarti tidak ada kemajuan. Itulah kreatifitas yang tercipta berdasarkan dari pengelaman di restoran ini. Hal ini merupakan semacam training bagi karyawan agar mereka mendapatkan kemampuan untuk mengaplikasikan berbagai bahan untuk membuat menu baru masakan Jepang. Jadi, sekarang kami mulai memakai bahan-bahan dari Indonesia seperti kecap manis, kecap asin, dan gula merah. Jika saya tidak mencoba menggunakan bahan-bahan setempat, saya pikir rasa masakan dan menu tidak akan berkembang. Gula merah enak sekali! Saya juga pernah memakai cermai yang sangat asam untuk dibuat selai dan hasilnya cocok sekali dinikmati bersama Shochu(minuman keras Jepang). Saya pernah membuat cermai yang dicampur dengan foie gra. Dari kunjungan ke berbagai tempat di Indonesia, saya menemukan banyak sekali bahan masakan. Sebagai hasil dari penjelajahan, pada bulan September, restoran Basara menyediakan menu khusus bertema “Nichi-I no Kizuna”(hubungan antara Jepang dan Indonesia). Dulu saya pernah mencoba membuat otak-otak dan sebagainya, tetapi reaksi tamu kurang baik seperti “Apa ini?”. Belajar dari pengalaman tersebut, saya pikir akan menarik misalnya membuat otak-otak dengan sentuhan rasa Jepang seperti halnya membuat Satsumaage (semacam otak-otak goreng) yang dagingnya dicampur dengan sayur-sayuran. Proses seperti ini sangat menarik bagi saya.

Katanya suka memancing, hobi ini berguna untuk pekerjaan sekarang?

(16)

berguna. Pertama saya jadi bisa menikmati hidangan ikan, ke-dua saya bisa menjelajahi berbagai wilayah Indonesia, dan saya bisa bertemu dengan beragam makanan di tempat saya berjunjung. Misalnya di Aceh, saya menemukan makanan yang sangat enak sekali. Saya suka kari ayam, teh tarik, daun sultan dan sebagainya. Tahun kemarin saya menggunakan daun sultan saat workshop memasak masakan Jepang di sini. Saya sempat makan masakan dengan daun sultan di sebuah toko di Aceh, dan menanyakan nama daun itu. Ternyata itu daun sultan yang diambil dari pohon yang tumbuh di tanah yang pernah diterjang tsunami. Bagi saya, itu semacam simbol rekonstruksi. Waktu itu saya memakai daun sultan yang dikirim dari tempat itu. Daun sultan sangat enak kalau dimakan bersama dengan nasi. Nutrisinya sangat kaya. Saya ingin membawa daun sultan ke Jepang.

Baru-baru ini, saya pergi ke Bangka dan bertemu dengan jeruk Bangka. Rasanya enak sekali. Jeruk Bangka seperti Sudachi(sejenis jeruk) di Jepang, yang mengandung banyak air. Sambal Bangka juga menarik. Sambal itu berbahan dasar jeruk, Shoyu(kecap asin) dan cabe. Sambal Bangka rasanya luar biasa, seperti Ponzu (saus khas Jepang yang terbuat dari kecap soya dan perasan jeruk citrus dengan rasa agak pedas). Terasi dan bumbu lada hitam juga luar biasa, lezat dan segar. Itulah hal terbaru yang membuat saya terkesan. Tahun kemarin saya juga ke Papua, dan masakan Papua juga luar biasa. Saya tidak tahu kenapa, mungkin karena pernah ada kontak dengan tentara Jepang di masa lalu, saya menemukan jenis masakan yang persis masakan Jepang. Misalnya Katsuo no Tsukudani(Ikan cakalang yang dimasak dengan Shoyu dan bumbu tertentu). Masakan babi hutan di sana juga persis sama dengan Buta no Kakuni (daging babi yang dimasak dengan Shoyu dan bumbu tertentu). Di Indonesia ada berbagai macam jenis mahluk air purba seperti coelacanth (masyarakat Manado menyebutnya sebagai ikan raja laut). Tetapi karena terlalu banyak spesies mahluk purba seperti ini, tampaknya tidak terlalu mendapat perhatian dan tidak dilingungi oleh orang Indonesia sendiri. Padahal jenis-jenis ikan langka seperti itu sangat penting artinya untuk kehidupan manusia di dunia. Hal yang sangat saya sesali adalah, soal sampah yang mencemari laut. Kenapa tidak ada kebiasaan membuang sampah di tempat sampah? Kesadaran lingkungan hidup itu penting.

Sebagai Chef restoran Basara atau pun pecinta mancing, tolong jelaskan tentang pertukaran budaya kuliner Jepang dan Indonesia? Rencana apa yang akan dilakukan oleh Chef Takai ?

Indonesia sangat kaya akan bahan-bahan makanan. Saya ingin belajar tentang berbagai hal sambil menjelajahi berbagai tempat di Indonesia. Saya menemukan biji vanilla di Alore. Awalnya saya pikir itu semacam pohon kacang Ingen(sejenis sayur kacang-kacangan Jepang), karena di Jepang tidak mungkin melihat pohon vanilla lansung. Waktu saya sadar ternyata itu adalah pohon vanilla, saya pun terkejut dan berteriak “Wooooooow!”.

Jadi ,saya ingin sekali mengajarkan masakan Jepang sebanyak mungkin kepada orang Indonesia, dan saya juga ingin mempelajari berbagai hal sebanyak mungkin dari orang Indonesia. Masih ada banyak masakan di daerah-daerah Indonesia.”Indonesia, honto ni iidesu.”(Saya benar-benar suka Indonesia). Kalau saya bisa menambah angan-angan saya, mungkin sebaiknya Indonesia memiliki sekolah Koki profesional. Kalau ada yang ingin membangun sekolah seperti itu, saya kira akan banyak chef asing membantu walaupun secara sukarela. Saya ingin mengajar dengan senang hati. Di Indonesia ada SMK tata boga tetapi ternyata mereka tidak begitu tahu tentang misalnya Tempura, dan hanya pernah menonton demontrasi yang dibawakan oleh pengajar mereka. Kalau pun misalnya saya bisa ikut mengajar di SMK, mungkin akan lebih baik. Bunkasai juga merupakan kesempatan yang baik. Pada kesempatan tersebut misalnya bisa memakai bahan makanan Indonesia untuk diolah menjadi masakan Jepang yang bisa juga diaplikasikan ke makanan lain.

Poin-poin apa saja yang bisa dibanggakan dari restoran Basara dan hubungannya dengan Indonesia?

(17)

menunduk, suaranya bergetar. Tampak matanya berkaca-kaca). Saya juga sempat berpikir sebaiknya semangat mereka ditambah lagi agar di luar Basara pun mereka bisa sukses(tertawa). Sejujurnya, tingkat kesabaran pun perlu lebih ditambah lagi, misalnya seorang staf yang hanya ahli membuat Sushi, jika kerja di tempat lain juga hanya bisa kerja di restoran Sushi. Karir seperti ini tidak panjang, jadi usaha mereka perlu ditambah sedikit lagi. Hal-hal yang sudah dipelajari bisa diaplikasikan di tempat lain dan potensi mereka pun akan menjadi lebih luas lagi.

Apakah ada saran dari Chef Takai untuk orang Indonesia yang ingin menikmati makanan Jepang atau memasak kuliner Jepang?

Pertama pikirkan jika kita memasak untuk orang lain. Selain itu, hormati bahan-bahan masakan dalam masakan Jepang. Katanya masakan Cina adalah jenis masakan api, sedangkan masakan Jepang dianggap sebagai jenis masakan air. Jadi, gunakanlah air yang enak dan dengan air yang enak kelezatan rasa bahan-bahan masakan akan muncul. Masakan Jepang adalah masakan yang minus(mengurangi sesuatu) dan bukan masakan plus(menambahi sesuatu).

Apakah air Indonesia cocok dengan masakan Jepang?

Saya menarik kesimpulan jika masakan Jepang terbaik hanya dibuat di Jepang. Waktu saya pergi ke Perancis, karena air di sana keras(mengandung banyak mineral dibanding air di Jepang), maka susah untuk menanak nasi. Saya tidak bisa merebus sayur, dan ada banyak hal lain yang cukup membingungkan. Jadi masakan Jepang yang dibuat di luar negeri, bukan masakan Jepang tetapi masakan yang mirip masakan Jepang. Walaupun demikian itu pun tentunya tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Saya rasa air di Indonesia lebih cocok dengan masakan Jepang. Saya pernah makan soto ikan di Papua, dan enak sekali. Soto itu menggunakan air dari alam. Saya rasa air di Jakarta tidak alami jadi, kurang enak. Walaupun demikian,

hal terpenting adalah bagaimana minat seseorang terhadap masakan Jepang, keinginannya untuk masuk ke dunia baru dan keinginan untuk mencoba hal-hal yang belum pernah dialami oleh diri sendiri.

Hal apa yang membuat Chef Takai terkesan di Indonesia dan hal apa lagi yang ingin dicapai?

Ada banyak hal yang membuat saya terkesan. Tetapi yang saya paling mengesankan adalah waktu bencana gempa bumi dan tsunami dahsyat terjadi di wilayah timur Jepang. Anak-anak yatim piatu membawa koin-koin kecil yang diserahkan kepada saya. Dulu, setelah saya memancing, saya sering memberikan ikan-ikan hasil pancingan kepada sopir saya. Ternyata, tanpa saya tahu, sopir saya sering memberikan ikan-ikan itu ke panti asuhan. Saya dulu hanya berpikir jika sopir saya sangat suka ikan. Saya tidak tahu jika sopir saya membawa ikan-ikan itu ke panti asuhan setiap kali dia menerimanya dari saya. Saya membay-angkan tentunya sopir saya bercerita kepada anak-anak, jika ada seorang Jepang yang memberikan mereka ikan – ikan tersebut kepada mereka. Jadi setelah Jepang didera bencana gempa dan tsunami, mereka membawa koin-koin kepada saya. Saya pikir mereka punya kesulitan ekonomi, tetapi walaupun dalam situasi seperti itu, mereka mengetahui jika Jepang sedang menghadapi kesulitan sangat berat, dan mereka mengantarkan uang itu kepada saya. Hal itu sangat berkesan dan memberikan semangat walaupun saya kehilangan teman (tubuhnya masih belum diketemukan) dan juga merasa agak depresi dengan kabar-kabar yang buruk dari Jepang. Anak-anak yatim kecil seperti mereka memberikan dukungan kepada Jepang, dan saya pikir saya harus lebih bersemangat. Saya sangat senang dan berterima kasih kepada mereka. Kalau saya mengingat hal itu, air mata saya masih sering menetes. Jadi, saya ingin sekali membalas kasih kepada negeri ini sebisa mungkin, dan meninggalkan hal-hal yang baik di sini.

(18)

Terjadinya peristiwa serangan 11 September 2001,

sangat disesali karena segera setelah itu persepsi

negatif tentang Islam tersiar ke seluruh dunia

seperti “ Islam tidak toleran”, atau “Islam agama

musuh”.

P

ara ahli Islam di Jepang segera bersuara menyatakan keberatan atas kesalah-pahaman dan fitnah tersebut. Professor Motoko Katakura, seorang wanita pengkaji Studi Islam, menunjukkan tentang sifat fleksibel yang mendapat porsi penting dalam ajaran Islam. Menurut pendapat beliau, salah satu gagasan paling penting dalam Islam yang terkait dengan fleksibilitas, ada pada ilmu “tauhid”. Ia juga menegaskan berbagai “diversity” (keragaman) yang muncul dari keesaan Allah.

Oleh karena Islam memuat “diversity” di dalamnya, ia bisa mengembangkan sayap sebagai Agama Dunia dari Barat, Afrika sampai Timur hingga Asia Tenggara yang juga mengakulturasi adat-istiadat dan kehidupan lokal. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang berjarak antara kaum Islam Indonesia dan kaum Islam Saudi Arabia walapun mereka meyakini agama yang sama. Sementara itu, masyarakat Jepang, yang tidak mempunyai kesempa-tan untuk bertemu langsung dengan kaum muslim, tidak terlalu mengenal tentang Islam, khususnya, Islam di Asia Tenggara seperti Indonesia. Pada simposium di tahun 1980, berjudul “Peradaban Islam dan Peradaban Jepang: sebuah pendekatan untuk saling memahami”. Professor Ethnologi, Tadao Umesao, pimpinan tertinggi akademisi Jepang saat itu, mengatakan bahwa, memahami Islam dari berbagai fragmen pengetahuan seperti politik, ekonomi, agama atau pun adat-istiadat tidak cukup. Professor Umesao menganjurkan kepada bangsa Jepang bahwa, seharusnya, Islam dipahami total secara keseluruhan.

Di samping itu, beliau menambahkan bahwa masyarakat muslim pun, sebaliknya memahami Jepang sebagai satu peradaban yang khas. Saya rasa pendapat professor Umesao 32 tahun yang lalu tersebut masih relevan saat ini. Saya sendiri, pada saat bertugas pertama kalinya di Indonesia di tahun 1989 sampai 1993, mengakui adanya revitalisasi Islam Indonesia di zaman Orde Baru.

Sesudah itu, saya mulai sangat memperhatikan Islam di Indonesia. Hal yang paling mengesankan adalah “Festival Istiqlal’ di Jakarta, 1991. Di Mesjid Istiqlal, festival tersebut diselenggarakan dan diisi dengan berbagai kegiatan seperti simposium oleh para cendekiawan muslim, pameran seni kontemporer Islam, pertunjukan dan konser seni budaya daerah, kontes azan, festival film Islam dan lain-lain. Hati saya pun tergerak oleh dinamika Islam seluruh Indonesia. Hal inilah yang melatarbelakangi program “Invitation Program for Young Moslem Intellectuals”, yang dimulai tahun 2009.

Sejak itu, the Japan Foundation mengundang kalangan pemuda cendekiawan muslim dari Asia Tenggara termasuk Indonesia, menawarkan kesempatan agar mereka dapat berdialog langsung dengan masyarakat Jepang, lalu mempelajari budaya dan masyarakat Jepang secara keseluruhan. Tujuan ke-dua program tersebut adalah agar bangsa Jepang juga mendapat kesempatan untuk memahami Islam dan Asia Tenggara. Pada saat yang sama kami pun berharap agar para peserta bisa melihat dari dekat bagaimana masyarakat Jepang menerima komunitas muslim di Jepang. Tujuan ke-tiga adalah, harapan akan pembinaan jejaring di antara cendekiawan muslim di Asia Tenggara. Sejak pertengahan abad ke-19, Jepang yang menjadi pemain terdepan modernisasi di wilayah non-barat terus mencari keseimbangan antara tradisi dan modern. Sementara memelihara tradisi itu sendiri, Jepang terus berusaha mempromosikan modernisasi dengan lebih cepat. Dalam proses itu, terciptalah kesuksesan yang gemilang serta rasa penyesalan atas kesalahan yang pernah terjadi. Pada saat terjadinya proses globalisasi, Indonesia sedang berjuang untuk mencapai harmonisasi antara tradisi, pembangunan negara serta perkembangan ilmu dan teknologi. Saya rasa Jepang bisa membagikan banyak pengalaman dengan Indonesia. Misalnya, pada tahun 2011, peserta program undangan ke Jepang mengunjungi daerah korban bencana Great East Japan Earthquake. Para peserta mendengar tanggapan langsung dari korban bencana alam di sana. Mereka, sebagai pemimpin pemuda Islam Indonesia, bisa mendapatkan kesempatan untuk memikir-kan sendiri tentang pontensi begaimana agama bisa berfungsi dalam melakukan rekonstruksi yang diakibatkan oleh bencana alam. Inilah “New Frontier” untuk rasa saling-pengertian antara Jepang-Indonesia.

OBROLAN HANGAT BERSAMA PAK OGAWA

(19)

Dalam proses itu, terciptalah kesuksesan yang gemilang serta rasa penyesalan atas kesalahan yang pernah terjadi. Pada saat terjadinya proses globalisasi, Indonesia sedang berjuang untuk mencapai harmonisasi antara tradisi, pembangunan negara serta perkem-bangan ilmu dan teknologi. Saya rasa Jepang bisa membagikan banyak pengalaman dengan Indonesia. Misalnya, pada tahun 2011, peserta program undangan ke Jepang mengungjungi daerah korban bencana Great East Japan Earthquake. Para peserta mendengar tanggapan langsung dari korban bencana alam di sana.

Mereka, sebagai pemimpin pemuda Islam Indonesia, bisa mendapatkan kesempatan untuk memikirkan sendiri tentang potensi bagaimana agama bisa berfungsi dalam melakukan rekonstruksi yang diakibatkan oleh bencana alam. Inilah “New Frontier” untuk rasa saling-pengertian antara Jepang-Indonesia.

Tadasi OGAWA adalah Director General the Japan Foundation, Jakarta dan Regional Director for South

(20)

Gajah Kecil (Kozo Monogatari)

1986/106 menit Sutradara : Ryo Kinoshita

Ketika perang dunia menjelang, pemerintah Jepang memutuskan untuk membunuh semua binatang buas di kebun binatang karena khawatir akan serangan udara yang membuat binatang panik dan menyulit-kan warga. Walaupun banyak warga menentang, eksekusi harus tetap berjalan. Ketika seekor anak gajah berusaha untuk diselundupkan, tentara mengetahui dan berusaha membunuhnya. Rombongan anak-anak SD melindungi namun letusan senapan terdengar..

Kisah Hachiko (Hachiko)

1987/108 menit

Sutradara : Seijiro Koyama

Seekor anak anjing dikirim ke rumah keluarga prof. Ueno. Karena tidak ada anggota keluarga yang mau memelihara, maka prof. Ueno lah yang melakukannya. Hachiko, tumbuh menjadi anjing manis yang setia mengantar dan menjemput prof. Ueno di setasiun kereta Shibuya setiap ia berangkat bekerja. Suatu hari prof. Ueno meninggal namun Hachiko terus melakukan tugasnya. Ia selalu menanti tuannya hingga ajal menjemput. Warga Shibuya mendirikan patung Hachiko di stasiun Shibuya untuk mengenang kesetiaan anjing itu.

SINOPSIS FILM

Terbuka untuk UMUM.GRATIS. Tanpa tanda masuk. Dilarang makan dan minum di ruang pertunjukan.

Harap membawa baju hangat. Karena ruangan berpendingin cukup kuat. Seluruh film berteks bahasa Indonesia.

Pinguin Langit – (Asahiyama

Doobut-suen)

2009 /112 min

Sutradara: Masahiko Tsugawa

Film ini dibuat berdasarkan kisah sukses revitalisasi kebun binatang Asahiyama di Hokkaido. Mengisahkan seorang penjaga kebun binatang baru, Yoshida Tsuyoshi, saat kebun binatang terancam ditutup karena krisis utang yang terus berlanjut. Yoshida yang bermasalah dan sulit bergaul menemukan gairah hidup di kebun binatang dan berjuang untuk mendapatkan pengakuan. Dalam film ini, sutradara Masahiko Tsugawa berperan sebagai pengawas kebun binatang.

Gonta Beruang Malang (ITAZU)

1988/117 menit

Sutradara : Toshio Goto

(21)

M

endengar nama Eiji Yoshikawa, mengingatkan kita pada novel-novel legendaris bergenre fiksi sejarah seperti Musashi, Taiko, dan lain-lain. Yoshikawa memang banyak menulis karya dengan pengaruh dan latar belakang sejarah seperti sejarah Jepang dan Cina. Novel-novel tersebut bukanlah cerita asli atau pun kisah nyata. Karya-karyanya seperti bentuk dari penceritaan kembali dari pelbagai sejarah dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna. Melalui novel, Yoshikawa ingin menumbuhkan minat pembaca terhadap sejarah Jepang dan cara ini berhasil.

Uesugi Kenshin merupakan salah satu novel hasil karyanya yang baru saja diterbitkan oleh Mahda Books dalam bahasa Indonesia. Novel ini bercerita tentang Daimyo (pimpinan pemerintahan daerah) muda yang disegani bernama Uesugi Kenshin pada zaman Sengoku. Kenshin adalah daimyo muda dari negeri Echigo. Ia mendapat nama Uesugi dari shogun (panglima besar) bernama Uesugi Norimasa yang meminta bantuan kepadanya untuk mengepung klan Hojo yang menyerang negeri-negeri kecil. Kenshin memiliki sifat yang sensitif, namun setelah mendalami Zen, sifatnya berubah drastis menjadi lebih tenang dan lebih mengonsentrasikan kekuatan batin dalam meraih impiannya. Berkat Zen pula, ia menjadi daimyo yang bijak serta adil bahkan terhadap musuhnya sendiri. Kenshin juga dikenal sebagai samurai pemberani dan pantang menyerah yang akhrinya menjadi daimyo legendaris dari Kasugayama. Cerita diawali dari adanya wilayah yang dikuasai oleh para daimyo. Mereka berlomba-lomba untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan cara merebut dan berperang. Salah satu daimyo yang berambisi menguasai wilayah-wilayah di sekitarnya adalah Takeda Shingen. Shingen adalah seorang samurai yang terampil baik dalam berperang maupun dalam taktik politik. Dia menjadi musuh bebuyutan Kenshin hingga pada tahun pertama era Eiroku (1558), mereka berdua berjanji untuk saling bersahabat dan tidak saling menyerang. Walaupun tanpa melakukan aksi perang, Shingen tetap melakukan aksi gelap dengan menyebarkan mata-mata dan menyusup ke wilayah-wilayah yang ingin dikuasainya termasuk wilayah kekuasaan Kenshin.

Suatu hari saat perjanjian sudah berlangsung selama empat tahun, salah satu kastil yang dikuasai Kenshin, kasiel Warigadake, direbut oleh pasukan Shingen saat Kenshin sedang melakukan penyerangan ke Klan Hojo. Akibatnya seluruh pasukan dari pihak Kenshin terbunuh. Kenshin yang selama ini menjunjung tinggi perjanjian yang telah disepakati dengan Shingen sangat marah dengan tindakan musuh bebuyutannya itu. Shingen telah mengingkari janjinya. Kastil Warigadake adalah kastil yang berlokasi di tempat strategis dan bernilai penting. Jika berhasil direbut pasukan Shingen, gerakan pasukan Echigo akan terhambat ke selatan dan timur. Berbulan-bulan setelah penyerangan kastil Warigadake tidak ada tindakan apapun dari Kenshin. Hal ini membuat banyak pasukan yang tidak sabar dengan tindakan Kenshin. Kenshin akhirnya mengambil keputusan untuk menyerang kubu Shingen dengan taktik yang tidak diduga oleh Shingen. Hingga akhirnya, perang Kawanakajima pun pecah. Tindakan dan sifat Kenshin pada perang Kawanakajima inilah yang menjadi focus utama gambaran seorang Uesugi Kenshin. Di perang Kawanakajima, sebagai pemimpin pasukan, segala tindakan dan taktik Kenshin patut diacungi jempol. Tindakan-tindakan itulah yang disegani para pasukannya dan menjadi penyemangat. Selain itu, Kenshin juga suka membantu wilayah lain walaupun wilayah tersebut adalah wilayah Shingen, musuhnya sendiri. Sifat tenang, adil, dan bijaksana tidak dapat dilepaskan dari sosok Uesugi Kenshin.

Novel ini menggambarkan ketenangan Uesugi Kenshin saat menghadapi situasi yang tidak menguntungkan. Taktik cerdas yang digunakan Kenshin membuat Shingen berpikir keras untuk mengalahkan Kenshin. Dengan tebal 388 halaman, novel ini terbagi dalam banyak bab namun isinya pendek sehingga pembaca dapat mudah mencerna isi cerita. Karena novel ini berlatar belakang sejarah, munculnya banyak nama terkadang menyulitkan saya sebagai pembaca. Namun, Yoshikawa menyuguhkan cerita yang menarik dan membawa pembaca seperti berada dalam suasana perang Kawanakajima sehingga banyaknya nama tidak menjadi suatu keluhan berarti.

Judul buku : Uesugi Kenshin: Daimyo Legendaris dari Kasugayama Penulis : Eiji Yoshikawa

Penerjemah : Ribeka Ota Penerbit : Mahda Books Genre : Fiksi Sejarah Tahun terbit : Mei 2012 Tebal halaman : 388 halaman

(22)

Jika ingin mengetahui tentang seni pertunjukan tradisional Jepang, kita dapat mencari informasinya dalam buku bertopik ‘Traditional performing arts of Japan’ , atau jika kita ingin mengetahui tentang macam-macam dialek di Jepang, dapat melihat ke buku yang berjudul ‘Dialects in Japan’ ( ). Bagi yang ingin mengetahui konstitusi Jepang, buku berjudul ‘The constitution of Japan’ ( ) mungkin dapat dijadikan rujukan.

Belum ada yang menarik minat? Jangan khawatir karena masih ada banyak lagi buku lain dalam koleksi ini, seperti : Proverbs ( ), Tanka & Haiku ( ), Asia-Pacific war ( ), Traditional crafts of Japan ( ), Historical figures of Japan ( ), Automobiles ( ), Agriculture of Japan ( ), Industry of Japan ( ), Rice ( ), Fishery of Japan ( ), dll.

Disajikan dalam banyak foto dan gambar berwarna-warni yang menarik, kini memperluas wawasan tentang Jepang melalui buku referensi terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Selamat membaca!

Koleksi referensi semacam ensiklopedi ini

sangat lengkap dan komprehensif untuk

dijadikan sumber informasi dan rujukan

berbahasa Jepang mengenai berbagai

topik tentang Jepang di masa kini.

Poplardia Information Library

Diberitahukan kepada seluruh anggota dan pengunjung perpustakaan bahwa jadwal pengecekan dan penyusunan kembali seluruh koleksi perpustakaan tahun 2012 akan dilakukan sesuai jadwal berikut :

1. Peminjaman buku terakhir : Selasa, 10 Juli 2012.

Pengembalian semua pinjaman buku : Selasa , 7 Agustus 2012.

2. Perpustakaan buka : Kamis, 12 Juli 2012 s/d Selasa, 7 Agustus 2012 tetapi tidak meminjamkan / memperpanjang peminjaman buku.

3. PERPUSTAKAAN TUTUP : Rabu, 8 Agustus 2012 s/d hari Sabtu 1 September 2012, termasuk libur Idul Fitri.

4. PERPUSTAKAAN BUKA KEMBALI : Senin, 3 September 2012.

5. Selama bulan Ramadhan, Perpustakaan tutup pukul 17.00

Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Perpustakaan

The Japan Foundation Jakarta

(23)

Pengumuman:

The Japan Foundation, Jakarta terus berusaha mengurangi penggunaan kertas dan kami memutuskan

untuk mengurangi pencetakan buletin NUANSA, sehingga sistem berlangganan NUANSA kami hapus.

NUANSA dapat diperoleh secara GRATIS di kantong-kantong budaya di kota anda. Silakan hubungi

Puput (021) 520-1266 untuk cara perolehannya.

Hari LIBUR - Kantor JF TUTUP :

17,20 Agustus 2012

Director General beserta seluruh staff The Japan Foundation, Jakarta mengucapkan

The Japan Foundation, Jakarta

Gedung Summitmas I lt.2-3 Jl.Jend.Sudirman kav.61-62 Jakarta Selatan.

T. 021-520-1266 F. 021-525-5159

Jam Kantor :

Senin-Jumat pk.08:30-16:30

Untuk mengetahui kegiatan JF silakan bergabung dengan:

Yahoogroups: layangkan e-mail:

subscribe-thejapanfoundation@yahoogroups.com

Jam buka :

- Senin, Selasa, Kamis, Jumat : 09.30-18.00 - Sabtu (minggu I dan III) : 09.00-12.30 - Rabu : Tutup

- Sabtu (minggu II dan IV) : Tutup - Minggu dan hari besar nasional Indonesia dan beberapa hari libur nasional Jepang : Tutup

Jam ISTIRAHAT, perpustakaan tetap BUKA namun TIDAK MELAYANI

- Keanggotaan & Audio Visual : 12.00 - 13.00 - Sirkulasi Peminjaman dan

Pengembalian Buku : 13.00 - 14.00 - Fotocopy : 12.00 - 14.00

HUBUNGI

KAMI

@JF_Jakarta

The Japan Foundation, Jakarta

www.jpf.or.id

(24)

Photo credit by: @Ken Miichi

PRANGKO BERLANGGANAN

KP 1 JAKARTA SELATAN 12000

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Kajian ini memfokuskan kepada keberkesanan Kaedah al-Matien dalam pengajaran dan pembelajaran al- Quran dengan menilai tahap skor responden menggunakan kaedah

etiga aktor penting inilah yang harus ditumbuh kembangkan agar terjalin kesetaraan, saling he% and (allanes , sehingga tidak terjadi disharmoni, antara aktor yang satu

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

1 Terbuka kepada semua pelajar sekolah menengah Tingkatan 1 hingga 5. 2 Pertandingan adalah secara berpasukan. Setiap pasukan terdiri daripada 3 orang peserta dengan

Bahkan banyak dari perwira Polri angkatan pertama pernah menjadi perwira atau ka det dari ketiga angkatan dalam militer Indonesia, yang kemudian berpindah, salah

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melengkapi data kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2014, dengan tujuan utama untuk memperoleh data pengeluaran

1) Mengujikan soal pilihan ganda berdasarkan hasil uji coba yang telah diperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya kepada siswa kelas VII C untuk