• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Spatial Penggunaan Lahan terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Spatial Penggunaan Lahan terhad"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1, Nomor 2, September 2017

Halaman: 22-30 ISSN: 2549-5100

Analisis Spatial Penggunaan Lahan terhadap Usahatani Padi

Sawah untuk Mengidentifikasi Ketersediaan Lahan dalam

Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan: Studi Kasus

Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah

Spatial analysis of land use for rice field farming to identify land availability in

achieving food security: case study of East Barito, Central Kalimantan

Andy Bhermana1,Sri Agustini1,*, Sandis Wahyu Prasetiyo1

1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah.Jalan G. Obos km 5, Palangka Raya-Kalimantan Tengah 73111.*email: andybhermana@yahoo.com; agustini_31@yahoo.com.

Manuskrip diterima:19 September 2017. Revisi disetujui: 27 September 2017.

Penyusunan suatu perencanaan wilayah dan tata ruang pertanian beserta kebijakan yang diprogramkan bertitik tolak dari informasi sumberdaya lahan yang tersedia.Perencanaan penggunaa lahan untuk pengembangan pertanian di wilayah kabupaten Barito Timur sangat diperlukan mengingat ketersediaan potensi sumberdaya lahan yang dimiliki khususnya luas wilayahnya.Tujuan dari studi ini adalah untuk menyusun suatu informasi spasial ketersediaan lahanyang terintegrasi ke dalam sistem informasi geografis (GIS) berbasis sumberdaya lahan untuk mendukung program pencapaian ketahanan pangan.Aplikasi teknologi GIS dan penginderaan jauh diaplikasi dalam studi ini dengan menggunakan pendekatan evaluasi kesesuaian lahan dan analisis spasial untuk tanaman padi. Hasil identififikasi penginderaan jauh berdasarkan interpretasi citra satelit secara spasial menunjukan areal pertanaman padi di wilayah Barito Timur secara keseluruhan masih sangat sedikit yaitu hanya seluas 8.887 Ha (2,32%).Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi dengan mempertimbangkan areal pertanaman padi yang sudah eksis maka dapat dijelaskan secara spasial bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan padi mencapai luasan 37.560 Ha (9,80%) dari total wilayah Barito Timur.

Kata kunci: Barito Timur, ketersediaan lahan, perencanaan wilayah.

(2)

Key words: East Barito, land availability, regional planning.

PENDAHULUAN

Program ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis pembangunan pertanian dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan yang berdampak positif terhadap kesejahteraan petani dan rakyat. Salah satu bentuk dukungan teknis dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan adalah penyediaan data dan informasi sumberdaya lahan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaan wilayah pengembangan pertanian tanaman pangan (Sulaeman et al. 2015; Rossiter, 2004).

Kabupaten Barito Timur dengan luas wilayah hanya 383.400 Ha atau 2,49% dari total luas wilayah Kalimantan Tengah mampu memberikan kontribusi untuk regional provinsi dalam penyediaan pangan dengan kemampuan produksi padi sebesar 32.721 ton atau 3,66% dari total produksi sebesar 893.202 ton di tahun 2015 (BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah ini memiliki potensi untuk pengembangan padi dimasa mendatang. Salah satu potensi sumberdaya biofisik lingkungan yang dapat dikelola untuk kepentingan pencapaian ketahanan pangan adalah ketersediaan sumberdaya lahan.

Wilayah Kabupaten Barito Timur memiliki data dan informasi sumberdaya lahan yang cukup

bagus.Namun, belum sepenuhnya mampu

memberikan informasi lebih rinci mengenai data ketersediaan lahan yang sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya untuk mendukung pemanfaatan lahan pertanian khususnya untuk usahatani padi sawah.Data dan informasi ketersediaan lahan mencakup luasan dan sebaran geografis dalam hal ini sangat diperlukan sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyusunan perencanaan penggunaan lahan (land use planning) (Amdam, 2011; Amler

et al. 1999).

Tujuan dari studi ini adalah untuk menyusun suatu informasi spasial ketersediaan lahan yang terintegrasi ke dalam sistem informasi geografis (GIS) berbasis sumberdaya lahan untuk mendukung program pencapaian ketahanan pangan.

BAHAN DAN METODE

Lokasi studi

Pelaksanaan studi difokuskan di wilayah Barito Timur merupakan wilayah administrasi kabupaten yang terletak paling timur di Provinsi Kalimantan Tengah dan berbatasan langsung dengan provinsi Kalimantan Selatan.Luas keseluruhan wilayah ini mencapai 383.400 Ha, dengan posisi geografis terletak pada koordinat 114˚55’44- 115˚2638 Bujur Timur dan

1˚39`10” - 2˚22`8” Lintang Selatan (Gambar 1).

Bahan

Bahan yang digunakan dalam kajian ini sebagian besar berupa data dan informasi yang tersaji dalam format spasial berupa peta-peta dasar seperti peta tanah, peta agroklimat, peta sistem lahan, peta rupa bumi, dan peta administrasi. Pada penyusunan peta penggunaan lahan (liputan lahan) digunakan data citra yang diakses dari Landsat 7ETM+ dan Landsat 8 dengan waktu perekaman yang dipilih dan disesuaikan dengan persentase ketertutupan awan yang relatif kecil dan kualitas data yang cukup baik. Informasi penunjang yang diperlukan adalah data persyaratan tumbuh tanaman padi untuk kepentingan evaluasi lahan.Seluruh data disusun pada skala tinjau (reconnaissance) 1:250.000 dengan mempertimbangkan bahwa informasi yang dihasilkan ditujukan untuk kepentingan perencanaan yang dapat diterapkan untuk tingkat regional (Aubert, 1981; Webster, 1981, FAO 1985; Abdullah, 1993; Baja, 2012).

Prosedur pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara

deskwork study dan field survey. Kegiatan

deskwork study dilaksanakan untuk

(3)

Gambar 1. Lokasi studi di Barito Timur.

(4)

Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian studi ini meliputi pendekatan evaluasi lahan untuk menentukan kesesuaian lahan tanaman padi sawah berdasarkan persyaratan tumbuh tanamannya (Dent& Young, 1981; Balittanah, 2003). Hasil dari evaluasi lahan dikonversi ke dalam format spasial sebagai bagian dari GIS (Martin, 1996). Prosedur interpretasi citra satelit digunakan untuk menyusun klasifikasi penggunaan lahan pertanaman padi sawah melalui serangkaian

image processing (Martin & Saha, 2009). Lebih

lanjut, interpretasi citra digunakan untuk mengidentifikasi dinamika spasial pola penggunaan lahan untuk padi sawah selama kurun waktu lima tahun terakhir (2012-2016). Selanjutnya teknik overlay terhadap beberapa data spasial dan visual interpretation digunakan dalam proses analisis spasial untk penyusunan peta ketersediaan lahan dan rekomendasi arahan kebijakan pewilayahan pengembangan komoditaspadi di wilayah Barito Timur (Gambar 2).

HASIL

Kondisi biofisik lingkungan. Wilayah kabupaten Barito Selatan terbagi menjadi dua tipologi lahan yaitu tipologi lahan lahan kering yang tersebar secara geografis di bagian tengah mengarah ke utara dan tipologi lahan basah yang terdapat di bagian selatan.Tipologi lahan kering di wilayah ini memiliki karakterisik yang sebagian besar besar terdiri dari tanah-tanah tua yang sudah banyak mengalami pencucian sehingga memiliki tingkat kesuburan yang rendah dengan diperberat dengan ketiadaan bahan pembaharu.Sedangkan pada lahan-lahan basah seperti rawa gambut dan lahan pasang surut faktor pembatas untuk kesuburan tanah adalah kemasaman tanah yang sangat tinggi.Tanah-tanah marginal yang terdapat di wilayah Barito Timur pada umumnya bukan merupakan faktor pendukung yang baik untuk pengembangan pertanian.

Beberapa ordo tanah yang dijumpai di wilayah Barito Timur berdasarkan hasil pre-eliminary

study terdapat meliputi: Entisols, Inceptisols,

Spodosols, Alfisols, Ultisols, dan Histosols

(Puslittanak, 1995; Puslitanak, 2000).Tanah-tanah yang berkembang dari batuan sedimen masam seperti Inceptisols dan Ultisols banyak mendominasi kawasan-kawasan lahan kering sedangkan di bagian selatan pada umumnya jenis tanah mineral yang dijumpai pada kawasan pasang surut terbentuk dari bahan endapan marin seperti Entisols. Jenis tanah lainnya yang juga dijumpai di bagian selatan wilayah ini adalah keberadaan tanah organik yang berkembang dari lapukan bahan organik sisa jaringan tumbuhan dimasa lampau dikenal dengan tanah gambut berasal dari ordo Histosols.

Agroklimat. Geografi Kalimantan Tengah berada dekat garis khatulistwa sehingga wilayah ini mendapat penyinaran matahari yang cukup sepanjang tahun dengan rata-rata suhu minimum 22,6 °C dan suhu maksimum 32,08 °C.Perbedaan suhu antar lokasi relatif kecil dan hanya dibedakan oleh perbedaan altitude. Suhu relatif pada siang hari berkisar antara 26 °C – 30 °C sedangkan pada malam hari 15°C – 26 °C.

Rejim suhu tanah termasuk ke dalam kelompok isohypertermic dimana suhu tanah pada kedalaman 50 cm lebih panas dari 22 °C sedangkan rejim kelembaban termasuk udik (lembab) dikarenakan wilayah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Sedangkan pada bulan terkering kondisi tanah masih memiliki kelembaban yang cukup untukmenutupi evapotranspirasinya.

Hasil pantauan terakhir BMKG (2017) hingga tahun 2017 intensitas hujan bulanan di wilayah Barito Timur tergolong sedang dengan kisaran 100-150 mm/bulan. Rata-rata curah hujan berdasarkan hasil rekaman data stasiun pengamatan Buntok adalah 2.349 mm dengan kelembaban 85,51%. Berdasarkan klasifikasi iklim Schimdt-Ferquson, wilayah Kalimantan Tengah termasuk ke dalam tipe hujan A dengan kriteria biofisik kawasan sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim Koppen wilayah ini termasuk ke dalam tipe iklim Afa yang dicirikan dengan beriklim tropis, suhu rata-rata tahunan pada bulan terdingin >18 oC dan pada bulan terkering curah hujan masih diatas 60 mm/bulan.

(5)

Timur terbagi menjadi dua zona utama yaitu zona B1 di bagian tengah mengarah ke utara dan zona C2 di bagian selatan. Zona B1 memiliki jumlah bulan basah berturut-turut 7-9 bulan sedangkan zona C2 hanya 5-6 bulan dengan jumlah bulan kering kurang dari dua bulan sampai tiga bulan untuk masing-masing zona yang ada.

Identifikasi spasial pertanaman & pengembangan padi. Hasil interpretasi data citra yang telah diklasifikasi berdasarkan objek yang telah ditentukan dan divalidasi melalui verifikasi lapangan selanjutnya disusun dan dituangkan kedalampeta digital yang menyajikan informasi spasial mengenai pola sebaran geografis areal pertanaman padi yang terdapat di wilayah Barito Timur (Gambar 3). Hasil identifikasi spasial secara deskriptif dapat dijelaskan areal pertanaman padi di wilayah Barito Timur secara keseluruhan masih sangat sedikit yaitu hanya seluas 8.887 Ha atau 2,32% dari luas total wilayah Barito Timur.

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, delineasi wilayah berdasarkan unit-unit lahan yang sesuai untuk pengembangan usahatani padi tersebar di bagian sebelah utara danselatan wilayah Barito Timur dengan luas keseluruhan mencapai 40.712 Ha (10,62%) (Gambar 4).

Perencanaan wilayah pengembangan padi. Hasil analisis spasial melalui teknik overlay dalam lingkungan GIS antara data spasial untuk wilayah peruntukan lahan berdasarkan hasil evaluasi lahan dengan sebaran areal pertanaman padi hasil interpretasi citra satelit menghasilkan informasi pola spasial ketersediaan lahan untuk pengembangan usahatani padi di Barito Timur (Gambar 5). Luas total wilayah untuk penyediaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan padi mencapai 37.560 Ha (9,80%) dengan pola sebaran geografis yang tidak berbeda dengan alokasi peruntukkan lahan untuk pengembangan padi (Gambar 4).

PEMBAHASAN

Karakteristik topografi wilayah Barito Timur banyak didominasi oleh wilayah-wilayah yang datar mulai dari bagian selatan mengarah ke tengah dan terus ke bagian barat hingga timur. Pada bagian tengah mulai dijumpai perbukitan dengan variasi kisaran lereng dengan tingkat

kecuraman yang meningkat ke arah bagian utara. Informasi topografi dan bentuk wilayah (landform) sangat penting dalam analisis potensi wilayah karena berhubungan dengan karakteristik tanah dan sifat-sifat lingkungan biofisik lainnya (Djaenudinet et al. 2002). Kelerengan (slope) merupakan bagian penting dari topografi yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan tipe pemanfaatan lahan untuk pertanian (Altiery, 1987).

Kombinasi rejim suhu dan kelembaban dapat dijadikan dasar dalam mengklasifikasi lingkungan di mana tanaman-tanaman tertentu dapat tumbuh dengan baik. Kondisi agroklimat secara umum di wilayah ini memiliki tingkat kesesuaian yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman (crop requirement) untuk komoditas padi (Balittanak, 2003).

Luas areal pertanaman padi di Barito sangat kecil disebabkan oleh kondisi biofisik lingkungan yang didominasi oleh tipologi yang tidak mendukung karena tingkatan kesuburan yang rendah.Sebagian besar wilayah ini masih didominasi oleh kawasan hutan, rawa gambut dan sisanya berupa areal pertambangan dan kawasan pemukiman penduduk. Suriadikarta & Satriadi (2007) mengemukakan bahwa kawasan-kawasan yang dikelola untuk usahatani padi terdapat pada lahan-lahan basah yang jenuh air dan terbentuk dari endapan sungai seperti tanah-tanah Aluvial. Namun demikian, luas areal pertanaman yang masih relatif sangat sedikit maka wilayah Barito Timur memiliki potensi ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya padi.Hal ini dapat dijelaskan bahwa kawasan-kawasan yang berada di sekitar jalur aliran sungai masih berpeluang untuk prospek pembukaan lahan dan cetak sawah baru di masa mendatang.

(6)

Gambar 3. Sebaran areal pertanaman padi di Barito Timur.

(7)

Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi dilakukan terhadap unit-unit lahan yang sudah merepresentasikan data dan informasi sumberdaya lahan dan iklim. Hasil penilaian klasifikasi kesesuaian lahan terhadap masing-masing unit lahan selanjutnya disusun dan diintegrasikan ke dalam format spasial. Aplikasi teknologi GIS digunakan dalam prosedur evaluasi lahan khususnya untuk pemetaan dan analisis perwilayahan (Malczewski, 2004).

Hasil identifkasi spasial menunjukkan bahwa delineasi wilayah ini memiliki prospek untuk pengembangan mengingat kawasan-kawasan yang sesuai terdapat pada jalur aliran sungai dimana ketersediaan sumberdaya air cukup mendukung dengan menambahkan input pengelolaan tata air yang sesuai dengan kondisi biofisik lingkungan setempat. Keberadaan sistem jaringan sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai

jalur transportasi selain didukung keberadaan pusat atau kawasan pemukiman penduduk yang sebagian besar umumnya sudah bermukim di sekitar jalur-jalur aliran sungai.

Penyusunan suatu perencanaan wilayah dan tata ruang pertanian beserta kebijakan yang diprogramkan bertitik tolak dari informasi sumberdaya lahan yang tersedia.Informasi ketersediaan lahan merupakan data esensial dalam penyusunan perencanaan melalui pemilihan wilayah-wilayah yang berpotensi (Susanto & Sirappa, 2007).Ketersediaan informasi sumberdaya lahan menjadi hal yang penting dalam menentukan pengambilan kebijakan sehingga sasaran untuk pencapaian program ketahanan pangan yang berkelanjutan dapat dilaksanakan secara optimal di Kabupaten Barito Timur.

(8)

Hasil identifikasi spasial berdasarkan informasi sebaran areal pertanaman padi (Gambar 3), menjelaskan bahwa bentuk intervensi berupa pemanfaatan lahan untuk usahatani padi pada wilayah ini secara relatif masih sangat sedikit yaitu hanya 3.152 Ha atau 7,74% dari total luas alokasi peruntukan lahan untuk pengembangan padi. Dengan memberikan input teknologi spesifik lokasi yang sesuai maka wilayah ini memiliki prospek tidak hanya sebagai lahan-lahan cadangan tetapi juga untuk bagian tahapan perluasan areal tanam melalui program ekstensifikasi pertanian khususnya tanaman pangan (Ritung et al. 2004). Konsep alokasi penyediaan lahan yang rasional berdasarkan kesesuaian lahan dan keberlanjutan (sustainable) diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan

dalam penyusunan program-program

pembangunan pertanian berbasis usahatani berbasis padi.

SIMPULAN

Informasi ketersediaan lahan untuk pengembangan usahatani padi merupakan data esensial dalam penyusunan konsep perencanaan

wilayah yang mengacu pada kesesuaian

lahannya.Penyediaan data terkini secara rasional diperoleh dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistim informasi geografis dengan pendekatan konsep evaluasi kesesuaian lahan. Luas wilayah ketersediaan lahan untuk pengembangan padi di Barito Timur mencapai 37.560 Ha (9,80%). Dengan dukungan masukan teknologi spesifik lokasi yang sesuai maka wilayah ini memiliki prospek tidak hanya sebagai lahan-lahan cadangan namun juga untuk bagian tahapan perluasan areal tanam melalui program ekstensifikasi pertanian khususnya tanaman pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Altiery MA. 1987. Agroecology: the scientific

basis of alternative agriculture. Westview Pr,

London.

Amdam J. 2011. Flexibility in regional planning. Di dalam: Rural and regional planning and

development at the 3rd world planning schools congress. Volda University College,

Perth, 4-8 July 2011.

Amler B, Betke D. Eger H, Ehrich C. Hpesle U, Kohler U, Kusel C, Lossau Av, Lutz W, Muller U, Schwedersky T, Seldemann S, Slebert M, Trux A, Zimmermann W. Land use

planning methods, strategies and tools.

Deutsche Gesellachaft fur Technische Zusammenarbelt (GTZ), Eschborn.

Aubert G. 1981. Soil survey: different types and categories. In: Soil resource inventories and

development planning, proceedings of

workshops at Cornell University 1977-1978. Technical monograph no. 1. Soil management support services. P: 17-25.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2017. Peta Analisis Curah Hujan

Juli 2017. BMKG, Jakarta.

Baja S. 2012. Perencanaan tata guna lahan

dalam pengembangan wilayah: pendekatan spasial dan aplikasinya. Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Djaenudin D, Hendrisman M, Hidayat A, Subagyo H. 2003. Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian. Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah. 2016. Kalimantan Tengah dalam

angka 2016. BPS Kalteng, Palangka Raya.

Chauhan HB, Nayak S. Land use/land cover changes near HAzira region, Gujarat using remote sensing satellite data. J Indian Soc

Remote 33 (3): 413-420.

Dent D, Young A. 1981. Soil survey and land

evaluation. Georg Allen & Unwin Pr, London.

Djaenudin D, Sulaeman Y, Abdurrachman A. 2002. Pendekatan pewilayahan komoditas pertanian menurut pedo-agroklimat di kawasan timur Indonesia. J Litbang Pert 21 (1): 1-10

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 1985. Guidelines: land

evaluation for irrigated agriculture. FAO Soil

(9)

Malczewski J. 2004. GIS-based land-use suitability analysis: a critical overview. Prog

Plan 62: 3–65.

Martin D, Saha SK. 2009. Land evaluation by integrating remote sensing and Gis for cropping system analysis in a watershed. Curr

Sci 96 (4): 569-575.

Martin D. 1996. Geographic information system

socioeconomic applications. 2nd ed. Routledge, London.

Oldeman LR. Irsal L, Muladi. 1980.

Agro-climatic map of Kalimantan. Central Research

Institute for Agriculture, Bogor.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak). 2000. Atlas sumberdaya tanah

eksplorasi Indonesia, skala 1:1.000.000.

Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Jakarta.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat

(Puslittanak). 1995. Peta potensi

pengembangan pertanian Provinsi Kalimantan Tengah Skala 1:500.000. Badan

Penelitian Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Jakarta.

Ritung S, Mulyani A, Kartiwa B, Suhardjo H. 2004. Peluang perluasan lahan sawah. Di

dalam: Fahmuddin A, Adimihardja A,

Hardjowigeno S, Fagi AM, Hartatik W (eds).

Tanah sawah dan teknologi pengelolaannya.

Pusat Penelitian & Pengembangan Tanah & Agroklimat (Puslitbangtanak), Bogor.Hal: 258-282.

Rossiter DG. 2004. Digital soil resource inventories: status and prospects. Soil Use

Manage 20 (3): 296-301.

Sulaeman Y, Ropik S, Bachri S, Sutriadi MT,

Nursyamsi D. 2015. Sistem informasi

sumberdaya lahan pertanian Indonesia: status terkini dan arah pengembangan ke depan. J

Sumberdaya Lahan 9 (2): 121-140.

Suriadikarta DA, Sutriadi MT. 2007. Jenis-jenis lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian di lahan rawa. J Litbang Pert 26 (3): 115-122.

Susanto AN, Sirappa MP. 2007. Karakteristik dan ketersediaan data sumber daya lahan pulau-pulau kecil untuk perencanaan pembangunan pertanian di Maluku. J Litbang

Pert 26 (2): 41-53.

Webster R. 1981. Soil survey: its quality and effectiveness. In: Soil resource inventories

and development planning, proceedings of

Gambar

Gambar 1. Lokasi studi di Barito Timur.
Gambar 3. Sebaran areal pertanaman padi di Barito Timur.
Gambar 5. Ketersediaan lahan untuk pengembangan pertanaman padi di Barito Timur.

Referensi

Dokumen terkait

GUARDIAN 'Brilliantly conceived and equally brilliantly written' ASA BRIGGS 'Brilliant and wide ranging' AJP TAYLOR, OBSERVER 'Excellent' NEW STATESMAN 'A book filled with pleasures

[r]

Hal ini berdasarkan informasi dari sesama guru kimia yang mendampingi siswa dalam mengikuti Olimpiade Sains Teknologi (OST) tingkat Propinsi pada Tahun 2012

4.8.1 Merancang percobaan untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya 4.8.2 Melakukan percobaan.daya hantar listrik pada beberapa larutan.. 4.8.3

Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SiswaKelas VIII Di SMP N 1 Ketanggungan Kabupaten Brebes. Tujuan dalam proses

Boiler yang banyak digunakan adalah jenis boiler tungku pulverized dan chain

Dalam proses pembangunan batu-batu besar untuk pemujaan, dan penguburan tidak mungkin dibuat tanpa dilandasi oleh kebersamaan, gotong royong, persatuan, toleransi,

over lifting menunjukkan permasalahan yaitu: (1) Piutang Over Lifting di Neraca tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara yang akan diterima pada periode