• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi M Libraries di Asia Tenggar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi M Libraries di Asia Tenggar"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi “M-Libraries” di Asia Tenggara

1

oleh Arif Surachman, S.I.P.2

Abstrak

Perkembangan mobile technology membawa dampak signifikan bagi layanan perpustakaan berbasis elektronik dan mobile. Apalagi statistik menunjukkan bahwa penggunaan mobile internet juga semakin meningkat, termasuk di Asia Tenggara. Beberapa perpustakaan di Asia Tenggara, terutama perpustakaan perguruan tinggi yang menyadari potensi dari pengguna mobile technology ini mulai mengembangkan berbagai pelayanan berbasis M-Libraries. Mereka menggunakan teknologi mobile”ini untuk memberikan layanan seperti m-catalog atau m-opac, m-databases, m-contents atau collections, m-library guides, sms broadcast, dan lain sebagainya.

Tulisan ini mencoba memberikan gambaran kepada kita berbagai implementasi M-Libraries di Asia Tenggara, sehingga dapat menjadi pembelajaran bersama di Indonesia. Selain itu tulisan ini juga mencoba menggali permasalahan dan tantangan yang dihadapi perpustakaan dalam mengimplementasikan M-Libraries ini.

Kajian ini memperlihatkan bahwa ada keberagaman kemampuan masing-masing Negara dalam mewujudkan proyek atau program M-Libraries-nya. Implementasi nyata dari M-Libraries saat ini terlihat lebih ‘sukses’ di Singapura di bandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari banyaknya aplikasi m-Libraries yang dikembangkan oleh perpustakaan di Singapura di bandingkan di Malaysia, Indonesia, Vietnam, Filipina, Brunei, dan Laos. Kenyataan ini tentu juga akibat dari kondisi masyarakat Singapura yang ‘lebih maju’ dibandingkan di negara lain di Asia Tenggara. Namun demikian, dengan kajian ini diharapkan dapat ditemukan satu gambaran yang tepat untuk dikembangkan di Indonesia.

Kata kunci: M- Library, M-Libraries, Mobile Library, Mobile Libraries, Mobile Librarianship, Mobile Technologies, Mobile Web, Mobile App

      

1

Makalah untuk dipresentasikan pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-5, tanggal 16-19 Oktober 2012, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

2

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama sejak hadirnya Internet, berkembang sedemikian pesat dan telah mempengaruhi berbagai pola aktifitas yang harus dijalankan oleh masyarakat. Pengembangan teknologi baik dari sisi aplikasi maupun perangkat keras terus dilakukan seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Kehadiran mobile teknology saat ini telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi dan melakukan komunikasi kapanpun dan dimanapun. Bahkan pada tahun-tahun ke depan, diprediksi bahwa penggunaan teknologi mobile akan terus ‘mengalahkan’ penggunakan teknologi dekstop yang sampai saat ini masih ada. Data prediksi yang dikeluarkan oleh Morgan Stanley Research pada grafik 1 (satu) memperlihatkan bahwa pengiriman perangkat keras komputer dekstop dan notebook secara global, secara signifikan tergantikan oleh smartphones atau perangkat mobile phone pada tahun 2012 dan akan terus meningkat pada tahun berikutnya.

Grafik 1. Statistik Perkembangan Pengiriman Perangkat Komputer versus Smartphones

(3)

Prediksi Morgan Stanley Research tersebut menunjukkan bahwa ke depan penggunaan smartphones atau mobile phones akan menjadi pilihan utama masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya.

Prediksi Morgan Stanley Research ini didukung dengan beberapa statistik yang menunjukkan berbagai peningkatan penggunaan terutama terkait dengan mobile internet. Data yang diambil dari eMarketer bulan Mei 2011 oleh John Russel (2011) menunjukkan bawa pengguna mobile internet dan mobile phone di Asia Pasifik meningkat secara signifikan. Hal ini bisa di lihat pada Grafik 2 berikut ini:

Grafik 2. Pengguna Mobile Internet dan Penetrasi di Asia Pasifik tahun 2009-2015.

Sumber: Russel, 2011

(4)

Grafik 3. Penggunaan Web melalui perangkat mobile dunia tahun 2010.

Sumber: Russell, 2010.

Bagaimana dengan Asia Tenggara? Di Asia Tenggara sendiri menunjukkan bahwa perkembangan penggunaan internet dan mobile internet meningkat secara signifikan dalam 10 tahun terakhir. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan bagaimana perkembangan pengguna internet di Asia Tenggara.

Tabel 1. Statistik Pengguna Internet, Data Populasi dan Pengguna Facebook Hingga December 2011 di Asia Tenggara

NO Country Population 2011

1 Indonesia 245.613.043 2.000.000 55.000.000 22,40% 5,40% 43.523.740

2 Vietnam 90.549.390 200.000 30.516.587 33,70% 3,00% 3.173.480

3 Philippines 101.833.938 2.000.000 29.700.000 29,20% 2,90% 27.724.040

4 Thailand 66.720.153 2.300.000 18.310.000 27,40% 1,80% 14.235.700

5 Malaysia 28.728.607 3.700.000 17.723.000 61,70% 1,70% 12.365.780

6 Singapore 4.740.737 1.200.000 3.658.400 77,20% 0,40% 2.602.880

7 Laos 6.477.211 6.000 527.400 8,10% 0,10% 156.160

8 Cambodia 14.701.717 6.000 491.480 3,10% 0,00% 449.160

9 Brunei 401.890 30.000 318.900 79,40% 0,00% 234.060

10 Myanmar 53.999.804 1.000 110.000 0,20% 0,00% n/a

11 Timor-Leste 1.177.834 0 2.361 0,20% 0,00% n/a

Sumber: Miniwatts Marketing Groups, 2012

(5)

dikuasai oleh China (50,5%), India (11,9%), dan Jepang (10%). Indonesia sendiri masuk ke peringkat ke-empat dengan 5,4% pengguna. Satu data menarik lainnya adalah bahwa dari Preetham Rai (2012) yang melaporkan bahwa pengguna Ipad terbesar adalah di Asia Tenggara, terutama di Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

Data pengguna mobile internet tahun 2012 di Asia Pasifik seperti dikutip Statista (2012) dari Nielsen (2012) menunjukkan bahwa negara-negara di Asia Tenggara masuk dalam jajaran sepuluh terbesar. 10 (sepuluh) besar peringkat tersebut adalah Jepang (86%), Korea (80%), Hongkong (76%), China (75%), Malaysia (75%), Taiwan (72%), Singapore (70%), Vietnam (62%), Thailand (47%), dan Indonesia (22%). Data tersebut di atas memperlihatkan besarnya prosentase pengguna smartphones yang menggunakan mobile internet di Asia Tenggara termasuk mendominasi di wilayah Asia Pasifik (5 dari 10 berasal dari wilayah Asia Tenggara). Belum termak Filipina yang ada di peringkat ke 11 (20%) yang masih di atas India (11%).

Tentunya ini akan menjadi menarik bagi kalangan di perpustakaan, apakah sudah saatnya bagi mereka juga harus mulai memikirkan adanya layanan perpustakaan berbasis mobile devices? Jawabnya bisa iya dan bisa juga tidak.

Penelitian (survey) yang dilakukan oleh Mills (2009) terhadap pengguna smartphones atau mobile phones di University of Cambridge dan Open University, menyimpulkan bahwa penggunaan mobile phones saat ini ‘hanya’ sebatas untuk melakukan SMS, melakukan panggilan telepon dan fotografi. Masih sedikit yang merasa perlu menggunakan smartphones atau perangkat mobile lainnya untuk mengakses misalnya e-book, transaksi perpustakaan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan perpustakaan.

(6)

KONSEP M-LIBRARIES

Istilah Mobile Library atau Mobile Libraries awalnya lebih identik dengan penyediaan akses perpustakaan untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau dengan menggunakan mobil atau kendaraan keliling, atau biasa orang mengidentikkan dengan perpustakaan keliling. Namun seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan juga penggunaan perangkat mobile yang semakin banyak, maka istilah itu digunakan juga untuk merujuk kepada penggunaan teknologi mobile untuk keperluan perpustakaan. Inilah yang dinamakan dengan istilah m-library atau m-libraries yang berasal dari huruf M yang berarti mobile devices, dan kata library/libraries yang berarti perpustakaan. Dalam situs librares.info konsep m-library(-ies) digambarkan pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. M-Libraries Concept

Sumber: www.m-libraries.info, 2011.

(7)

Dalam m-libraries.info (2011) ruang lingkup m-libraries digambarkan sangat luas yakni setiap inisiatif yang memungkinkan penggunaan perangkat mobile di perpustakaan dapat dimasukkan. Beberapa cakupan yang termasuk dalam konsep m-libraries ini adalah:

Mengakses isi atau koleksi perpustakaan melalui perangkat mobile misal akses ke e-books, e-journals, e-database, dan koleksi khusus lainnya yang memungkinkan diakses secara mobile.

• Penggunaan pesan teks melalui SMS untuk memenuhi pertanyaan atau menyediakan informasi untuk pengguna perpustakaan.

Membangun sebuah “mobile interface” untuk situs web perpustakaan atau katalog perpustakaan.

Menggunakan “QR codes” untuk menghubungkan koleksi elektronik yang dapat diakses melalui perangkat mobile.

Staff perpustakaan atau pustakawan menggunakan perangkat mobile dalam perpustakaan untuk mendukung pertanyaan disekelilingnya.

Membangun sebuah aplikasi berbasis mobile (dedicated mobile app) untuk menyediakan akses ke koleksi atau isi perpustakaan kepada pengguna.

Pemanfaatan “augmented reality” dalam perpustakaan dengan menggunakan kamera pada perangkat mobile.

Menggunakan perangkat mobile untuk berinteraksi dengan kegiatan di perpustakaan seperti perpanjangan pinjaman koleksi, pengecekan lokasi layanan, pemesanan koleksi, melakukan tugas-tigas melalui perangkat mobile.

(8)

(2010) ‘terbagi’ ke dalam 7 kategori atau jenis mobile library services seperti terlihat dalam tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Mobile Library Services (Vollmer, 2010)

Mobile OPACS Akses ke dalam Online Public Access Catalog melalui ‘mobile optimized websites”

Mobile Applications Aplikasi khusus untuk Smartphones yg diinstall terlebih dahulu dan memungkinkan pengguna mengakses sistem perpustakaan, katalog, dll

Mobile Collections / Mobile Content Delivery

Fasilitas yang disediakan oleh penyedia bekerjasama dengan perpustakaan untuk menyediakan akses ke audiobooks, e-books, audio language course, etc

Mobile Library Instruction Bahan-bahan intruksi perpustakaan dan penggunaan resources yang dapat diakses melalui platforms mobile device.

Mobile Database Menyediakan akses ke databases yang dilanggan atau dimiliki menggunakan perangkat mobile melalui mobile web services

Library SMS Notification Penggunaan SMS untuk berbagai tujuan seperti informasi keterlambatan, informasi pemesanan, informasi ketersediaan koleksi, informasi nomer panggil dan lokasi, dll.

SMS Reference Layanan menjawab pertanyaan referensi oleh pustakawan melalui perangkat mobile.

Namun demikian kategori yang disampaikan oleh Vollmer tersebut belum tentu mewadahi semua cakupan dan implementasi m-libraries, karena berbagai istilah seringkali ditampilkan secara berbeda oleh masing-masing perpustakaan. Hal ini akan terlihat dalam contoh implementasi yang sudah dilakukan di beberapa perpustakaan perguruan tinggi yang menjadi pembahasan selanjutnya dalam tulisan ini.

(9)

m-libraries perlu dilakukan yaitu: menjangkau pengguna dari kalangan Net Generation yang semakin banyak, memberikan akses koleksi yang lebih luas, meningkatkan hubungan dengan pengguna, bagian dari pemasaran layanan dan sumber-sumber yang dimiliki perpustakaan, peningkatan akses dan ketersediaan sumber daya bagi pengguna (kapanpun dan dimanapun), serta bagian dari strategi organisasi.

M-LIBRARIES DI ASIA TENGGARA

Indonesia

Indonesia menurut data statistik tahun 2011 menduduki peringkat 4 jumlah pengguna internet di Asia yakni mencapai 55 juta pengguna, di bawah China, India dan Jepang, dan pengguna Facebook terbanyak kedua setelah India di Asia yakni sebanyak 43 juta pengguna. Dimana fakta yang diambil dari paseban.com (2012) menunjukkan bahwa 61% pengguna internet di Indonesia menggunakan internet melalui perangkat mobile. Fakta ini merupakan satu bentuk potensi yang mestinya dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan untuk melebarkan jaringan layanan kepada penggunanya, yakni melalui perangkat mobile.

(10)

All (JLA) telah mengembangkan satu aplikasi mobile untuk yang diberi nama eLibME.

Pada lingkungan perguruan tinggi negeri penggunaan m-libraries juga ditemukan dalam beberapa perpustakaan seperti misalnya di Universitas Gadjah Mada dengan implementasi SMS Alert (Perpustakaan FEB UGM) yang memberikan informasi seputar keterlambatan peminjaman dan informasi ketersediaan buku yang dipesan secara online, mobile OPAC, QR 2D Codes, dan mobile web version (Perpustakaan Fak. Teknik UGM), serta pemanfaatan aplikasi mobile database (Perpustakaan Pusat) yang disediakan oleh provider seperti Ebscohost Mobile dan Ebsco Discovery Service. Kemudian Universitas Indonesia melalui alamat http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/m/ menyediakan satu akses melalui mobile web version agar mahasiswa dapat menggunakan online public access catalog (M-OPAC), jelajah koleksi, informasi jam buka, informasi kontak, informasi keanggotaan, informasi tata tertib, informasi bebas pustaka, informasi layanan, dan penyerahan TA.

Identifikasi yang dilakukan terhadap minimnya pemanfaatan m-libraries di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu:

Pengetahuan yang minim terkait implementasi m-libraries yang dimiliki pengelola perpustakaan

• Keterbatasan kemampuan staff perpustakaan dalam implementasi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan

• Masih adanya keterbatasan sinergi antara bagian pengembangan TIK dengan bagian perpustakaan.

Ketidaktahuan terhadap konsep m-libraries dan manfaatnya bagi perpustakaan

• Keterbasan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh perpustakaan

(11)

Singapura

Implementasi layanan perpustakaan melalui mobile technology di Singapura terlihat beberapa langkah lebih maju dari negara lain di Asia Tenggara. Kajian dan survey yang dilakukan oleh Lee Cheng Ean (2012) terkait E-services dan adopsi mobile technology di 8 perpustakaan universitas di Singapura memperlihatkan beragamnya upaya penerapan M-Libraries. Ke delapan universitas atau perguruan tinggi itu adalah National University of Singapore (NUS), Nanyang Technology University, Singapore Management University, Ngee Ann Polytechnic, Nanyang Polytechnic, National Institutions of Education Singapore, Singapore Polytechnic, dan Temasek Polytechnic. Kajian dan survey yang dilakukan Lee Cheng Ean tersebut menemukan setidaknya ada 15 jenis implementasi m-libraries baik yang sudah dilaksanakan, masih dalam proses, maupun sedang direncanakan ke depan. Grafik 4 dibawah ini memperlihatkan hasil survey atau kajian tersebut:

Grafik 4. Implementasi M-Libraries di 8 PT di Singapore

(12)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa trend penggunaan m-libraries di perpustakaan PT di Singapura setidaknya ada 8 yakni Mobile Databases, M-Opac, Mobile Apps, QR Codes, Mobile Library Collections, Mobile Social Media (Facebook, Twitter) dan eReferences.

Hasil kajian yang dilakukan oleh Lee Cheng Ean (2012) ini juga menunjukkan bahwa ada beberapa kendala yang terjadi terkait dengan implementasi m-libraries di 8 perguruan tinggi di Singapura. Beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi adalah:

• Belum adanya standar yang baku atau praktek terbaik yang sudah berjalan terkait dengan pemanfaatan M-Libraries

• Tidak cukupnya waktu yang dimiliki staff

• Kekawatiran terhadap peningkatan biaya pemeliharaan

• Tidak adanya tenaga ahli dalam bidang teknologi tersebut

• Terlalu banyaknya permintaan sumber-sumber internet lainnya

• Banyaknya waktu yang harus diberikan untuk memberikan perhatian terhadap kegiatan m-libraries apabila sudah dijalankan

• Terlalu mahal investasinya

• Ketiadaan permintaan pengguna atau tidak yakin akan pengguna yang akan menggunakan m-libraries tersebut

Ketidakcukupan pengetahuan dalam produk perangkat mobile

• Ketidakmampuan dalam mengevaluasi keefektifan

• Ketidakcukupan pengetahuan dalam peningkatan potensi yang ada

Tidak adanya biaya tersendiri untuk pengembangan mobile technology

Mobile Technology bukan atau belum menjadi prioritas kebijakan organisasi/institusi.

(13)

sehingga perlu dipikirkan dan dilakukan survey pengguna secara mendalam sebelum benar-benar mengimplementasikan.

Ragam implementasi yang dilakukan di beberapa perpustakaan di Singapura menunjukkan bahwa perpustakaan sudah melakukan keseriusan dalam menyediakan kebutuhan bagi generasi Y atau Net-Gen, dan berapa langkah lebih maju dibanding perpustakaan di negara lain di Asia Tenggara.

Malaysia

Data statistik yang diambil dari Miniwatts Marketing Groups tahun 2012 menunjukkan bahwa 17,7 juta dari 28,7 juta penduduk di Malaysia menggunakan Internet, atau sebesar 61,70% penetrasi terhadap populasi yang ada. Penggunaan m-libraries sudah mulai diterapkan di beberapa perpustakaan di Malaysia, walaupun belum terlalu besar. Salah satu yang sudah mengimplementasikan adalah di University of Malaya. Data yang diambil dari Nasir (2012) memperlihatkan bahwa Perpustakaan University of Malaya telah mengimplementasikan Mobile Social Networks (Facebook, Twitter dan Flickr), SMS application (notification, alerts, dan references), Mobile OPAC, QR 2D Codes dan mobile web version. Perpustakaan University of Malaya juga sedang merencanakan untuk mengimplementasikan Mobile interface & apps (mobile database), Mobile Contents, Podcasts & Videocasts, Mobile Library Collections, Mobile Training & Consultation. Alamat URL untuk mengakses mobile web services ada di http://www.um.edu.my/library/.

Sedangkan di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), konsep m-libraries diimplementasikan dengan penggunaan QR 2D Codes untuk mengakses mobile web version perpustakaan dan mobile social Network (Facebook dan Twitter). Lewat mobile web version, pengguna perpustakaan Tun Seri Lanang (perpustakaan dari UKM) dapat memanfaatkan fasilitas untuk mengakses M-OPAC, M-Database, Mobile Library Instruction, dan Mobile Collections.

(14)

perpustakaan Universiti Sains Malaysia dan Universiti Teknologi Malaysia, ‘hanya’ memanfaatkan situs web yang dapat diakses melalui perangkat mobile non smartphones seperti tablet pc dan laptop/notebook atau dikenal dengan e-services.

Filipina

Jumlah pengguna internet yang mencapai hampir 30 juta orang pada tahun 2011 atau menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara setelah Indonesia dan Vietnam atau 2,9% dari pengguna di Asia ternyata tidak berpengaruh terhadap popularitas penggunaan teknologi mobile di perpustakaan. Seperti misalnya di perpustakaan perguruan tinggi yang termasuk terkenal di Filipina seperti University of the Phillipines dan Ateneo de Manila University, tidak secara eksplisit mereka memperlihatkan bagaimana layanan mobile (m-libraries) disediakan untuk pengguna. Mereka hanya menyediakan akses situs web yang berorientasi pada pengguna desktop internet. Namun data yang diambil dari presentasi 8th Annual Meeting AUNILO perwakilan Filipina tahun 2012 menunjukkan bahwa perpustakaan University of the Phillipines sedang merencanakan untuk implementasi M-Reference Services, Mobile OPAC, Book Reservation melalui SMS, dan SMS Alert.

Sedangkan salah satu perpustakaan perguruan tinggi di Filipina yang sudah mengimplementasikan m-libraries adalah perpustakaan De La Salle University. Perpustakaan De La Salle University memiliki M-WebOPAC, Text messaging /SMS Reference Service (bernama TextLoRa), dan M-Databases sebagai bagian dari implementasi M-libraries di Filipina.

(15)

Thailand

Kajian yang dilakukan oleh Chaweewan Swasdee et. al. (2012) di 4 (empat) perpustakaan perguruan tinggi di Thailand yakni Burapha University Library, Chiangmai University Library, Chulalongkorn University Library, Mahidol University Library and Knowledge Center (MU) memperlihatkan bahwa implementasi m-libraries telah mulai dirintis di perpustakaan Thailand dengan awalnya menyediakan layanan elektronik (e-services) bagi penggunanya. Tabel 3 berikut ini merupakan data terkait implementasi e-services dan m-libraries yang ada di 4 (empat) perguruan tinggi di Thailand, seperti yang disampaikan oleh Chaweewan Swasdee et. al.

Tabel 3. Implementasi M-Libraries di Perpustakaan PT di Thailand

Burapha University Library Saran Pengguna Online, Usulan Koleksi Online, Informasi Buku Baru melalui Situs Web dan Facebook, Formulir Elektronik, Pameran Online, Berita Aktifitas Perpustakaan Online, Petunjuk penggunaan Layanan Perpustakaan, Pemesanan Buku, Perpanjangan Peminjaman, Web OPAC

Chiangmai University Library Literasi Informasi Online, Web OPAC (M-OPAC), Formulir

Elekronik via Web, Perpanjangan Peminjaman Online, Pemesanan Online, Layanan Referensi Online, Notifikasi melalui SMS, Informasi Muktahir, Usulan Buku, Survei Kepuasan Pengguna Online, Saran dan Masukan Online, Layanan Media Digital Online, Layanan Wireless, Akses Database melalui Perangkat Mobile, Situs Web yang dapat diakses melalui perangkat mobile

Chulalongkorn University Library

Reference Database, Intellectual Repository, The communities of practice Database, e-rarebooks, Informasi Buku Baru, Usulan

Koleksi, Perpanjangan Peminjaman Online, Informasi Keterlambatan, Orientasi Perpustakaan Online, Layanan Referensi Virtual, Federated Search

Mahidol University Library and Knowledge Center (MU)

Perpanjangan Peminjaman Online, Pemesanan Koleksi Online, Pengiriman Notifikasi ke Pengguna, Formulir Elektronik, Informasi Buku Baru, Usulan Koleksi, Tutorial Database Online, OPAC (Mobile OPAC), Electronic Document Delivery Services,

Course Online, Mobile Content, Mobile Web Services, dan M-Databases.

Sumber: Diolah dari Swasdee, 2012.

(16)

di Thailand tersebut yakni News Services via Mobile Phone, Mobile OPAC, Mobile Content Delivery, Mobile Database, dan Mobile Web Services.

Vietnam

Berdasarkan data Miniwatts Marketing Group memperlihatkan bahwa Vietnam merupakan negara tertinggi keempat di Asia Tenggara yang mempunyai penetrasi penggunaan internet sebesar 33,70% setelah Brunei Darussalam (79,40%), Singapura (77,20%) dan Malaysia (61,70%) dibandingkan populasi keseluruhan penduduk di negara tersebut. Atau apabila dilihat dari pengguna internet Asia sebesar 3% dari populasi penduduk di Asia atau menduduki peringkat 2 di Asia Tenggara setelah Indonesia (5%). Suatu data yang menunjukkan potensi bagi implementasi m-libraries di negara tersebut. Sedangkan untuk mobile internet, Vietnam tercatat sebagai negara kedua setelah Malaysia yang mempunyai tingkat pertumbuhan terbesar di Asia Tenggara (Sinh, 2012).

Kondisi di atas ternyata belum dimanfaatkan oleh perpustakaan perguruan tinggi di Vietnam. Implementasi layanan yang berorientasi pada penggunaan teknologi mobile sepertinya belum menjadi pemikiran dari pengelola perpustakaan. Sebagai contoh adalah misal Can Tho University (www.ctu.edu.vn/english/librry.htm) yang lebih fokus kepada layanan perpustakaan konvensional dengan sedikit pemanfaatan koleksi elektronik seperti CD-ROM dan perpustakaan RMIT University Vietnam yang saat ini baru memanfaatkan layakan e-services melalui situs web yang dikelolanya.

(17)

peminjaman koleksi, menerima catatan keterlambatan, pengecekan denda, dan pengecekan jam buka perpustakaan.

Implementasi m-libraries di Vietnam menurut Sinh dan Nhung (2012) akan menghadapi beberapa tantangan dan kendala seperti:

• Kondisi alokasi anggaran untuk perpustakaan yang semakin menurun akibat krisis

• Besarnya biaya yang harus dikeluarkan (investasi) untuk mengimplementasikan m-libraries, mulai dari perangkat keras, perangkat lunak hingga pengembangan sumber daya manusia.

• Terbatasnya kemampuan teknologi yang dimiliki oleh pengelola perpustakaan dan juga ketiadaan tenaga ahli bidang teknologi.

Brunei Darussalam, Laos dan Kamboja

Negara Asia Tenggara lain seperti Brunei Darussalam, Laos dan Kamboja, implementasi m-libraries juga belum dapat dikatakan cukup berkembang. Brunei Darussalam misalnya, perpustakaan Universiti Brunei Darussalam tidak secara eksplisit menampilkan penggunaan layanan mobile kepada penggunanya, namun lebih ke e-services melalui apa yang disebut dengan Digital Library UBD. Walaupun berdasarkan data yang diambil dari 8th AUNILO Meeting memperlihatkan penggunaan mobile application, hanya baru pada sebatas untuk keperluan SMS Notification dan atau SMS Alert. Padahal apabila dilihat dari potensi prosentase populasi pengguna internet di negara tersebut tertinggi di Asia Tenggara.

(18)

ANALISIS DAN REKOMENDASI

Uraian di atas menunjukkan beragamnya kuantitas dan kualitas implementasi m-libraries di Asia Tenggara. Setiap perpustakaan kadangkala ‘menciptakan’ istilah sendiri yang mungkin sebenarnya pada hakekatnya secara substansi sama dengan istilah lain yang digunakan dalam pelayanan perpustakaan berbasis mobile. Dari segi kuantitas dan kualitas, implementasi di Singapura masih melebihi tingkat implementasi negara lain di Asia Tenggara. Hal ini sepertinya lebih banyak dipengaruhi oleh kultur atau budaya teknologi yang berkembang di Singapura. Apabila dilihat dari penetrasi pengguna internet di bandingkan populasinya, Singapura (77,20%) masih di bawah Brunei Darussalam (79,40%). Sedangkan apabila dilihat dari penetrasi prosentase pengguna mobile internet ‘hanya’ 70%, masih kalah di bandingkan dengan Malaysia (75%). Tapi masalah implementasi layanan mobile di perpustakaan, Singapura terlihat beberapa langkah lebih maju daripada kedua negara tersebut.

(19)

Berdasarkan uraian sebelumnya, tabel 4 berikut ini adalah gambaran implementasi secara keseluruhan di Asia Tenggara dan metode yang digunakan di dasarkan kategori yang digunakan Vollmer dan istilah yang digunakan oleh masing-masing perpustakaan.

Tabel 4. Implementasi M-Libraries di Asia Tenggara

(20)

internet, dimana hal ini jelas akan berdampak pada perilaku masyarakat di negara tersebut.

Kondisi dan uraian dalam pembahasan sebelumnya di atas juga memperlihatkan bahwa faktor ketersediaan sumber dana, kemampuan sumber daya manusia terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, pengetahuan pengelola perpustakaan dalam bidang teknologi mobile, serta ‘political will” dari pengambil kebijakan menjadi faktor-faktor penting yang harus diperhatikan oleh pengelola perpustakaan di Asia Tenggara. Terutama apabila mereka ingin segera mengejar ketertinggalan dalam implementasi m-libraries. Hal lain yang juga penting adalah terkait dengan kemampuan perpustakaan dalam melakukan riset perilaku pengguna perpustakaan terutama terkait pemanfaatan perangkat mobile dalam kegiatannya sehari-hari.

Faktor-faktor di atas sangat penting untuk diperhatikan karena upaya implementasi m-libraries membutuhkan investasi yang tidak sedikit baik dilihat dari segi pendanaan maupun waktu yang diperlukan untuk mengembangkannya. Pertimbangan efektifitas dan efisiensi dampak yang dihasilkan dari implementasi m-libraries harus menjadi dasar awal bagi pengembangan pengelola perpustakaan.

(21)

Untuk itu ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait upaya implementasi m-libraries di perpustakaan di Asia Tenggara, yakni:

1. Riset terhadap perilaku pengguna – perpustakaan perlu melakukan riset atau penelitian sederhana terhadap perilaku pengguna terutama terkait cara mereka mendapatkan informasi dan penggunaan perangkat mobile sehingga akan ditemukan aplikasi mobile libraries seperti apa yang cocok untuk mereka. Karena bisa jadi, di suatu negara kebutuhan aplikasi mobile libraries memang baru sekedar SMS Notification misalnya.

2. Membuat Situs Web Fleksibel – cara termudah untuk mengawali implementasi m-libraries adalah dengan membuat desain situs web yang sederhana dan akan secara otomatis menyesuaikan tampilan ketika diakses dari berbagai perangkat mobile. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan Cascading Style Sheets (CSS), perangkat lunak Auto-detect and Reformat , atau dengan memanfaatkan aplikasi web yang sudah tersedia misal joomla for mobile atau wordpress for mobile.

3. Membuat Roadmap Pengembangan M-Libraries -- perpustakaan perlu membuat roadmap pengembangan yang nantinya akan menjadi panduan bagi proses implementasi m-libraries dengan target capaian yang sudah ditentukan. Pembuatan roadmap ini didasarkan pada hasil riset perilaku pengguna, evaluasi layanan perpustakaan, analisa keuangan atau anggaran biaya, serta visi dan misi organisasi induk.

(22)

5. Sinergi dengan pihak-pihak terkait – perpustakaan harus bersinergi dengan pihak lain misal ahli TIK, programmer maupun konsultan dalam bidang TIK mengingat bahwa implementasi m-libraries seringkali melibatkan hal-hal teknis mulai dari yang sederhana hingga sangat kompleks. Ini perlu dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan pengelola perpustakaan dalam bidang pengembangan fasilitas TIK.

Kajian ini masih jauh dari sempurna, maka ke depan perlu dipertimbangkan adanya kajian atau bahkan penelitian yang lebih komprehensif yang dapat memotret dengan lebih baik implementasi m-libraries dan permasalahan yang ada di Asia Tenggara. Tak kalah penting adalah kajian yang berhubungan dengan dampak dan efektifitas implementasi m-libraries terhadap fungsi dan tugas yang harus dijalankan oleh perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan pengguna dan mendukung visi dan misi organisasi yang menaunginya. Sehingga akan terlihat apakah m-libraries cukup efisien dan efektif di implementasikan di perpustakaan saat ini. Namun hal terpenting dari keberadaan m-libraries ini adalah keberanian untuk memulai, walaupun baru pada tahap yang paling sederhana. Jadi Let’s Go Mobile!

DAFTAR PUSTAKA

Ceynowa, Klaus. 2011. Library Services and Library Content for the Mobile Internet – the Approach of the Bavarian State Library. Powerpoint presentasi pada The Third M-Libraries Conference, 11-13 May 2011 Diakses melalui http://www.usq.edu.au/~/media/USQ/m-libraries/Ceynova.ashx pada 26 Juli 2012.

Lee, Cheng Ean. 2012. E-Services and Adoption of Mobile Technologies by Academics Libraries in Singapore. Powerpoint Presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

(23)

University. Diakses melalui http://arcadiaproject.lib.cam.ac.uk/docs/M-Libraries_report.pdf pada tanggal 1 September 2012.

Mobile Internet Usage in the Asia Pacific. Diakses melalui http://www.statista.com/statistics/233956/mobile-internet-usage-in-the-asia-pacific-region/ pada tanggal 1 Oktober 2012.

Mobile Technologies in Philippine Libraries: a Country Report. Powerpoint Presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

Nguyen, Hong Sinh. 2012. Possibilities in mobile technologies applied in VNU-HCM. Powerpoint presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

Nasir, Nor Edzan Che. 2012. Enhancing Information Discovery through Mobile Technologies: Malaysia country report. Powerpoint presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of

Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal

9 Juni 2012.

Perkembangan Teknologi di Indonesia: Internet dan Mobile (part 1). Technology Update Paseban.Com, 04 Januari 2012. Diakses melalui

http://portal.paseban.com/article/4752/perkembangan-teknologi-di-indonesia pada tanggal 1 Oktober 2012.

Russell, Jon. 2010. Research: Asia world’s biggest mobile internet user. Techwire Asia, November 29, 2010. Diakses melalui

http://www.techwireasia.com/1029/research-asia-worlds-biggest-mobile-internet-user/ pada tanggal 16 September 2012.

Russell, Jon. 2011. Report: 512 million mobile internet users in Asia by 2015. Techwire Asia, August 24, 2011. Diakses melalui

http://www.techwireasia.com/1384/report-512-million-mobile-internet-users-in-asia-by-2015/ pada tanggal 16 September 2012.

Swasdee, Chaweewan et al. 2012. Enhancing Information Discovery Through Mobile Technologies, Country Report : Thailand. Powerpoint Presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of

Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal

9 Juni 2012.

(24)

Gambar

Grafik 1. Statistik Perkembangan Pengiriman Perangkat Komputer versus Smartphones
Grafik 2.  Pengguna Mobile Internet dan Penetrasi di Asia Pasifik tahun 2009-2015.
Grafik 3. Penggunaan Web melalui perangkat mobile dunia tahun 2010.
Gambar 1. M-Libraries Concept
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam praktik ketatanegaran selama ini dari berbagai perpu yang pernah di keluarkan president menunjukkan adanya kecendrungan penafsiran “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”

Data barang digunakan untuk uji pola data dan proses pemasukan data roti yang ingin diramalkan pada aplikasi, sehingga ketika aplikasi pada sistem digunakan sudah

Pupuk kompos yang tidak sesuai dengan beberapa SNI, yaitu Petrokimia Gresik bahan organik tidak memenuhi standar; Good Compost Trubus mempunyai bahan organik dan kadar air yang

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang.. Negara Republik Indonesia Nomor 5434);.. Peraturan Menteri Riset, Teknologi,

[r]

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh pejabat yang. berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan jumlah subjek sebanyak 259 orang di RSGM Unsyiah, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan dokter gigi

Model baru pengesahan ini dapat diterapkan secara online sehingga dalam pelaksanaanya pihak dosen yang mengajukan proposal Hibah Dikti tidak perlu bertemu pihak