• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kapitalisme Global dalam Kemiskina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Kapitalisme Global dalam Kemiskina"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KAPITALISME GLOBAL DALAM KEMISKINAN

MASYARAKAT DUNIA KETIGA : KASUS INDONESIA

“Global Capitalism’s Role In Third World’s Poverty :

Indonesian Case”

KARYA TULIS

disusun dalam rangka seleksi pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas

Oleh

WILDAN ABDUL AZIZ NIM 130910101046

wildanabdulaziz@ymail.com

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

DAFTAR ISI...ii

BAB I : PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...2

1.3. Uraian Singkat...3

1.4. Tujuan...3

1.5. Manfaat...4

1.6. Metode Studi Pustaka...4

Bab II : LANDASAN BERPIKIR...5

2.1. Landasan Konsep...5

BAB III : PEMBAHASAN...6

3.1. Indonesia Macan Asia [?]...6

3.2. Kapitalisme...7

3.3. Kapitalisme di Indonesia...9

3.4. Masyarakat Miskin : Korban-Korban Pembangunan...13

3.5. Solusi Untuk Menghadapi Kapitalisme Global...15

3.5.1. Reformasi Sistem Ekonomi : Sistem Ekonomi Pancasila...15

BAB IV : PENUTUP...18

4.1. Kesimpulan...18

4.2. Rekomendasi...18

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia Ketiga adalah istilah untuk menyebut negara - negara berkembang yang dalam tatanan dunia selama ini dianggap sebagai kasta paling rendah dan seringkali menjadi obyek pasar ekonomi. Menurut Goldthorpe, istilah ini muncul sekitar tahun 1950-an negara-negara Dunia Ketiga dengan bermacam perbedaan memiliki tiga ciri yang sama yaitu: mereka itu miskin, mereka negara bekas jajahan, dan pada Perang Dingin mereka tidak memihak pada Blok Timur maupun Blok Barat. Istilah “Dunia Ketiga” menjadi hal yang umum di Eropa sejak Irving Horowitz menyebarkan pandangan tentang tiga kasta di perkembangan negara-negara dunia dalam bukunya Three Worlds of Development. Namun sejatinya istilah ini sudah tidak pas karena dengan perkembangan beberapa negara dan semakin kompleksnya keadaan negara-negara. Misalnya saja kemajuan pesat pada Singapura, Korea Selatan, dan Jepang yang melesat dalam pembangunannya. Jadi negara Dunia Ketiga yang dimaksud dalam tulisan ini adalah negara Dunia Ketiga yang sedang berkembang. Indonesia sendiri menurut penulis masih layak untuk disebut sebagai negara Dunia Ketiga

(4)

Kapitalisme yang telah menguasai dunia atau istilahnya kapitalisme global. Dalam sistem kapitalisme pemilik modal adalah puncak kekuasaan. Pemilik modal dapat melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mungki Keynesian akan menyelisihi pendapat Adam Smith, mereka beranggapan bahwa moneter adalah katalisator pembangunan, bukan sektor riil. Namun

kapitalisme awalnya muncul dari ide Adam Smith dalam The Wealth of Nations

bahwa memang sejatinya individu itu sangat individualis dan lebih mengusahakan kepentingannya. Namun akan ada “the invisible hand” yang bisa menuntun mereka untuk tidak hanya mengejar kehendak pribadi tapi untuk lingkungannya juga. Jadi pasar akan tetap memeliki kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas mengawasi apa yang dilakukan rakyatnya.

Pada kenyataannya negara-negara yang menerapkan sistem kapitalisme justru semakin menggerogoti negara-negara lemah. Negara-negara ini

mementingkan kepentingan sendiri dan belum merasa dituntun oleh “the invisible hand”. Meskipun terkadang dengan dalih ingin membantu. Parahnya lagi negara-negara “elit” yang sedikit itu telah menguasai hampir seluruh dunia lewat pasar bebas. Hal tersebut juga menjadi masalah bagi Indonesia, dimana saat ini kapitalis dunia telah berhasil masuk untuk kemudian menguasai perekonomian di

Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah, antara lain;

1. Bagaimana peran kapitalisme global terhadap kemiskinan yang ada di Indonesia?

2. Bagaimana keadaan masyarakat sebagai korban utama pembangunan sistem kapitalisme?

(5)

1.3. Uraian Singkat

Masyarakat adalah aspek penting dalam negara. Akan jadi sia-sia negara kaya tetapi masyarakatnya miskin. Oleh karena itu kemiskinan adalah

permasalahan utama yang selalu coba dientaskan oleh setiap negara, khususnya negara-negara dunia ketiga. Negara-negara berkembang ini masyarakatnya identik dengan kata miskin. Termasuk Indonesia yang masih mengisi daftar panjang negara pengutang terbesar di dunia. Sehingga kemudian muncul usaha-usaha untuk mengentaskan kemiskinan yang ditawarkan oleh negara-negara maju.

Negara-negara dunia ketiga sejatinya tidak berpotensi miskin. Namun kehadiran kapitalisme global yang dianggap bisa menjadi solusi kemiskinan, justru menjadi blunder bagi negara dunia ketiga. Dalam kapitalisme global ada hubungan saling keterkaitan antara negara dunia pertama dan dunia ketiga. Dimana hubungan itu tidaklah selalu saling menguntungkan, namun justru hanya menguntungkan negara dunia pertama dan negara dunia ketigalah yang banyak dirugikan. Sejatinya jika pembangunan yang dilakukan di negara dunia ketiga adalah People-Centered Development akan membantu membangun negara secara mandiri. Tulisan ini mencoba memaparkan keadaan Indonesia yang semakin miskin dengan hadirnya kapitalisme global, lalu bagaimana peran pembangunan manusia menjadi krusial. Dan prospek alternatif pembangunan ekonomi pancasila dan ekonomi syariah bagi Indonesia.

1.4. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya tulis ini, antara lain;

1. Mengetahui peran kapitalisme global dalam kemiskinan dunia ketiga, khsusnya Indonesia.

2. Mengetahui keadaan masyarakat sebagai korban utama pembangunan sistem kapitalisme.

(6)

1.5. Manfaat

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat dapat memahami permasalahan yang menjadikan kemiskinan di Indonesia. Harapannya semua pihak dapat mendorong pemerintah untuk

memperbaiki keadaan yang ada saat ini. Sehingga kemiskinan yang dipicu oleh kapitalisme global dapat segera diatasi, dan menciptakan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Hal tersebut bisa dicapai dengan menggunakan solusi yang ditawarkan dalam karya tulis ini.

1.6. Metode Studi Pustaka

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari sumber-sumber data yang relevan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Sumber data tersebut berupa buku, jurnal/atikel, suraat kabar, serta dokumen lainnya. Adapun penulis dalam penngumpulan data menggunakan beberapa fasilitas kepustakaan, antara lain:

1. Perpustakaan pusat Universtas Jember 2. Perpustakaan FISIP Universtas Jember 3. Media Massa

4. Website Internet

(7)

Bab II

LANDASAN BERPIKIR

2.1. Landasan Konsep

Dalam pembahasan nantinya akan menggunakan konsep awal Karl Marx tentang pertarungan kelas antara proletar dan borjuis Dalam konsepsi Marx setidaknya ada tiga unsur umum pokok yang coba dipecahkan olehnya :

1. Materialisme dialektik untuk menggerakkan perubahan sosial yang ada dalam masyarakat kala itu.

2. Pertarungan kelas (battle of classes) khususnya dalam perekonomian antara kaum borjuis atau pemilik modal dan kaum proletar atau buruh. 3. Nilai tambah (additional values) dalam perekonomian.

Konsepsi Marx ini coba dikaitkan dengan kapitalisme global, dimana pertarungan yang terjadi adalah antara negara maju dan negara berkembang.

Selain itu, ada beberapa konsepsi Marx lain yang juga membantu memcahkan masalah yang ada, antara lain;

1. Pertarungan kelas, dimana setiap negara saling bertarung dengan kelas-kelas negara lainnya

2. Pemilik modal (kapitalis) dapat menguasai semua atau sebagian besar. Dalam hal ini kapitalis adalah negara dunia pertama yang dapat mendominasi dan memanfaatkan negara dunia ketiga.

(8)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Indonesia Macan Asia [?]

Indonesia adalah negara besar, tidak hanya wilayahnya saja, kekayaan alamnya serta penduduknya juga begitu melimpah. Namun yang mengherankan adalah dengan kebesaran tersebut Indonesia masih terus tidak bisa lepas dari kemiskinan masyarakatnya. Apakah ini bekas jajahan? Lalu mengapa bangsa yang besar ini bisa terjajah oleh Belanda yang bahkan sepersepuluh wilayahnya pun tidak ada, atau bahkan Jepang. Indonesia saat ini tengah dihibur oleh Dunia dengan sebutan “The Sleeping Giant” mengingat potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi “Macan Asia” sebagaimana yang sejak dulu didengungkan Mantan Presiden Soeharto. Ironisnya justru di masanya itulah potensi Indonesia untuk menjadi macan Asia tergadaikan dengan kebijakan ekonomi bebas. Jadi masa itu adalah ketika Indonesia terbuka untuk luar tapi membutakan masyarakatnya dengan depeolitisasi masyarakatnya, bahkan hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum sadar tentang pembutaan tersebut. Kerjasama-kerjasama

sama-sama suka pemerintahan Soeharto dengan Dunia Barat khususnya Kerajaan Inggris dan Amerika Serikat kala itu memang menguntungkan kedua pihak, negara investor bisa memasukkan modalnya, elitis di kalangan Presiden kala itu semakin kaya. Tapi pihak ketiga, yaitu masyarakat sangat dirugikan dengan diambilnya potensi-potensi yang bisa mereka kembangkan. Negara kaya semakin kaya. Masyarakat miskin semakin miskin. Potensi alam yang tadinya bisa diolah sendiri justru digadaikan pada negara asing dengan kekayaan sementara. Inilah kapitalisme.

Rezim developmentalisme1 Orde Baru sangatlah bertentangan dengan apa yang telah lama dibangun oleh pendahulunya, Bung Karno tentang nasionalisme yang memiliki tiga prinsip: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Rezim Orba bahkan

(9)

membuat kebijakan floating mass untuk membutakan politik masyarakatnya. Dalam hal ekonomi masanya lah yang menjadi pelopor ketergantungan negara ini pada negara asing, khususnya Barat. Sehingga ketika ketika di AS atau Eropa terjadi krisis akan berdampak sangat besar pada ekonomi Indonesia. Dalam bidang budaya kepribadian masyarakat telah digerogoti oleh budaya Barat melalui globalisasi. Bahkan budaya asli yang ditanamkan kurang kuat akan tergerus seiring dengan waktu. Masyarakat Indonesia lebih menyukai menonton Piala Dunia dibandingkan menonton wayang. Masyarakat Indonesia mulai

meninggalkan budaya “yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang muda”. Dan ini semua ada setelah keterbukaan pasar oleh rezim orde baru.

3.2. Kapitalisme

Pada awalnya sistem kapitalisme digunakan untuk membangun Eropa pasca Perang Dunia II sebagai suatu teori pembangunan. Dimulai dari kebijakan luar negeri AS Point Four Program yang dimulai Januari 1949 yang dilancarkan Presiden AS, Harry Truman. Ide dilandasi atas kekhawatiran Eropa dikuasai komunisme pasca kehancurannya pada Perang Dunia II. M Dawam Rahardjo dalam bukunya Pembangunan Pascamodernis (2012) menyebutkan, dengan asumsi bahwa sumber penyebaran komunisme adalah kemiskinan. Maka dari itu, penangkal penyebaran komunisme adalah menghapus kemiskinan di Eropa dengan cara pembangunan ekonomi. Begitulah sehingga kebijakan Truman ini berhasil memberikan perannya dalam pembangunan di Eropa dengan motif membendung pengaruh komunisme. Lalu kemudian setelah berhasil di Eropa ide developmentalisme ini ditujukan ke Dunia Ketiga. Lalu apakah benar untuk membendung komunisme?. Jika kita menengok tren negatif penyebaran

(10)

Meskipun hampir tidak ada lagi komunisme, namun yang menjadi hambatan penyebaran kapitalisme adalah nasionalisme di masing-masing negara Dunia Ketiga. Sebut saja apa yang terjadi di Kuba, Venezuela, bahkan Brazil. Di Indonesia sendiri telah kuat nasionalisme politik di Era Orde Lama, hingga perlunya nasionalisme ekonomi agar perekonomian nasional bisa terbebas dari ketergantungan asing (foreign dependence). Namun halangan ini tetap bisa diatasi oleh negara-negara Barat dengan siasat mereka dengan cara penanam modal secara besar-besaran untuk industrialisasi di Dunia Ketiga. Dengan menanam modal di perusahaan-perusahaan nasional bahkan sampai meguasai sahamnya, atau dengan membangun perusahaan dengan menamakannya perusahaan nasional. Misalnya; Freeport, Danone Aqua, dll. Jadi dari yang tadinya ekspor barang bergeser ke sektor modal. Bahkan ini akan lebih menguntungkan karena negara asing pengeluarannya akan semakin diminimalisir. Sehingga dengan ini

pembangunan di Dunia Ketiga tetap berjalan.

Johan Norberg dalam bukunya Das Kapitalische Manifest atau Membela Kapitalisme Global menyebutkan bahwa Paus Paulus II pernah mengungkapkan tentang perkembangan dunia sebagai berikut:

Masyarakat di berbagai tempat tengah menyaksikan kebangkitan kembali neoliberalisme kapitalis tertentu yang menempatkan manusia di bawah kekuatan pasar yang buta dan mengondisikan perkembangan masyarakat berdasarkan kekuatan itu…. Maka, di masyarakat

internasional, kita menyaksikan sejumlah kecil negara yang menjadi terlalu kaya luar biasa dengan memiskinkan sejumlah besar negara lainnya. Akibatnya, yang kaya menjadi kian kaya, yang miskin semakin miskin.

(11)

Masih menurut Johan Norberg, ia menyebutkan bahwa pertumbuhan kemakmuran dunia dan keberhasilan suatu negara di bidang sosial ekonomi bukanlah suatu “mukjizat”. Semuanya tidak bisa didapatkan seperti kita mendapat durian runtuh. Hal-hal itu adalah hasil pemikiran-pemikiran baru dan usaha yang keras untuk mewujudkan ide-idenya. Ia menyebutkan bahwa di negara-negara Barat yang telah beberapa abad menerapkan kapitalisme telah berhasil menjadikan Barat sebagai “bagian dunia yang makmur”. Kapitalisme memberi kebebasan pasar dan insentif sebagai rangsangan untuk mencipta, memproduksi, menjual barang sehingga tercipta kemakmuran. Dan sistem ini telah lama tersebar di penjuru dunia oleh negara-negara “atas” ke negara-negara “bawah” , Timur serta Dunia Ketiga. Namun tentu saja yang akan menjadi permasalahan adalah ketika ada duel tinju antara seorang dewasa yang gagah (negara maju yang telah

menerapkan sistem kapitalis sejak lama) dengan seorang bayi yang baru saja lahir (negara-negara Dunia Ketiga yang baru-baru merdeka) dalam ring tinju yang dibuat oleh orang dewasa tersebut dengan nama “Kapitalisme Global”, maka kita sudah barang tentu tahu siapa yang akan jadi pemenangnya. Dan kita pun tidak yakin ada keajaiban, sebagaimana Kaum Kapitalis pun tidak percaya kemujuran dan keajaiban bisa menjadi modal kemenangan.

3.3. Kapitalisme di Indonesia

Sudah selayaknya memang Indonesia mengkritisi apa yang datang dari luar termasuk kapitalisme itu sendiri yang telah menjadi “wabah” global khususnya di negara-negara sedang berkembang Tan Malaka dalam Aksi Massa (1926)

menyebutkan :

“Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropa yang dalam beberapa hal tak sama dengan kapitalisme yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri, yakni Eropa dan Amerika Utara.”

(12)

“Kapitalisme di Indonesia tidak dilahirkan oleh cara-cara produksi bumiputra yang menurut kemauan alam. Ia adalah perkakas asing yang dipergunakan untuk kepentingan asing yang dengan kekerasan mendesak sistem produksi bumiputra.”

Tentu saja kita perlu curiga terhadap perkakas asing yang “pandai” tersebut. Tentu saja ada alasan dan motivasi tertentu yang membuat mereka rela menggelontorkan modalnya ke negara ini. Tidak lain adalah karena melimpahnya potensi yang dimiliki negara ini.

Arief Budiman dalam pengantarnya untuk buku Kapitalisme Semu asia Tenggara karya Yoshihara Kunio menyebutkan bahwa memang benar argumentasi tentang kesemuan kapitalisme di negara-negara Asia Tenggara. Hal ini karena Kapitalisme yang sukses di terapkan di Dunia Barat akan terkendala

penerapannya di Asia Tenggara karena kondisi negara-negara Asia Tenggara berbeda dengan Amerika Utara dan Eropa yang lebih dahulu menerapkannya. Mulai dari masyarakatnya, sistem pemerintahan, politikan, serta kebudayaannya, bahkan sampai masalah moral agama,dsb. Yang perlu disoroti lagi adalah

kapitalisme di Asia Tenggara tidak memadai dalam teknologinya sehingga tidak terciptanya kapitalisme yang mandiri. Ini semua yang kemudian menimbulkan permasalahan baru di negara-negara ini. Negara-negara Asia Tenggara kemudian dalam menerapkan kapitalisme yang ditawarkan barat akan menerapkan

kapitalisme pasar internasional dipadukan dengan pemerintahan yang kuat (otoriter). Inilah yang menjadi sebutan semu untuk kapitalisme itu sendiri. Pasar terbuka untuk asing namun di tingkat domestik campur tangan pemerintah terasa kuat di pasar. Ini yang kemudian menjadi titik lemah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk bisa dimanfaatkan oleh negara-negara yang expert dalam kapitalisme dengan cara mengeksploitasi sumber dayanya bekerjasama dengan pemerintah yang otoriter tadi. Sebut saja contohnya : Indonesia era Orde Baru, Singapura, Malaysia.

Kapitalisme semu ini atau kapitalisme pada umumnya akan memunculkan kapitalis besar yang menguasai atau bahkan memonopoli pasar dan

(13)

akan memperlancar monopoli tersebut. Contohnya bagaimana keturunan

Tionghoa bisa menguasai pasar, karena memiliki kedekatan dengan pemerintahan era Soeharto. Munculnya kapitalis-kapitalis seperti Keluarga Bakrie, Keluarga Cendana, Hary Tanoe, Erick Thohir, dll. Mereka adalah konglomerat-konglomerat yang membuat Indonesia bisa masuk dalam G-20 dengan pertumbuhan ekonomi. Apakah kita patut berbangga jika kekayaan negara ini dikuasai oleh segelintir orang. Inikah kembalinya kaum feodal di Indonesia? Lalu dimana rakyat jelata? Mereka semakin diperas dan semakin sengsara hidupnya demi memenuhi kekayan segelintir orang tersebut maupun untuk melayani negara lain. Ini jelas seperti gambaran Achmad Musyaddad dalam Indonesia : Kapitalisme Yang Tak Kunjung Utuh bahwa dua faktor yang menyebabkan hal ini, antara lain;

1) Intervensi pusat-pusat kapitalisme yang mengakibatkn kapitalisme Indonesia memiliki ketergantungan terhadapnya.

Akibatnya ketika terjadi krisis di pasar kapital internasional, Indonesia akan merasakan dampak yang amat besar. Hal ini tidak lain karena tingkat

ketergantungannya yang tinggi. Contohnya ketika terjadi krisis ekonomi akhir 1990-an perekonomian Indonesia kalut dan lumpuh hingga akhirnya meminta pertolongan pada simbol kapitalisme global, International Monetary Fund (IMF). Tidak seperti Malaysia yang walaupun juga dilanda krisis keuangan justru

menolak bantuan IMF. Hal ini karena Malaysia yang telah memiliki pondasi ekonomi yang kuat dan tidak terlalu bergantung pada Dunia Barat kala itu. Langkah Indonesia menerima tawaran bantuan IMF tersebut menjadikan

Indonesia terjebak dalam krisis berkepanjangan. Dengan hutangnya itu Indonesia harus semakin bergantung pada negara-negara “pakar” kapitalisme. Salah satunya adalah dengan merubah paradigma ekonomi baru sesuai dengan Washington Consensus2. Ini menjadi genderang pembuka masuknya modal-modal asing di

Indonesia secara deras. Akibatnya : tambang emas di Papua dikuasai Freeport, tambang minyak dikuasai Exxon, Numon, dan perusahaan asing lainnya. Padahal seharusnya potensi-potensi alam tersebut dikuasai oleh negara sesuai denga

(14)

konstitusi RI. Akibatnya masyarakat kesempatannya untuk mencari nafkah semakin sempit karena segalanya telah dimonopoli asing, masyarakat akhirnya dipaksa menjadi buruh bagi perusahaan yang menjajah negeri mereka sendiri, dengan gaji setara harga sepatu yang dipakai oleh pengangguran di negara Barat. Ironisnya nasib negara “kaya” ini!

2) Keterlibatan negara yang amat besar dalam pasar. Kerjasamanegara dengan industri besar memang sangat subur sehingga menciptakan monopoli pasar oleh industri besar.

Disini pasar bebas yang didengungkan kaum kapitalis akan lumpuh karena telah dimonopoli oleh kaum kapitalis sendiri. Akibatnya industri kecil tidak bisa masuk pasar, kalaupun bisa tidak akan sanggup bertahan. Faktanya: toko-toko klontong mulai banyak yang tutup karena tidak mampu bersaing dengan Indomaret, Alfamart, Hypermart, Giant yang benar-benar raksasa yang mewarisi sifat manusia, rakus. Tidak adanya usaha serius pemerintah untuk menumbuhkan industri menjadikan penguasaan kapitalis semakin kuat. Tidak seperti di Malaysia yang meberikan bantuan untuk industri kecil serta kemudahan izin bagi industri kecil, sangat kontras dengan Indonesia. Masyarakatnya telah dibiasakan

mengkonsumsi produk-produk yang hanya menguntungkan industri asing. Indonesia telah menjadi santapan lezat lagi gemuk bagi kapitalis global.

Johan Nornberg juga dalam bukunya diatas : “Keajaiban” Asia Timur menyebutkan bahwa yang membedakan “macan-macan Asia”3 dengan negara berkembang lain adalah mereka berkomitmen untuk menegakkan dan melindung hak kepemilikan, membuat hukum yang melindungi perusahaan dan persaingan. Namun kenyataannya hal-hal diatas prakteknya hanya menguntungkan kaum konglomerat yang memiliki modal dan semakin memakmuran mereka. Karena tentu saja tidaka akan ada persaingan seimbang antara konglomerat dan korporasi asing dengan usaha-usaha mikro dan menengah yang dimiliki civil society. Lagi-lagi masyarakat-lah yang paling dirugikan.

3.4. Masyarakat Miskin : Korban-Korban Pembangunan

(15)

Sistem kapitalisme memang menekankan pada pemenuhan kepentingan-kepentingan individu diatas kepentingan-kepentingan jamak. Namun yang dimaksud individu disini siapa saja? Apakah benar semua indivdu tanpa terkecuali?. Faktanya masyarakat yang “tidak beruntung” lah yang semakin kehilangan hak-haknya, kesengsaraan menjadi makan malam mereka setiap malam, penindasan adalah hadiah mereka sebagai pembantu konglomerat.

Budi Winarno dalam buku Etika Pembangunan menyebutkan bahwa ada korban-korban pembangunan dalam sistem kapitalis ini. Ia menyinggung

Piramida Korban Manusia oleh Berger yang mengkritik pembangunan

kapitalis dalam dua pertanyaan pokok, yaitu pertumbuhan untuk siapa, dan pasar untuk siapa? Tentu saja kita sudah bisa menebak siapa jawabannya. Hukum dibuat oleh para pemenang. Begitu juga kapitalisme dibuat oleh pemenang pasar (kapitalis) untuk mengeksploitasi market looser, yaitu masyarakat kecil atau dalam konteks global adalah negara Dunia Ketiga. Masyarakat miskin pada umumnya mereka berpendidikan rendah, berada di pedesaan yang sarana prasarana, jaringan

komunikasi yang terbatas sehingga mereka akan sangat sulit untuk bersaing dalam pasar kapitalis. Kesempatan mereka untuk berusaha sangat terbatas karena peran pemerintah yang seharusnya membantu mereka sesuai dengan konstitusi RI tentan fakir miskin dipelihara oleh negara. Justru mempersulit kesempatan mereka untuk berusaha. Dan ironisnya pemerintah seakan lepas tangan dan beberapa

menganggap itu adalah kesalahan masyarakat miskin yang malas.

“Orang miskin itu karena salahnya sendiri dia malas bekerja. Jadi bukan salah siapapun kalau ada orang miskin.”

Begitu tanggapan Marzuki Alie, Mantan Ketua DPR RI tentang masyarakat yang dalam garis kemiskinan. Padahal masyarakat miskin adalah korban pembangunan

Gambar 1 Piramida Sistem Kapitalisme

(16)

yang sejatinya mereka menopang kehidupan, kekayaan para pejabat, kapitalis, bahkan seluruh elemen pasar, sesuai dengan Piramida Kapitalisme.

Kemiskinan yang mendera masyarakat di negara ini sejatinya bukan karena negara ini miskin, tapi sebaliknya negara ini kaya akan potensi-potensi alam serta manusianya. Yang menjadikannya adalah tingginya kesenjangan anatara miskin dan kaya dikarenakan pendistribusiannya yang kurang tepat. Padahal salah satu fungsi negara adalah distribusi. Ini adalah akibat dari

penerapan sistem kapitalisme yang memiliki istilah “yang kuatlah yang bertahan”. Segelintir orang menguasai hampir setengah kekayaan yang ada. Segelintir yaitu 20 % penduduknya menguasai 48 % PDB, sedangkan mayoritas yaitu 80 % dari penduduk Indonesia hanya menguasai 52 % PDB. Sungguh ironis.

Pengeksploitasian yang menyengsarakan kaum lemah itu seakan melekat di sistem kapitalisme yang rakus. Di negara-negara Dunia Ketiga di Afrika Barat yang petaninya menggantungkan hidupnya pada kapas, mereka unggul dalam budidaya kapas pada masa lalu. Namun sekarang kapas harganya semakin anjlok. Hal ini karena setiap tahun pemerintah AS memberi subsidi untuk para petani kapas mereka sebesar 3 miliar US$, sedang pemerintah negara Uni eropa mensubsidi petani mereka 1 miliar US$. Ini semua agar petani mereka dapat menjual kapas dengan harga murah di pasar dunia. Ini akan membuat petani-petani miskin di Afrika merugi jika menjual kapas, sehingga mereka semakin dijerat kemiskinan. Begitulah kerakusan kapitalisme bekerja. Petani kaya mendapat subsidi, petani miskin mendapat rugi.

Seiring berjalannya waktu dan roda kapitalisme semakin kencang maka masyarakat miskin akan semakin termarjinalisasi dan semakin tidak berdaya. Lalu siapkah masyarakat Indonesia menghadapai pasar global?

3.5. Solusi Untuk Menghadapi Kapitalisme Global

(17)

Putaran Uruguay General Agreement on Trade and Tariffs Duta Besar Kenya, Thomas Ogada pernah mengungkapkan tentang pendapatnya dalam Putara Uruguay, “Kita diundang dalam Putaran Uruguay untuk ikut serta dalam rangka mencincang Dunia Ketiga”. Duta Besar Brasil, Ruben Ricupero menggambarkan Dunia Ketiga sebagai ayam yang ditanya sang koki, “Dengan saus apa kau ingin kulahap?”

Maka dikarenakan kemiskinan yang ada di Indonesia adalah akibat kesalahan sistem ekonomi yang berjalan saat ini. Sistem ekonomi Indonesia secara de jure adalah ekonomi kerakyatan namun secara de facto prinsip-prinsip kapitalisme lah yang digunakan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengembalikan sistem ekonomi yang lebih ramah terhadap Indonesia. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penataan ulang sistem ekonomi yang ada di Indoenesia (reformasi sistem ekonomi).

3.5.1. Reformasi Sistem Ekonomi

Indonesia harus meninggalkan penggunaan sistem ekonomi kapitalisme sebagai acuan kebijakan ekonomi, karena sesuai yang diapaparkan diatas telah merugikan rakyat Indonesia. Sebagai gantinya adalah menggunakan dan melaksanakan sistem ekonomi yang lebih ramah dan lebih familiar dengan bangsa ini. Sehingga pembangunan ekonomi dapat berjalan efektif dan efisien. Namun perlu digarisbawahi bahwa tidak hanya dituangkan dalam konstitusi saja namun juga dijadikan bahan acuan untuk pembuatan kebijakan ekonomi. Sistem ekonomi yang patut benar-benar dikuatkan kembali adalah sistem ekonomi pancasila.

Sistem Ekonomi Pancasila

(18)

Indonesia barulah diambil untuk dirumuskan dalam Pancasila. Ini menciptakan ideologi yang khas Indonesia. Seperti halnya Pancasila, Ekonomi Pancasila telah ada dalam masyarakat dan penerapannya akan menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.

Menurut Sri-Edi Swasono, Ekonomi Pancasila adalah pandangan filsafati di bidang kehidupan ekonomi. Jika Pancasila adalah khas Indonesia, maka Ekonomi Pancasila adalah ekonomi khas Indonesia4. Praktek perekonomia yang ada di Indonesia harusnya adalah yang mengusung ekonomi gotong-royong atau ekonomi yang bisa menjadikan masyarakat luas sebagai pemeran utama dalam ekonomi, yaitu ekonomi yang pro-rakyat.

UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 menyebutkan, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Selain itu Moh.Hatta beranggapan bahwa di masa mendatang perekonomian akan semakin jauh daripada dasar individualisme dan semakin dekat pada kolektivisme, yaitu sama sejahtera. Kolektivisme sudah seharusnya menjadi dasar perekonomian

Indonesia. Dimana persatuan Indonesia dalam hal ekonomi adalah dengan membangun ekonomi Indonesia bersama-sama, sehingga tidak mebuat ada kelompok yang mendominasi dan yang didominasi.

Sistem ekonomi Pancasila menurut Emil Salim sesuai dengan kelima sila, yaitu:

Sila I : Mengenal etika dan moral agama.

Sila II : Titik berat pada nuansa manusiawi dalam menggalang hubungan ekonomi dalam perkembangan masyarakat.

Sila III : Membuka kesempatan ekonomi secara adil bagi semua, lepas dari kedudukan, suku, agama, ras, dan daerah.

Sila IV : Bermuara pada demokrasi ekonomi dan politik

Sila V : Memberi warna egalitarian dan social equity dalam pembangunan. Dengan sistem ekonomi Pancasila akan tercipta pembangunan yang memiliki sifat ke-Indonesiaan, yang akan mencapai puncaknya sesuai sila kelima Pancasila.

Pancasila sebagai suatu sistem pembangunan sudahlah lengkap, dimana ada input, implementasi, dan output. Sila pertama dan kedua yang berkaitan ketuhanan dan kemanusiaan adalah output ataupun modal pembangunan Indonesia. Masyarakat yang robbani akan menciptakan harmoni kehidupan manusia. Selain hubungan dengan Tuhan juga harus baik hubungan dengan

(19)

manusia lain (kemanusiaan). Kemudian dengan modal pembangunan itu diperlukan implementasi sistemnya, sesuai asas Pancasila implementasi sistem pemerintahan untuk pembangunan Indonesia haruslah berpedoman pada dua sila yang mengusung nilai persatuan dan kerakyatan (sila ketiga dan keempat). Masyarakat haruslah bahu membahu bersatu dalam membangun Indonesia, meninggalkan perbedaan yang ada demi pembangunan Indoensia, menanamkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu pemerintahan juga harus menerapkan pemerintahan yang hikmat (good governance) yang memegang prinsip bahwa negara adalah negara rakyat atau negara sosial. Tujuan utama dari pembangunan ini nantinya akan bermuara sebagaimana pada sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial. Keadilan sosial mencakup banyak aspek, karena masyarakat memiliki banyak keterkaitan. Dalam pembahasan Ekonomi Pancasila keadilan sosial adalah dengan kesejahteraan rakyat. Dimana negara adalah yang

bertanggungjawab akan kesejahteraan rakyat, berbeda dengan negara liberal karena Indonesia sejatinya adalah negara kesejahteraan rakyat (welfare state). Keadilan sosial disini juga bisa berupa kesetaraan politik, hak yang sama di depan hukum, persamaan hak-hak lainnya, dsb. Keadilan sosial adalah tujuan utama dalam pembangunan Indonesia. Konsep Pancasila sebagai sistem pembangunan ini dapat dilustrasikan dibawah ini.

Gambar 2 Ilustrasi konsep Pancasila sebagai sistem pembangunan

Perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila harus dimulai dari pembentukan sikap dan perilaku manusia Indonesia. Akan percuma jika masyarakat yang sudah terbiasa dengan arus kapitalis dipaksa melaksanakan sistem pancasila. Karena

1 .

Ketuhanan 2 .

Kemanusia

3 .

Persatuan

5.Keadilan

(20)
(21)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Karya tulis ini menjelaskan mengapa meskipun Indonesia adalah negara besar, namun masyarakatnya masih banyak yang miskin. Dari pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain;

 Indonesia sejatinya adalah negara yang memiliki potensi kekayaan besar,

namun karena pengelolaan yang salah sehingga potensi ini justru tidak dinikmati oleh Indonesia sendiri.

 Agen-agen kapitalisme global yang berdalih membantu pembangunan, justru

menjadi masalah bagi negara dunia ketiga, dimana terjadi eksploitasi sumber daya oleh negara-negara dunia pertama, ini juga terjadi di Indonesia.

 Masyarakat menjadi korban utama dalam sistem kaapitalisme global, sumber

daya yang mereka dikeruk untuk pembangunan yang justru semakin

memiskinkan mereka. Rakyat jelata adalah penyangga gemerlap kapitalisme.  Solusi yang bisa dilakukan Idonesia adalah dengan membangun masyarakatnya

serta menggunakan sistem perekonomian baru yang lebih merepresentasikan Indonesia.

4.2. Rekomendasi

Jika berkaca pada kesalahan-kesalahan diatas sudah selayaknya pemerintah dan masyarakat Indonesia melakukan perbaikan-perbaikan demi kebaikan negara, khususnya untuk meninggalkan sistem kapitalisme global yang lebih berupa hegemoni negara Barat. Ada beberapa rekomendasi yang disediakan penulis disini, antara lain;

 Pemerintah harus melakukan revisi kebijakan dan mengusahakan

menggunakan sistem ekonomi yang lebih merepresentasikan Indonesia.  Pembangunan Indonesia harus lebih ditekankan pada pembangunan manusia

pancasila, agar dapat diwujudkan Sistem Ekonomi Pancasila.

(22)

Buku:

Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila : Jalan Kemaslahatan Berbangsa.

Jakarta: Pustaka LP3ES

Goldthorpe, J.E. 1992. Sosiologi Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Jhamtani, Hira. 2005. WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga. Yogyakarta: INSIST Press.

Kunio, Yoshihara. 1990. Kapitalisme Semu Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES. Nornberg, Johan. 2011. Membela Kapitalisme Global. Jakarta: Freedom Institute. Peng, Martin Khor Kok. 1993. Imperialisme Ekonomi Baru, Putaran Uruguay dan

Kedaultan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Rahardjo, M. Dawam. 2012. Pembangunan Pascamodernis, esai-esai ekonomi politik. Yogyakarta: INSIST Press.

Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. Yogyakarta: CAPS.

Madjid dan Swasono. 1988. Wawasan Ekonomi Pancasila. Jakarta : UI Press .

Jurnal/Artikel:

Mugasejati, Nanang, dkk. 2006. Kritik Globalisasi dan Neoliberalisme.

Yogyakarta: Fisipol UGM.

Internet :

HT : Kapitalisme memiskinkan dan menyengsarakan rakyat. http://hizbut- tahrir.or.id/2012/07/11/kapitalisme-memiskinkan-dan-menyengsarakan-rakyat/

Pyramide of Capitalism. http://dontjustvote.org/2014/04/28/great-political-quotations-and-misquotations/

Tan Malaka Aksi Massa 1926.

https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/AksiMassa/Bab4.htm

Sistem Ekonomi Syariah. www.kwikku.com/u22615/view/1007967

(23)

Background

Third world countries are identified as poor countries and often became the object of economies market. The terminology of “third world” became popular in Europe after Irving Horowitz’s Three World of Development, his main idea is three types/classes of countries development. Actually third world countries have wealth, only then impoverished by current world system. The system created by new colonizers of the world, thus creates colonization comeback in the Third World. Global capitalism makes first world countries as capital owner can obtain many benefits from third world countries.

Problem Formulation

Problem formulation of this paper; 1. How big Indonesia’s potential?

2. What is capitalism?

3. What is global capitalism role in the third world poverty, especially Indonesia? 4. How is society condition after developmentism (capitalist-system)?

5. What are the solutions to fix problems of global capitalism system?

Methodology

The method used in writing this paper is literature study. Data collection is by searching for data sources that relevant with existing problems, such as books, journals, online articles, newspapers, and internet web.

(24)

Indonesia never been able to show its fangs. The problem sources are in Soeharto’s era, where Indonesia potential being mortgaged to foreign countries in the name of development with capitalist system. New Order developmentalism regime is contrary to Sukarno’s era.

Capitalism in Indonesia, which is claimed to build it becomes a blunder. Tan Malaka said, "Capitalism in Indonesia transplanted from Europe which in some ways not same as capitalism growth in its own countries, Europe and North America." The condition of Indonesia, which is different from Europe makes this system detriment Indonesia. The agents of global capitalism not build Indonesia, but instead rub down Indonesian wealth. There are two factors, that is;

1. Intervention from capitalism centers results capitalism in Indonesia has a reliance on it. For example, what happens after International Monetary Fund (IMF) debt policy.

2. Involvement of big country in the market. Many cooperation from big countries are being very fertile, thus creating a market monopoly by big industries.

People are the main victims in development using capitalism system. In

(25)

mentions, "The economy structured as a joint venture based on the principle of family" means that there is an mutual cooperation element by people in economy. The principles of Pancasila can describe the Pancasila economy. To build Pancasila economic system Indonesia could start by developing Pancasila human in Indonesia So there must be development reform by using people-centered development. So that, civil society could becomes important actors in development. Mental revolution must be running in order to improve the quality of Indonesian people.

Conclusion

 Indonesia actually has great wealths, but poor due to mismanagement, by wrong

economic-system

 Global capitalism became a problem for Indonesia, where there is exploitation of

Indonesia wealth

 People are the main victims in this development system

(26)
(27)
(28)

يسينودنلا بعشلا ةيعون نيسحت لجأ نم

اذه مادختساو يلامسأرلا يداصتقلا ماظنلا كرتو ،ةيداصتقلا تاحلصلا هيلع ىرجت نأ بجي ،يناثلاو

.يملسلا يداصتقلا ماظنلاو ليساجنب يداصتقلا تاقيلعتلا ماظنلا لثم ،ايسينودنل ةيدو رثكأ ماظنلا

1945

ةداملا

33

ةيلا

1

" "

نم ارصنع كانه نأ ينعي ةرسلا أدبم ىلع موقي كرتشم عورشمك مظنملا داصتقلا ،ركذت

. .

نم ليساجنب داصتقلا فصي ليساجنب ئدابملل نكمي ةيداصتقلا يف سانلا لبق نم لدابتملا نواعتلا

.

فلتخي ل ماظنلا اذه ايسينودنل ةيدو رثكأ نوكيس اضيأ يملسلا يداصتقلا ماظنلا تدمتعا يتلا ةيملسلا

.ةيلوؤسملاو ،ةيرحلاو ،نزاوتلاو ،ةدحولا ؛ئدابملا ضعبو ،ليساجنابلا داصتقلا نم اريثك سيل

ةمتاخلا

أطخلا يداصتقلا ماظنلا لبق نم ،ةرادلا ءوس ببسب ءارقفلا نكلو ،ةريبك تاورثلا عقاولا يف ايسينودنا

ايسينودنا ةورثلا للغتسا كانه ثيح ،ايسينودنل ةبسنلاب ةلكشم تحبصأ ةيملاعلا ةيلامسأرلا

ريوطت ماظنلا اذه يف نويسيئرلا اياحضلا مه سانلا

Gambar

Gambar 1 Piramida Sistem Kapitalisme
Gambar 2 Ilustrasi konsep Pancasila sebagai sistem pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Review kembali sistem yang sudah berjalan, apakah sistem yang dijalankan selama ini efektif atau tidak, Dalam hal membangun sistem manajemen perlu diingat hal yang paling

Aplikasi yang dibangun adalah game edukasi Eco Mania berbasis Unity 3D bertemakan edukasi atau edugame yang masuk ke dalam kategori advanture dimana metode

Virus patogen tular tanah diketahui yang menyebabkan penyakit pada tanaman

Tahap pertama dari penelitian adalah memperoleh data voice of customer berupa atribut kebutuhan pelanggan akan kemasan Ayam Geprek Beringas, yang didapatkan melalui wawancara

Nilai RAE pupuk NPKS berdasarkan bobot kering biji paling tinggi dicapai pada dosis NPKS 600 Kg/Ha sama dengan.. dapat disimpulkan bahwa penggunaan NPKS menguntungkan untuk

Oi lingkungan, gas-gas asam yang dikeluarkan melalui cerobong akan tersebar dan berubah menjadi asam yang terlarut dalam air hujan sehingga menimbulkan hujan asam pada kawasan

Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis adalah terdapat pengaruh antara regulasi diri terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan di Kota Bandung.. Peneliti

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keragaan faktor-faktor kredit usaha sapi potong meliputi : pokok kredit, bunga kredit, pendapatan, agunan atau