• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM I (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM I (2)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

LEZITA MALIANTI

.Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Jalan WR Supratman, Kandang Limun Bengkulu 38371 A, Indonesia, Tel/Fax +62-736-21170 / +62-736-22105

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini untuk penginderaan dan memberikan informasi secara geografis dalam pengelolaan terumbu karang. Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, dapat mengidentifikasi keberadaan terumbu karang baik luasannya secara cepat dan murah. Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG dalam pengelolaan wilayah pesisir dapat menggunakan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) data spasial yang dilakukan dalam GIS dapat berupa overlay, interpolasi, buffering dan klasifikasi.

Kata Kunci: Terumbu karang,GIS, IKL PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 dan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km (DKP, 2008). Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan bagi masyarakat indonesia. Dengan keberadaan hutan mangrove yang terluas didunia, terumbu karang yang eksotik, rumput laut yang terhampar dihampir sepanjang pantai, sumber perikanan yang tidak ternilai banyaknya dan keadaan lahan yang relatif subur untuk pertanian menyebabkan tekanan terhadap wilayah pesisr semakin besar.

Wilayah pesisir juga merupakan daerah yang terpadat penduduknya. Sekitar 140 juta jiwa atau 60% penduduk Indonesia tinggal diwilayah pesisir (DKP, 2008). Selain faktor dari manusia, perubahan iklim global juga meningkatkan tekanan terhadap wilayah pesisir semakin meningkatnya muka air laut akibat pemanasan global.

Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara cepat dan tepat dengan memanfaatkan data yang kontinyu dan teknologi yang mampu menggambarkan wilayah pesisir dengan baik. Integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah satu cara untuk mengelola wilyah pesisr dengan data yang kontinyu dan sebaran spasial yang bisa menampilkan secara sederhana bentuk kawasan peisisir. Secara sederhana intergrasi antara penginderaan jauh dan SIG dapat memetakan kondisi wilayah pesisir sehingga dapat dipantau kondisinya.

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informas itentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesanddan Kiefer, 1979). Sedangkan Sistem Informasi Geografi (SIG), adalah suatu system informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.

Berdasarkan definisi dan pengertiannya, system informas igeografi (SIG) dapat diuraikan atas beberapa subsistem yaitu: data input, data output, data manajemen, serta data manipulasi dan analisis. Komponen SIG meliputi: Perangkat keras, perangkat lunak, data, serta informasi geografi dan manajemen. Sistem informasi geografi menyimpan semua informasi deskriptif beserta unsure unsurnya sebagai atribut dalam basis data. Selajutnya SIG membentuk dan menyimpannya dalam tabel-tabel (Relasional). Setelah itu, SIG menghubungkan unsur-unsur tersebut dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikian, atribut-atribut ini dapat di akses melalui lokasi unsur-unsur peta. Sebaliknya, unsur-unsur-unsur-unsur peta dapat di akses melalui atribut-atributnya. Dengan demikian, unsur-unsur tersebut dapat dicari dan ditemukan berdasarkan atribut-atributnya.

▸ Baca selengkapnya: perbedaan data visual dan data digital dalam kegiatan penginderaan jauh, yaitu

(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penginderaan jauh, citra foto, citra satelit dapat dimanfaatkan sebagai sumber data lingkungan abiotik (sumber dayaalam), lingkungan biotik (flora dan fauna), serta lingkungan budaya (bentuk penggunaan lahan). Dalam citra penginderaan jauh terdapat banyak informasi yang dapat direkam antara lain untuk pendekatan ekologikal, pendekatan spasial, serta pendekatan kompleksitas kewilayahan. Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk perencanaan wilayah dapat melengkapi informasi peta yang sudah ada dan untuk menambahkan informasi terbaru, mengingat perkembangan suatu wilayah relative berlangsung cepat sehingga sangat memerlukan data untuk monitoring dan evaluasi terhadap implementasi rencana tata ruang. Contoh penggunaan data penginderaan jauh dalam pengelolaan pesisir :

1. Mengindentifikasi berbagai macam objek di wilayah pesisir seperti rumput laut, terumbu karang, keadaan pasir, padang lamun, keberadaan mangrove, penggunaan lahan, serta sebaran vegetasi ainnya yang merupakan suatu ekosistem wilayah pesisir.

2. Mengidentifikasi dan memetakan tumpahan minyak serta pencemaran di wilayah pesisir. 3. Memetakan perubahan garis pantai.

4. Deteksi daerah potensial penangkapan ikan. 5. Identifikasi kelayakan lokasi untuk

pengembangan, misalnya pariwisata dan budidaya perikanan.

6. dan lain lain.

Integrasi Penginderaan jauh dan SIG dalam pengelolaan wilayah pesisir dapat menggunakan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)/Environmental Sensitivity Index (ESI). Indeks Kepekaan Lingkungan merupakan gambaran nilai-nilai biologi, ekonomi dan sosial-budaya pada suatu wilayah pesisir dan laut tertentu yang digunakan sebagai prioritas respon terhadap tumpahan minyak (NOAA, 1992). Dalam perkembangannya IKL bukan hanya untuk menilai kepekaan lingkungan terhadap dampak yang terjadi akibat kegiatan manusia dan pembangunannya sangat tergantung pada kekuatan ekosistem tersebut menahan perubahan yang terjadi, hal ini ditunjukkan oleh tingkat kepekaan ekosistem tersebut. Tingkat kepekaan suatu ekosistem yang merupakan gambaran dari kekuatan ekosistem tersebut untuk kembali pulih seperti keadan semula dipengaruhi oleh kondisi biologi dan ekologi ekosistem tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar teori dalam penetuan IKL, sehingga hasil penilaian IKL dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisr.

Data penginderaan jauh dapat menangkap dan mengindentifikasi berbagai macam objek di wilayah pesisir seperti rumput laut, terumbu karang, keadaan pasir, padang lamun, keberadaan mangrove, penggunaan

lahan, serta sebaran vegetasi lainnya yang merupakan suatu ekosistem wilayah pesisir. Data-data tersebut bisa diintegrasikan dengan data-data SIG seperti batas administrasi, jumlah penduduk, kondisi jalan, kondisi sungai serta bentuk topografi suatu lahan maupun topografi pantai dan lautnya (batimetri).

Selain pemanfaatan data-data SIG tersebut, SIG juga dapat menganalisis data-data spasial sehingga memberikan bentuk lain dari data spasial masukkan sebelumnya yang akan berguna dalam menentukan nilai IKL. Keunggulan dari SIG adalah kemampaunnya keunggulan lain dari SIG, adapun contoh analisis dan manipulasi data spasial yang dilakukan dalam SIG seperti overlay, interpolasi, buffering dan klasifikasi.

KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, dapat diidentifikasi keberadaan terumbu karang, baik luasnya maupun penyebarannya,secara lebih cepat dan lebih murah.

2. Uji ketelitian dengan cara melakukan tumpangsusun antara terumbu karang hasil interpretasi dari citra Landsat dengan terumbu karang acuan dari peta yang telah dipublikasikan menunjukkan bahwa Ketelitian Menyeluruh yang diperoleh yaitu 80,47 %, Kesalahan komisi sebesar 28,66 %.

3. Dengan diketahuinya luas dan penyebaran hutan terumbu karang maka penyusunan rencana dalam rangka pengelolaan kawasan pesisir dan kelautan dapat dilakukan secara lebih baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono. 2010. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Serta Aplikasinya di Bidang Pendidikan dan Pembangunan, Seminar Nasional-PJ dan SIG I.

Hartono, Taufik Hery Purwanto. 2017. Peran Teknologi Infomasi Geografi Untuk Mendukung Ketangguhan Bangsa: Dari Foto Udara Hingga Augmented RealityDalam Bingkai Informasi Geospasial, Seminar Nasional Geotik.

Faizal, Ahmad, Chair Rani, Natsir Nessa, Jamaludin Jompa, Rohani Ambo-Rappe. Pengembangan Metode Multikriteria Berbasis SIG Untuk Zoning Kawasan Konservasi Perairan.

Louhenapessy, Daniel, H.J.D. Waas, 2009. Aplikasi Teknologi Remote Sensing Satelit dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Memetakan Klorofil-a Fitoplankton. Jurnal Triton Volume 5 halaman 41-52. Universitas Pattimura Ambon.

Hikmah, Riveral. 2009. Kerusakan Terumbu Karang di Kepulauan Karimunjawa, Skripsi. Universitas Indonesia.

(3)

Taman Wisata Alam Laut Kapoposang, Sulawesi Selatan. Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan.

Murzaki, Anggi Afif. 2008. Analisis Spasial Kualitas Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Dasar Penentuan Kawasan Konservasi Laut dengan Metode Cell Based Modelling di Karang Lebar dan Karang Congkak Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Saifullah. 2000. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) Dalam Pemanfaatan dan Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap dan Budidaya Tambak di Kotamadya Sibolga, Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

Sulistiana, I Nyoman, Bambang Hidayat, I Made Kusuma Wardana. 2012. Identifikasi Terumbu Karang Berdasarkan Citra Penginderaan Jauh Multispektral dengan Filter 2D Gabor wavelet dan K-Nearest Neighbor, Universitas Telkom.

Syah, Achmad Fachruddin. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasinya di Wilayah Pesisir dan Lautan, Universits Trunojoyo, Jurnal Kelautan Volume 3 No 1.

Sulistyo, Bambang. 2007. Uji Ketelitian Identifikasi Penyebaran Terumbu Karang Berdasarkan Lansat TM (Studi Kasus di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara), Majalah Geografi Indonesia Volume 21 Nomor 2.

Referensi

Dokumen terkait

56 Rancangan Layar Laporan Transaksi Lelang Admin .... 57 Rancangan Layar Laporan Pemenang Lelang

karena petani responden tidak mengikuti kegiatan kelompok tani secara aktif. Menurut petani responden, penyebab petani responden tidak bergabung dalam kelompok tani adalah

Penelitian ini bertryuan untuk rnengkaji intenelasi antara faktor fisik, non fisik tlan pcrilaku petani dalam manajemen sumber daya pertanian, dan menemukan faktor yang

Variabel respon yaitu angkatan kerja yang bekerja dan tidak bekerja (pengangguran), dengan variabel prediktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, status dalam rumah

Hasil Penelitian menunjukkan kualitas pelayanan sistim informasi akademik berbasis e-administrassion yang ada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry belum cukup

Desa ini berdiri karena adanya program transmigrasi besar besaran dari Pulau Jawa dan Pulau Bali yang dilakukan pemerintah pada tahun 1959 untuk mengurangi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan konseptual dan prosedural siswa dalam memecahkan masalah pada materi operasi hitung perkalian serta mengetahui

Tenaga kerja ( manpower ) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.