• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Metode Penelitian

Peran Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam

Meningkatkan Kinerja Guru pada Kegiatan Belajar di Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh

DI

S

U

S

U

N

OLEH:

SITTI HAJAR : 14014023282

AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

KOMPUTER INDONESIA (AMIKI)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya dan sekaligus memenuhi tuntutan sosial, kultural, dan religius dalam lingkungan kehidupannya. Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diartikan sebagai segenap upaya pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa) dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan rangsangan yang bersifat mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak dapat bertumbuh-kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma kehidupan yang dianut(Solehuddin dan Hatimah,2007).

Hal ini menyadari bahwa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dengan berkembangnya Pendidikan Anak Usia Dini formal, informal, dan non formal, dalam bentuk Taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitipan Anak (TPA), ataupun pendidikan keluarga yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bersifat holistik dan terpadu serta ditujukan untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi: (1) moral dan nilai-nilai agama; (2) sosial-emosional; (3) kognitif (intelektual); (4) bahasa; (5) fisik-motorik; dan (6) seni(Trianto,2011).

Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting, tetapi sering terabaikan adalah fungsi pengembangan sikap dan motivasi belajar anak yang positif. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tepat dapat menumbuhkan sikap cinta belajar pada diri anak. Sebaliknya, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tidak tepat dapat mendorong anak merasa alergi dan tersiksa dengan kegiatan belajar, karena pada periode usia dini anak mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat sebagai usia emas (golden age)

dan bersifat melandasi bagi perkembangan anak berikutnya(Solehuddin,2007).

(3)

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), antara lain guru/pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana belajar mengajar, lingkungan, dan kurikulum. Faktor guru/pendidik sangat berpengaruh pada proses kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini untuk menentukan keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terlihat dari kinerja guru/pendidiknya, yang memiliki kompetensi profesional dan memiliki pengalaman dibidangnya, yang akan tercermin para cara guru/pendidik mengajar. “Setiap anak itu unik, artinya secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksinya masing-masing terhadap rangsangan/kejadian yang dialaminya”(Bafadal,2006). Jadi sangat diperlukan kinerja guru dalam mendidik anak usia dini agar tercapai mutu pendidikan.

Jika ditelaah lebih jauh, mutu pendidikan saat ini bisa dikatakan rendah, penyebabnya yaitu kurangnya kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Salah satu usaha dalam meningkatkan kinerja guru melalui proses pembinaan yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus.

Kinerja guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak terlepas dari peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin. Kepala Sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang memiliki peran sangat besar dalam mengembangkan kinerja pendidikan di sekolah (Daryanto,2011). Kepala Sekolah selaku top manager sekolah dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar senantiasa check dan recheck program yang dijalankan oleh para guru(Sahertian,1990).

Kepemimpinan kepala sekolah sangat menunjang akan tercapainya pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien. Untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efesien, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di tingkatan sekolah dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan diharapkan mampu memegang tugas dan bertanggung jawab memegang peran aktif dalam memajukan sekolah/lembaga pendidikan(Wahab, Umiarso:2011). Berhasil atau tidaknya sekolah akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki kepala sekolah tersebut. Dan perkembangan kinerja guru banyak ditentukan oleh Peran kepala sekolah.

(4)

Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada Kegiatan Belajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh ”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Peran Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam meningkatkan kinerja guru di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran Peran Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam meningkatkan kinerja guru pada kegiatan belajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Dapat memberikan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan terkait peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru pada kegiatan belajar di jenjang pendidikan anak usia dini.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi guru sebagai masukan dalam memperbaiki atau meningkatkan Kinerjapembelajaran guru pendidikan anak usia dini.

b. Bagi kepala sekolah menjadi masukan untuk selalu melakukan pembinaan terhadap guru, serta mencari inovasi untuk kemajuan dan kinerja sekolah.

1.5 Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Deskriptif

Bagaimana peran kepala sekolah dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran? 2. Hipotesis Asosiatif

Ada pengaruh secara bersama-sama antara peran kepala sekolah dan kinerja guru dengan kegiatan pembelajaran.

BAB II

(5)

2.1 Telaah Teori 2.1.1 Definisi Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Friedman, M, 1998).

Struktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Peran Fornal (Peran yang Nampak Jelas)

Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga.

b. Peran Informal (Peran Tertutup)

Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaa peran-peran formal (Soehendy, 1997:28)

Kepala sekolah hendaknya mampu menampilkan diri sebagai sosok yang memiliki ciri sebagai berikut:

Peran kepala sekolah dalam perspektif kebijakan Depdiknas (2006) yaitu 1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

(6)

menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikit 4 macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.

2. Kepala sekolah sebagai manager

Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengendalikan dalam rangka mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena itu, kepala sekolah harus mampu merencanakan dan mengatur serta mengendalikan semua program yang telah disepakati bersama.

Tugas penting yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembanan profesi para guru. Kepala sekolah sebaiknya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan sekolah.

3. Kepala sekolah sebagai administrator

Kepala sekolah sebagai administrator sangat diperlukan karena kegiatan di sekolah tidak terlepas dari penegelolaan administrasi yang bersifat pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Kepala sekolah dituntut memahami dan mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana, dan administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif agar administrasi sekolah dapat tertata dan terlaksana dengan baik.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

Kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk membimbing, membantu, dan mengarahkan tenaga pendidik untuk menghargai dan melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna menunjang kemajuan pedidikan. Kepala sekolah juga harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik.

5. Kepala sekolah sebagai leader

Teori kepemimpinan menyebutkan bahwa ada dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kualitasnya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya.

(7)

Kepala sekolah sebagai wirausahawan harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan yang inovatif dengan menggunakan strategi yang tepat, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara kepala sekolah, staf, tenaga pendidik dan peserta didik, disamping itu juga agar pendidikan yang ada menjadi semakin baik.

2.1.3 Peran Guru

Guru adalah pendidik profesional. Tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan juga melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta yang dididik pada pendidikan formal di jenjang anak usia dini, pendidik dasar dan menengah. Peran guru mengembangkan kemampuan sekaligus membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Semua itu demi pencapaian tujuan pendidikan dan juga berperan besar dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional (Sembiring, 2008).

Ada beberapa peran yang dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: 1. Sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing, dan melatih. 2. Sebagai pekerja kemanusiaan dengan fungsi merealisasikan seluruh kemampuan

kemanusiaan yang dimiliki.

3. Sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.

2.1.4 Profesionalitas Guru

Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini, guru diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.

Ada empat ciri utama agar seorang guru masuk ke dalam kategori guru profesional, yaitu:

a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang b. Mempunyai keterampilan membangkitkan minat siswa

c. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat

d. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan (Suyanto,.Jihad, 2013)

(8)

Kinerja adalah hasil kerja serta kemampuan yang telah dicapai seorang pekerja dalam hal ini guru, dengan kata lain kinerja guru dalah prestasi kerja atau performance yang telah berhasil dilakukan oleh seseorang guru setelah melakukan aktivitasnya di sekolah (Jelantik, 2015).

Kinerja juga sering dikaitkan dengan prestasi seseorang. Oleh sebab itu, kinerja menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang atau lembaga dalam menjalankan sistem manajemen. Namun dalam kenyataannya sering ditemui kinerja guru tidak sesuai dengan harapan bersama. Ada sejumlah faktor yang memberikan pengaruh pada kinerja guru. Faktor-faktor tersebut yakni motivasi, penghargaan, dan lingkungan kerja.

a. Motivasi kerja guru adalah proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Motivasi kerja guru ini dapat dilihat melalui hal-hal sebagai berikut yakni: (1) tanggung jawabnya, (2) prestasi yang diraih, (3) pengembangan diri, (4) kemandirian dalam bertindak.

b. Penghargaan secara umum didefinisikan sebagai proses timbal balik antara prestasi kerja dengan apa yang seharusnya didapatkan seseorang baik dalam hubungannya dengan penghargaan materi maupun penghargaan dalam bentuk penghormatan. Dalam bentuk materi misalnya, penghargaan tersebut dapat berupa intensif beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi guru-guru yang berhasil mendulang prestasi, memberikan tunjangan profesi yang layak, memberikan THR dan lain sebagainya. Penghargaan dalam bentuk penghormatan misalnya bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada guru berprestasi untuk melakukan tatap muka dengan pejabat terkait.

c. Faktor lingkungan kerja juga memegang peran penting terhadap terciptanya kinerja guru. Lingkungan kerja bukan saja dalam arti sempit yakni di dalam kelas, namun juga dalam arti yang lebih luas yakni lingkungan di luar sekolah. Seorang guru tentunya tidak akan mampu menjalankan tugas dengan baik jika suasana di dalam kelas kurang mendukung seperti ventilasi ruangan yang tidak optimal, sehingga menyebabkan ruang belajar pengap. Atau kurangnya penerangan di dalam kelas yang menyebabkan ruang belajar gelap. Sementara lingkungan luar erat kaitannya dengan terciptanya hubungan harmonis antara sekolah dengan lingkungan sekitarnya (Jelantik, 2015)

(9)

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang menjaka agar anak didik yang belajar. Sebagai guru adalah apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan (Suardi, 2015)

Guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Setiap guru harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, guru dapat melaksanakan perannya sebagai berikut:

a. Fasilitator, yang menyediakan kemudahan kemudahan bagi siswa dalam poses belajar mengajar.

b. Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses belajar mengajar.

c. Penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar yang menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan bersemangat. d. Model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswa agar berperilaku

sesuai dengan norma yang berlaku di dunia pendidikan.

e. Motivator, yang turut menyebarluaskan ilmu dan teknologi kepada siswa dan masyarakat.

f. Manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga keberhasilan proses belajar mengajar tercapai (Suyanto,.Jihad, 2013).

2.1.7 Strategi Belajar dan Pembelajaran

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mecapai sasaran yang telah dilakukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar utnuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada empat strategi dasar belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:

1. Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi serta dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

(10)

balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan (Saiful, 2010).

2.1.8 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kinerja Guru di SDN Sosrowijayan Yogyakarta”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam pembinaan guru belum tercapai sebagaimana yang diharapkan, pembinaan kinerja terhadap guru yang dilakukan kepala sekolah masih dalam dukungan kepada guru dan mengalami hambatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Riska Fauziana, 2010, yang berjudul “Upaya Supervisor Dalam Meningkatkan Kualitas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Langkapan Srengat Blitar”. Hasil penelitiannya bahawa kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya terlebih dahulu kepala sekolah menjalin hubungan yang akrab terhadap guru, kemudian kepala sekolah memberikan dukungan kepada guru dalam pelaksanaan supervisi serta hubungan yang baik. Adapun faktor penghambatnya adalah pelaksanaan supervisi sebagai penghambat proses belajar mengajar karena pelaksanaan supervisi berjalan lama, banyaknya acara yang melibatkan guru dan anak didik serta berbagai kegiatan dinas.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,2006). Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Pendidikan Anak Usia Dini dan guru yaitu 1 orang Kepala Pendidikan Anak Usia Dini, dan 7 orang guru berjumlah 8 orang. b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil (Notoatmojo,2005). Sampel dalam penelitian ini adalah 1 Kepala Pendidikan Anak Usia Dini dan 7 orang guru.

c. Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai keseluruhan obyek penelitian (Nursalam,2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

(12)

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, yaitu data yang bukan dalam bentuk angka. Data ini meliputi tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dan kegiatan pembelajaran.

3.2.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan sekunder. Dibawah ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut.

1. Data Primer adalah data langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama yaitu kepala pendidikan anak usia dini dan elemen yang terkait. Dalam hal ini sumber pertama atau data primer dari penelitian ini adalah kepala pendidikan anak usia dini dan guru.

2. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan dari bahan kepustakaan sebagai penunjang dari data yang pertama.

3.3 Subyek Penelitian

Menurut Suharmisi Arikunto, yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi subyek penelitian.

Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah: a. Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Sebagai informan utama untuk mengetahui bagaimana perjalanan selama menjadi kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena juga berkaitan dengan kinerja guru, dan untuk mengetahui peran kepala pendidikan anak usia dini dalam meningkatkan kinerja guru di Paud Cahaya Meunara Banda Aceh.

b. Guru

Sebagai anggota atau tenaga kependidikan yang menjalankan perintah maupun merasakan peran kepala PAUD berkaitan dengan pengajaran. Oleh sebab itu, agar tugas-tugas pembinaan bagi para guru oleh kepala PAUD dapat dilaksanakan secara efektif.

3.4 Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur sistematik dan standar dalam menentukan suatu data penelitian. Pengumpulan data menjadi sangat penting bila data yang akan diteliti belum ada. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data akan sangat membantu dalam menentukan hasil penelitian yang akan dijalankan, teknik yang akan digunakan adalah:

1. Studi Pustaka

Yaitu dengan cara menghimpun data dan fakta dari beberapa literature baik berupa buku, maupun artikel yang ada kaitannya dengan permasalahan yang di bahas.

(13)

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap obyek penelitian karena adanya suatu gejala atau gerakan dari obyek penelitian. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, tempat belajar dan lingkungan sekitar.

3. Wawancara

Suatu cara untuk mendapatkan data dengan bertanya langsung kepada subyek yang berkaitan. Teknik ini akan digunakan untuk mengetahui lebih lanjut peran kepala pendidikan anak usia dini dalam meningkatkan kinerja guru dan kegiatan pembelajarannya.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan yang tertulis seperti transkip, buku, surat kabar, foto dan dokumen mengenai gambaran obyek penelitian, dan akan digunakan peneliti untuk mengetahui tentang struktur organisasi sekolah, sarana dan prasarana, keadaan kepala pendidikan anak usia dini dan guru, keadaan kegiatan pembelajaran.

3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana,2001).

Pengolahan data menurut Hasan (2006) meliputi kegiatan: 1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuaanya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data.

2. Analisa Data

(14)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah diadakan penelitian mendalam tentang peran kepala pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam meningkatkan kinerja guru pada kegiatn belajar di pendidikan anak usia dini (PAUD) cahaya meunara banda aceh maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran kepala pendidikan anak usia dini dalam meningkatkan kinerja guru di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Meunara Banda Aceh, sebagai berikut:

a. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai educator/pendidik: dengan kualitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru, bisa dilihat prestasi-prestasi dari murid-murid Cahaya Meunara Banda Aceh yang telah memiliki beberapa pretasi. Peningkatan kinerja guru bisa dilakukan dengan mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran.

b. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai supervisor: untuk mengetahui berjalan baik atau tidaknya kurikulum yang telah ditentukan maka perlu adanya pengawasan.

c. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai leader/pemimpin: kemampuannya dapat dilihat dari kepribadian, pengetahuan terhadap guru, visi dan misi, kemampuan dalam mengambil keputusan, kemampuan berkomunikasi.

d. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai manajer: kepala pendidikan anak usia dini (PAUD) Cahaya Meunara bekerjasama dengan guru dengan berkoordinasi dengan para guru.

e. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai administrator: administrasi terdapat beberapa fungsi antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, sarana prasarana, danlain-lain. f. Kepala pendidikan anak usia dini sebagai innovator: inovasi yang dilakukan,

(15)

4.2 Saran-Saran

1. Kepala pendidikan anak usia dini Cahaya Meunara Banda Aceh disarankan agar prestasi dapat dikembangkan lagi agar dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungannya

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Solehuddin, Hatimah. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang. PT. Imperial Bhakti Utama.

Ibrahim Bafadal. 2006. Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak. Jakarta: Bumi Aksara. h.16.

Daryanto. 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Gaya Media.

Piet A. Sahertian., Ida Aleda Sahertian., dkk. 1990. Supervisi Pendidikan Penting Dalam Rangka Program Insevice Education. Malang: Pustaka Pelajar. h.41.

Friedman., dan Marilyn M. 1992. Family Nursing. Theory & Practice. 3/E. Debora Ina R.L. 1998. alih bahasa. Jakarta:EGC.

Sembiring, G. M. 2008. Mengungkap Rahasia dan Tips Manjur Menjadi Guru Sejati

Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. h.36.

Suyanto., dan Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Penerbit Erlangga. Suardi, Moh. 2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Djamarah Bahri Saiful, Drs. M. Ag. dan Zain Aswan, Drs. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta PT Rineka Cipta.

Jelantik, Ketut A.A. 2015. Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional: Panduan Menuju PKKS. Yogyakarta: Deepublish.

Suharmisi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Hal. 40.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang dinilai pada persepsi (sikap) orang tua terhadap pendidikan anak usia dini di PAUD Ceria meliputi Pendidikan anak usia dini

Inventory levels at the end of September rose 4 percent from a month earlier to 2.02 million tonnes, output had declined 1.7 percent to 1.78 million tonnes, while exports rose

Pelaksanaan  PTK  dengan  model pembelajaran  STAD  terbukti  memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan pemahaman dan  kemampuan  siswa  menyelesaikan 

Target yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah agar pemilik atau pegawai UMKM dapat memahami pentingnya laporan keuangan dan

Jika ditinjau pada aspek ekonomi, Kelurahan Pabean dan Bandengan memiliki kapasitas adaptasi yang rendah pada level individu karena rendahnya tingkat

Siti Umayah. Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di TK Negeri 1 Suoh Lampung Barat. Tesis, Program Magister Pendidikan Islam Anak Usia

Berdasarkan hasil observasi perilaku metakognitif, siswa perempuan maupun siswa laki-laki sudah mempunyai keyakinan dan intuisi dalam memecahkan permasalahan matematika. Siswa

Investasi didapatkan dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Sedangkan kenaikan upah akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap penyerapan