• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Berke (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Berke (1)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Berkelanjutan

dalam Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup di

Indonesia

Disusun oleh :

Tri Nurmega O (8111416053)

Anisa Yulianti (8111416068)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas Karya Tulis ini dapat terselesaikan

tanpa suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan

kegelapan menuju jalan Islami.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di

hadapan Allah SWT.

Saya menyadari walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun Makalah sederhana ini, tetapi masih banyak kekurangan yang ada

didalamnya. Oleh karena itu, segala tegur sapa sangat saya harapkan demi perbaikan tugas ini. Saya berharap akan ada guna dan manfaatnya Karya Tulis

ini bagi semua pembaca. Amin.

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...2

DAFTAR PUTUSAN/KASUS...12

BAB I PENDAHULUAN...3

A. Latar Belakang...3

B. Rumusan Masalah...4

C. Metode Penulisan...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. Sub Pembahasan I...5

B. Sub Pembahasan II...10

(3)

BAB III KESIMPULAN... 15 Daftar Pustaka ...17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep pembangunan berkelanjutan diidentikkan sebagai kerangka ideal dan strategis pengelolaan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan secara sederhana merupakan pendekatan pembangunan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik untuk masa kini dan mendatang. Dalam pelaksanaannya, pembangunan berkelanjutan senantiasa berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar lingkungan (ekologis). Secara simultan, setiap kegiatan pembangunan harus layak secara ekonomi, dapat diterima secara sosial serta tidak mengganggu atau merusak lingkungan. Manfaat kesinambungan pencapaian pembangunan akan menjamin tersedianya sumberdaya, menjunjung tinggi harkat dan manfaat setiap individu serta meningkatkan pemerintahan yang baik. Aktivitas pembangunan berkelanjutan yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan. Prioritas dunia untuk pembangunan berkelanjutan mencakup 5 (lima) isu pokok yaitu Water (air dan sanitasi lingkungan), Energy (energi), Health (kesehatan), Agricultural (pertanian dan pangan), Biodiversity (keanekaragaman hayati). Dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang dengan bersendikan pada pembanguan ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan saling memperkuat satu sama lain.1 Di samping itu juga untuk menngkatkan kemandirian bangsa, melaksanakan otonomi daerah, menumbuhkan ekonomi yang berkeadilan, mewujudkan stabilitas nasional, membangun tatanan masayarakat yang demokratis, meningkatkan sumber daya manusia yang handal, menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi, mengembangkan dan memanfaatkan komunikasi dan informasi, menjamin kepastian penegakan hukum yang konsisten dan berkeadilan serta

(4)

menjamin hak asasi manusia dan persamaan hak bagi setiap warga negara yang merupakan prokondisi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pembangunan berkelanjutan serta teori dan prinsip pembangunan berkelanjutan?

2. Bagaimana peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan?

3. Bagaimana contoh kasus pembangunan berkelanjutan yang ada di Indonesia ?

C. Metode Penulisan Pengumpulan data

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasaldari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yangdibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah buku pelajarankedokteran, jurnal imiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel ilmiah yangbersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif

pengumpulan data

Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dariberbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yangdiperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuaidengan topik yang dibahas

Analisis data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang

(5)

telahdipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif argumentatif.

Penarikan kesimpulan

Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikanpokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagairekomendasi selanjutnya

BAB II PEMBAHASAN

A. Sub pembahasan I

Konsep pembangunan berkelanjutan menurut world comission on and environment and development (WCED), terkandung 2 makna:

 The concept of need,in particular the essential needs of the world poor,to which over-riding priority should be given( gagasan”kebutuhan “khususnya kebutuhan esensial bagi masyarakat miskin yang harus di beri prioritas utama);

 The idea of limitation imposed by the state of technelogy and sosial organization on the environment is ability to meet present and future needs (gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan).3

THE CONCEPT OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT

(a) Evolution of objectives

(6)

communitv with those of the environmental movement" (Khosl 1987). UNEP's concept of SD was said to encompass

(i) help for the very poor, because they are left with no options but to destroy their

environment; within natural resource constraints using nontraditional economic criteria

(ii) the idea of self-reliant development, iii) the idea of cost-effective development

(iv) the great issues of health control, appropriate technology, food self-reliance clean water and shelter for all; and

(v) the notion that people-centered initia- tives are needed (Tolba, 1984a) Sustainable Develop- ment seeks to respond to five broad requirements: (1) integration of conservation and development,

(2) satisfaction of basic human needs,

(3) achievement of equity and social justice,

(4) provision of social self-dete rmination and cultural diversity, and (5) maintenance of ecological integritv

(b) the strenght of the concept

The strenght of the concept of SD stems form the choice of an apparently simple detinition of fundamental objectives -meeting current needs and sustainability requirementsrom whiclh an be derived a range of operational objectives that cut across most previous intellectual and polilical boundaries. 4

Penerapan Teori dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Secara teoritis prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan pada berbagai sektor pembangunan. Sebagai contoh diambil pada sektor pertanian. Untuk pembangunan pertanian yang berhasil,

Bank Dunia (di dalam Conway and Barbier,1990:23) menyarankan agar tiga kriteria berikut dapat dipenuhi:

 First, it must be sustainable, by insuring the conservation and proper use of renewable resources (Pertama, harus berkelanjutan, dengan menjamin pelestarian dan penggunaan yang wajar dari sumberdaya yang terbarukan);

 Second, it must promote economic efficiency (Kedua, harus meningkatkan efisiensi ekonomi);

 Third, its benefits must be distributed equitably (Manfaatnya harus terdistribusi secara merata).

(7)

 Untuk kasus pembangunan pertanian, konsep dan definisi daripertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) antara lain dijabarkan oleh Conway dan Barbier (1990:10) sebagai pertanian yang:

 High, efficient and stable production (Produksinya tinggi, efisien dan stabil);

 Low and inexpensive inputs, inparticular making full use of the techniques of organic farming and indigenous traditional knowedge

 (Menggunakan sarana produksi yang rendah dan murah, terutama menggunakan seenuhya teknik pertanian organik dan pengetahuan-pengetahuan lokal dan tradisional);

 Food security and self-sufficiency (“Keamanan pangan” dan swaembada pangan);

 Conservation of wildlife and bioogical diversity (Melestarikan “kehidupan liar” dan keanekaagaman hayati);

 Preservation of traditional values and the small family farm (Melestarikan nilai-nilai tradisional dan pertanian keluarga berskala kecil);

 Help for the poorest and disadvantaged:in particular thoseon marginal land, the landless,women, children and tribalminorities (Menolong kaum termiskindan terpojokan: terutamapetani yang berlahan sempit,buruh tani, kaum perempuan, anak-anak dan kaum sukuminoritas);

 A high level of participation indevelopment decision by thefarmers themselves (Partisipasi yang tinggi dari para petani sendiri dalam proses pengambilan keputusan-keputusan pembangunan).

Penerapan Konsep, Prinsip danTujuan Pembangunan Bekelanjutan dalam pembangunan secara luas dapat dilakukan dengan menetapkan kaidah-kaidahnya (Djajadiningrat,1992; Pearce and Warford, 1993):

(8)

premis seperti: distribusi penguasaan lahan, distribusi faktor-faktor produksi, pemerataan peran dan kesempatan kaum wanita, kelompok marjinal, dan lain sebagainya.

2. Pendekatan Integratif (Integrative Approach). Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara-cara yang bermanfaat atau merusak. Keberlanjutan masa depan hanya dimungkinkan bila pengertian tentang kompleksnya keterkaitan antara sistem alam dan sosial dapat dipahami dan cara-cara yang integratif (terpadu) diterapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

3. Perspektif Jangka Panjang (Long Term Perspective). Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur pengenaan discounting. Perspektif jangka panjang merupakan visi dari pembangunan berkelanjutan sedangkan saat ini visi jangka pendek masih mendominasi dalam pengambilan keputusan.

4. Keberlanjutan Ekologis (Ecological Sustainability).

Keberlanjutan ekologis menjamin keberlanjutan eksistensi bumi. Untuk keberlanjutan ekologis integritas tatanan lingkungan harus dipelihara melalui upaya-upaya peningkatan daya dukung, daya asimilasi, dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable resources).

5. Keberlanjutan Ekonomi (Economic Sustainability).

Menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi

ekonomi. Tiga unsur utama untuk mencapai keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, serta meningkatkan kemakmuran dan distribusi kemakmuran.

6. Keberlanjutan Sosial Budaya (Social - Cultural Sustainability).

(9)

keanekaragaman budaya, serta mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

7. Keberlanjutan Politik (Political Sustainability).

Keberlanjutan politik dicirikan dengan adanya penghormatan terhadap hak asasi manusia, demokrasi, serta kepastian kesediaan pangan, air dan pemukiman.

8. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan (Defense and Security Sustainability).

Keberlanjutan kemampuan menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang langsung dan tidak langsung dapat membahayakan integritas, identitas, keberlangsungan negara dan bangsa.5

B. Sub pembahasan II

Peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan (Woman in Sustainable Development)

Sebelum diadakannya Konperensi Perempuan Sedunia yang diadakan oleh PBB (KTT Perempuan di Beijing tahun 1995), perhatian lebih banyak diberikan pada isu-isu perempuan serta akses dan kesempatan yang dimiliki perempuan. Pendekatan perempuan dalam pembangunan berfokus pada bagaimana perempuan diintegrasikan ke dalam upaya-upaya partisipasi perempuan sebagai pemanfaat hasil pembangunan daripada pelaku pembangunan. Akibatnya, dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah, perempuan sering terpinggirkan. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang dialami oleh perempuan disebabkan oleh gabungan beberapa faktor budaya, ekonomi, politik dan sosial yang berdampak secara berbeda terhadap kehidupan perempuan dan laki-laki (Anon, 2002:5). Menjadi jelas kemudian bahwa perlu paradigma baru untuk memberikan kerangka kerja dan strategi pemberdayaan pada perempuan sebagai pelaku pembangunan agar tercapai tujuan pembangunan, mengingat begitu besar peran perempuan di dalamnya.

KTT Perempuan di Beijing menghasilkan Deklarasi Beijing yang berisi 12 Critical Areas yang merupakan rencana tindak pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan. Critical areas tersebut meliputi permasalahan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, kekerasan terhadap perempuan, konflik bersenjata, ekonomi, pengambilan keputusan, mekanisme institusional untuk perempuan, hak asasi perempuan, media massa, pengelolaan lingkungan hidup dan bidang anak perempuan. Selanjutnya pada KTT Pembangunan

(10)

Berkelanjutan di Johannesburg tahun 2002, masyarakat dunia menyepakati posisi penting perempuan dalam mencapai pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan pada pengelolaan sumberdaya alam. Kesepakatan terhadap posisi strategis perempuan dalam berbagai forum internasional membuka peluang bagi penyelesaian masalah yang terkait antara perempuan dan pembangunan berkelanjutan khususnya masalah lingkungan hidup.

Perempuan mempunyai potensi yang sangat besar dalam pemeliharaan, pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan karena selain jumlah perempuan cukup banyak juga telah banyak bukti bahwa perempuan telah mampu mengatasi masalah lingkungan di sekitarnya. Selama ini perempuan kurang diikutsertakan dalam pengelolaan lingkungan, baik itu dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Perempuan juga kurang diberi pengetahuan tentang cara pengelolaan lingkungan termasuk pengelolaan limbah dan pencegahan pencemaran lingkungan. Perempuan hanya dijadikan objek tanpa diberi pengetahuan tentang bahaya dari bahan-bahan itu terhadap dirinya, keluarga dan lingkungannya.

Tujuan Milenium Development Goals 2015, mengikutsertakan perempuan dalam pengelolaan lingkungan adalah apabila perempuan memahami betapa pentingnya lingkungan, maka perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan dengan baik sehingga dapat menjaga kebersihan lingkungan seperti pentingnya memperoleh air bersih untuk kesehatan dirinya dan keluarga. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perempuan perlu diberdayakan (diberi peran lebih besar) agar dapat berperan dan berpartisipasi dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan berkelanjutan adalah upaya pemampuan perempuan untuk memperoleh akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan berkelanjutan. Program pemberdayaan perempuan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup khususnya kaum perempuan dan peransertanya yang aktif di masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan, melalui sosial budaya dengan mengangkat kearifan lokal setempat. Peranserta perempuan dalam pembangunan sangat penting dan turut menentukan berhasilnya pembangunan.

Pada pilar sosial, pembagian peran perempuan seringkali menempatkan intensitas perempuan lebih sering bersentuhan langsung dengan objek yang ditanganinya. Hal ini menyebabkan perempuan menjadi lebih peka dalam tugas mewujudkan manusia seutuhnya diantaranya mendidik, membina dan melatih anak, generasi muda dan anggota masyarakat di dalam dan di luar keluarga agar mereka betul-betul menghayati, mengetahui dan melaksanakan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

(11)

dalam masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa perempuan dalam kedudukannya sebagai istri dan ibu keluarga memegang peranan penting dalam membekali generasi muda dengan semua persyaratan yang diperlukan untuk mampu menjadi pembangun bangsa. Seorang istri dan ibu yang sehat fisik dan mentalnya, pandai, terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya dengan sungguh hati melaksanakan tugas kewajibannya sebagai istri dan ibu, hidup disiplin, tahan menderita, tekun, ulet, sabar adalah sumber kekuatan bagi terwujudnya ketahanan nasional yang imulai dari kehidupan keluarga. Sebaliknya apabila perempuan sebagai istri dan ibu tidak memiliki persyaratan tersebut, keluarga akan berantakan dan menjadi penyebab utama dari penyakit sosial dan masalah masyarakat (Yusuf, 2000:81).

Pada pilar ekonomi, peran perempuan sangat jelas. Dalam kehidupan rumah tangga, perempuan adalah manager keuangan. Perempuan ”dituntut” untuk mampu sebagai pengatur ekonomi keluarga. Kebutuhan primer, sekunder dan bahkan seluruh kebutuhan perekonomian keluarga, diatur oleh perempuan baik sebagai istri mapun sebagai ibu. Selain pengatur keuangan rumah tangga, beberapa perempuan juga berperan dalam pencari nafkah bagi keluarganya, baik sebagai pencari nafkah utama maupun sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

Peran perempuan dalam pilar ekologis pembangunan berkelanjutan, sangat jelas ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi religius dan kultural, perempuan sering dipikirkan sebagai dekat dengan alam; dunia disimbolkan sebagai perempuan-Ibu. Alam dipersonifikasikan sebagai perempuan, Ibu Alam. Secara khusus, pandangan yang paling sering muncul adalah alam sebagai Ibu yang memelihara bumi yang memberi hidup tetapi juga mengambilnya kembali (Darmawati, 2002:13). Fakta sosial dan kultural memberikan pengaruh terhadap gaya hidup keluarga sehingga membuat perempuan mempunyai peran penting dalam pelestarian lingkungan. Pengaruhnya dalam mendidik keluarga dapat mengarahkan gaya hidup ”hijau” atau berwawasan lingkungan. Perempuan mampu menggerakkan masyarakat sekitar untuk membantu pelestarian lingkungan di lapangan secara praktis dan konkrit. Kedekatannya dengan lingkungan, membuat kelompok perempuan dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga pelestarian lingkungan dan sebagai watcher di tingkat akar rumput (Soemiarno, 2008:51).

(12)

Prioritas Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan sangat erat dengan perempuan baik sebagai individu maupun dalam perannya sebagai istri maupun ibu. Prioritas kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan perempuan dalam pembangunan berkelanjutan, saling terkait satu sama lain. Prioritas kegiatan tersebut menyangkut pemecahan masalah mengenai

1. Air dan sanitasi lingkungan 2. Sumberdaya energi

3. Kesehatan Perempuan dan anak

4. Diversifikasi pangan dan ekonomi ramah lingkungan 5. Pendidikan dan upaya penurunan tingkat kemiskinan6

C. Sub Pembahasan III

Masalah hutan yang berkembang ditengah-tengah masyarakat dewasa ini, akibat terjadinya konflik yang bersifat horizontal, antara masyarakat hukum adat dan pemerintah. Untuk menghindari terjadinyanya benturan kepentingan antara pemeritah dan masyarakat hukum adat tersebut, perlu diatur secara khusus didalam undang-undang No.41 tahun 1999 dalam pasal 67 UU No.41 tahun 1999 dinyatakan bahwa, masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataanya masih ada dan diakui keberadaan-keberadaannya berhak : (a) melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan ; (b) melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; dan (c). Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan [(ayat 1). Oleh karena itu, pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum adat ditetapkan dengan peraturan daerah (ayat 2).selain itu, ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini diatur dengan peraturan pemerintah (ayat 3).] (buku hukum kehutanan hukum perkebunan diindo, hlm 465)

Kondisi Hutan Kota Tarakan

(13)

personil dan sarana prasarana yang di gunakan dalam melakukan pengawasan terhadap hutan tersebut masih sangat minim.

Status Tanah Dalam Kawasan Hutan

Berdasarkan status penguasaannya hutan dapat dibedakan atas hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. Menurut ketentuan pasal 5 ayat (2) hutan negara dapat berupa hutan adat. Ketentuan pasal 5 ayat (2) Undang-undang nomor 41 tahun 1999merupakan pengakuan atas hak adat, walaupun pengakuan itu masih mengsubordinasikan hutan adat sebagai bagian dari hutan negara. Namun dibandingkan dengan UU no.5 tahun 1967 yang sama sekali tidak mengakui adanya hutan adat, UU No.41 tahun 1999 agak akomodatif terhadap tuntutan keberadaan hutan adat.7

Menetapkan hutan adat sebagai hutan negara di dalam wilayah masyarakat hukum adat, dapat diinterpretasikan sebagai konsekuensi adanya hak menguasai oleh negara (Penjelasan Pasal 5 ayat 1), namun substansi hak menguasai itu dimaknai sejalan dengan doktrin scientific forestry.1 Berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa ”hutan adat se-bagai hutan negara” tidak dimaknai sese-bagai upaya penghormatan dan perlindungan terhadap hutan adat oleh negara, karena hutan adat tetap termarjinalkan, dibiarkan bersaing dengan para pemegang ijin dan pengelola hutan dengan tanpa mendapat kepastian hukum.

Masyarakat adat di Indonesia memasuki babak baru setelah Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di bacakan untuk perkara nomor 35/PUU-X/2012, hutan adat bukan lagi bagian dari hutan negara yang berada di bawah kendali Kementerian Kehutanan, tapi “hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat”. Dengan kata lain, masyarakat hukum adat dinyatakan sebagai subjek pemangku hak (right-bearing subject). Penegasan status masyarakat hukum adat sebagai subjek pemangku hak ini sesungguhnya dapat bermakna penting, terutama jika dipandang dari perspektif sejarah penguasaan hutan negara semenjak masa kolonial Hindia Belanda.

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam perkara nomor 35/PUU-X/2012 tersebut salah satunya adalah pada pasal 1 ayat 6 yang dimana soal hutan adat tidak lagi menjadi bagian dari hutan negara, tentu harus jadi momentum yang sangat baik untuk mendorongkan pengakuan-pengakuan hutan adat yang saat ini ada di Kalimantan Timur Bagian utara. Seperti yang termaktub di dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa Kata Negara dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan bertentangan dengan UUD 1945, sehingga Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dimaksud menjadi Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat”. Dalam pertimbangan putusannya MK juga 7 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia,( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

(14)

mengatakan bahwa Pasal 18B ayat (2) dan Pasal 28I ayat (3) telah memberikan pengakuan dan perlindungan atas keberadaan hutan adat dalam kesatuan dengan wilayah hak ulayat suatu masyarakat hukum adat. Hal demikian merupakan konsekuensi pengakuan terhadap hukum adat sebagai “living law” yang sudah berlangsung sejak lama, dan diteruskan sampai sekarang. Oleh karena itu, menempatkan hutan adat sebagai bagian dari hutan negara merupakan pengabaian terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, MK akhirnya memutuskan “hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat”, bukan sebagaimana mengartikan “hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat” Dari kenyataan putusan MK tersebut maka kebijakan dan praktek kelembagaan pemerintah khususnya pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya untuk secara nyata sebaiknya mengeluarkan hutan adat itu dari hutan Negara sebagaimana Putusan MK itu dapat dilaksanakan secara nyata berpengaruh dan memberikan ruang kepada komunitas masyarakat hukum adat dalam mengelol wilayah hutan nya khususnya di Kota Tarakan.

Kebijakan dan Regulasi dan pemerintah daerah

(15)

berkelanjutan, sebagaimana yang telah di praktekan selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Pengetahuan dan kearifan lokal dalam mengelola alam sudah tidak mendapat yang layak dalam usaha produksi, atau bahkan dalam kurukulum pendidikan formal kehutanan.

Selain peraturan-peraturan diatas, pemerintah kota tarakan juga membuat pengaturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota tarakan yang didalamnya memuat keberadaa hutan lindung yakni dengan luas wilayah 6,997.22 Ha, hutan mangrov 1,119.30Ha dan hutan kota sebesar 2,390.48Ha.

Pemerintah daerah kota Tarakan membuat kebijakan terkait dengan hutan, kebijakan tersebut tertuang dalam peraturan daerah yakni:

1. Peraturan daerah kota Tarakan No.21 tahun 1999 tentang hutan kota tarakan.

2. Peraturan daerah kota Tarakan no.4 tahun 2002 tentang larangan dan pengawasan hutan mangrov dikota tarakan.

3. Peraturan daerah kota Tarakan No.12 tahun 2004 tentan perlindungan hutan dan hasil hutan.

4. Peraturan daerah kota Tarakan No.4 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah kota Tarakan.

(16)

disampaikan oleh Budiharjo, Panitera Pengganti bidang Perdata Pengadilan Negeri kelas IB kota Tarakan, (wawancara 9/10/2013), mengatakan bahwa masyarakat belum menyadari dan memahami konsep dari adat maupun hutan adat.

Hutan adat yang mereka pahami selama ini adalah hutan yang segala kekuasaan maupun pemanfaatnya dikuasai oleh masyarakat adat yang dapat dijadikan objek hukum seperti jual beli. Padahal konsep hutan yang benar adalah penguasaan dan pemanfaatan dilakukan oleh masyarakat adat dan tidak dapat diperjual belikan. Perilaku demikin sudah menympang dari konsep hutan adat. Selama ini yang sering terjadi dilapangan adalah illegal loging sehingga pengadilan memutus perkara-perkara tersebut sesuai dengan kewenangannya. Untuk indikasi illegal logging yang terjadi bisa dikarenakan dalam perambahan hutan mengatasnamakan adat, sehingga mereka mempunyai kewenangan untuk menenbang dan menjual kayu yang berada dikawasan hutan. 8

BAB III

KESIMPULAN

Dalam pembangunan berkelanjutan harus beradab pada aturan-aturan internasional dan nasional yang telah disepakati. Seperti halnya dengan

(17)

menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan internasional menurut WCED, Evolution of objectives, the strenght of the concept dan Penerapan Konsep, Prinsip dan Tujuan Pembangunan Bekelanjutan dalam pembangunan secara luas dapat dilakukan dengan menetapkan kaidah-kaidahnya, seperti : Pemerataan dan Keadilan, pendektan intergratif, perspektif jangka panjang, pendekatan ekologis, keberlanjutan ekologis, keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial budaya, keberlanjutan politik, keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Dengan menerapkan konsep, teori dan prinsip-prinsip yang ada akan mempermudah tercapainya dan terwujudnya sustainable development.

Pendekatan perempuan dalam pembangunan berfokus pada bagaimana perempuan diintegrasikan ke dalam upaya-upaya partisipasi perempuan sebagai pemanfaat hasil pembangunan daripada pelaku pembangunan. Peran perempuan sangat penting dalam berpartisipasi aktif untuk pembangunan berkelanjutan. Disepakati bahwa kemajuan perempuan itu benar benar adalah suatu prasyarat bagi suatu kenyataan membuat pembangunan yang berkelanjutan. Dalam pembangunan berkelanjutan kesetaraan gender akan menjadi tujuan dari pembangunan milenium.

Status tanah dalam kawasan hutan Di Wilayah Masyarakat Adat di kota Tarakan adalah Hutan negara, hutan adat seharusnya dikelola sesuai hak masyarakat hukum adat. Hutan adat bukan lagi bagian dari hutan negara yang berada di bawah kendali Kementerian Kehutanan, tetapi “hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat”. Dengan kata lain, masyarakat hukum adat dinyatakan sebagai subjek pemangku hak ( right-bearing subject). Penegasan status masyarakat hukum adat sebagai subjek pemangku hak ini sesungguhnya dapat bermakna penting, terutama jika di-pandang dari perspektif sejarah penguasaan hutan negara semenjak masa kolonial Hindia Belanda. Dan suatu kawasan tidak dapat dikatakan sebagai kawasan hutan begitu saja, tetapi harus melalui beberapa prosedur :a. penunjukan kawasan hutan, dan penunjukan tersebut melalui Keputusan menteri. b. penataan batas wilayah hutan yang meliputi kegiatan pelaksanaan tata batas, pembuatan berita acara tata batas kawasan hutan yang kemudian ditandatangani oleh panitia atau pejabat yang berwenang. c. Kemudian lang-kah terahir adalah penetapan kawasan hutan yang ditetapkan oleh menteri. Pemerintah Daerah Kota Tarakan telah menerbitkan peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota tahun 2012-2032.

(18)
(19)

Daftar Pustaka

Halmi, hukum perizinan lingkungan hidup, Jakarta, sinar grafika, 2013.

Koesnadi hardjasosoemantri, hukum tata lingkungan, yogyakarta, gadjah mada university press, 2009.

Supriadi, Hukum kehutanan hukum perkebunan indonesia, Jakarta, sinar garfika,2011

Takdir rahmadi, hukum lingkungan indonesia, jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2015

Yusriani S. D,(2011) Peran Perempuan Dalam Berkelanjutan(woman in sustinable development) Jurnal lingkungan hidup. Vol. 12. No.2

Juliass A. (2005) Pembangunan berkelanjutan dan relevansinya dalam indonesia. Jurnal madani edisi II.

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan Terpadu adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan perlindungan bagi anak korban kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran yang dilaksanakan

Kapital apat ias!siasi en#an seiaan ata p!tensi jasa... seperti seia

Peternak berpendapatan tinggi, sedang maupun rendah yang telah mengadopsi biogas juga tidak menyebarkan biogas tersebut untuk diadopsi peternak lain karena

mempengaruhi bentuk bentuk dan dan substansi substansi pengakuan pengakuan UUK terhadap UUK terhadap hak hak masyarakat masyarakat hukum hukum adat adat atas atas

Bahkan meskipun telah inkrahnya Putusan MK 35 yang menyatakan bahwa hutan adat adalah hutan hak, sehingga bukan hutan negara, masih banyak terjadi konflik hutan adat dengan negara

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan

Berdasarkan analisis dari tanggapan pebelajar pada saat uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil maupun uji coba lapangan dapat disampaikan beberapa saran sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total leukosit sapi bali yang diinfeksi telur Taenia saginata secara eksperimental (6.92 x 10 3 /μl) lebih tinggi