ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEWAJIBAN PEMBUATAN LAPORAN KE GI ATAN PEN ANA MAN MODAL TERKAIT
ASAS KETERBUKAAN DITINJAU DARI UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
Yos Kelvin*
Budiman Ginting** Mahmul Siregar***
Dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal disebutkan bahwa penyelenggaraan penanaman modal harus diliputi asas keterbukaan. Apapun tahapan yang dilalui suatu perusahaan berbentuk badan hukum perseroan, tahap berkembang atau produksi, haruslah membuat laporan kegiatan penanaman modal dengan mengingat bahwa laporan tersebut harus berlandaskan prinsip keterbukaan. Setiap penanam modal wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) secara berkala untuk diserahkan kepada BKPM untuk dipantau perkembangan realisasi investasi dan produksi perusahaan penanam modal itu menanamkan modalnya. Akan tetapi mengingat ketentuan yang mengatur tentang asas keterbukaan ini tidak diatur secara spesifik terutama dalam bagian penyampaian laporan kegiatan penanaman modal maka timbullah pertanyaan bagaimana tata cara penyampaian laporan kegiatan penanaman modal yang benar atas dasar asas keterbukaan yang meliputi kebenaran informasi yang jujur dan transparan.
Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan studi kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan terhadap asas keterbukaan di bidang penanaman modal dimana bahan yang dikumpulkan terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan-bahan yang telah terkumpul dianalisis dengan metode kualitatif.
Kewajiban penyampaian LKPM harus diiringi asas keterbukaan. Tanpa transparansi kegiatan penanaman modal dalam melaporkan data realisasi penanaman modal, BKPM tidak
dapat memproses perizinan dan nonperizinan yang dibutuhkan investor karena BKPM tidak
mengetahui sejauh mana keseriusan investor dalam menanamkan modalnya untuk
menjalankan suatu kegiatan usaha yang modalnya dapat dikatakan tidak sedikit. Untuk hal itu
juga, investor pertama harus mendaftarkan perusahaannya dalam mendapatkan izin prinsip
karena izin prinsip adalah izin yang wajib dipunyai pertama dahulu jika suatu perusahaan ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Sesuai peraturan Kepala BKPM, penyelenggaraan perizinan adalah termasuk kegiatan pengendalian pelaksanaan penanaman modal. Untuk itu dalam menyelenggarakan kegiatan pengendalian ini, perlunya koordinasi desentralisasi,
dekonsentrasi dan medebewind (asas pembantuan) antara penyelenggara pemerintah daerah,
pemerintah provinsi, dan BKPM yang merupakan lembaga kementerian non departemen yang bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden.
Kata Kunci: LKPM, BKPM, Asas Keterbukaan, Penanaman Modal
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara