• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individu Dengan Kinerja Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Nainggolan, Kabupaten Samosir Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Individu Dengan Kinerja Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Nainggolan, Kabupaten Samosir Tahun 2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi.Arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance dan disebut juga actual performance atau prestasi kerja atau prestasi yang

sesungguhnya yang telah dicapai oleh seseorang karyawan (Moeheriono,2009).

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat

dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan

kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan

pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang

apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo,2014).

Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

kualitas dalam suatu organissi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kelompok kerja personil (Ilyas,2012).

Pendapat lain mengutarakan bahwa kinerja adalah terjemahan dari

“performance”, berarti: perbuatan, pelaksanaan pekerjaan prestasi kerja,

pelaksanaan pekerjaan yang berdaya guna. Pendapat lain mengatakan bahwa kata

(2)

organisasi, (3) terbukti secara konkrit, (4) dapat diukur, (5) dapat dibandingkan

dengan standar yang telah ditentukan (Sedarmayanti,2004).

Kinerja adalah hasil kerja pekerja baik dari segi kualitas maupun kuabtitas

berdasarkan standar kerja yang ditentukan. Kinerja individu ini akan tercapai

apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort) dan dukungan

organisasi. Dengan kata lain, kinerja individu adalah:

a. Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan sesuatu.

Atribut individu meliputi faktor individu (kemampuan atau keahlian, latar

belakang serta demografi) dan faktor psikologis meliputu persepsi,

attitude, personality, pembelajaran dan motivasi kerja kerja.

b. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk mencapai

sesuatu.

c. Dukungan organisasi, yang memberikan kesempatan untuk berbuat

sesuatu. Dukungan organisasi meliputi, sumber daya, kepemimipinan,

lingkungan kerja, struktur organisasi, dan job design.

(Mangkunegara,2009).

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan

selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan tingkat besran imbalan

yang diberikan, serta dipengaruhi ketrampilan, kemampuan, dan sifat-sifat

individu. Oleh karenanya, menurut model mitra-lawyer, kinerja individu pada

dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor: harapan mengenai imbalan,

(3)

internal dan eksternal, serta persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

(Moeheriono,2009).

Menurut Prawiro Suntoro (1999), (dalam buku Merry Dandian Panji)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu,2006).

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan

seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman

yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi

kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya

perusahaan untuk mencari tujuannya.

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan,

ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan

strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan

memengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi

terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah

cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja

yang diharapkan. Untuk kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap

(4)

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka

pengertian atau definisi kinerja atau performance dapat disimpulkan sebagai hasil

kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik

secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas

tanggungjawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

maupun etika.

Menurut Simamora (1995), kinerja atau performance dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu:

a. Faktor individu yang terdiri dari:

1) Kemampuan dan keahlian

2) Latar belakang

3) Demografi

b. Faktor psikologi yang terdiri dari:

1) Persepsi

2) Attitude

3) Personality

4) Pembelajaran

5) Motivasi kerja

c. Faktor organisasi yang terdiri dari:

1) Sumber daya

2) Kepemimpinan

(5)

4) Struktur

5) Job design

Ada enam hal yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja yaitu:

1. Kualitas, menyangkut kesesuaian hasil dengan yang diingini.

2. Kuantitas, jumlah yang dihasilkan baik dalam nilai uang, jumlah unit,

atau jumlah lingkaran aktivitas.

3. Ketepatan waktu

4. Efektivitas biaya

5. Kebutuhan supervisi, menyangkut perlunya bantuan atau intervensi

supervisi dalam pelaksanaan pegawai

6. Dampak interpersonal, menyangkut peningkatan harga diri, hubungan

baik dan kerjasama diantara teman kerja maupun bawahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor

kemampuan(ability) dan faktor motivasi kerja (motivation). Hal ini sesuai dengan

pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) yang merumuskan bahwa:

Human Performance = Ability x Motivation Motivation = Attitude x Situation Ability = Knowledge x Skill

a. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan

potensi(IQ) dan reality(knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang

(6)

dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah

mencapai kerja maksimal.

b. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi kerja diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan

terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang

bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang

tinggi dan sebaliknya jika mereka bersifat negatif terhadap situasi kerjanya akan

menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup

antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola

kepemimpinan kerja dan kondisi kerja (Mangkunegara,2009).

Menurut Gibson (Moeheriono,2012), ada tiga faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja seseorang, yaitu:

1. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman tingkat sosial, dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi kerja dan

kepuasan kerja.

3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,

dan sistem penghargaan (reward system).

Kinerja tidak selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan, dalam

perjalanannya sering timbul masalah. Oleh karena itu, perlu melakukan

identifikasi masalh, mencari faktor penyebabnya, dan minta pendapat pesera

(7)

2.2 Pengertian Guru

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1, Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

2.3 Peran Guru

Menurut Sabri (2010), dalam proses belajar-mengajar ada konsekwensi

guru untuk meningkatkan peran dan kompetensinya karena proses

belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan

kompetensi guru. Adapun peran guru adalah sebagai berikut.

1. Demonstrator

Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru

hendaknya nantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya

dalam hal ilmu yang dimilikinya kerena hal ini akan sangat menentukan hasil

belajar yang dicapai oleh siswa.

2. Pengelola Kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan

aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. lingkungan ini diatur dan

diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

(8)

unuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan..

3. Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang

berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,

baik yang berupa narasumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.

4. Evaluator

Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar-mengajar dikatakan berhasil

dan guru mampu mengoreksi selama proses belajar mengajar yang masih perlu

untuk diperbaiki atau dipertahankan.

2.4 Pengertian Kinerja Guru

Menurut Rivai (2004), kinerja guru adalah perilaku nyata yang

ditampilkan oleh guru sebagai prestasi kerja berdasarkan standar yang ditetapkan

dan sesuai dengan perannya di sekolah. Peran guru yang dimaksud berkaitan

dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu

yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang

peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti

dari proses pendidikan secara keseluruhan. Guru merupakan perencana, pelaksana

(9)

Menurut Sahertian dalam Sabri (2010) bahwa, standar kinerja guru itu

berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti bekerja

dengan siswa secara individual, persiapan dan perencanaan pembelajaran,

pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai

pengalaman belajar, dan kepemimpinan yang aktif dari guru.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat

dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar.

Kinerja guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan

kelas, sesuai dengan kriteria tertentu seperti perencanaan program pengajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja

seseorang guru akan terlihat pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari dalam

aspek kegiatan menjalankan tugas dan cara atau kualitas dalam melaksanakan

kegiatan atau tugas tersebut.

2.5 Penilaian Kinerja Guru 2.5.1 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

(10)

3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan

Angka Kreditnya.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

2.5.2 Syarat Sistem Penilaian Kinerja Guru 1. Valid

Sistem penilaian kinerja guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan

pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi

sekolah atau madrasah.

2. Reliabel

Sistem penilaian kinerja guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat

kepercayaan tinggi jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk

seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh penilai yang berbeda dalam periode

yang berbeda juga.

3. Praktis

Sistem penilaian kinerja guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh

siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama

dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan. Salah satu

karakteristik dalam desain penilaian kinerja guru adalah menggunakan cakupan

kompetensi dan indikator kinerja yang sama bagi 4 (empat) jenjang jabatan

(11)

2.5.3 Aspek Penilaian Kinerja Guru

Malayu S.P Hasibuan mengemumakan bahwa aspek-aspek yang dinilai

kinerja mencakup sebagai berikut:

1. Kesetiaan

2. Hasil kerja

3. Kejujuran

4. Kedisiplinan

5. Kreativitas

6. Kerjasama

7. Kepemimpinan

8. Kepribadian

9. Prakarsa

10. Kecakapan, dan

11. Tanggung jawab.

Sedangkan Umar (1997), membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut:

1. Mutu pekerjaan

2. Kejujuran karyawan

3. Inisiatif

4. Kehadiran

5. Sikap

6. Kerjasama

7. Keandalan

(12)

9. Tanggung jawab, dan

10. Pemanfaatan waktu kerja.

Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran

bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil

penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4

(empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran tersebut

mensyaratkan guru menguasai 24 (dua puluh empat) kompetensi yang

dikelompokkan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional. Untuk mempermudah penilaian dalam penilaian kinerja guru , 24

(dua puluh empat) kompetensi tersebut dirangkum menjadi 14 (empat belas)

kompetensi sebagaimana dipublikasikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP).

Konversi hasil penilaian kinerja guru (PKG) ke skala nilai 0 – 100 sesuai

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 dengan menggunakan formula matematika

berikut:

(13)

Penilaian kinerja guru menggunakan nilai dan sebutan sebagai berikut

(Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009):

1. nilai 91 sampai dengan 100 disebut amat baik;

2. nilai 76 sampai dengan 90 disebut baik;

3. nilai 61 sampai dengan 75 disebut cukup;

4. nilai 51 sampai dengan 60 disebut sedang;

5. nilai lebih kecil 50 disebut kurang

2.6. Karakteristik Individu

Menurut Siagian (2008) dalam Widjayanti (2011), karakteristik biografikal (individu) dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan masa

kerja.

2.6.1. Umur

Menurut penelitian Sunar (2005), pengaruh usia, masa kerja, dan faktor

jenis kelamin secara bersama-sama dalam penelitiannya memberikan pengaruh

yang sangat kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,987, dan

berdasarkan uji F menunjukkan nilai yang signifikan secara statistik. Koefisien

usia kerja memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik dengan

menggunakan uji t.

Menurut Siagian (2008), semakin lanjut usia seseorang semakin

meningkat pula kedewasaan teknisnya, demikian pula psikologis serta

(14)

kebijaksanaan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional,

mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain sehingga

berpengaruh terhadap peningkatan motivasinya, dimana motivasi sangat

berpengaruh terhadap kinerja.

2.6.2 Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam

kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif,

motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah

menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria

lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki

pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita

mempunyai tingkat kemangkiran atau absensi yang lebih tinggi daripada pria.

2.6.3 Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja dalam satu organisasi.

Menurut Kreitner dan Kinichi (2004) dalam Widjayanti (2011), masa kerja yang

lama akan membuat seseorang merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini

disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama

sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab

lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau perusahaaan tentang

jaminan di hari tua. Semakin lama pengalaman kerja seseorang maka akan

semakin terampil dalam mengerjakan tugasnya. Seseorang akan mudah

(15)

berpeluang meningkatkan prestasi dan beradaptasi dengan lingkungan tempat

kerjanya.

2.6.4 Jumlah Tanggungan

Bukti yang kuat menyatakan bahwa banyaknya anak yang dipunyai

seorang karyawan mempunyai korelasi yang positif dengan absensi, terutama

diantara wanita. Serupa pula tampaknya bukti menunjukkan suatu hubungan yang

positif antara banyaknya tanggungan dan prestasi kerja.(Robbins, 1996).

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori-teori kinerja di atas maka penulis menyusun

variabel-variabel untuk diteliti lebih lanjut yaitu karakteristik individu guru di SMP Negeri

1 Nainggolan sebagai variabel independen (variabel bebas) dan kinerja guru di

SMP Negeri 1 Nainggolan sebagai variabel dependen (variabel terikat).

Karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja guru SMP Negeri 1

Nainggolan diantaranya adalah umur, jenis kelamin, masa kerja, dan jumlah

tanggungan guru di SMP Negeri 1 Nainggolan Tahun 2016.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Karakteristik Individu

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Masa Kerja

4. Jumlah Tanggungan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMK Al-Hikmah Kalirejo dilakukan dengan beberapa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu nilai perbandingan manfaat biaya peternakan sapi rakyat di Desa Belabori Kecamatan Parangloe

Terkait dengan hal tersebut, beberapa hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah masalah transportasi dengan memfuzzykan jumlah supply ( fuzzy supply ) dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahma t serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Karakteristik

Pengaruh pemotongan benih secara melintang 4 bagian (%) terhadap insidens penyakit busuk benih Fusarium varietas Bawang Jawa. Gambar 13 menunjukkan bagian pangkal 1 benih

Melalui model pembelajaran Problem based learning dan mengamati gambarserta diskusi melalui Gmeet, dan Whatsapp group tentang keberadaan orang, peserta didik

penerapan fungsi pengendalian atau pengawasan dilakukan oleh ketua Badan Amalan Islam (BAI) Masjid Baitul Huda UIN Walisongo Semarang dengan cara selalu melakukan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk