• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Validasi Spektrofotometri Derivatif Dalam Melakukan Estimasi Terhadap Kandungan Kafein dan Natrium Benzoat Dalam Minuman Berenergi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Validasi Spektrofotometri Derivatif Dalam Melakukan Estimasi Terhadap Kandungan Kafein dan Natrium Benzoat Dalam Minuman Berenergi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minuman Berenergi

Minuman energi

Minuman berenergi bertujuan memberi peningkatan energi melalui

kombinasi zat stimulan seperti kafein, ginseng, vitamin B, asam amino dan gula.

Asupan makanan antara lain berfungsi untuk menggantikan energi tubuh yang

hilang akibat beraktivitas. Jika energi tersebut tidak segera diganti maka orang

tersebut akan kekurangan energi sehingga tubuhnya akan menjadi lemas dan

kurang bersemangat (Tautua, dkk., 2014).

adalah minuman yang mengandung satu atau lebih bahan

yang mudah dan cepat diserapoleh tubuh untuk menghasilkan energi dengan atau

tanpa bahan tambahanmakanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional,

2002).

Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam

memberi peningkatan energi pada tubuh yang diteliti oleh Smit (2004), hasil

penelitian menunjukkan bahwa minuman energi dibandingkan dengan plasebo

dapat memberikan efek peningkatan energi pada kelompok yang berumur 18

hingga 55 tahun.

(2)

Menurut Babu, dkk., (2008) kandungan minuman berenergi terdiri dari:

a.

Kafein merupakan kunci utama minuman berenergi selain asam amino,

vitamin B dan suplemen herbal yang memberikan efek terhadap tubuh

yaitu dapat menstimulasi sistem saraf pusat sehingga memberi efek “alert”

dan meningkatkan denyut jantung, tekanan darah serta menyebabkan

dehidrasi tubuh. Konsentrasi kafein pada kopi 56 – 100 mg/100 ml, instan

kopi dan the 20 – 73 mg/100 ml dan pada kola 9 – 19 mg/100 ml. Pada

coklat 5 - 20 mg/100 g, untuk pengobatan seperti NoDoz dan Midol

masing-masing antara 100 dan 200 mg kafein per tablet. Kafein atau

1,3,7-trimetilxantin cepat dan komplit terabsorbsi setelah pemberian oral,

dengan kecepatan bioavaibilitas 100%.

b.

Taurin terdapat dalam asam amino jaringan hewan diperoleh dari

metabolisme metionin dan sistein. Taurin dapat meregulasi denyut jantung,

kontraksi otot dan meningkatkan energi. Merupakan inhibitor

neurotransmitter ringan.

c.

Guarana didapat dari biji Paullinia cupana, tumbuhan di Amerika Selatan

yang merupakan zat stimulan yang meningkatkan “alertness” dan

meningkatkan energi, mempunyai efek yang sama dengan kafein. Guarana

terdiri dari kafein 4-8%, teobromin, teofilin, dan tanin dengan konsentrasi

tinggi.

(3)

2.2 Uraian Bahan

2.2.1 Kafein

Kafein merupakan derivat xantin, terdapat dalam kopi yang didapat dari

biji Coffea arabica, dalam satu cangkir kopi rata-rata mengandung 1 – 2% kafein,

kadar kafein dalam daun teh lebih kurang 2% dari daun Camelia sinensis, dan dari

biji

Theobroma cacao kadar kafein sekitar 0,7 - 2% (Gunawan dan

Wilmana,2007).

Meurut Ditjen POM (1995), kafein memiliki:

Rumus struktur:

Gambar 1.

Struktur Kafein

Rumus Molekul

: C

8

H

10

N

4

O

2

Nama Kimia

: Coffein

Berat Molekul

: 194,19

Kandungan

:Tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

101,0%C

8

H

10

N

4

O

2

Pemerian

: Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih;

, dihitung terhadap zat anhidrat.

(4)

Bentuk hidratnya mekar di udara.

Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah

larutdalam kloroform; sukar larut dalam eter.

Kafein memiliki efek stimulasi, inilah daya tarik minuman yang

mengandung kafein. Selain merangsang SSP, kafein dapat menimbulkan diuresis,

merangsang otot jantung dan merelaksasi otot polos terutama bronkus (Gunawan

dan Wilmana,2007).

Kadar kafein yang lebih tinggi menyebabkan takikardia bahkan pada

individu yang sensitif mungkin akan menyebabkan aritmia, misalnya kontraksi

ventrikel pada bayi yang prematur, aritmia ini dapat dialami oleh orang yang

minum kafein berlebihan (Gunawan dan Wilmana,2007).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa popularitas minuman xantin ditentukan

oleh daya stimulasinya, sedangkan daya stimulasi ini berbeda pada setiap

individu. Pasien dengan tukak peptik yang aktif dan hipertensi sebaiknya tidak

minum minuman yang mengandung kafein (Gunawan dan Wilmana,2007).

Penggunaan kafein sebagai zat penyegar yang bila digunakan terlampau

banyak (lebih dari 20 cangkir sehari) dapat bekerja adiktif. Minum kopi lebih dari

4 - 5 cangkir sehari meningkatkan kadar homosistein dalam darah dan dapat

menimbulkan resiko penyakit jantung namun bila dihentikan sekaligus dapat

mengakibatkan sakit kepala (Gunawan dan Wilmana,2007).

(5)

2.2.2 Natrium Benzoat

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang

mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini merupakan salah satu bahan tambahan

pangan yang dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,

pengasaman atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba serta mampu

menghambat atau menghentikan dan memberikan perlindungan bahan pangan dari

proses pembusukan (Cahyadi, 2008).

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan ini sendiri yaitu untuk

mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan dan mempertahankan

kesegaran bahan terutama menghambat mikroorganisme, bahan pengawet juga

bertujuan untuk mempertahankan kesegaran warna maupun aroma (Sudarmadji,

dkk., 1989).

Asam benzoat merupakan pengawet yang sering digunakan salah

satunyapada minuman berenergi, yang umumnya terdapat dalam bentuk garamnya

yaitu natrium benzoat yang bersifat lebih mudah larut dalam air (Cahyadi, 2008).

Meurut Ditjen POM (1995), natrium benzoat memiliki:

Rumus struktur:

(6)

Rumus Molekul

:C

7

H

5

NaO

2

Nama Kimia

: Natrium benzoat

Berat Molekul

:144,11

Kandungan

:Tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

100,5% C

7

H

5

NaO

2

Pemerian

:Granul atau serbuk hablur; putih; tidak berbau

dihitung terhadap zatanhidrat.

atau praktis tidak berbau; stabil di udara.

Kelarutan

:Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam

etanol, dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.

Mekanisme kerja senyawa anti mikroba berbeda-beda antara senyawa satu

dengan senyawa lainnya meskipun tujuan akhirnya sama yaitu menghambat atau

menghentikan pertumbuhan mikroba misalnya larutan garam NaCl dan gula yang

digunakan sebagai bahan pengawet seharusnya lebih pekat daripada sitoplasma

didalam sel mikroorganisme. Oleh sebab itu, air akan keluar dalam sel dan sel

menjadi kering atau mengalami dehidrasi. Kerja asam sebagai bahan pengawet

tergantung pada pengaruhnya terhadap pertumbuham mikroorganisme seperti

bakteri, khamir dan kapang yg tumbuh pada bahan pangan (Cahyadi, 2008).

Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai

berikut (Cahyadi, 2008):

1.

Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang

bersifat patogen maupun yang tidak patogen.

2.

Memperpanjang umur simpan pangan.

(7)

4.

Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.

5.

Tidak digunakan untuk menyembunyikan bahan yang salah.

Zat pengawet organik lebih banyak digunakan daripada zat pengawet

anorganik karena bahan ini lebih mudah larut dalam air. Bahan organik digunakan

baik dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya contohnya adalah asam

sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat dan epoksida(Cahyadi, 2008).

Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen

peroksida, nitrat dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO

2

Asam benzoat dan garamnya (Na dan K) relatif kurang efektif sebagai

bahan pengawet pada pH lebih besar, tetapi kerjanya sebagai pengawet akan naik

dengan turunnya pH sampai di bawah pH 5 (Cahyadi, 2008). Penggunaan asam

benzoat dalam sediaan obat luar sering dikombinasikan dengan asam salisilat

yang memiliki kerja fungistatis maupun bakteriostatis (Tan dan Rahardja,

2007).Jikadikonsumsi bahan pengawet minuman ini secara terus-menerus tentu

akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan yaitu kanker,

dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan edema (bengkak) yang dapat

terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh (Anonim, 2005).

Persyaratan natrium benzoat sebagai bahan tambahan pangan dalam minuman

berenergi dapat dilihat pada Lampiran 27 Halaman 120 (Badan Standarisasi

Nasional, 1995).

, garam Na

atau K sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Garam nitrat dan nitrit umumnya

digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik

(Cahyadi, 2008).

(8)

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan

penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi(Rohman, 2007).

Teknik analisis spektrofotometri berdasarkan antaraksi radiasi

elektromagnet dengan komponen atom atau molekul yang menghasilkan

fenomena bermakna sebagai parameter analisis (Satiadarma, dkk., 2004).

Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka

molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik. Interaksi antara molekul

dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke

tingkat tereksitasi (Rohman, 2007).

Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi

elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan

terjadi satu absorpsi yang merupakan pita spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita

spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena

terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang

(Rohman, 2007).

(9)

Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH2 dan –OCH3 yang memberikan

transisi n

→ π* disebut gugus auksokrom. Gug

us ini adalah gugus yang tidak

dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat

pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang

lebih besar atau pergeseran batokromik (Rohman, 2007).

Radiasi ultraviolet diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul

yang mengandung elektron-

π terkonjugasi atau atom yang mengandung elektron

-n, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat energi elektron

dasar ke tingkat energi tereksitasi lebih tinggi. Besarnya absorbansi radiasi

tersebut berbanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi dan

dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, dkk., 2004).

2.3.1 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel

yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan

konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum

Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi

dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang

diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan

konsentrasi larutan (Rohman, 2007).

Menurut Denney dan Sinclair (1991) hukum Lambert-Beer terdapat

beberapa pembatasanyaitu:

1.

Larutan yang menyerap cahaya adalah campuran yang homogen.

2.

Menggunakan sinar monokromatis.

(10)

Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut:

A = abc

Dimana: A= absorbansi

a = absorptivitas

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada

konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.

Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang

gelombang radiasi (Rohman, 2007).

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis

kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang

mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai

detektor (Rohman, 2007).

Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah

absorbansi (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan

banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi. Senyawa yang tidak

mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan

spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat

mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi

kromofor (Rohman, 2007).

2.3.2 Kegunaan Spektofotometri

(11)

mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena

itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk

dilakukan (Satiadarma, dkk., 2004).Akan tetapi, jika digabung dengan cara lain

seperti spektrofotometri inframerah, resonansi magnet inti dan spektrofotometri

massa, maka dapat spektrofotometridigunakan untuk identifikasi atau analisis

kualitatif senyawa tersebut (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain yaitu

kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaan

analisanya dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran (Munson,

1984).

Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar, larutan standar obat

yang akan dianalisis disiapkan, serapan sampel dan standar dapat ditentukan

(Cairns, 2008), menurut Holme dan Peck(1983),konsentrasi sampel dalam

senyawa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ct

Cs

At

As

=

Keterangan: As = Absorbansi baku pembanding

At = Absorbansi zat dalam sampel

Cs = Konsentrasi baku pembanding

Ct = Konsentrasi zat dalam sampel

Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyaistruktur kromofor atau

mengandung gugus kromofor, serta mengabsorpsi radiasi ultraviolet

penggunaanya cukup luas (Satiadarma, dkk., 2004).

2.4 Spektrofotometri Derivatif

(12)

yang lebih tinggi. Spektrum derivat pertama dibuat dengan memplotkan dA/

dengan panjang gelombang, derivat kedua

dibuat dengan

memplotkand

2

A/

2

Konsep derivatif telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950,

dimana terlihat memberikan banyak keuntungan. Aplikasi utama spektrofotometri

derivatif ultraviolet-cahaya tampak adalah untuk identifikasi kualitatif dan analisis

sampel. Metode spektrofotometri derivatif sangat cocok untuk analisis pita

absorpsi yang

dengan panjang gelombangdan seterusnya (Ditjen POM,

1995).

overlapping

Spektrofotometri derivatif pada daerah UV-Visibel merupakan teknik yang

berguna untuk tujuan analisis kualitatif maupun kuantitatif pada absorpsi yang

tumpang tindih dari analit dengan matriks yang ada di dalam sampel (Batubara,

dkk., 2005).

atau tumpang tindih (Owen, 1995).

Spektrofotometri derivatif yang dikombinasikan dengan teknik zero

crossingatau transformasi Fourier untuk teknik pemrosesan data telah banyak

dikembangkan untuk analisis kuantitatif senyawa aktif pada formulasi obat

(Batubara, dkk., 2005).

(13)

Pengukuran absorban derivatif dapat dilakukan dengan

men-scanmonokromator yang terpasang pada panjang gelombang tetap, tetapi dengan

perbedaan panjang gelombang yang sedikit, sehingga berguna jika analit adalah

dua komponen yang mengabsorpsi radiasi pada sisi pita absorpsi dari komponen

yang mengganggu (Satiadarma, dkk., 2004).

Pada spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot

serapan (A) terhadap panjang gelombang (

λ)

. Pada spektrofotometri derivatif, plot

serapan terhadap panjang gelombang dimana:

A = f(

λ

), order nol

dA/d

λ

= f

′(λ

), order pertama

d

2

A/d

λ

2

dan seterusnya ( Owen, 1995).

= f

″(λ

), order kedua

Menurut Talsky (1994), sesuai dengan hukum Lambert-Beer, maka ada

hubungan linier antara konsentrasi dengan absorbansi untuk semua orde pada

spektrofotometri derivatifadalah:

dA/d

λ

=

�� ( 1%,1 ��) d�

x bc

d²A/d

λ

²=

�²� ( 1%,1 ��)

d�²

x bc

d

˟

A/d

λ

˟

=

�˟� ( 1%,1 ��)

d�˟

x bc

(14)

Gambar 3.

Kurva serapan derivat pertama sampai derivat keempat

Ada tiga aplikasi spektrofotometri derivatif yang sering digunakan dalam

anlisa kuantitatif antara lain metode zero crossing, metode peak to peak dan

metode multivariate spectrrophotometric calibration (Talsky, 1994).

Panjang gelombang zero crossing adalah panjang gelombang dimana

senyawa tersebut mempunyai serapan nol dan menjadi panjang gelombang

analisis untuk zat lain dalam campurannya (Hayun, dkk., 2006).

Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum

normal akan menjadi

λ

zero crossingpada spektrum derivatif pertama, panjang

gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/

dλ = 0 (Munson, 1991).

(15)

ada sinyal. Pengukuranpada zero

crossing

tiap komponen dalam

campuranmerupakan fungsi tunggal konsentrasi dari yanglainnya (Nurhidayati,

2007).

Bila campuran analit memiliki panjang gelombangzero-crossing lebih dari

satu, maka yang dipilih untukdijadikan panjang gelombang analisis adalah

panjanggelombang

zero crossing

yang serapan pasangannyadan campurannya

persis sama, karena pada panjanggelombang tersebut dapat secara selektif

mengukurserapan senyawa pasangannya dan memiliki serapanyang paling besar.

Pada serapan yang paling besar,serapannya lebih stabil sehingga kesalahan

analisisdapat diperkecil (Nurhidayati, 2007).

Kurva sederhana aplikasi zero crossing dapat dilihat pada Gambar 4.

(Talsky, 1994).

(16)

Gambar 4.

Kurva sederhana aplikasi zero crossing

Panjang gelombang peak to peak ditentukan dari penggabungan spektrum

derivatif larutan baku dan sampel atau analit. Dari hasil penggabungan spektrum

derivatif tersebut, dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat spektrum

yang saling berimpit satu sama lain secara total (Talsky, 1994).

Efek utama derivatisasi adalah menghilangkan dasar pita-pita serapan luas

yang terdapat perubahan bertahap pada kemiringan panjang gelombang. Spektrum

derivatif pertama di peroleh dengan memplot misalnya kemiringan sekmen

spektrum sebesar 2 nm, dalam spektrum yang kemiringannya 0 pada puncak

maksimum dan kemiringannya maksimum pada sekitar separuh dari tinggi puncak

(Watson, 2005).

Pada spektrum derivatif ke 2, kemiringan sekmen 2 nm yang berdekatan

dibandingkan dan ini memberikan titik-titik bagian kurva maksimum pada

spektrum tersebut. Laju bagian kurva suatu spektrum yang memiliki nilai negatif

terbesarnya pada laju bagian kurva maksimum dan tertingginya teramati untuk

pita-pita serapan yang sempit (Watson, 2005).

Spektrum orde kedua menghasilkan nilai minimum yang berhubungan

dengan nilai maksimum pada spektrum orde-nol yaitu ketika bagian kurva negatif

pada spektrum berada pada titik maksimum (Watson, 2005).

(17)

2.4.1 Komponen Spektrofotometer Derivatif

Komponen-komponen pada spektrofotometer UV-Visibel biasa sama

dengan komponen pada spektrofotometer derivatif. Alat spektrofotometer harus

dilengkapi dengan peralatan sedemikian rupa untuk dapat menghasilkan spektrum

derivatif (Ditjen POM, 1995).

Biasanya spektrofotometer telah mempunyaisoftware untuk mengolah data

yang dapat dioperasikan malalui komputer yang telah terhubung dengan

spektrofotometer. Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif

terhadap spektra pada spektrofotometri UV-Visibel(Moffat, dkk., 2005).Kurva

sederhana aplikasi spektrum derivatif dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.

Kurva sederhana aplikasi spektrum derivatif (Owen, 1995).

2.4.2 Kegunaan Spektrofotometri Derivatif

(18)

memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan (Watson,

2005).

Teknik spektrofotometri derivatif menawarkan beberapa keuntungan

dibandingkan dengan spektrofotometri konvensional seperti dapat memilih

puncak yang tajam di antara spektrum yang lebar dan meningkatkan resolusi dari

spektrum yang tumpang tindih. Spektrofotometri derivatif juga dapat

menghasilkan daerah sidik jari yang lebih baik dibandingkan dengan spektrum

absorpsi yang umum (Batubara, dkk., 2005).

Sebagai contoh yaitu penetapan kadar campuran pseuoefedrin HCl,

triprolidin HCl dandekstrometorfan HBr (Watson, 2005), penetapan kadar

parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kofein pada derivat

pertama (Pakaya, dkk., 2011), penetapan kadar efedrin dan zat warna dalam

sediaan sirup (Cairns, 2008).

Penetapan kadar campuran asetosal dan asam salisilat serta penetapan

kadar campuran sulfatiazol dengan sulfanilamide (Sudjadi dan Rohman, 2008),

penetapan kadar campuran benzokain dan aspirin (Munson, 1991), penetapan

kadar kafein dan nikotinamida dalam minuman berenergi dengan spektrofotometri

derivatif orde pertama (Nurdiani dan Nurhidayati, 2007).

Penetapan taurin dalam minuman berenergi (Draganov, dkk., 2014),

penetapan kadar triprolidina hidroklorida dan pseudoefedrina hidroklorida dalam

tablet anti influenza secara spektrofotometri derivatifpada panjang gelombang

derivat pertama (Hayun, dkk., 2006).

(19)

informasi dari teknis lain seperti IR, NMR, MS dan digunakan untuk analisis

multikomponen (Skujins and Varian, 1986).

Beberapa keuntungan dari spektrofotometri derivatif antara lain yaitu

spektrum serivatif memberikan gambaran struktur yang terinci dari spektrum

serapan dan gambaran ini makin jelas dari spektum derivatif pertama ke derivatif

keempat (Nurhidayati, 2007).

Selain itu dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam

campuran dengan panjang gelombangnya saling berdekatan. Bila dibandingkan

dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), metode spektrofotometri

derivatif relatif lebih sederhana, alat dan biaya operasionalnya lebih murah dan

waktu analisisnya lebih cepat (Nurhidayati, 2007).

2.5 Validasi Metode Analisis

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa

parameter-parameter kerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah analisis

dan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reproduksibel dan

tahan pada kisaran analit yang dianalisis (Rohman, 2007).

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada

prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

(20)

Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi,

limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran dan rentang (Rohman, 2007).

2.5.1 Akurasi

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan

melalui dua cara yaitu metode simulasi (spiked placebo recovery) dan metode

penambahan bahan baku atau standard addition method(Harmita, 2004).

Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa

pembanding kimia) ditambahkan kedalam campuran bahan sediaan farmasi

(plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan

kadar standar yang ditambahkan atau kadar sebenarnya. Jika plasebo tidak

memungkinkan untuk disiapkan, maka sejumlah analit yang telah diketahui

konsentrasinya dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan farmasi. Ini

dinamakan metode penambahan baku standar (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), dalam metode adisi (penambahan bahan baku),

sejumlah sampel yang dianalisis ditambah analit dengan konsentrasi biasanya

80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur dan dianalisis

kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya. Dalam

kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara

hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya:

%

Perolehan Kembali

=

C

F

- C

A

C

A

*

×100%

Keterangan: C

F

C

= Kadar sampel setelah penambahan larutan baku

A

C

= Kadar sampel sebelum penambahan larutan baku

(21)

2.5.2 Presisi

Presisi adalah derajat kesesuaian di antara masing-masing hasil uji, jika

prosedur analisis ditetapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil

dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau

deviasistandar relatif(Satiadarma, dkk., 2004).

Presisi dapat diartikan pula sebagai reprodusibilitas (reproducibility) atau

keterulangan (repeatability) dari prosedur analisis pada kondisi kerja normal

(Epshtein, 2004).

Parameter-parameter seperti standar deviasi, simpangan baku relatif dan

derajat kepercayaan haruslah dikalkulasi untuk mendapatkan tingkat presisi

tertentu(Ermer dan Miller, 2005). Simpangan baku merupakan suatu ukuran

dispersi data yang umum digunakan (Jones, 2010).Nilai simpangan baku relatif

atau RSD dinyatakanmemenuhi persyaratan jika<10-20%(Ermer dan Miller,

2005): Simpangan baku relatif (RSD) =

×

100

%

X

SD

2.5.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah nilai parameter, yaitu konsentrasi analit terendah yang

dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

blanko (Harmita, 2004).

(22)

Menurut Harmita (2004), batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil

dalam sampel yang masih dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan

memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas kuantitasi (LOQ) =

slope

SB

x

10

2.5.4 Linearitas

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan

bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional

dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu

(Satiadarma, dkk., 2004).

Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada

konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses untuk

selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep dan koefisien

korelasinya (Rohman, 2007).

2.5.5 Rentang

Gambar

Gambar 1. Struktur Kafein
Gambar 2. Struktur Natrium Benzoat
Gambar 3.
Gambar 3. Kurva serapan derivat pertama sampai derivat keempat
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGADAAN JASA KONSULTASI PADA BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH ANGGARAN APBD 2013. alasan perubahan jadwal untuk memberikan kesempatan kepada penyedia jasa

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan Saluran Irigasi Desa

SATWIKA SARANA X Paket pekerjaan yang ditawarkan bukan untuk pembangunan gedung PLUT KUMKM Provinsi Jawa Tengah, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan lebih dari 120 hari

Lampiran : Surat Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah TA.. Asli

Demikian Penetapan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Semarang, 9

Demikian Penetapan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Semarang, 9

- Nama Paket Pekerjaan Yang benar dalam SPSE dan Dokumen Pengadaan adalah : Pengadaan Alat Kesehatan RSUD Bagas Waras Jalan Raya Ir Soekarno Km 2 Kelurahan Buntalan (2POA). -

Soekarno Km.2 Kelurahan Buntalan (2P0A)dinyatakan tidak ada peserta lelang yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam Standard Dokumen Pengadaan (Berita Acara