• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION GO A ROUND (INVESTIGASI KELOMPOK) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 IMOGIRI - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION GO A ROUND (INVESTIGASI KELOMPOK) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 IMOGIRI - UMBY repository"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Imogiri 1. Belajar

Belajar merupakan suatu usaha aktif pada diri seseorang dalam proses perubahan yang dapat terlihat baik perubahan dalam bentuk kualitas maupun kuantitas seperti meningkatnya pengatahuan, kecakapan, pemahaman, pola pikir, tingkah laku dan sebagainya. Dengan adanya belajar, kemampuan siswa akan semakin meningkat dan mampu menunjukkan melalui perubahan dalam dirinya. Berkaitan dengan belajar sebagai suatu proses, Sudjana (2008) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengatahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek -aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.

(2)

10

hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatnya kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. Woolfolk (Koohang, 2009: 92) mengatakan bahwa:

“Learning is avtive mental work, not passive reseption of teaching,”. Artinya belajar adalah proses mental yang aktif, bukan penerimaan aktif dalam sebuah pengajaran.

Beliau juga mendefenisikan bahwa belajar merupakan:

the students actively proces to contruct their own knowledge: the mind of the student mediates input from the outside world to determine what the student will learn”.

Artinya belajar adalah sebuah proses dimana siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan cara memasukkan apa yang ia peroleh dari luar ke dalam pikirannya.

Dari definisi belajar menurut para alhi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang aktif yang terjadi pada diri seseorang untuk mendapat perubahan dan membangun pengetahuannya sendiri guna menambah pengetahuan, kecakapan, pemahaman, pola pikir, tingkah laku dan sebagai dengan cara memasukkannya dari luar ke dalam pikirannya.

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik “guru”

(3)

11

belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ektrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Sedangkan pengertian pembelajaran menurut UU RI No. 20 tahun 2003 bab 1 ayat 20 tentang sistem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Briggs (Rifa’i, 2011: 191) mendefinisikan pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungan.

Dari pengertian pembelajaran menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh pendidik terhadap siswa guna menciptakan tindakan belajar siswa dan guru akan mendapatkan hasil belajar siswa pada suatu lingkungan belajar. 3. Pembelajaran Matematika

Menurut Abdurahman (2003: 252) menjelaskan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007: 723) mendefinisikan matematika sebagai “ilmu

(4)

12

besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis dan geometri.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut tentang matemati maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan dengan bilangan baik dalam alajabar, analisis maupun geometri yang diungkapkan atau digunakan dalam bentuk bahasa simbolis yang memudahkan untuk berpikir.

(5)

13 B. Model Pembelajaran Konvensional

1. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional menurut Djamarah (Khoik:2011) adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan metode konvensional, guru akan lebih berperan aktif dan siswa lebih cenderung pasif. Hal ini membuat suasana dikelas terlihat tidak kondusif dan membuat siswa akan kurang menyukai pembelajaran. Freire (Kholik, 2011) memberikan istilah terhadap pengajaran terhadap itu sebagai suatu penyelenggaraan ber “gaya bank”

penyelenggaran pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan model pembelajran konvensional. Kelebihan dan kekurangan model konvensional menurut Purwoto (2003: 67) adalah sebagai berikut: Kelebihan model pembelajaran konvensional:

a. Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk mendengarkan.

(6)

14

c. Pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting,sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin. d. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak

harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.

e. Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pengajaran dengan model ini.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran konvensional adalah:

1) Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi pasif.

2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

3) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan. 4) Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal

yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. 3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional

Dalam melaksanakan pembelajaran terdapat langkah-langkahnya sehingga dapat terarah dengan baik. Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional menurut Syahrul (2013) adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan.

(7)

15 b. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah.

c. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik. d. Memberikan kesempatan latihan lanjutan.

Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok)

1. Pembelajaran Kooperatif

(8)

16

pembelajaran kooperatif siswa dikelompokkan berdasarkan heterogenitas (kemacamragaman).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar yang dirancang dalam bentuk kelompok kecil yang saling berinteraksi dalam kelompok dan diarahkan oleh guru guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran.

Menurut Istikomah (2009) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif adalah:

a. Siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.

b. Siswa menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggung jawab bersama.

c. Siswa harus mendiskusikan masalahnya dengan seluruh anggota kelompoknya untuk mencapai hasil maksimal.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran. menurut Isjoni (2013: 73) pembelajaran kooperatif dibagi menjadi:

1) Student Team Achievment Vivision (STAD) 2) Jiqsaw

(9)

17

Adapun tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini secara khusus pada pokok bahasan Peluang Suatu Kejadian yaitu tipe Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok). Model pembelajaran ini menuntun siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan setiap anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-masing.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Go A Round

(Investigasi Kelompok)

Model pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok) merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini ditemukan oleh Herbert Thelan kemudian diperbaharui dan diteliti oleh Sholomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv. Menurut Slavin (2009: 215) rencana kelompok dalam model pembelajaran ini adalah salah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal siswa.

Dalam model pembelajaran Investigasi Kelompok terdapat tiga konsep utama menurut Winaputra (Sudrajad: 2009) yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge dan dinamika kelompok atau the dinamyc of the learning group. Penelitian adalah proses dinamika siswa memberikan respon

(10)

18

ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Menurut penelitian oleh Sutriyono (2012) pembelajaran yang kooperatif melalui strategi investigasi kelompok dapat meningkatkan kerja sama dalam kelompok, serta meningkatkan hubungan sosial siswa, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama dalam kelompoknya.

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok)

Setiap model pembelajaran membutuhkan langkah-langkah dalam menerapkannya. Sama juga dengan model pembelajaran investigasi kelompok mempunyai bebarapa langkah dalam menerapkannya.

Menurut Rusman (2012: 221) ada enam langkah model pembelajaran group investigation go a round (investigasi kelompok) yaitu:

a. Mengidentifikasi kelompok dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama. Komposis kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen. Guru membantu memfasilitasi dalam memperoleh informasi).

(11)

19

c. Melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan).

d. Menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menyiapkan pesan-pesan esensial kelompoknya).

e. Mempresentasikan laporan akhir

f. Evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan).

4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kelebihan dari model pembelajaran ini menurut Eggen dan Kauchak (Harisantoso, 2005:3) adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan siswa untuk secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu topik, sebab investigasi kelompok memfokuskan pada investigasi terhadap suatu topik atau konsep.

b. Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna.

c. Group investigation efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dalam latar belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender dan etnis).

(12)

20

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini menurut Setiawan (2006:9) adalah sebagai berikut:

1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan. 2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal.

3) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntuk siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.

4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.

5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat meenggunakan model ini.

D. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, prestasi yang dimiliki setiap individu merupakan harapan yang diinginkan oleh setiap siswa maupun pendidik. Prestasi belajar diukur melalui seberapa besar keberhasilan yang didapatkan oleh setiap peserta didik. Untuk mendapatkan prestasi yang baik dibutuhkan kerja keras.

(13)

21

pengatahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-angka (Sumadi Suryabrata, 2006: 6).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah hasil yang didapatkan oleh seseorang atau siswa dalam bentuk nilai atau simbol yang menunjukkan kemampuan pencapaian dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga guru dapat mengetahui bahwa materi yang diterapkannya dalam pembelajaran dapat diterima oleh peserta didik. Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar guru akan memberi tes kepada siswa lalu diberi nilai untuk mengetahui hasilnya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

(14)

22

Menurut Slameto (2010: 54) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini yaitu kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun diperoleh. Yang

termasuk faktor ini yaitu: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan, baik jasmani maupun rohani. b. Faktor Eksternal

1) Faktor keluarga, diantaranya adalah cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang keluarga.

2) Faktor sekolah, diantaranya adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

(15)

23 3. Indikator Prestasi Belajar

Dalam mengukur prestasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut Benyamin Bloom (Sri Anitah, 2008: 215) bahwa aspek tersebut antara lain:

a. Aspek kognitif yaitu berkenan dengan pengenalan baru atau mengingat kembali (menghafal) suatu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual.

b. Aspek afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam bentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.

c. Aspek psikomotorik yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menujukkan gerak (skill).

(16)

24

tabel 3:

Hubungan Jenis Prestasi Dengan Indikator-Indikator Ranah/jenis

Prestasi Indikator Cara evaluasi

A.Ranah Cipta (kognitif)

1. Pengamatan 1. Daapt menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

Tes lisan, tertulis dan observasi 2. Ingatan 1.Dapat menyebutkan

2.Dapat menunjukkan kembali

Tes lisan tertulis dan observasi 3. Pemahaman 1.Dapat menjelaskan

2.Dapat mendefinisikan dengan lisan sendrir

Tes lisan dan tertulis

4. Penerapan 1.Dapat memberikan contoh 2.Dapat menggunakan secara tepat

Tes tertulis, pemberian tugas dan observasi 5. Analisis dan

Pemeliharaan Secara Teliti

1.Dapat menguraikan

2.Dapat mengklasifikasikan/memilah-milah

Tes tertulis dan pemberian tugas 6. Sintesis 1.Dapat menghubungkan

2.Dapat menyimpulkan 3.Dapat mengeneralisasikan

Tes tertulis dan pemberian tugas

B.Ranah Rasa (Afektif)

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima 2.Menunjukkan sikap menolak

Tes tertulis, skala

sikap dan

observasi 2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/terlihat

2. Kesediaan memanfaatkan

Tes skala sikap, pemberian tugas dan observasi 3. Apresiasi 1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis

3. Mengagumi

Tes skala sikap, pemberian tugas dan observasi

4. Internalisasi (pendalaman)

1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari

Tes skala sikap, pemberian tugas ekspresi, dan observasi

5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan

perilaku sehari-hari

(17)

25 Ranah/jenis

Prestasi Indikator Cara evaluasi

C.Ranah Karsa (Psikomotor) 1. Keterampilan

bergerak dan bertindak

1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya

Observasi dan tes tindakan

2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal

1. Mengucapkan

2. Membuat mimik dan gerakan jasmani

Tes lisan, observasi dan tes tindakan

E. Minat Belajar Matematika

1. Pengertian Minat Belajar

Dalam mencapai prestasi belajar yang bagus untuk seseorang harus berawal dari minat yang tinggi dalam diri tersebut. minat dibutuhkan sehinga menambah motivasi untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 132) minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Sedangkan menurut Slameto (2010: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat belajar juga dapat diartikan sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai (syah, 2006).

(18)

26

Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran yang disukai akan mempelajarinya dengan konsisten dan datang dari dalam dirinya karena didasarkan adanya rasa suka dan tanpa ada suruhan atau paksaan dari orang lain. Siswa akan cepat menghafal apa yang menjadi minatnya.

2. Jenis-jenis Minat

Menurut Djaali (2007: 122) mengidentifikasi minat menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Realistis merupakan jenis minat terhadap aktifitas-aktifitas praktis dan fisik. Melibatkan koordinasi otot tetapi kurang menggunakan medium komunikasi verbal dan keterampilan berkomunikasi. Cenderung pada pekerjaan tukang, memiliki sifat langsung, stabil, normal, kukuh, menyukai masalah konkrit disbanding abstrak, agresif, kreatifitas yang terbatas dalam bidang seni maupun ilmu pengetahuan, tetapi suka membuat sesuatu dengan bantuan alat. Contohnya adalah siswa yang berminat pada pekerjaan montir, insinyur, ahli listrik, dan bidang-bidang dalam kejuruan.

b. Investigatif merupakan tipe minat yang investigatif terhadap sesuatu terutama yang berorientasi keilmuan. Siswa yang memiliki minat tersebut cenderung menyukai memikirkan sesuatu ketimbang melaksanakannya. Mereka menyukai kegiatan yang analis, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang.

(19)

27

budaya. Sehingga siswa lebih tertarik pada hal-hal yang memunculkan ide-ide dan performansi.

d. Sosial, siswa yang berminat dalam bidang ini cenderung memiliki sifat mudah bergaul, tanggung jawab, grup working, memiliki kemampuan verbal yang bagus dan problem solving. Lebih menyukai kegiatan yang informstif dan mengajar.

e. Enterprising, jenis minat ini cenderung menyukai hal-hal yang memiliki nilai persuasif. Kemampuan untuk memimpin, verbal dalam berdagang, percaya diri dan sangat aktif. Siswa yang menyukai minat tersebut akan bereaksi untuk mempengaruhi atau memimpin seperti ketua kelas, reseller dan ketua osis.

f. Konvensional, jenis minat konvensional menyukai lingkungan yang tertib, komunikasi verbal yang baik, menyukai kegiatan matematis, sangat efektif menyelesaikan tugas terstruktur, praktis, tenang, tertib dan efisien. Siswa yang memiliki minat tersebut cenderung untuk meminimalisir kesalahan dan regulasi belajar yang baik.

3. Fungsi Minat Dalam Belajar

Minat siswa dalam pembelajaran memiliki fungsi yang sangat besar. Adapun fungsi minat belajar bagi siswa menurut Alisuf Sabri (2007:85) antara lain:

(20)

28

b. Pendorong siswa untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

c. Penentu arah perbuatan siswa yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. d. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan siswa yang mempunyai

motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

Dari beberapa fungsi yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai prestasi atau tujuan yang diinginkan baik siswa maupun guru sangat dibutuhkan minat belajar, karena dengan adanya minat belajar siswa akan terdorong dan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. apabila kurangnya minat belajar pada siswa tentu akan menjadi penghambat siswa dalam mencapai prestasi ataupun tujuan yang diinginkan.

F. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian relevan yang dapat mendukung peneliti dapat melakukan penelitian ini. Adapun penelitian relevan tersebut antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Haffidianti (2011) dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Kelas VIII F MTs Negeri 1 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada pra siklus

(21)

29

tindakan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar adalah 74,90 dan 91,89%.

2. Penelitian yang dilakukan Khusnul Arofah (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Remedial dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya di Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim Yogyakarta Kelas X”. Jenis penelitiannya yaitu PTK sehingga ia melakukan dalam dua siklus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran remedial dengan menggunakan metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada siklus I hanya 46,67% siswa yang tuntas belajar (nilai minimal 5,5) sehingga tidak memenuhi indikator keberhasilan dari peneliti. Sedangkan pada siklus II terdapat 80% siswa yang tuntas belajar sehingga indikator keberhasilan dari peneliti dapat terpenuhi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Dwi Kusumawardani (2014) dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa

Kelas XI Pada Materi Peluang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Studi Kasus di SMA Islam 1 Surakarta)”. Hasil

(22)

30

Sedangkan pada siklus II telah mencapai indikator peneliti yakni diatas 60% untuk masing-masing aspek. Untuk aspek perasaan senang mencapai 65,5%, aspek konsentrasi mencapai 70% dan aspek kemauan mencapai 61,3%.

G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas, prestasi dan minat belajar siswa meupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya minat dalam diri siswa akan membuat siswa semakin rajin dan tekun dalam belajar untuk meraih prestasi yang diinginkan. Minat dari diri siswa sangat bermanfaat bagi siswa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar dan juga untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

(23)

31

Gambar 1: Kerangka Berpikir Penelitian H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjaun pustaka dan dan kerangka berpikir di atas maka adapun rumusan hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok) berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok) berpengaruh terhadap minat belajar siswa.

Observasi Kelas Kontrol

Observasi Kelas Eksperimen Pretest dan

Lembar Angket Minat Belajar Kelas Kontrol

Pretest dan

Lembar Angket Minat Belajar

Pembelajaran Menggunakan Model Konvensional

Pembelajaran Menggunakan Model Investigasi Kelompok

Posttest dan Lembar Angket Minat Belajar

Posttest dan Lembar Angket Minat Belajar

Membandingkan Perbedaan Hasil Pembelajaran Menggunakan Model Konvensional dengan Model Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Terhadap Prestasi dan Minat Belajar Siswa

(24)

32

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation Go A Round (Investigasi Kelompok) lebih berpengaruh daripada model

Gambar

Gambar 1: Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

average-based fuzzy time series models , hasil yang di dapat dari penelitian tersebut adalah dilihat dari nilai AFER menunjukkan bahwa metode ini mendekati nilai

[r]

matematika diskrit melalui proses e-leaning. Dalam peneltian ini selain mahasiswa mendapatkan materi di kelas mahasiswa juga dapat melakukan diskusi maupun latihan

Kontroler PID dapat digunakan untuk mengendalikan gerak rotasi dengan baik, karena mampu menghasilkan respon yang lebih cepat daripada respon gerak translasi. Metode

Teknik Pengumpulan data secara primer merupakan teknik yang diperoleh dari hasil observasi dengan melakukan pendekatan kualitatif yaitu melakukan

“PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI INDONESIA ” dengan baik, lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

The subject of the study is the Ghostbusters (2016) movie and the object of the study is the representation about the African Ameri- can that will focus only on Patty