BAB II
A. Pasar Modal di Indonesia
Pasar modal merupakan produk dari sistem perekonomian kapitalis, dimana capital atau modal memegang peranan yang sangat penting. Pasar modal di
Indonesia diharapkan mampu memberikan alternative sumber dana eksternal yang berasal dari masyarakat (investor) bagi perusahaan, sehingga nantinya kredit
perbankan dapat dialirkan untuk pembiayaan usaha industri kecil dan menengah.
Pasar modal sebagai sumber pembiayaan memiliki keunggulan daripada bank. Salah satu keunggulan pasar modal sebagai sumber pembiayaan
dibandingkan bank adalah tanpa adanya jaminan atau agunan untuk mendapatkan dana sebagaimana dituntut oleh perbankan. Hanya dengan menunjukkan
prospectus perusahaan yang baik, surat berharga perusahaan tersebut akan laku dijual di pasar. Disamping itu tidak dibutuhkan dana untuk membayar bunga, namun sebagai gantinya perusahaan harus membayar deviden, deviden tersebut dibayarkan secara periodic, akan tetapi tergantung dari keuntungan yang didapat oleh perusahaan.
Menurut Suad Husnan (1996:3) pengertian pasar modal adalah pasar
Pasar modal semakin berkembang pesat di berbagai negara karena beberapa sifat dari pasar modal tersebut menarik dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Dalam pasar modal, pihak yang mencari dana dapat memperoleh dana dalam bentuk modal sendiri. Berbeda dengan bank yang hanya dapat memberikan dana dalam bentuk kredit yang dikategorikan sebagai hutang, sedangkan jumlah dana yang diperoleh sangat terbatas. Di pasar modal, para investor dapat memilih jenis investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka. Pemodal juga dapat
memilih jenis investasi pada aktiva riil, dan secara umum pasar modal mempunyai biaya intermediasi yang lebih rendah dibandingkan bank.
Menurut Sunariyah (1997:11) pasar modal dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Pasar perdana (Primary Market)
Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut tercatat di bursa.
2. Pasar sekunder (Secondary Market )
Pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas,
setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut bursa paralel.
4. Pasar keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek.
B. Sejarah Pasar Modal Indonesia
Menurut Jogiyanto (1998:38) era pasar modal di Indonesia dapat dibagi
menjadi enam periode.
Periode pertama (1912-1942): Periode Jaman Belanda
Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di
Jakarta. Asosiasi tersebut diberi nama Belanda “Vereniging voor Effectenhandel” yang merupakan cikal bakal pasar modal di Indonesia. Setelah perang dunia
pertama, pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1
January 1925 dan disusul Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena masih dalam penjajahan Belanda dan pasar-pasar modal ini juga didirikan oleh Belanda, mayoritas saham yang diperdagangkan di sana juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya yang tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies. Pasar modal ini beroperasi sampai tahun 1942.
Pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang darurat No. 12 yang kemudian dijadikan Undang-undang No. 15/1952 tentang pasar modal. Juga melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 289737/U.U. tanggal 1 Nopember 1951, Bursa Efek Jakarta (BEJ) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibukanya kembali bursa ini untuk menampung obligasi
pemerimtah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan yang lain adalah untuk mencegah larinya ke luar negri saham-saham perusahaan Belanda yang dulunya diperdangkan di pasar modal di Jakarta.
Periode Ketiga (1977-1988): Periode Orde Baru
Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. keputusan ini menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT Danareksa.
Periode ini disebut juga dengan periode tidur yang panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit sekali perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, yaitu hanya 24 perusahaan saja.
Periode Keempat (1988 – 1995): Periode Bangun dari Tidur yang Panjang
Pada periode ini, Initial Public Offering (IPO) menjadi peristiwa nasional. Peningkatan di pasar modal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Permintaan dari investor asing
Investor asing tertarik dengan pasar modal di Indonesia karena dianggap
2. Pakto 88
Pakto 88 merupaka reformasi tanggal 27 Oktober 1988 yang dikeluarkan untuk merangsang ekspor non-migas, meningkatkan efisiensi dari bank komersial, membuat kebijakan moneter lebih efektif, meningkatkan simpanan domestic dan meningkatkan pasar modal.
3. Perubahan generasi
Perubahan kultur bisnis terjadi di periode ini, yaitu dari kultur bisnis keluarga tertutup ke kultur bisnis professional yang terbuka yang memungkinkan profesional dari luar keluarga untuk duduk di kursi kepemimpinan
perusahaan. Pergeseran ini terjadi karena perubahan generasi dari yang tua ke generasi yang muda.
Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan dari Bursa Efek Surabaya (BES).
Periode Kelima (Mulai 1995): Periode otomatisasi
Karena peningkatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas
manual, maka BEJ dan BES memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Untuk Bursa Efek Jakarta menggunakan sistem Jakarta Automated Trading Sistem (JATS), yaitu sistem otomatisasi menggunakan
menggunakan jaringan komputer yang digunakan oleh broker untuk perdagangan sekuritas di Bursa Efek Surabaya.
Periode Keenam (Mulai Agustus 1997): Krisis Moneter
Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda negara-negara Asia terasuk Indonesia. Penurunan nilai mata uang terjadi karena disebabkan spekulasi dari pedagang-pedang valas, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri dan yang tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian.
C. Manfaat Pasar Modal
Terdapat banyak manfaat yang akan diperoleh atas keberadaan pasar modal oleh investor emiten, lembaga penunjang dan pemerintah. Manfaat pasar modal tersebut antara lain (Sartono, 1996:43)
1. Manfaat bagi emiten
Dalam kondisi dimana debt equity ratio perusahaan telah tinggi, maka akan sulit menarik pinjaman baru dari bank. Oleh karena itu, pasar modal
menjadi alternative lain. Adapun manfaat pasar modal bagi emiten adalah:
a. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar dan dapat diterima oleh emiten pada saat pasar perdana.
b. Manajemen dapat lebih bebas ( mempunyai kebebasan ) dalam
c. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan dan ketergantungan perusahaan terhadap bank kecil.
d. Cash flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari harga nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi.
e. Tidak ada beban financial yang tetap, profesionalisme manajemen meningkat.
2. Bagi investor
Adapun manfaat bagi investor:
a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan ekonomi tersebut akan tercermin pada meningkatnya
harga saham yang menjadi capital gain.
b. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden dan sebagai
pemegang obligasi investor memperoleh bunga tiap tahun.
c. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misalnya dari saham A ke saham B sehingga mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan.
d. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument
untuk memperkecil resiko secara keseluruhan dan memaksimalkan keuntungan.
Berkembangnya pasar modal juga mendorong perkembangan lembaga penunjang menjadi lebih professional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peranan lembaga penunjang.
4. Bagi pemerintah
Perkembangan pasar modal merupakan alternative lain sebagai sumber pembiayaan pembangunan selain dari sector perbankkan dan tabungan pemerintah. Pembangunan yang besar pula, sehingga perlu dimanfaatkan potensi dari masyarakat. Manfaat yang dirasakan oleh pemerintah adalah:
a. Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara sehingga tidak tergantung dari subsidi dari pemerintah.
b. Meningkatkan pendapatan dari sector pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja.
D. Instrument Pasar Modal di Indonesia
Jenis surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia
berdasarkan UU RI No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, antara lain: a. Saham
Saham ada dua jenis yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk. Saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama, yaitu saham yang
nama pemiliknya tetap di atas saham tersebut.
b. Obligasi
Adalah surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan
disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayaran
telah ditetapkan dalam perjanjian.
c. Derifatif dari efek d. Right atau klaim
Right menunjukkan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham-saham tersebut ditawarkan pada pihak lain.
e. Waran
Adalah efek yang diterbitkan suatu perusahaan yang memberi hak pada
pemegang saham untuk memesan saham pada perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk 6 (enam) bulan atau lebih.
Yaitu obligasi yang setelah jangka waktu tertentu dan selama masa tertentu dengan perbandingan dan / atau harga tertentu dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.
g. Saham deviden
Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham deviden.
h. Saham bonus
Perusahaan menerbitkan saham bonus yang diberikan kepada pemegang saham lama.
i. Sertifikat ADR/CDR
Adalah suatu resi ( tanda terima ) yang memberikan bukti bahwa saham perusahaan asing disimpan sebagi titipan atau berada di bawah penguasaan perusahaan Amerika.
j. Sertifikat reksadana
Adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa investor menitipkan uang kepada
manajer investasi sebagai pengelola dan untuk diinvestasikan baik di pasar
modal maupun di pasar uang.
E. Penawaran Saham
pembelinya adalah masyarakat umum baik domestic maupun asing yang disebut
investor. Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kali disebut
dengan pasar perdana ( primary market ) untuk selanjutnya saham yang telah
dibeli dapat diperjualbelikan ( ditransaksikan ) di pasar sekunder ( secondary market ).
Menurut Jogiyanto ( 1998:16 ) keutungan dari going public diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang.
Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk
menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi keuangan harus dilaporkan ke public secara regular
yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan public.
2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.
Untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public.
3. Nilai pasar perusahaan diketahui
tersebut perlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai dari opsi sulit ditentukan.
Disamping keuntungan dari going public, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut :
1. Biaya laporan meningkat
Untuk perusahaan yang going public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat
mahal untuk perusahaan yang ukurannya kecil.
2. Pengungkapan (disclosure)
Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide
pengungkapan. Menajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena public akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.
3. Ketakutan untuk diambil alih
Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir
jika perusahaan going public. Manajer perusahaan public dengan hak veto
yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan diambil alih.
memutuskan untuk going public
dan melaporkan saham perdananya ke public (Initial Public Offering atau IPO), isu utama yang menjual adalah tipe saham apa yang akan dilapor, berapa harga saham yang harus ditetapkan tiap lembar saham dan kapan waktu yang paling tepat (Jogiyanto, 1998).
Penjualan sekuritas ke public harus dibarengi dengan informasi dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Salah satu dokumen tersebut adalah prospektus yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi perusahaan lainnya yang berkaitan dengan aktifitas penjualan sekuritas tersebut (Jogiyanto,1998).
Isi prospektus adalah rincian tentang emiten yang mengharapkan saham, semua perusahaan yang terkait dengan penawaan saham, prosedur dan waktu pemesan saham. Selain itu dimuat juga faktor-faktor resiko yang mungkin mempunyai dampak kerugian pemegang saham, rincian struktur modal sebelum dan sesudah penawaran saham, rencana penggunaan dan yang akan didapat dari penawaran saham dan lain-lain.
F. Penawaran Saham Terbatas atauRight Issue
Penjualan saham tidak dibatasi hanya sekali, tetapi bisa berkali-kali.
Penawaran kedua bisa dilakukan jika perusahaan yang telah going public
mempercepat struktur keuangan. Melalui penawan kedua berarti peusahaan
menjual lebih banyak ke pasar modal (Hinuri, Isakayoga dan Lukuhay, 1997).
Perusahaan menerbitkan right, seringkali untk menghemat biaya emisi dan untuk menambah jumlah lembar. Saham di bursa akan meningkat frekuensi perdagangan saham tersebut atau dengan kata lain untuk meningkatkan likuiditas
saham.
Penerbitan right dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Perusahaan menerbitkan saham baru, dan langsung menawarkan kepada public. Jika perusahan menempuh jalan lain, perusahaan harus menggunakan jasa penjamin (underwriter), dan perusahaan akan menanggung biaya emisi. 2. Perusahaan menawarkan saham baru dengan harga lebih rendah dari harga
saham saat ini, hal ini juga akan menyebabkan perusahaan akan menanggung biya emisi. Langkah ini dapat diartikan perusahaan akan melakukan distribusi kemakmuran kepada pemegang saham.
3. Perusahaan menawarkan kepada pemegang saham lama yang berminat untuk
membeli saham baru dengan harga yang jauh lebih murah dengan harga saat
ini. Di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang ada, penawaran saham baru
oleh perusahaan publik harus dilakukan denagn cara ini (Eni, 2001).
atau menginginkan jumlah investasi yang tetap pada saham biasa, mereka bisa
menjual beberapa bagian dari sham yang dimilikinya saat ini atau melepas
beberapa right di pasar sekunder (Ang, 1997).
G. Pengertian 1. Biaya modal
Biaya modal (cost of capital) merupakan konsep yang penting dalam
pembelanjaan.Cost of capital merupakan konsep yang dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung
perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu alternative sumber yang ada.
Biaya modal yang tersedia dari suatu perusahaan berhubungan erat dengan struktur modal perusahaan tersebut. Perusahaan memiliki sumber dana yang berbeda-beda, contohnya hutang jangka panjang ataupun modal sendiri yang berupa saham-saham.
Mengukur biaya modal tidak terlepas dari masalah struktur modal, karena struktur modal yang berbeda akan menyebabkan biaya modal yang berbeda. Perusahaan biasanya memperoleh hutang dengan tingkat bunga relative rendah sampai pada titik tertentu. Sampai pada titik tertentu penggunaan hutang dapat menurunkan biaya modal. Tetapi bila melewati titik debt to
equity ratio tertentu perusahaan harus membayar biaya bunga yang tinggi dan
Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting berdasarkan 3 alasan :
a. Maksimisasi nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk
biaya modal) diminimumkan.
b. Keputusan penganggaran modal (capital budgeting) memerlukan suatu
estimasi tentang biaya modal.
c. Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga
memerlukan estimasi biaya modal.
2. Biaya hutang
Biaya hutang menunjukkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan memakai dana yang berasal dari pinjaman. Faktor pajak perlu diperhatikan dalam menaksir biaya hutang. Pada umumnya pembayaran bunga bersifat tax deductible, dan penafsiran arus kas untuk penilaian profitabilitas investasi didasarkan atas dasar setelah pajak, maka biaya hutang harus disesuaikan dengan pajak (after tax ). Biaya hutang adalah sama dengan Kd atau yield to maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang atau pembeli obligasi.
Menurut Jogiyanto (1998 : 86) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspatasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang.
1. Return realisasi
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return histori ini juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspaktasi (expected return) dan risiko di masa datang.
Beberapa pengukuran return realisas yang banyak digunakan adalah return total (total returns), relative return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return).
2. Return ekspektasi
Return ekspaktasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return
realisas yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
I. Penelitian-penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, menggunakan metode studi peristiwa atau event study,
merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhaao suatu peristiwa (event )
yang informasinya dipublikasikan sebagai pengumuman. Banyak peneliti yang menggunakan pengumuman right issue sebagai objek antara lain:
1. Alam (1994)
Menguji 21 perusahaan yang melakukan right issue selama tahun 1993 di
Bursa Efek Jakarta terhadap tingkat kemakmuran pemegang saham. Penelitian tersebut mencoba mengkaji sebuah hipotesis bahwa right issue akan mengakibatkan pemegang saham, khususnya pemegang saham minoritas,
karena right issue akan meningkatkan jumlah penawaran saham yang secara
teoritis mempunyai dampak terhadap pengumuman harga saham pada periode ex-right.
2. Suwandi (1997)
Menguji terhadap kinerja Bursa Efek Jakarta 1988 – 1996, dinyatakan bahwa struktur pasar modal di Indonesia masuk dalam kategori pasar yang
3. Husnan dan Hanafi (1993)
Menemukan bahwa pasar modal di Indonesia masih belum efisien dalam
bentuk setengah kuat, artinya bahwa informasi yang dipublikasikan belum
sempat mempengaruhi harga saham secara keseluruhan. Timbulnya anomaly dalam hasil penelitian di pasar modal Indonesia dibandingkan dengan pasar modal di luar negeri, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor mikro tersebut disamping faktor makro lainnya, seperti kondisi ekonomi global, politik dan budaya.
4. Arief Budiarto dan Zaki Baridwan (1999)
Pada penelitian ini menemukan bahwa tidak adanya perbedaan yang significant antara stock return, abnormal return, dan aktifitas volume perdagangan pada hari pengumuman. Hasil dari penelitian ini tidak
5. GM Djoko Hanantijo (2000)
Penelitian ini menggunakan 18 sampel perusahaan dari 92 perusahaan yang melakukan right issue di Bursa Efek Jakarta. Dimulai dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1998. Pada penelitian ini menghasilkan bahwa pada saat
sebelum terjadi krisis ekonomi perusahaan tidak banyak yang melakukan
melakukanright issue. Disamping ditemukan bahwa penerbitan right issue
yang dilakukan perusahaan dampaknya tidak cukup berarti terhadap struktur