• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus pada Karyawan B PK Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali pada bagian Keperawatan

Diajukan untuk memenuhi syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi

Program Studi Manajemen

DISUSUN OLEH :

Nama

:

I Ketut Suardika

NIM

:

022214075

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)

Kegagalan biasany a merupak an langk ah awal menuju suk ses, tapi

suk ses itu sendiri sesungguhny a baru merupak an jalan tak berk etentuan

menuju puncak k esuk sesan. ( Lambert Jef f ries )

Semua penemuan besar selalu berasal dari orang -orang yang

perasaannya berlari mendahului pemikirannya. ( C.h. Oarkhurst )

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang

lain. ( Michel De Montaigne )

(6)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ø Bapak dan ibu yang selalu mendukungku baik dari segi financial maupun dukungan psikologis yang membuat aku terpacu dan semakin semangat.

Ø Semua saudaraku yang tercinta . Kedua kakakku yang selalu memberikan saran dan dukungan yang tiada hentinya . Adikku yang selalu membuatku semangat.

Ø Saudara sepupuku yang telah membantuku mencari data dalam penelitian ini. Terima kasih atas bantuannya.

(7)
(8)

Studi Kasus pada Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali bagian Keperawatan

Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi; 2) untuk mengetahui apakah ada perbedaan komitmen organisasi antara responden yang mempunyai locus of control tipe eksternal dengan responden yang mempunyai locus of control tipe internal.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner disebarkan kepada responden yang menjadi sampel untuk memperoleh data mengenai kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan locus of control. Sedangkan dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, serta visi dan misi perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan BPK RSJ Propinsi Bali pada bagian keperawatan.

(9)

Case Study at Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali bagian Keperawatan

The aims of the research are 1) to know whether there is relationship between job satisfaction and organizational commitment 2) to know whether there is any difference of organizational commitment between respondent with external locus of control and the respondent with internal locus of control.

This research using quesioner and documentation to collect research data. Quesioner were distributed to respondent to get the data concerning job satisfaction, organizational commitment, and locus of control. While the documentation was use to get the data of the company history, organizational structure, and also vision and mission company. Research sample in this case are employees of BPK RSJ of Bali at treatment shares.

(10)

Ucapan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

keselamatan dan kasih yang dilimpahkan sehingga penulis bias menyelesaikan

skripsi ini tanpa ada hambatan yang berarti.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar kesarjanaan di bidang ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan

penulisan skripsi in i. Dalam kesemapatan ini penulis ingin mengucapkan rasa

terima kasih atas bimbingan dan dorongan yang telah diberikan sehingga skripsi

ini selesai. Ucapan terima kasih itu diantaranya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S. selaku Deka n Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si selaku Kaprodi Manajemen yang

telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

3. Ibu C. Wahyu ER, M.Si sebagai dosen pembimbing pertama yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan yang sangat berguna dalam

penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. HG. Suseno TW. M.S, selaku dosen pembimbing kedua yang telah

banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf dan karyawan BPK RSJ Propinsi Bali yang telah meluangkan

(11)

tersele saikan

7. Segenap mahasiswa Poltakes Denpasar yang sedang melakukan praktek di

BPK RSJ Propinsi Bali terutama di ruang Bratasena. Siwi, Ayu, dkk. Terima

kasih atas bantuan kalian dalam mengumpulkan kuesioner yang telah penulis

sebarkan.

8. Anak – anak manajemen angkatan ’02 yang secara tidak langsung

memberikan dorongan semangat sehingga penulis sangat terpacu untuk cepat

meneyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada sahabatku Alfon yang telah mau mendengarkan kesulitan – kesulitan

yang penulis alami dalam penulisan skripsi ini.

10. Sahabat – sahabatku terutama Iwan, Yoyok, Budi, Dwi dan semua sahabat

yang tidak bisa penulis tulis satu persatu terima kasih atas semua cobaan dan

godaan yang telah kalian berikan sehingga penulis semakin kuat dan tegar.

Saran dan kritik sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam

peyempurnaan skripsi ini nantinya. Karena penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.

Yogyakarta, 26-3-2007

(12)

HALAMAN JUDUL ……… i

LEMBAR PENGESAHAN ………. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……… iii

MOTTO ……… iv

PERSEMBAHAN ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v i ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ………. . viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ……….. x i DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR GAMBAR ………. xiv

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 4

C. Batasan Masalah ………. 5

D. Tujuan Penelitian ……… 5

E. Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB II. LANDASAN TEORI ………. 7

A. Perilaku Organisasi ………. 7

B. Manajemen Sumber Daya Manusia ……….. . 9

C. Fungsi MSDM ……….. 10

D. Kepuasan Kerja ……… 13

E. Efek Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan …… 15

(13)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 29

C. Subyek dan Obyek Penelitian ……… 29

D. Variabel Penelitian ………. 30

E. Populasi dan Sampel ……….. 30

F. Metode Penentuan Sampel ……… 31

G. Teknik Pengumpulan Data ……… 31

H. Jenis dan Sumber Data ……….. 33

I. Validitas dan Reliabilitas ……… 33

J. Teknik Analisis Data ……….. 35

BAB IV. GAMBARAN UMUM BPK RSJ ……… 39

A. Riwayat BPK RSJ ……… 39

B. Tugas Pokok dan Fungsi ………. 43

C. Analisis SWOT ………. 43

D. Struktur Organisasi ………. 45

E. Visi dan Misi ………. 49

F. Deskripsi Responden ……… 50

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 52

A. Uji Validitas ……….. 52

B. Uji Reliabilitas ……….. 55

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……….. 56

D. Pembahasan ……….. 65

BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN …. 69 A. Kesimpulan ……… 69

B. Saran ……….. 70

C. Keterbatasan Penulisan ……… 71 DAFTAR PUSTAKA

(14)

Table III.1 Tabel Nilai Koefisien Korelasi ………. 37

Table III.2 Tabel Kontingensi ( r x k ) ………. 38

Tabel IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ………… 50

Tabel IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ………. 51

Table V.1 Hasil Pengujian Kuesioner Kepuasan Kerja ………. 53

Table V.2 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Komitmen Organisasi 54 Tabel V.3 Hasil Pengujian Validitas kuesioner LoC ………. 55

Table V.4 Tabel Statistik Deskriftif Variabel ………. 57

Tabel V.5 Skor Kepuasan Kerja ………. 58

Tabel V.6 Skor Komitmen Organisasi ………. 58

Table V.7 Tipe Locus of Control ………. 59

(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini segalanya bergerak sangat cepat, persaingan sangat

ketat. Perusahaan dituntut harus cepat, efisien, dan menghasilkan produk yang

berkualitas dengan harga terjangkau. Oleh karena itu manajer ditantang untuk

terus-menerus mempercepat penciptaan produk dan siklus pengiriman,

memangkas biaya, dan meningkatkan kualitas. Apapun ukuran dan tujuan

organisasi serta teknologi yang terlibat, manusia adalah penentu utama dalam

menghadapi tantangan yang luar biasa ini. Pemahaman mengenai perilaku

manusia di tempat kerja akan menjadi alat yang berharga untuk berhasil dalam

persaingan.

Manusia atau tenaga kerja merupakan bagian utama dalam pemrosesan

input menjadi output, karena itu tenaga kerja menjadi faktor yang sangat

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Karena alasan itulah

perusahaan harus memperhatikan karyawannya, memotivasi, dan memberi

dorongan supaya karyawan merasa lebih dihargai. Dengan adanya penghargaan

dari perusahaan akan mendorong karyawan bekerja semaksimal mungkin

sehingga bisa tercipta kepuasan kerja.

Menurut Pasoloran (dikutip dalam Simak, volume I oktober,2003:13)

(17)

yang menyatakan hubungan dengan penilaian atas suatu pekerjaan atau

pengalaman kerja. Kepuasan kerja yang rendah cenderung akan berpengaruh pada

tingkat turnover karyawan dan tingkat hadir karyawan. Sedangkan kepuasan kerja

yang tinggi akan memberika n hasil dalam beberapa dampak pada pekerjaan

seperti kurangnya keluhan pekerjaan dan kebutuhan waktu untuk mempelajari

tugas dalam hubunganya dengan pekerjaan. Jadi apabila kepuasan kerja karyawan

bisa tercapai maka perusahaan akan memperoleh banyak keuntungan. Pada

dasarnya kepuasan kerja bersifat individu, setiap individu memiliki tingkat

kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan system nilai yang berlaku pada

dirinya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan

individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan.

Sebaliknya, apabila semakin sedikit aspek yang sesuai dengan keinginan individu

tersebut, maka semakin rendah tingkat kepuasan yang dirasakannya.

Perusahaan sebagai penyedia lahan pekerjaan harus mempunyai komitmen

untuk bisa menciptakan kepuasan kerja karyawan. Komitmen organisasi sebagai

suatu sikap merupakan keinginan yang kuat untuk mengutamakan organisasi,

mendukung nilai dan tujuan organisasi serta meningkatkan usaha pada tingkat

yang lebih tinggi (Pasoloran dikutip dalam Simak volume I oktober,2003:14).

Dengan kata lain sikap ini merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan

merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dimana

dibutuhkan partisipasi organisasional yang tepat.

Komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah dua hal yang sering

(18)

berhubungan dengan personalitas yang menjadi variabel penting dalam studi

perilaku organisasi. Berbicara tentang personalitas tidak lepas da ri individu, yang

mempunyai banyak kewajiban pribadi yang mereka tanggung untuk setiap

perilaku mereka dan konsekuensinya. Julian Rotter, (dikutip dalam

Kreitner,Kinicki,2005:179) seorang peneliti kepribadian mengidentifikasikan

suatu dimensi kepribadian yang diberi nama Locus Of Control. Ia berpendapat bahwa orang cenderung menghubungkan penyebab dari perilaku terutama pada

diri mereka sendiri atau pada faktor lingkungan. Ciri dari perilaku ini

menghasilkan pola perilaku yang berbeda.

Locus of control dibagi menjadi dua tipe yaitu internal dan eksternal. Bagi

individu yang percaya bahwa dirinya mengendalikan peristiwa dan

konsekuensinya dikatakan memiliki locus of control internal. Sebaliknya bagi

individu yang percaya bahwa peristiwa dan konsekuensi yang ada sekarang adalah

hasil yang melampaui kendali mereka disebut tipe eksternal (Kreitner,

Kinicki,2005:179)

Kedua tipe Locus of control ini memiliki implikasi terhadap sistem

penghargaan dan kepuasan kerja. Fakta bahwa tipe internal memiliki suatu

keyakinan yang lebih besar bahwa usaha mereka mengarah pada prestasi,

sehingga tipe ini lebih menyukai dan merespons secara lebih produktif pada

insentif-insentif seperti pembayaran yang pantas atau komisi penjualan yang

pantas. Karena itu sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui tipe -tipe

yang dimiliki karyawannya untuk mempermudah merancang sistem penghargaan,

(19)

Dimensi dari Locus of Control merupakan gambaran dari personalitas

yang dimiliki oleh seorang individu dan hanya tampak secara eksternal.

Dimensi-dimensi itu antara lain ciri atau sifat, kesadaran pada diri sendiri, dan interaksi

dengan orang lain .

Berdasarkan uraian diatas penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisis Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Komitmen Organisasi”. Studi kasus pada Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali pada bagian Keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apaka h ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen

organisasi?

2. Apakah ada perbedaan komitmen organisasi antara responden yang

mempunyai locus of control tipe eksternal dengan responden yang

(20)

C. Batasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi

penelitiannya dengan memilih melakukan penelitian pada karyawan yang bekerja

di Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali pada bagian

Keperawatan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan

komitmen organisasi.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan komitmen organisasi antara

responden yang mempunyai locus of control tipe eksternal dengan responden

yang mempunyai locus of control internal.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan bisa memberi manfaat bagi perusahaan,

penulis dan bagi Universitas Sanata Dharma

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dalam menentukan

kebijakan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, komitmen organisasi

(21)

2. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian diharapkan bisa menjadi tambahan referensi di

perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan dapat diguna kan untuk

menambah pengetahuan pembaca serta bisa menjadi dasar untuk penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Penulis

Kegiatan penelitian ini merupakan penerapan semua bidang ilmu yang telah

didapat di dunia kerja yang sebenarnya untuk mengetahui sejauh mana ilmu

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Organisasi

Organisasi adalah suatu unit sos ial yang dikoordinasikan secara sengaja,

terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi pada suatu basis yang relatif

bersinambung untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan (Robbins,2003:4).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan perusahaan manufaktur dan jasa

adalah organisasi. Demikian pula sekolah, rumah sakit, toko eceran, kantor polisi

dan juga badan pemerintah. Orang-orang yang mengawasi kegiatan-kegiatan

organisasi dan bertanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi ini disebut

sebagai manajer (meskipun kadang disebut sebagai administrator, terutama dalam

organisasi nirlaba).

Organisasi merupakan suatu unit sosial yang sangat kompleks, karena

banyak aspek yang ada didala mnya. Untuk mempelajari unit sosial dan perilaku

manusia didalamnya dibutuhkan suatu disiplin ilmu yang disebut dengan perilaku

organisasi. Berikut ini merupakan definsi-definisi dari perilaku organisasi yang

dikutip dari pandangan para ahli.

1. Perilaku organisasi adalah bidang kajian interdisipliner untuk memahami dan

mengatur sumber daya manusia di tempat kerja yang lebih baik

(Kreitner,Kinicki,2005:9).

2. Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak

(23)

maksud menerapkan pengetahuan tentang hal-hal tersebut demi memperbaiki

keefektifan organisasi (Robbins,2003:10).

Dilihat dari definisinya perilaku organisasi berorientasi pada penelitian

maupun aplikasi. Tiga tingkatan analisis pada perilaku organisasi adalah individu,

kelompok, dan organisasi. Perilaku organisasi mencakup disiplin ilmu yang

beragam, termasuk psikologi, manajemen, sosiologi, statistik, politik sampai etika.

Hal ini telah menghasilkan banyak pandangan dan teori yang yang saling bersaing

tentang perilaku kerja manusia. Perilaku organisasi juga menekankan pada

perilaku yang dikaitkan dengan pekerjaan, kemangkiran, keluar masuknya

karyawan, produktivitas karyawan, kinerja manusiawi dan manajemen (Robbins,

2003:11).

Selain bisa dipelajari melalui teori, perilaku organisasi juga bisa dipelajari

melalui penelitian-penelitian yang berasal dari 5 sumber (Robbins, 2003:19)

yaitu :

1. Meta analisis

Meta analisis adalah sebuah teknik pengelompokkan statistik yang

memperbolehkan peneliti perilaku untuk mengambil kesimpulan secara umum

mengenai variable -variabel tertentu dari beberapa studi yang berbeda. Meta

analisis mengandung pelajaran karena memusatkan pada pola bukti penelitian

yang umum.

2. Studi lapangan

Dalam perilaku organisasi, studi lapangan meneliti proses individu atau

(24)

situasi hidup yang sesungguhnya sehingga hasilnya sering kali memiliki

rele vansi yang praktis dan dekat bagi para manajer.

3. Studi laboratorium

Dalam studi laboraturium, variabel dimanipulasi dan diukur dalam situasi

yang telah ditentukan. Karakteristik studi laboratorium yang terkendali

meningkatkan ketelitian dari sebuah penelitian. Tetapi harus berhati-hati

dalam mensosialisasikan hasil dari penelitian ini kepada manajemen

organisasi.

4. Survei sampel

Dalam survei sampel, digambarkan kesimpulan tentang kelompok yang

relevan. Penarikan kesimpulan yang umum tergantung pada kualitas te knik

sampling yang digunakan.

5. Studi kasus

Studi kasus adalah analisis mendalam mengenai individu, kelompok, atau

organisasi dari lingkupnya yang terbatas. Bidang studi kasus sangat realistis

tetapi hasilnya tidak dapat digeneralisasikan.

B. Manajemen Sumber Daya Manusia

Istilah manajemen sumber daya manusia juga dikenal dengan istilah

manajemen personalia atau kepegawaian. Beberapa definisi dari manajemen

sumber daya manusia menekankan pada proses perencanaan, pengorganisasian,

(25)

mendukung tujuan dari organisasi. Berikut kutipan beberapa definisi dari

manajemen sumber daya manusia yang dikemukakan oleh para ahli:

1. Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan penge ndalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, dan pemutusan

hubungan kerja, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dengan sumber daya

manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat

(F ilippo,1988:5).

2. Manajemen personalia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

pemberian balas jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi

atau kelompok kerja (Simamora,1995:6)

3. Manajemen sumber daya manusia adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pemberian

kompensasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud

menacapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat (Tulus, 1992:3).

C. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia memiliki dua fungsi yaitu fungsi

manajerial dan fungsi operasional (Ranupandojo, Husnan,1984:5). Berikut ini

dijelaskan lebih lanjut mengenai kedua fungsi tersebut.

1) Fungsi Manajerial

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan didalam fungsi manajerial ini, yang

(26)

a) Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan pemilihan atau penetapan tujuan perusahaan

dan penentuan strategi, kebijaksanaan, program, prosedur dan anggaran

serta metode yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Penetapan tujuan ini akan memerlukan partisipasi aktif dari manajer

sumber daya manusia sesuai dengan pengetahuannya dibidang sumber

daya manusia.

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan penentuan sumber daya dan kegiatan

yang dibutuhkan untuk merancang dan mengembangkan kelompok kerja,

penugasan, wewenang, dan tanggung jawab serta koordinasi utnuk

mencapai tujuan perusahaan.

c) Pengarahan

Pengaharahan mencakup hal untuk memotivasi karyawan, mengarahkan

karyawan serta menyeleksi saluran-saluran komunikasi yang paling efektif

hingga memecahkan konflik -konflik.

d) Pengendalian

Pengendalian bertujuan untuk memantau kegiatan-kegiatan untuk

memastikan kegiatan itu dicapai sesuai dengan yang direncanakan dan

mengoreksi setiap penyimpangan yang terjadi.

2) Fungsi Operasional

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam fungsi operasional adalah sebagai

(27)

a) Pengadaan Tenaga Kerja (Personal Procurement)

Usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga kerja yang tepat untuk

mendukung tujuan perusahaan. Kegiatan ini mencakup penentuan

kebutuhan, penarikan, seleksi dan pempatan tenaga kerja.

b) Pengembangan Pekerja (Personal Development)

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan karyawan

melalui pelatihan-pelatihan agar karyawan bisa menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan dengan baik.

c) Pemberian Kompensasi (Compensation)

Compensation merupakan pemberian penghargaan yang adil dan layak

bagi karyawan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

d) Penginte grasian (Personal Integration)

Personal Integ ration adalah kegiatan untuk menyesuaikan keinginan

individu dengan keinginan organisasi dan masyarakat.

e) Pemeliharaan Kerja (Personal Maintenance)

Pemeliharaan kerja adalah kegiatan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kondisi yang ada. Bagian ini menitikberatkan pada

pemeliharaan kondisi fisik karyawan dan program pelayanan bagi

(28)

D. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respons emosional terhadap

berbagai aspek pekerjaan (Kinicki,Kreitner,2005:271). Definisi ini berarti bahwa

kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya, seseorang dapat rela tif

puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan sala h satu atau

lebih aspek lainnya. Definisi yang lain menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah

penilaian seorang karyawan terhadap seberapa puas atau tidak puasnya dia dengan

pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan

yang diskret (Robbins,2003:101). Berikut ini adalah beberapa definisi tentang

kepuasan kerja :

1. Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka

(Handoko,1992:193).

2. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai

pekerjaan (Hasibuan,2001:199).

Kepuasan kerja bukanlah hal yang sede rhana baik dalam arti konsepnya

maupun analisisnya karena kepuasan kerja mempunyai arti yang beragam.

Faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja adalah sebagai berikut (Kreitner,

Kinicki,2005;271) :

1. Pemenuhan Kebutuhan.

Pemenuhan kebutuhan menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh

(29)

memenuhi kebutuhannya. Hal ini melukiskan bahwa kebutuhan yang tidak

terpenuhi dapat mempengaruhi kepuasan maupun berhentinya karyawan.

2. Ketidakcocokan

Kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Harapan yang

terpenuhi mewakili perbedaan antara apa yang diharapkan oleh seorang

individu dari sebuah pekerjaan seperti upah dan kesempatan promosi yang

lebih baik, dengan kenyataan yang diterimanya. Pada saat harapan lebih

besar daripada kenyataan yang diterimanya maka seseorang akan merasa

tidak puas. Sebaliknya individu akan merasa puas jika ia mempertahankan

output yang diterimanya dan melampui harapan individunya.

3. Pencapaian Nilai

Gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan berasal

dari persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan

nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu. Nilai-nilai kerja yang

penting bagi seorang individu misalnya lingkungan kerja yang cocok,

penghargaan, dan pengakuan dari atasan.

4. Persamaan.

Faktor ini menunjukkan bahwa kepuasan adalah suatu fungsi dari

bagaimana individu diperlakukan secara adil di tempat kerja. Kepuasan

berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan relatif sama

dengan inputnya. Para karyawan merasakan keadilan terhadap upah dan

(30)

5. Komponen Watak/Genetik

Secara khusus faktor watak/genetik didasarkan pada keyakinan bahwa

kepuasan kerja merupakan sebagaian sifat pribadi atau faktor ge netika.

Oleh karena itu faktor ini menunjukkan bahwa perbedaan individu adalah

sama pentingnya dalam menjelaskan kepuasan kerja dengan karakteristik

lingkungan kerja.

E. Efek Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Kepentingan para manajer pada kepuasan kerja cenderung berpusat pada

efeknya terhadap kinerja karyawan. Pada bagian ini penulis akan menjabarkan

pengaruh kepuasan kerja terhadap variabel-variabel penting yang menunjukkan

kinerja karyawan. Variabel-variabel itu antara lain sebagai berikut

(Robbins,2003:103) :

1) Produktivitas

2) Kemangkiran karyawan

3) Keluar masuknya karyawan

4) Komitmen organisasi

5) Motivasi kerja karyawan

6) Prestasi kerja

7) Stress yang dirasakan.

Oleh karena banyaknya variabel-variabel yang mampu menunjukkan

kinerja karyawan di suatu organisasi maka penulis hanya memilih

(31)

1) Kepuasan kerja dan produktivitas

Karyawan yang bahagia tidak selalu pekerja yang produktif, tetapi pada

tingkat individual bahwa mungkin produktivitaslah yang menimbulkan kepuasan

bagi karyawan. Ketika kepuasan dan data produktivitas dikumpulkan untuk

organisasi secara keseluruhan, diketahui bahwa organisasi dengan karyawan yang

memiliki tingkat kepuasan sangat tinggi cenderung bekerja sangat efektif. Dan

memiliki produktivitas yang sangat tinggi.

2) Kepuasan kerja dan kemangkiran karyawan

Karyawan yang memiliki tingkat kepuasan kerja rendah biasanya

mempunyai tingkat kemangkiran yang tinggi, ini membuktikan bahwa hubungan

antara kepuasan kerja dan kemangkiran adalah secara konsisten negatif. Tetapi

untuk kasus tertentu organisasi yang memberikan tunjangan cuti sakit yang

longgar bisa mendorong karyawan untuk mengambil cuti sakit termasuk

karyawan yang puas dengan pekerjaannya.

3) Kepuasan kerja dan turn over karyawan

Kepuasan kerja juga mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat

turn over karyawan, tetapi hubungan ini cenderung lebih kuat daripada yang

ditemukan di kemangkiran karyawan. Faktor-faktor seperti kondisi pasar kerja,

pengharapan mengenai kesempatan kerja alternatif dan panjangnya masa kerja

dalam organisasi itu merupakan kendala yang penting pada keputusan untuk

meninggalkan pekerjaan sekarang. Secara khusus, tingkat kepuasan kurang

penting dalam meramalkan keluarnya karyawan untuk mereka yang mempunyai

(32)

besar untuk menahan orang-orang itu. Mereka mendapatkan upah yang tinggi,

pujian, pengakuan, kesempatan promosi yang besar, dan banyak lagi. Hal inilah

yang sebenarnya menjadi alasan kenapa seorang karyawan tetap bekerja di suatu

organisasi.

4) Kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu

mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan serikat dengan

tujuan-tujuannya. Para manajer disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan

tujuan untuk mendapatkan komitmen yang tinggi dari karyawannya. Karena

komitmen yang tinggi terhadap perusahaan dapat mempermudah terwujudnya

produktivitas yang lebih tinggi.

5) Kepuasan kerja dan motivasi kerja karyawan

Motivasi dan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan. Sehingga para manajer harus mempertimbangkan untuk meningkatkan

kepuasan kerja karyawan yang menyebabkan motivasi kerja karyawan akan

semakin tinggi pula. Karena kepuasan dengan pengawasan juga berkorelasi

signifikan dengan motivasi maka disarankan para manajer mempertimbangkan

bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan karyawan.

6) Kepuasan kerja dan prestasi karyawan

Salah satu perdebatan yang terbesar dalam pusat penelitian organisasi

adalah hubungan antara kepuasan kerja dan prestasi karyawan. Herzberg

berpendapat bahwa kepuasan kerja mengarah pada prestasi kerja yang lebih

(33)

menyebabkan timbulnya kepuasan. Dala m usaha untuk menyelesaikan perdebatan

ini maka dilakukan lagi penelitian dengan menganalisi hasil-hasil dari 74

penelitian sebelumnya. Ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang lemah

antara kepuasan kerja dan prestasi kerja. Para peneliti mengidentifikasi dua alasan

kunci yaitu; pertama, kepuasa kerja secara teoritis tidak diharapkan memiliki

suatu pengaruh yang kuat terhadap perilaku, misalnya prestasi dan berhentinya

karyawan. Sebaliknya kepuasan secara hipotesis mempengaruhi prestasi kerja

secara tidak langsung melalui tujuan atau usaha seorang karyawan. Kedua, pada

masalah keakuratan pengukuran prestasi seorang individu. Karena hasil penelitian

yang menemukan hubungan positif yang lemah disebabkan oleh tidak lengkapnya

ukuran dari prestasi kerja individu.

7) Kepuasan kerja dan stres yang dirasakan

Stress dapat memberikan dampak yang negatif terhadap organisasi dan

kesehatan individu. Stres juga berkorelasi postif dengan ketidakhadiran karyawan,

penyakit, dan infeksi dari virus. Diharapkan para manaje r berusaha untuk

mengurangi dampak negatif dari stres denga n cara memperbaiki kepuasan kerja

karyawan.

Karyawan yang tidak puas biasanya melakukan berbagai tindakan untuk

mengekspresikan ketidakpuasan itu, misalnya dengan cara mengeluh kepada

atasan, tidak patuh, atau bisa saja mencuri milik organisasi. Secara umum ada

empat cara karyawan mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap pekerjaannya

(34)

1) Exit

Exit adalah perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi. Hal

ini mencakup pencarian posisi baru maupun minta berhenti.

2) Suara / voice

Suara / voice diartikan sebagai tingkah laku yang aktif dan konstruktif

mencoba memperbaiki situasi. Hal ini dilakukan dengan memberikan

saran, membahas masalah-masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk

kegiatan serikat buruh.

3) Kesetiaan / loyalty

Kesetiaan / loyalty merupakan tindakan yang pasif tetapi optimistis

menunggu kondisi kerja semakin membaik. Tindakan ini termasuk

berbicara membela organisasi, menghadapi kritik, mempercayai organisasi

untuk melakukan tindakan yang tepat.

4) Pengabaian / neglect

Pengabaian / neglect adalah tindakan yang pasif dan memberikan kondisi

semakin memburuk. Hal ini diperlihatkan dengan cara mangkir dari kerja,

datang terlambat, dan tingkat kekeliruan yang meningkat.

F. Locus of Control

Locus of control pertama kali diidentifikasi oleh seorang peneliti

kepribadian yang bernama Julian Rotter (Pasoloran dalam Simak volume I

oktober;2003). Ia berpendapat bahwa orang cenderung menghubungkan penyebab

(35)

Dimensi locus of control pada personalitas yang digambarkan sebagai pembagian

individu berdasarkan tingkat dimana mereka menerima tanggung jawab secara

personal serta apa yang terjadi pada mereka. Locus of control bukan merupakan

suatu sikap bawaan dari lahir melainkan terbentuk melalui proses yang

berhubungan dengan faktor -faktor lingkungan. Sehingga tidak ada manusia yang

mempunyai locus of control internal saja ataupun eksternal saja.

Berikut beberapa pengertian tentang locus of control :

1. Locus of control adalah perasaan seseorang mengenai lokasi (tempat) yang

membuat dirinya sukses atau gagal, yaitu lokasinya pada dirinya sendiri

atau tergantung pada pihak di luar dirinya (Soehardi Sigit,2003:28)

2. Locus of control is the extent to which individuals believe that control over

their lives lies within their own control or in environment forces beyond

their control (Vecchio,1991:87).

3. Locus of control adalah persepsi sejauh mana orang yakin bahwa mereka

menjadi tuan atas nasib mereka sendiri (Robbins,2003:126).

4. Locus of Control adalah persepsi seseorang terhadap keberhasilan atau

kegagalannya dalam melakukan kegiatan yang dihubungkan dengan factor

eksternal seperti keberuntungan, nasib dan kekuasaan atasan serta

dihubungkan juga dengan factor internal individu yang mencakup

kemampuan kerja, kerja keras ataupun tindakan yang ada kaitannya

(36)

Secara umum locus of control dibedakan menjadi 2 tipe yaitu locus of

control tipe eksternal dan locus of control tipe internal

(Kreitner,Kinicki,2005:179) :

1. Locus of control tipe eksternal

Menurut Robbins (2003:126) tipe eksternal adalah individu yang yakin

bahwa apa yang terjadi pada diri mereka terkontrol oleh

kekuatan-kekuatan dari luar seperti nasib atau kesempatan. Sedangkan menurut

Kreitner & Kinicki (2005:179) tipe eksternal adalah individu akan

mengkaitkan hasil yang dicapai dengan lingkungan yang diluar kendali

individu tersebut.

Untuk memperjelas konsep ini penulis akan memberikan ilustrasi.

Misalnya ketika menghadapi ujian, orang-orang yang memiliki locus of

control tipe eksternal akan menghubungkan hasil ujiannya dengan sesuatu

yang bersifat eksternal seperti soal-soal ujian yang mudah, atau hari yang

sangat baik, penilaian yang tidak adil, bahkan karena lagi ada persoalan

rumah.

2. Locus of control tipe internal

Tipe internal adalah individu akan mengkaitkan hasil yang dicapai dengan

tindakan atau usaha yang telah dilakukannya (Kreitner,Kinicki,2005:179).

Tipe internal merupakan individu-individu yang yakin bahwa mereka

mengontrol apa yang terjadi pada mereka (Robbins,2003:126). Untuk

memperjelas penulis kembali akan menggunakan ilustrasi hasil uijan. Bagi

(37)

menghubungkan hasil ujian yang mereka capai dengan usaha yang mereka

lakukan. Seperti karena sudah belajar dengan tekun ataupun sebaliknya

karena tidak belajar. Berbeda dengan tipe eksternal, individu tipe internal

dalam menghadapi situasi yang sama cenderung percaya bahwa hasil-hasil

organisasi berasal dari tindakan mereka sendiri. Jadi, jika ada kemunduran

dalam organisasi, maka mereka yakin bahwa tidak yang patut disalahkan

selain mereka sendiri. Selain itu tipe internal yang tidak puas lebih

mungkin untuk keluar dari sebuah pekerjaan yang tidak memuaskan itu.

Hasil penelitian terhadap karyawan dari beberapa perusahaan besar di

Amerika Serikat tentang locus of control menemukan beberapa perbedaan antara

tipe eksternal dengan internal. Perbedaan-perbedaan itu antara lain sebagai berikut

(Kreitner,Kinicki,2005:180) :

1. Kelompok internal menunjukkan motivasi kerja yang lebih besar

dibandingkan kelompok eksternal.

2. Kelompok internal memiliki pengharapan yang lebih kuat bahwa usaha

akan mengarah pada prestasi.

3. Kelompok internal menunjukkan prestasi yang lebih tinggi pada

tugas-tugas yang melibatkan proses belajar atau pemecahan masalah, dimana

prestasi mengarah penghargaan yang berarti.

4. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara kepuasan kerja dengan

prestasi kerja bagi kelompok internal dibandingkan bagi kelompok

(38)

5. Kelompok eksternal cenderung lebih khawatir daripada kelompok internal.

6. Kelompok internal memperoleh gaji yang lebih tinggi dan peningkatan

gaji yang lebih besar dibandingkan kelompok eksternal.

Perbedaan locus of control ini memberikan implikasi yang berbeda bagi

para manajer dalam pengambilan keputusan tentang tenaga kerja. Karena

kelompok internal memiliki suatu kencenderungan untuk percaya bahwa mereka

mengenda likan lingkungan kerja melalui perilaku mereka, maka mereka akan

berusaha menunjukkan kendalinya terhadap perusahaan. Ini dapat dilakukan

dengan mencoba mempengaruhi prosedur kerja, kondisi kerja, penugasan, atau

hubungan dengan rekan kerja dan pengawasnya . Kelompok internal mungkin

menolak usaha seorang manajer untuk mengawasi pekerjaan mereka secara dekat.

Oleh karena itu manajemen akan menempatkan kelompok internal pada pekerjaan

yang memerlukan inisiatif tinggi dengan kepatuhan rendah.

Kelompok eksternal di sisi lain, mungkin lebih setuju dengan pekerjaan

yang lebih terstruktur yang memerlukan kerelaan yang lebih besar, partisipasi

langsung juga dapat meningkatkan sikap dan prestasi kelompok eksternal. Namun

yang terpenting disini adalah perasaan karyawan tentang locus of control baik

internal maupun eksternal mempunyai pengaruh yang berbeda pada penampilan

kerja dan kepuasan kerja karyawan.

Locus of control juga mempunyai implikasi terhadap sistem penghargaan.

Kenyataan bahwa kelompok internal mempunyai keyakinan yang lebih besar

(39)

merespons secara positif pada insentif seperti pembayaran yang pantas atau

komisi penjualan yang layak.

G. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah derajat sejauh mana seorang karyawan

memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi (Robbin,2003:92). Selain itu

komitmen organisasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu kepercayaan terhadap

tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi. Sebagai suatu kemauan untuk

menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi dan

profesi, atau sebagai suatu keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam

organisasi.

Sebagai suatu sikap biasanya komitmen organisasi mencerminkan secara

luas sejauh mana individu mengenal organisasi tempat mereka bekerja. Tingginya

komitmen organisasi menggambarkan kuatnya dukungan pada tujuan dan nilai

organisasi, kemauan untuk menggunakan usaha untuk kepentingan organisasi

serta kuatnya keinginan untuk bertahan dalam organisasi.

Berikut ini adalah beberapa pengertian komitmen organisasi :

1. Menurut Porter dan Modway komitmen organisasi adalah kekuatan yang

bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke

dalam organisasi (dikutip dalam Sri Kuntjoro, e-psikologi.com,25 Juli:2 002).

2. Komitmen organisasi menurut Richard M. Steers adalah rasa identifikasi

(40)

berusa ha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas

(keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang

dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya (dikutip dalam Sri

Kuntjoro, e-psikolgi.com, 25 Juli, 2002).

3. Sedangkan Greenberg dan Baron mendifinisikan komitmen organisasi sebagai

gambaran seberapa jauh seorang individu melibatkan dirinya pada organisasi

dan keinginan untuk tetap bekerja di organisasi itu (dikutip dalam Sri

Kuntjoro, e-psikolgi.com, 25 Juli, 2002).

Jenis komitmen organisasi menurut Allen dan Mayer (dikutip dalam Sri

Kuntjoro, e-psikolgi.com, 25 Juli, 2002), dibedakan menurut tiga komponen yaitu

1. Komponen Afektif

Afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan

dalam suatu organisasi.

2. Komponen Normatif.

Komponen ini berkaitan dengan perasaan-perasaan karyawan tentang

kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.

3 . Komponen Continuance

Continuance berarti komponen berdasarkan persepsi karyawan tentang

(41)

Menurut Allen dan Mayer (dalam Sri Kuntjoro, e-psikolgi.com, 25 Juli,

2002) setiap komponen mempunyai karakteristik atau dasar yang berbeda.

Karyawan dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung dengan organisasi

karena keinginan untuk tetap menjadi bagian organisasi. Sementara karyawan

dengan komponen continuance tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut

karena mereka merasa membutuhkan organisasi itu. Sedangkan karyawan yang

memiliki komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi

karena harus melakukannya.

Karena ada perbedaan karakteristik dari tiga komponen diatas maka

tingkah laku karyawan juga akan terpengaruh. Karyawan akan mempunyai

tingkah laku yang berbeda berdasarkan jenis komitmen organisasi yang

dimilikinya. Misalnya karyawan yang memiliki komitmen organisasi jenis afektif

akan berbeda tingkah lakunya dengan karyawan yang mempunyai komitmen

organisasi jenis continuance ataupun dengan normatif. Karyawan yang

benar-benar mempunya i keinginan untuk menjadi anggota organisasi akan bertindak

sesuai dengan tujuan dan keinginan organisasi.

Sebaliknya karyawan yang terpaksa menjadi anggota organisasi akan

menghindari kerugian finansial atau kerugian lain, sehingga mungkin tidak akan

melakukan usaha yang maksimal. Sementara itu komponen normatif yang

berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi tergantung dari seberapa

besar perasaan karyawan terhadap kewajibannya kepada organisasi. Komponen

normative memberikan perasaan kepada karyawan untuk memberikan balasan

(42)

Menurut Pasoloran komitmen organisasi dipengaruhi oleh berbagai aspek

antara lain (dikutip dalam Simak,volume I oktober,2003:16) :

1. Aspek khusus pada pekerjaan mereka sendiri. Tinggin ya tingkat

pertanggungjawaban dan otonomi dihubungkan dengan pekerjaan yang

diterima, kurangnya rutinitas dan pekerjaan yang banyak menarik perhatian.

2. Komitmen organisasi dipengaruhi oleh eksistensi pada kesempatan karyawan.

3. Karakteristik personal secara khusus seperti Locus of Control.

4. Komitmen organisasi secara khusus dipengaruhi oleh faktor -faktor khusus

yang berhubungan dengan penyusunan kerja secara umum.

Banyak individu merasa dipuaskan oleh atasan mereka yang memberikan

penilaian kerja yang adil, dan besarnya perasaan mereka bahwa organisasi

memperhatikan mereka akan menyebabkan meningkatnya komitmen mereka

terhadap organisasi. Seorang karyawan dapat merasa tidak puas terhadap

pekerjaan tertentu dan menganggapnya sebagai suatu kondisi sementara, tetapi

tidak puas terhadap organisasi adalah sebagai suatu keseluruhan. Bila

ketidakpuasan merambat ke organisasi itu, lebih besar kemungkinan karyawan itu

akan mempertimbangkan untuk berhenti.

Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu

mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya

(Robert, Kinicki,2005:274). Karena komitmen organisasi mempunyai hubungan

yang signifika n dengan kepuasan kerja, maka diharapkan para manajer

(43)

terpenuhi maka secara langsung akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap

organisasi. Selanjutnya dengan komitmen yang tinggi dapat mempermudah

terwujudnya produktivitas kerja yang lebih tinggi juga.

H. Hipotesis

Dari uraian landasan teori di atas maka penulis merumuskan hipotesis

bahwa

1. “Ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi”

2. “Ada perbedaan komitmen organisasi antara responden yang mempunyai

locus of control tipe eksternal dengan responden yang mempunyai locus

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi pustaka dan studi kasus. Studi

pustaka sebagai langkah awal, yaitu mengumpulkan data sehubungan dengan

topik dengan mengumpulkan buku-buku untuk dijadikan referensi memperoleh

data landasan teori dan cara menganalisis data. Langkah selanjutnya adalah studi

kasus, yaitu penelitian dilakukan di lokasi yang memusatkan pada suatu obyek

tertentu.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Bali pada bagian Keperawatan pada bulan Desember tahun 2006.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang-orang yang bertindak sebagai pemberi

informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini

yang menjadi subyek penelitian adalah para karyawan yang bekerja pada

Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali pada bagian

(45)

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah variabe l-variabel yang menjadi perhatian pokok

dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian

adalah Locus of Control tipe internal dan eksternal, komitmen organisasi

dan kepuasan kerja karyawan.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek

penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang

diteliti. Ada dua variabel penelitian yaitu :

1 . Variabel bebas / independent variable (x) adalah variabel yang me njelaskan

atau mempengaruhi variabel yang terikat. Variabel be bas dalam penelitian ini

adalah kepuasan kerja .

2 . Variabel terikat / dependent variable (y) adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah

komitmen organisasi.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh karyawan Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Bali pada bagian Keperawatan. Jumlah populasi dalam penelitian

(46)

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti

dan dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi. Yang menjadi sample dalam

penelitian ini adalah sebagian atau lebih dari karyawan Badan Pela yanan Khusus

Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali pada bagian Keperawatan. Jumlah sampel dalam

penelitian adalah 91 orang.

F. Metode Penetuan Sampel

Untuk menentukan sample yang akan diteliti maka digunakan metode

penentuan sample dengan cara penentuan sample non probabilitas dengan teknik

incidental sampling, yaitu peneliti peneliti mengambil anggota populasi yang

secara incidental (kebetulan) dijumpai untuk dijadikan sample

(Djarwanto;2001:19).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai ada lah :

1. Kuesioner

Teknik pengumpulan data ini dilaksanakan dengan memberikan daftar

pertanyaan yang ditujukan kepada para responden untuk memperoleh data

yang dibutuhkan mengenai locus of control karyawan, komitmen

organisasi dan kepuasan kerja karyawan. Pengukuran locus of control

dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dapat menentukan apakah

seorang bertipe internal atau eksternal. Variabel ini diukur dengan

(47)

memberikan 1 poin pada setia p pasangan pernyataan sebagai berikut : 1A,

2B, 3A, 5A, 8B, 9A,10A (dikutip dari Kreitner, Kinicki;2005:181).

Sedangkan untuk pernyataan lainnya yaitu no 4, 6, 7 dan 11 satu poin

diberikan untuk pernyataan sebagai berikut : 4A, 6B, 7B dan 11A (Suhardi

Sigit,2003:30). Skor yang tinggi menunjukkan locus of control tipe

internal yang tinggi, sedangkan skor yang rendah akan menunjukkan locus

of control eksternal yang tinggi. Kepuasan kerja diukur dengan

menggunakan MSQ (Minnesota Satisfaction Questionare). Kues ioner

terdiri dari beberapa pertanyaan dimana masing-masing pertanyaan diberi

skala 1 sampai 5. Setelah diketahui nilai skala dari setiap pertanyaan maka

selanjutnya skala tersebut di jumlahkan sehingga akan diperoleh skor total

dari kepuasan kerja yang dimiliki responden. Untuk menentukan tinggi

rendahnya kepuasan kerja yang dimiliki terlebih dahulu dijumlahkan skor

total yang terkecil dengan skor total yang terbesar dan kemudian dibagi

dua. Kepuasan kerja tinggi apabila skor total lebih besar dari nilai yang

didapat dari penghitungan tersebut, sedangkan kepuasan kerja rendah

apabila skor total kurang dari nilai yang didapat dari hasil penghitungan

tersebut. Komitmen organisai berkaitan dengan suatu sikap yang

merefleksikan loyalitas karyawan terhadap organisasi diukur dengan

menggunakan Organizational Commitment Questionare (OCQ).

Intstrumen ini terdiri dari beberapa pernyataan yang mungkin mewakili

pengaruh yang dirasakan individu dimana mereka bekerja. Untuk

(48)

langkahnya hampir mirip dengan kepuasan kerja yaitu dengan

menjumlahkan skor total terbesar dengan skor total terkecil kemudian

hasilnya dibandingkan dengan skor yang dimiliki oleh masing – masing

responden.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan

penelitian terhadap data yang sudah ada di perusahaan. Misalnya

mengenai sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, visi dan misi

perusahaan serta gambaran umum perusahaan.

H. Jenis dan Sumber Data.

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari karyawan yang

bekerja di Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali pada

bagian Keperawatan.

2. Data sekunder yaitu data mengenai obyek penelitian, khususnya mengenai

gambaran umum tentang kondisi Badan P elayanan Khusus Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Bali.

I. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas adalah sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur dengan

tepat apa yang ingin diukur. Validitas dalam penelitian ini dijelaskan

sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti

(49)

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut Arikunto (dikutip

dalam Husein Umar,2003:93), langkah-langkah untuk menguji validitas

adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden (minimal 30

responden).

3. Mempersiapkan table tabulasi jawaban.

4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan

dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product

moment (Husein Umar,2003:93) sebagai berikut :

{

}{

∑ ∑

}

− = 2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( y y n x x n y x xy n r Keterangan :

x : jumlah alternative semua jawaban yang dipilih setiap responden dari butir pernyataan.

y : jumlah total alternative jawaban pada keseluruhan pertanyaan yang dipilih oleh responden.

n : jumlah sampel.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka, kuesioner dinyatakan

(50)

b. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Rumus yang dapat

digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah rumus spearman brown

teknik belah ganjil genap, (Husein Umar,2003:99) sebaga i berikut :

( )

(

rxy

)

rxy rgg

+ =

1 2

Keterangan :

rgg : reliabilitas instrument

rxy: indeks korelasi antara dua belaha n instrument

y : jumlah total seluruh alternative jawaban

n : jumlah sampel.

Dengan taraf signifikansi 5% apabila rgghitung > rtabel maka kuesioner

dinyatakan sudah memenuhi syarat reliabilitas.

J . Teknik Analisis Data

Untuk menguji kebenaran hipotesis yang dituliskan pada bab II diatas

maka digunakanlah metode statistik yaitu korelasi linear sederhana dengan

metode Pearson Product Moment dan uji statistik chi square. Metode pearson

product moment digunakan untuk mengukur hubungan kepuasan kerja dengan

komitmen organisasi. Uji statistik chi square digunakan untuk mengukur

perbedaan komitmen organisasi antara responden locus of control tipe internal dan

eksternal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis ini adalah

(51)

1. Untuk menguji hipotesis pertama yaitu ada hubungan antara kepuasan kerja

dengan komitmen organisasi, digunakan rumus sebagai berikut :

r =

( )

2 2

( )

2

2 Y Y n X X n Y X XY n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

Langkah selanjutnya untuk pengujian hipotesis pertama adalah menentukan

HA dan HO :

HO : r = 0, tidak ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen

organisasi

HA : r ≠0, ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen

organisasi

Dimana nilai r berkisar antara -1 sampai dengan 1 atau -1 < r < 1, apabila nilai

r bertanda negative maka hubungan yang terjadi adalah korelasi negative dan

apabila r bertanda pos itif maka hubungan yang terjadi adalah korelasi positif.

Nilai r semakin mendekati 1 maka semakin kuat pula hubungan yang terjadi

antara variabel kepuasan kerja dengan komitmen organisasi sebaliknya

semakin nilai r menjauhi angka 1 maka hubungan yang terjadi akan semakin

lemah. Menurut Young (dikutip dari Djarwanto,2001:179), menyatakan

bahwa koefisien korelasi ( r ) berkisar antara 0,70 sampai dengan 1,00

menunjukkan adanya derajat hubungan yang tinggi atau kuat. Koefisien

korelasi diantara 0,40 sampai dengan 0,70 menunjukkan derajat hubungan

yang sedang. Sedangkan untuk koefisien korelasi antara 0,20 sampai dengan

0,40 menunjukkan derajat hubungan yang rendah. Dan apabila koefisien

(52)

Tabel III.1 Table Nilai Koefisien Korelasi

Nilai Koefisien Korelasi ( r ) Arti

± 0,70 sampai dengan ± 1,00 Menunjukkan adanya derajat hubungan yang tinggi.

± 0,40 sampai dengan ± 0,69 Menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang.

± 0,20 sampai dengan ± 0,39 Menunjukkan adanya derajat hubungan yang rendah.

> ± 0,20 Menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat rendah sehingga bisa dapat diabaikan. Sumber : Young (dikutip dalam Djarwanto,2001:179)

Untuk membuktikan apakah HO diterima ata u ditolak maka dilakukan

pengujian dengan menggunakan rumus uji z :

1 1

− =

n r z

Pada pengujian dua sisi, kesimpulan pengujian didapat apabila nilai ztabel ≤

nilai zhitung, dengan menggunakan taraf siginifikansi 5% maka HO ditolak dan

HA diterima.

2. Untuk menguji hipotesis yang kedua yaitu ada perbedaan komitmen organisasi

antara responden yang mempunyai locus of control tipe internal dengan

responden tipe eksternal digunakan rumus chi square dengan langkah-langkah

sebagai berikut (Djarwanto,2001:226) :

a. Menentukan hipotesis nol (HO) dan hipotesis alternative (HA) :

HO : tidak ada perbedaan komitmen organisasi antara responden yang

mempunyai locus of control tipe eksternal dengan responden tipe

(53)

HA : ada perbedaan komitmen organisasi antara responden yang

mempunyai locus of control tipe eksternal dengan responden tipe

internal responden.

b. Menentukan taraf signifikansi dengan derajat kebebasan rumusnya sebagai

berikut :

(df) : (r-1)(k -1), dimana : k = kolom

r = baris

c. Menghitung nilai x2 untuk kasus dua kelompok dengan dua kategori (table kontingensi 2 × 2) menggunakan rumus (Djarwanto,2001:227) :

(

)

[

]

(

A B

)(

C D

)(

A C

)(

B D

)

n BC AD n x + + + + − − = 2 2 2

d. Kesimpulan :

Ho diterima jika x2 < nilai kritis x2 pada tabel HA diterima jika x2 > nilai kritis x2 pada table

Tabel III.2 Tabel Kontingensi (r × k) Locus of Control

Komitmen Organisasi Internal Eksternal Jumlah

Tinggi A B

Rendah C D

(54)

BAB IV

GAMBARAN UMUM RUMAH RUMAH SAKIT DAN RESPONDEN

A. Riwayat Singkat BPK RSJ Propinsi Bali

Pendirian Rumah Sakit Jiwa di Bangli di prakarsai oleh dr. K. Loedin

pada tahun 1933 yang bernama Rumah Perawatan Sakit Jiwa/ RPSJ Bangli (

Verpleegtehuis voor Krankzinnegen of Bangli ). Sejalan dengan ketidaksanggupan

daerah untuk mengelola dan mendanai RPSJ Bangli maka sejak tanggal 1 Juli

1952 secara resmi RPSJ Bangli menjadi tanggung jawab pemerintah pusat melalui

Menteri Kesehatan.

Sejak keluarnya Keputusan Menteri Kesehatan RI, tanggal 28 April 1978

No 135/ Men. Kes./ SK / 78 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Rumah Sakit Jiwa, maka rumah Sakit Jiwa Bangli secara resmi menjadi

rumah Sakit Jiwa kelas A dengan eselon II B.

Mulai tahun anggaran 1992/1993 Ruamah Sakit Jiwa Bangli merupakan

Unit Pelaksana Teknis Vertikal Depkes RI, menjadi unit organik dilingkungan

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, dan sejak itu berubah nama dari Rumah

Sakit Jiwa Bangli menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bangli.

Dengan diberlakukannya UU no. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan

Daerah, dan turunnya SK Menkes Kesos no 1732 / MENKES-KESOS/XII / 2000,

(55)

Pusat Bangli diserahkan / berada di bawah Pemerintah Propinsi Bali. Berdasarkan

PP No 3 tahun 2002, RSJ Pusat Bangli ditetapkan menjadi Badan Pelayanan

Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali.

Seiring dengan berjalannya waktu BPK RSJ Propinsi Bali pun semakin

berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin beragamnya jenis fasilitas

pelayanan yang diberikan. Fasilitas pelayanan yang sudah ada di BPK RSJ

Propinsi Bali antara lain adalah :

1. Fasilitas Pelayanan, diantaranya :

a) Unit Gawat Darurat Jiwa 24 jam

b) Unit Rawat Jalan

c) Poliklinik Jiwa

d) Poliklinik Psikologi

e) Poliklinik Gigi

2. Unit Rawat Inap, diantaranya :

a) Bangsal rawat inap sebanyak 10 unit

b) Ruang perawatan narkotika 1 unit

c) Unit-unit penunjang diantaranya Laboratorium, Elektromedik,

Psioterapi, Instalasi Farmasi dan Rehabilitasi.

3. Fasilitas Penunjang Lainnya, diantaranya :

a) Gedung olahraga

b) Pend opo / ruang pertemuan

(56)

Untuk mendukung pelayanan rawat inap yang diberikan rumah sakit maka

dibangunlah ruangan – ruangan yang mempunyai kapasitas tempat tidur hingga

mencapai 225 tempat tidur yang terdiri dari berbagai kelas yaitu kelas utama (

terdiri dari 10 tempat tidur), kelas I (18 tempat tidur), kelas II (58 tempat tidur),

kelas III A ( 109 tempat tidur), dan kelas III B ( 30 tempat tidur). Ruangan –

ruangan yang sudah ada di Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi

Bali adalah sebagai berikut :

1. Ruang rawat inap khusus untuk pasien laki – laki sebanyak 4 unit

2. Ruang rawat inap khusus untuk pasien perempuan sebanyak 2 unit

3. Ruang rawat inap khusus untuk pasien lansia 3 unit

4. Ruang rawat inap khusus untuk pasien pengguna NAPZA

5. Ruang Instalasi Gawat Darurat ( IRD) 1 unit

6. Ruang untuk rehabilitasi 2 unit

Luas areal Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali

adalah 77.850 m2, yang terdiri dari :

1. Bangunan seluas 9.048,41 m2

2. Tempat parkir seluas 700 m2

3. Jalan aspal, 5.392 m2

4. Saluran air kotor seluas 2.993 m2

5. Halaman dengan luas 1.500 m2

6. Taman dengan luas 4.200,55 m2

(57)

8. Lahan peternakan / perikanan seluas 256,50 m2

9. Tempat ibadah seluas 120 m2

Selain melakukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan BPK

RSJ Propinsi Bali juga telah mengadakan kerjasama di bidang pendidikan dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, SPK Depkes Denpasar,

Akper Depkes Denpasar, Akper PPNI Denpasar sehingga BPK RSJ Propinsi Bali

telah digunakan sebagai lahan praktek bagi sekolah-sekolah tersebut. Di samping

itu BPK RSJ Propinsi Bali juga digunakan sebagai tempat pendidikan dokter

spesialis jiwa. Berikut data yang menunjukkan banyaknya mahasiswa yang

melakukan kerja praktek di BPK RSJ Propinsi Bali periode tahun 2000 sampai

dengan 2003 :

1. D3 ( Akper ) sebanyak 343 orang

2. S1 (Psikologi) sebanyak 11 orang

3. Dokter Muda sebanyak 122 orang

4. Residen / Dokter ahli sebanyak 8 orang

Sementara itu sampai saat ini badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Bali sudah memiliki tenaga kerja sebanyak 300 orang dengan rincian

sebagai beriktu :

1. Pegawai negeri sipil 267 orang yang terdiri dari :

a. 8 orang tenaga medis ( psikiater 3 orang, 4 dokter umum,

(58)

b. Paramedis 172 orang (148 orang bagian keperawatan, dan

24 orang non keperawatan )

c. Non medis 87 orang

2. Tenaga harian daerah dan tenaga kontrak dengan jumlah 33 orang.

B. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Perda No. 3 tahun 2002, Badan Pelayanan Khusus Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Bali mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan dan

meningkatkan pelayanan, pencegahan, pemulihan, dan rehabilitasi serta sebagai

tempat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan jiwa.

Sedangkan fungsi dari BPK RSJ Propinsi Bali adalah seba gai berikut :

1. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pencegahan

2. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pemulihan

3. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa rehabilitasi

4. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa masyarakat

5. Melaksanakan sistem rujukan (referal)

6. Melaksanakan kegiatan diklat

C. Analisis SWOT

1. Kekuatan, antara lain :

a) Struktur organisasi sudah ada

b) Jumlah pegawai memadai

(59)

d) Adanya alokasi dana operasional

e) Kerjasama internal cukup baik

2. Kelemahan, antara lain :

a) Lokasi berada di luar pusat pemerintahan propinsi

b) Disiplin pegawai masih perlu ditingkatkan

c) Kualitas profesionalisme belum memadai

d) Jumlah pendapatan masin rendah

e) Sarana dan prasarana banyak yang rusak

3. Peluang, diantaranya :

a) Sudah dikenal masyarakat luas

b) Kondisi sosial ekonomi masyarakat mulai mengalami

peningkatan

4. Tantangan, diantaranya :

a) Meningkatnya dampak globalisasi, yang ditandai dengan

timbulnya masalah penyalahgunaan NAPZA

b) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang bermutu

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan baik dari faktor internal

maupun eksternal maka BPK RSJ Propinsi Bali mengidentifikasi beberapa

masalah strategis yang dihadapi, diantaranya :

1. Kemampuan SDM di bidang manajemen dan teknis administrasi masih lemah

2. Profesionalisme te naga medis dan non medis masih lemah

(60)

4. Pendapatan rumah sakit masih rendah

5. Pemanfaatan fasilitas pelayanan rumah sakit oleh masyarakat belum optimal

6. Mutu pelayanan belum optimal

7. Belum optimalnya kerjasama lintas sektoral (lembaga pemerintah, sosial, dan

swasta)

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi BPK RSJ Propinsi Bali tercantum pada Peraturan

Daerah Propinsi Bali nomor 3 tahun 2002 tentang perubahan atas peraturan

daerah Propinsi Bali nomor 2 tahun 2001 tentang pembentukan, susunan

organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Mengacu pada perda tersebut di atas

maka susunan organisasi dari BPK RSJ Propinsi Bali terdiri dari :

1. Kepala dengan sebutan Direktur

2. Sekretariat

3. Bidang – bidang

4. Sub Bagian

5. Sub Bidang

6. Jaba tan Fungsional

Berikut akan diuraikan lebih rinci tentang struktur organisasi dari BPK

RSJ Propinsi Bali :

1. Sekretariat, terdiri dari 4 sub bagian umum diantaranya adalah :

(61)

b) Sub Bagian Kepegawaian

c) Sub Bagian Keuangan

d) Sub Bagian Hukum dan Humas

Masing – masing sub bagian dipimpin oleh seorang kepala sub bagian

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Skretaris.

Sekretaris merupakan pemimpin sekretariat yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada direktur.

2. Bidang – bidang, terdiri dari :

a) Bidang Pelayanan Medik, yang terdiri dari beberapa sub bidang

diantaranya :

a. Sub Bidang Pelayanan Medis Umum

b. Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa dan dan Rujukan

c. Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

d. Sub Bidang Promosi dan Pencegahan

b) Bidang Perawatan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Perawatan Jalan

b. Sub Bidang Perawatan Inap

c. Sub Bidang Perawatan Rawat Khusus

c) Bidang Penunjang Medik terdiri dari 3 sub bidang diantaranya :

a. Sub Bidang Laboratorium dan Farmasi

b. Sub Bidang Gizi

(62)

Masing – masing bidang dipimpin oleh seorang kepala bidang yang

berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur.

Sedangkan masing – masing sub bidang dipimpin oleh seorang kepala

sub bidang yang berada di bawah dan bertnaggung jawab langsung

kepada kepala bidang.

3. Jabatan Fungsional

Sesuai dengan struktur organisasi rumah sakit jiwa maka kelompok

(63)

Berikut adalah bagan struktur organisasi dari BPK RSJ Propinsi Bali :

Gambar 1.1 Bagan struktur organisasi BPK RSJ Propinsi Bali

DIREKTUR JABATAN FUNGSION AL SEKRETARIS Ka Bid Pelayanan Medis Ka Bid Perawatan Ka Bid Penunjang Medis Sub Bidang

( E )

Sub Bidang

( F )

Sub Bidang

( G )

Sub Bidang

( J ) Sub Bidang

( I ) Sub Bidang

( H )

Su Bag ( K )

Su Bag ( L )

Su Bag ( M )

Su Bag ( N ) Sub

Bidang ( A )

Sub Bidang

( B )

Sub Bidang

( C )

Sub Bidang

(64)

KETERANGAN :

A. PELAYANAN MEDIS DAN UMUM

B. KE

Gambar

Tabel III.1 Table Nilai Koefisien Korelasi
Tabel III.2 Tabel Kontingensi (r × k)
Gambar 1.1 Bagan struktur organisasi BPK RSJ Propinsi Bali
Tabel IV.1 Deskripsi Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aspek komunikasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah proses komunikasi yang terjadi dalam penyebaran dan penerimaan program edukasi multikultural

Nilai-nilai kemanusiaan seperti apa yang harus saya kembangkan dalam diri saya sebagai mahasiswa setelah saya melihat kondisi masyarakat seperti yang tercermin dalam

Alat bantu forklift 10 ton untuk pemindah coil ini telah melewati berbagai proses, yaitu analisis secara teori (morfologi) maupun perhitungan, dengan berlandaskan

Adaptasi model pembelajaran kreatif dengan pemanfaatan alat musik bambu di SD, sangat efektif untuk menangani masalah pembelajaran seni musik di kelas, namun

Pengasumsiannya bahwa pengertian dari teori ini adalah masyarakat yang membutuhkan informasi atau berita, lalu dapat di ketahui pula bagaimana dengan Kecukupan

Dari hasil pengimplementasian perencanaan lintasan pada mobile robot Qbot menggunakan metode Radial Basis Function dengan kontroler PID Fuzzy dapat disimpulkan bahwa plant

Objek kajian ini adalah karya sastra Sunda berupa novelet Catetan Poéan Réré (CPR) karya Ai Koraliati. Peneliti membatasi dan merumuskan masalah untuk menemukan

Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.. ayat (1) huruf c mempunyai tugas melaksanakan