• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Yulius Yuwono Sudharsono NIM : 002214094

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

“ Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup

Dan

Mampu menghidupi sesamaku”

Datanglah pada orang yang dapat membuatmu tersenyum

Karena dengan senyuman…

Dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah

Berharaplah kamu bisa menemukan

Seseorang yang dapat membuatmu tersenyum…

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus Pada Suporter Klub PSS “Slemania” Wilayah Depok Sleman

Yulius Yuwono Sudharsono Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Statistik Regresi Linier Sederhana.

Dari hasil analisis data diperoleh persamaan regresinya Y = 15,054 + 0,455X. Dilihat dari nilai b = 0,455 dan nilai r = 0,458, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

(8)

ABSTRACT

THE EFFECT OF FOOTBALL FANS’ FANATISM TOWARD THE BEHAVIOR OF PURCHASING FOOTBALL ACCESSORIES

Case Study on Fans of PSS Club in Depok Sleman Area Yulius Yuwono Sudharsono

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The research aimed to identify the effect of the fanatism of the football fans or supporters toward the behavior of purchasing football accessories. The writer distributed questionnaires in order to obtain the data for the research. The research employed Simple Linear Regression Statistics Method in its data analysis techniques.

The regression Equation that was resulted from the data analysis was Y=15.054+0.455X. It was shown from b value=0.455 and r value=0.458 that there was a significant positive effect of the fanatism of football fans toward the behavior of purchasing football accessories.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola terhadap Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati dan dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

(10)

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak dan Mama yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan perhatian serta doa selama menyelesaikan kuliah ini.

8. Kakakku: Mas Ikun, Mas Andri, Mbak Iwuk, Mbak Yovi, Mas Kelik, Mas Didit sekeluarga dan adikku Wiwib, keponakanku Dimas-Dinda, Dea-Deo serta Pakde dan Bude Tarmono dan juga saudara-saudara yang ada di Palembang yang telah memberikan dukungan, perhatian serta doa selama menyelesaikan kuliah ini.

9. ”My Sweety” terimakasih untuk segala curahan kasih sayang, perhatian, dukungan dan doanya selama menyelesaikan kuliah ini. Terima kasih karena bersamamu aku mampu melangkah lagi.

10.Sekjend Slemania Mas Ndaru yang telah memberikan izin dalam penelitian skripsi ini.

11.Sahabat–sahabatku tercinta Wisnu ”Becax”, Osak ”Bagor”, Rusman ”Tolo”, Bayex, Eni, Mama Oki, Didik, Tesa, Iko, Wendy, Petrus, Oyonk, Tiox, Cecep ”Keple”, Yudi ”Gamblis”, Step, Eko ”Bundu”, Dodon, Dek Beni dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Bersama kalian aku merasakan persaudaraan yang tulus.

12.Buat VIP makasih ya karena mengenalmu membuat aku belajar mencintai orang lain dengan tulus. Makasih ya... Kau akan selalu kuingat.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Perilaku Konsumen ... 7

(13)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 8

3. Pentingnya Perilaku Konsumen ... 13

4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael ... 14

5. Tahap-Tahap Proses Pembelian ... 15

6. Perilaku Membeli ... 22

B. Fanatisme ... 23

1. Pengertian Fanatik... 23

2. Pengertian Fanatisme ... 23

C. Paparan Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola Terhadap Perilaku Membeli Aksesoris Sepak Bola ... 24

D. Hipotesis... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27

D. Identifikasi Variabel... 28

E. Pengukuran Variabel... 28

F. Data ... 30

G. Pengumpulan Data ... 30

H. Validasi ... 31

(14)

BAB IV GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN ... 34

A. Sejarah Singkat Perjalanan Tim Hijau PSS ... 34

B. Stadion ... 39

C. Struktur Organisasi PSS Sleman... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Profil Subjek ... 44

C. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

D. Analisis Data Penelitian ... 52

E. Pembahasan... 54

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran... 58

C. Keterbatasan Penelitian... 59 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 5.2 : Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 46

Tabel 5.3 : Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

Tabel 5.4 : Data Responden Berdasarkan Pendapatan atau Uang Saku Perbulan... 47

Tabel 5.5 : Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola ... 49

Tabel 5.6 : Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola... 50

Tabel 5.7 : Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas ... 50

Tabel 5.8 : Kategori Fanatisme Fans Sepak Bola ... 51

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Lampiran 2 : Tabulasi Data

Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 : Uji Regresi Linier Sederhana Lampiran 5 : Kategorisasi Variabel

Lampiran 6 : Tabel r Lampiran 7 : Tabel t

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang telah mendunia karena diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap negara. Sejarah tentang sepak bola pertama kali dimulai pada akhir abad ke-19 yang diawali dengan peresmian Football Association beserta segala aturan mainnya di Freemansons Tavern, Great Queen Street, London, Inggris. Pada kenyataannya, sepak bola merupakan hasil proses panjang peradaban yang bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi sejak sebelum Masehi. Misalnya, di era Mesir purba telah mengenal bola dengan kain linen yang peninggalannya masih tersimpan di museum Inggris. Selain itu, relief dinding di museum Inggris menunjukkan bahwa permainan bola sudah dikenal di peradaban Yunani purba. Seiring dengan perkembangan zaman, sepak bola pun kian berkembang di negara-negara lainnya seperti, di Eropa, Cina, Indonesia, Jepang dan negara lainnya (http://www.xs4all.nl).

(18)

berbeda-beda. Ekspresi tersebut diantaranya ditunjukkan melalui nyanyian, tarian, irama drumband dan peluit, terompet-terompet khas, topi, T-shirt, bendera-bendera, dan aneka macam asesoris atau souvenir (http://www.xs4all.nl). Secara tegas ekspresi para suporter atau fans sepak bola merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan kecintaan mereka pada sebuah klub sepak bola.

(19)

Dalam sepak bola, fanatisme suporter atau fans terhadap klub kesayangannya semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli, mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan klubnya. Bentuk-bentuk fanatisme ini sudah mengarah kepada perilaku yang membahayakan. Salah satu kasus akibat fanatisme suporter klub sepak bola baru saja terjadi di Stadion Tambaksari Surabaya. Ribuan suporter mengamuk karena Persebaya mengalami kegagalan menghadang Arema malang pada Laga Piala Copa Indonesia. Akibat dari aksi brutal para suporter menyebabkan stadion menjadi rusak dan banyak mobil yang dibakar. Peristiwa ini terjadi karena rasa fanatisme daerah yang berlebihan dan tidak terkontrol. Faktor kedaerahan merupakan salah satu pemicu yang mampu menggerakkan suporter dalam mendukung timnya (http://pikiran-rakyat.com). Namun di sisi lain, suatu pertandingan sepak bola tanpa kehadiran suporter ibarat sayur tanpa garam. Bagi pemain sepak bola, suporter atau fans adalah pemberi semangat dan saksi hidup atas pencapaian mereka di lapangan. Suporter bukanlah orang yang hanya duduk dan melihat pertandingan saja, mereka secara aktif bernyanyi, bergerak, menyalakan kembang api, atau bom asap (www.slemania.or.id).

(20)

bola misalnya ditunjukkan oleh suporter PSS (Persatuan Sepak Bola Sleman) yang mengenakan kostum berwarna hijau dan membawa bendera berwarna hijau yang identik dengan warna kostum para pemain klub PSS. Selain itu ekspresi fanatisme mereka kerap ditunjukkan dengan konvoi sepeda motor sambil mengenakan atribut Slemania setelah pertandingan berakhir (www.slemania.or.id).

(21)

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti bermaksud mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola guna memberi gambaran bagi para penjual atau pengusaha asesoris bola untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk asesoris bola. Peneliti juga ingin menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih mengembangkan bisnis ini, yang juga dapat meningkatkan perekonomian.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola?

C. BATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut: penelitian akan dilakukan pada fans sepak bola yang tergabung dalam suporter PSS Slemania khususnya wilayah Depok Sleman.

D. TUJUAN PENELITIAN

(22)

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan acuan atau sebagai sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pelaku bisnis aksesoris bola, penelitian ini memberi sumbangan praktis untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk asesoris bola. b. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi bahwa sepak bola

bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih dikembangkan dan juga dapat meningkatkan perekonomian.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERILAKU KONSUMEN

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah sebagian dari kegiatan manusia. Perilaku ini akan mengungkapkan sebab-sebab seseorang membeli barang atau jasa tertentu (Amirullah: 2002). Beberapa pengertian perilaku konsumen :

a. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (Amirullah:2)

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

b. James F. Engel et al (1992:3)

(24)

c. American Marketing Association (Amirullah:2)

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

d. Amirullah, SE.,MM. (2002:3)

Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata individu (konsumen) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen terjadi karena adanya faktor situasional ataupun adanya pengaruh dari orang lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2001:200) adalah sebagai berikut :

a. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.

1) Budaya

(25)

mengenai nilai persepsi, keinginan, dan perilaku dasar dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

2) Subbudaya

Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya, atau kelompok-kelompok orang yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan. Subbudaya meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis yang serupa. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar yang penting dan pemasar sering mendesain produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

3) Kelas Sosial

Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, seperti pendapatan, namun diukur berdasarkan kombinasi pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

b. Faktor Sosial

(26)

1) Kelompok

Perilaku konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kecil. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat seseorang berada disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sikap atau perilaku seseorang.

2) Keluarga

Anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian di masyarakat tempat konsumen berada yang paling penting. Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda-beda.

3) Peran dan status

Seseorang merupakan bagian dari beberapa kelompok seperti; keluarga, klub, organisasi. Posisi orang tersebut dalam tiap kelompok dapat didefinisikan berdasarkan peran dan statusnya. c. Faktor Pribadi

(27)

1) Umur dan Tahap Siklus Hidup

Selera pembeli terhadap barang-barang dan jasa yang dibeli sering terkait dengan umur. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga. Para pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka berdasarkan tahap siklus hidup dan mengembangkan rencana produk pemasaran yang tepat untuk tiap tahap.

2) Pekerjaan

Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. 3) Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Jika indikator ekonomi menunjukkan titik resesi, pemasar akan mengambil langkah untuk mendesain ulang, mereposisi, dan mengganti harga produk mereka dengan cepat.

4) Gaya Hidup

(28)

5) Kepribadian dan Konsep Diri

Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada setiap orang mempengaruhi perilaku pembelian orang tersebut. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang menghasilkan tanggapan yang secara konsisten dan terus menerus terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat pertahanan, kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian berguna dalam menganalisa perilaku konsumen untuk produk dan pilihan merek tertentu.

d. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama : motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

1) Motivasi

(29)

2) Persepsi

Seseorang melakukan tindakan karena terpengaruh oleh persepsinya mengenai situasi tersebut. Kita mempelajari arus informasi melalui panca indera. Namun, kita menerima, mengatur, dan mengiterpretasi informasi itu dengan cara masing-masing. 3) Pembelajaran

Saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman. Pembelajaran terjadi karena dipengaruhi oleh dorongan, stimulan, cues, tanggapan, dan penguatan.

4) Keyakinan dan Sikap

Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikapyang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian. 3. Pentingnya Perilaku Konsumen

Studi tentang perilaku konsumen dipelajari karena mempunyai dua alasan utama (Amirullah:2002), yaitu :

1) Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari.

(30)

penting untuk memahami mengapa dan apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumen.

2) Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan.

Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada alasan-alasan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pengambilan keputusan konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan faktor eksternal. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah untuk menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat.

4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael 1) Perilaku pembelian kompleks

Perilaku pembelian kompleks terdiri dari tiga langkah, yaitu: pertama pembeli mengembangan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat.

2) Perilaku pengurangan ketidaknyamanan

(31)

3) Perilaku pembelian karena kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi di mana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan terdapat perbedaan yang signifikan antar merek. konsumen tidak mencari secara luas informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan secara serius merek apa yang akan dibeli. Mereka secara pasif menerima informasi pada saat melihat televisi atau membaca majalah.

4) Perilaku pembelian yang mencari variasi

Konsumen berada pada perilaku pembelian pencarian variasi dalam situasi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Konsumen biasanya beralih merek.

5. Tahap-tahap Proses Pembelian

(32)

1) Pengenalan Masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar.

Kebutuhan seseorang yang normal adalah: lapar, haus, seks, akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi dorongan.untuk itu para pemasar perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen.

2) Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu.

(33)

3) Penilaian Alternatif

Pemasar perlu mengetahui bagaimana proses informasi konsumen tiba pada tahap pemilihan merek. Tidak ada satu proses penilaian yang sederhana dan tunggal yang dipergunakan oleh semua konsumen dalam situasi membeli. Terdapat beberapa proses evaluasi konsumen adalah orientasi kognitif, yakni memandang konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.

Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu adri solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan ini.

Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang berbeda-beda.

(34)

Kumpulan keyakinan atas suatu merek membentuk citra merek. Citra merek konsumen akan berbeda-beda menurut pengalaman mereka yang disaring oleh dampak persepsi selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif.

4) Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Namun, ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian.

Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauh mana pendirian orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal :

a) Intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen.

(35)

yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua.

Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Sebagai contoh, kehilangan pekerjaan.

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya risiko yang dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi risiko, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas merek dalam negeri dan garansi. Pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya risiko dalam diri konsumen dan memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi ririko yang dirasakan.

5) Perilaku Pasca Pembelian

(36)

pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian dan pembuangan pasca pembelian. (Philip Kotler:1997)

a) Kepuasan Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, seorang konsumen mungkin mendeteksi suatu kekurangan. Kepuasan pembeli adalah fungsi seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakn pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan pembeli,pembeli akan kecewa; jika ia sesuai harapan, pembeli akan puas; jika ia melebihi harapan, ia akan sangat puas. Perasaan-perasaan ini akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut kepada orang lain.

(37)

b) Tindakan Pasca Pembelian

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.

Pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya. Mereka mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Mereka juga mungkin akan mencari informasi yang mengkonfirmasikan nilai yang tinggi dari produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan-keluhan pada perusahaan, pergi ke pengacara atau mengadu pada kelompok-kelompok lain seperti badan usaha atau pemerintah. Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk membeli produk tersebut atau mengingatkan teman-teman.

c) Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian

Pemasar juga harus memantau pembeli bagaimana pembeli memakai atau membuang produk. Jika konsumen menyimpan produk, mungkin produk tersebut tidak begitu memuaskan dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar.

(38)

dilakukan sebagai petunjuk bagi kemungkinan akan adanya masalah-masalah dan kesempatan yang menguntungkan.

Landasan bagi keberhasilan pemasaran adalah memahami kebutuhan-kebutuhan konsumen dan proses pembelian. Para pemasar dapat memperoleh petunjuk penting tentang bagaimana memenuhi berbagai peserta dalam proses membeli dan hal-hal yang banyak mempengaruhi tingkah laku membeli dengan cara memahami bagaimana pembeli-pembeli menempuh proses mulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, menilai alternatif, memutuskan pembelian dan tingkah laku pasca pembelian.

6. Perilaku Membeli

Para konsumen dalam melakukan pembelian memiliki dua tipe pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian ulangan. Ketika konsumen membeli suatu produk untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, pembelian ini akan dianggap suatu percobaan. Jadi percobaan merupakan tahap perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.

(39)

dikarenakan produk sesuai dengan persetujuan konsumen dan konsumen akan bersedia memakainya lagi.

B. FANATISME

1. Pengertian Fanatik

Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan mana yang tidak memiliki landasan teori, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah (Agussyafii:2006). Secara psikologis, seorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami segala sesuatu yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, dan tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sikap fanatik adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada di luar kelompoknya sebagai sesuatu yang benar atau salah.

2. Pengertian Fanatisme

(40)

kuat terhadap kebenaran, idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang dianut. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu argumen rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam :

1) Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu. 2) Berfikir dan memutuskan sesuatu.

3) Mempersepsi dan memahami sesuatu. 4) Merasakan sesuatu.

Fanatisme dapat bermula dari perasaan cinta diri atau kekaguman diri yang berlebihan, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka. Perasaan tidak suka ini kemudian dapat berkembang menjadi perasaan benci kepada orang lain atau kelompok lain yang berbeda dengan dirinya.

C. PAPARAN PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA

TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

(41)

dengan demam bola. Demam sepak bola pada setiap negara ditunjukkan dengan ekspresi yang berbeda-beda misalnya, melalui nyanyian, tarian, irama drumband dan peluit, terompet-terompet, topi, t-shirt, bendera, dan aneka macam souvenir atau asesoris sepak bola (http://www.xs4all.nl).

Secara tegas ekspresi para fans sepak bola merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan kecintaan mereka pada sebuah klub sepak bola. Kecintaan yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola dapat berkembang menjadi fanatisme. Fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub adalah klub yang terbaik. Fanatisme suporter atau fans terhadap klub sepak bola kesayangannya semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli, mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan klubnya (http://pikiran-rakyat.com). Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong seorang fans sepak bola mengeluarkan uangnya untuk membeli asesoris sepak bola agar tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan mereka ketika di lapangan. Mereka bahkan rela menghabiskan uang saku mereka untuk membeli atau memborong asesoris sepak bola seperti kaos, gelas mug, bola, bacaan tentang bola, topi dan lain sebagainya (http/www.kompas.com).

(42)

D. HIPOTESIS

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian studi kasus, yaitu penulisan tentang pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Studi kasus pada Suporter PSS Slemania, sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada Suporter PSS Slemania.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Sleman khususnya pada Suporter PSS Slemania wilayah Depok..

2. Penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu bulan, yaitu pada bulan Oktober-November 2007.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah fans sepak bola yang ada di Kabupaten Sleman khususnya pada Suporter PSS Slemania wilayah Depok Sleman. 2. Obyek Penelitian

(44)

D. Identifikasi Variabel

Variabel penelitiannya adalah : 1. Variabel Independen

Variabel Independen penelitian ini adalah fanatisme fans sepak bola. 2. Variabel Dependen

Variabel Dependen penelitian ini adalah perilaku membeli asesoris sepak bola.

E. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah fanatisme fans sepak bola dengan perilaku membeli asesoris sepak bola. Berikut ini adalah penjelasan terperinci tentang variabel-variabel penelitian, yaitu :

1. Variabel pertama: Fanatisme yaitu keadaan di mana penganut sebuah faham, baik politik, agama, kebudayaan, atau apapun jua, menjadi sangat kuat keyakinannya sehingga sampai tidak dapat diterima dengan akal sehat (ensiklopedia:2007). Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu argumen rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya. Indikator-indikator yang digunakan untuk meninjau fanatisme adalah :

a. Perasaan para fans sepak bola yang menganggap bahwa klub kesayangan mereka adalah yang terbaik dalam hal strategi permainan dan kualitas pemainnya.

(45)

c. Dukungan para fans sepak bola walaupun prestasi klub kesayangan mereka kurang bagus.

d. Keyakinan fans bahwa klub kesayangan mereka akan selalu tampil dengan permainan terbaik dan mampu memenangkan setiap pertandingan.

e. Kesetiaan para fans sepak bola untuk menyaksikan setiap pertandingan dari klub kesayangan mereka dan tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangannya.

f. Perasaan benci terhadap fans klub lain dan menjadi anggota komunitas dari pendukung klub kesayangan mereka.

2. Variabel kedua : Perilaku membeli yaitu perilaku konsumen mulai dari pasca pembelian dan perilaku pembelian ulang. Indikator-indikator yang digunakan untuk meninjau perilaku membeli yaitu :

a. Pembelian asesoris sepak bola oleh fans sepak bola baik berupa kaos, slayer, poster dan bacaan yang terkait dengan klub kesayangan mereka. b. Pembelian asesoris sepak bola oleh fans sepak bola tanpa

memperhatikan harga dan kualitas.

c. Pembelian asesoris secara rutin yang dilakukan fans sepak bola.

d. Pembelian asesoris yang dilakukan fans sepak bola baik untuk koleksi maupun untuk dipakai saat menonton pertandingan.

(46)

Untuk mengukur variabel independen, responden diminta mengisi kuesioner yang jawabannya telah disediakan. Skala yang digunakan yaitu model skala Likert, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Untuk mengukur variabel dependen, responden diminta mengisi kuesioner yang jawabannya telah disediakan. Skala yang digunakan yaitu model skala Likert, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

F. Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner mengenai tingkat fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka dan informasi tentang obyek yang diteliti.

G. Pengumpulan Data 1. Populasi

(47)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel ini menggunakan metode Purposive Sampling, maksudnya pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi:2000). Ciri-ciri atau sifat-sifat populasi adalah memiliki salah satu asesoris sepak bola. Jumlah sampel yang diambil sekitar 100 orang.

3. Metode pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode kuesioner karena kuesioner mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data (Suharsimi:1989).

H. Validasi 1. Validitas

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Adapun rumus yang digunakan dalam hal ini adalah korelasi product moment (Sugiyono:2005) :

(48)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y

x : jumlah alternatif jawaban pada keseluruhan pertanyaan

y : jumlah total seluruh alternatif jawaban pada keseluruhan pertanyaan n : jumlah responden

Instrumen penelitian dianggap valid bila r hitung > r tabel dengan menggunakan taraf kesalahan 5% (taraf kepercayaan 95%)

2. Reliabilitas

Skala atau alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah skala yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya dan reliabel. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2001).

(49)

Azwar (1999) mengatakan bahwa reliabilitas dinyatakan oleh koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola dengan rumus sebagai berikut ( Algifari, 2000: 14 ):

Y = variabel tergantung X = variabel bebas a = konstanta

(50)

Untuk melakukan pengujian hipotesis apakah memang fanatisme fans sepak bola dapat mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak bola, maka dipergunakan uji-t, yaitu :

t hitung Sb

b

=

dimana :

b = kemiringan garis regresi Sb = standard error dari X

Untuk itu, sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dirumuskan hipotesis dan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ho : Variabel fanatisme fans sepak bola tidak mempunyai pengaruh tang signifikan terhadap perilaku membeli asesoris bola.

Ha : Variabel fanatisme fans sepak bola mempunyai pengaruh tang signifikan terhadap perilaku membeli asesoris bola.

Hipotesis Statistiknya adalah sebagai berikut : Ho : β = 0

Ha : β ≠0

Keterangan : β =b = koefisien regresi

(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN

A. Sejarah Singkat Perjalanan Team Hijau PSS

Sejak lama dan sudah berpanjang lebar orang membicarakan

bagaimana sebuah permainan sepak bola bisa baik, berkualitas tinggi. Bahkan,

dalam konteks nasional, Indonesia pernah kebingungan mencari jawaban itu.

Berbagai pelatih atau instruktur didatangkan dari Brasil, Jerman, Belanda dan

sebagainya. Namun, sepak bola Indonesia tak pernah memuaskan, bahkan

terkesan mengalami kemunduran.

Berdasarkan pengalaman upaya Tim Nasional Indonesia untuk

membangun sebuah permainan sepak bola yang baik itu, sebenarnya ada

kesimpulan yang bisa diambil. Kesimpulan itu adalah, selama ini Indonesia

hanya mencoba mengkarbit kemampuan sepak bolanya dengan mendatangkan

pelatih berkelas dari luar negeri. Indonesia tidak pernah membangun kultur

atau budaya sepakbola secara baik. Dengan kata lain, upaya PSSI selama ini

lebih membuat produk instan daripada membangun kultur dimaksud. Pelatih

berkualitas, teori dan teknik sebenarnya bukan barang sulit untuk dimiliki.

Elemen-elemen itu ada dalam textbook, atau bahkan sudah di luar kepala

seiring dengan meluasnya popularitas sepak bola. Indonesia termasuk

gudangnya komentator. Bahkan, seorang abang becak pun bisa berbicara

tentang sepak bola secara teoritis dan analitis. Sebab itu, seperti halnya sebuah

(52)

menjadi kebiasaan atau tradisi yang melibatkan daya upaya, hasrat jiwa,

interaksi berbagai unsur dan berproses secara wajar dan jujur, bertahap dan

hidup.

Untuk membangun kultur sepak bola itu, jawaban terbaik adalah

membangun kompetisi yang baik pula. Lewat kompetisi, tradisi sepak bola

lengkap dengan segala elemennya akan berproses dan berkembang ke arah

yang lebih baik. Akan lebih baik lagi kompetisi itu terbangun sejak pelakunya

masih kecil, tanpa rekayasa dan manipulasi. Pada gilirannya, tradisi itu akan

melahirkan sebuah permainan indah dan berkualitas, serta memiliki bentuk

dan ciri khasnya tersendiri. Itulah sebabnya kenapa sepak bola Brasil,

Belanda, Inggris, Jerman dan Italia tidak hanya berkualitas, tapi juga punya

gaya khasnya sendiri- sendiri.

Dalam konteks kecil dan lokal, Persatuan Sepak bola Sleman

(PSS), sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepak

bolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri

tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan

PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM

Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya. Namun, meski muda, PSS

mampu membangun kompetisi sepak bola secara disiplin, rutin dan ketat sejak

pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini.

Sebuah konsistensi yang luar biasa. Bahkan, kompetisi lokal PSS kini dinilai

terbaik dan paling konsisten di Indonesia. Apalagi, kompetisi yang dijalankan

(53)

pernah PSS juga menggelar kompetisi divisi IIA. Maka, tak pelak lagi, PSS

kemudian memiliki sebuah kultur sepak bola yang baik. Minimal, di Sleman

telah terbangun sebuah tradisi sepak bola yang meluas dan mengakar dari

segala kelas.

Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS

mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas. Ini prestasi luar biasa

bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini.

Di Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang

bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepak bola. Kompetisi

itu lebih berawal dari kecintaan sepak bola, tekad, hasrat, motivasi dan

kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur diantaranya penonton, pemain,

pelatih, pengurus dan pembina, terlihat begitu tinggi. Meski belum optimal,

PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepak bola mereka. Setidaknya, PSS

sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka

bagi DIY. Terakhir, pemain nasional dari DIY adalah kiper Siswadi Gancis.

Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Yang lebih memuaskan, pada

kompetisi tahun 1999/2000, PSS berhasil masuk jajaran elit Divisi Utama

Liga Indonesia (LI). Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang

mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan.

Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II.

Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun

(54)

kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi

Utama LI bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.

Kasus PSS menjadi contoh betapa sebuah kulturisasi sepak bola

akan lebih menghasilkan prestasi yang mantap daripada produk instan yang

mengandalkan ketebalan duit. Dan memang benar, setelah bertanding di

kompetisi Divisi Utama, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan

bulan- bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama, PSS tetap

menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M Iksan,

Slamet Riyadi, Anshori, Fajar Listiantoro dan M Muslih. Bahkan, M Ikhsan,

Slamet Riyadi dan Anshori merupakan pemain berpengaruh dalam tim. Pada

penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepak bola

Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang,

Pelita Solo 2-1. Bahkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono sendiri

yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga

kaget. Kepada Bupati Sleman Ibnu Subianto yang mengikutinya, Sri Sultan

mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita. "

Artinya, anak-anak Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa

mengalahkan tim elit Pelita Solo.

Saat itu, Ibnu Subianto menjawab, "Biar hitam nggak apa- apa tho

pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS

memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi

anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan tahu proses

(55)

Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki

kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak

putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata

menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger

di urutan pertama. Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito

Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS

membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi

catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi

perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang

ditakuti, meski tanpa bintang.

Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab

itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama.

Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup

kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Bahkan,

bukan hal mustahil jika suatu saat PSS bisa juara LI. Apa yang terjadi di

Sleman sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Bandung dengan Persib-nya

dan di Surabaya dengan Persebaya-nya. Di kedua kota itu, kompetisi lokal

juga berjalan dengan baik, bahkan sepakbola antarkampung (tarkam) pun

kelewat banyak. Maka tak heran jika sepakbola di Bandung dan Surabaya

sangat tangguh dan memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, jika tradisi

sepakbola di Sleman bisa dipertahankan bahkan dikembangkan, tak menutup

kemungkinan PSS akan memiliki nama besar seperti halnya Persib atau

(56)

B. Stadion

PSS Jogja memutuskan memakai Stadion Mandala Krida menjadi

home ground selama Liga Indonesia 2002. Keputusan ini diambil setelah

mempertimbangkan ketidaklayaan stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim

besar Liga Indonesi Stadion yang tepatnya terletak di Kelurahan Baciro,

terkenal sebagai kandangnya PSIM, kesebelasan perserikatan milik

masyarakat Jogja yang akhir-akhir ini prestasinya memprihatinkan. Karena

terpuruk di kompetisi divisi 1, dan belum ada tanda-tanda kebangkitan.

Stadion yang tepatnya terletak di Kelurahan Baciro, terkenal

sebagai kandangnya PSIM, kesebelasan perserikatan milik masyarakat Jogja

yang akhir-akhir ini prestasinya memprihatinkan. Karena terpuruk di

kompetisi divisi 1, dan belum ada tanda-tanda kebangkitan. Mandala Krida

memenuhi standar untuk melangsungkan pertandingan sepakbola berskala

nasional. Dengan lampu penerangan yang terawat dengan baik, pertandingan

malam hari pun bisa dilaksanakan dengan lancar.

Tempat duduk di stadion dibagi menjadi 3 kelas, yaitu VIP, Tribun

tertutup dan kelas ekonomi yang menempati tribun terbuka. Dengan kapasitas

25 ribu penonton memungkinkan PSS Jogja untuk menjamu tim-tim lawan

yang mempunyai suporter fanatik. Fasilitas lain yang menjadikan Mandala

lebih unggul dari Tridadi adalah adanya kamar kecil di setiap sudut stadion.

Mulai dari Tribun tertutup sampai tribun terbuka. Kamar ganti yang luas dan

tempat wasit yang aman tambah melengkapi koleksi yang dimiliki Stadion

(57)

menjadikan Mandala Krida tidak pernah mati dari pukul 6 pagi sampai 9

malam. Hanya saja di ruang ganti belum dilengkapi dengan kamar mandi yang

layak untuk membersihkan diri bagi pemain. Ditambah lahan parkir stadion

yang sering menjadi ajang Balap Road Race menjadi kendala bagi panitia

pelaksana agar jadwal Liga tidak bertabrakan dengan Kejurnas Road Race.

C. Struktur Organisasi PSS Sleman

Nama Klub : PSS

Divisi : Divisi Utama - Grup 1 (Barat) Julukan : Super Elang Jawa

Sejarah : Berdiri Tahun 1976

Alamat : Jl. Magelang Km.6,5 ,Jombor, Sinduandi, Mlati

Kota : Sleman

Telepon : (0274) 4362388 Faksimile : (0274) 4362388 Ketua : Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt Sekretaris : Drs. Bambang Nurdjoko Bendahara : Drs. Samsidi Sekretaris Tim : Drs. Bambang Nurdjoko Panitia Pelaksana : Drs. H. Samsidi

Manajer : Hendrikus Mulyono Pelatih Kepala : Rudy Keltjes

(58)

Dokter : dr. Ibnu Soesanto Fans / Suporter : Slemania

Stadion : Maguwoharjo

Kota Stadion : Sleman Kapasitas Stadion : 30000

Daftar Pemain Musim Kompetisi 2007-2008 1. AANG SUPARMAN (2)

2. ADRIANUS PATRICK DOMAL (18) 3. AGUNG PRASETYA (0)

4. AGUS PURWOKO (23) 5. ANDERSON DA SILVA (26) 6. ANDI ISWANTORO (13) 7. ANDRE YOGA (14) 8. BUSARI (24)

9. CHOIRUL ANAM (8)

10.CRISTIAN GASTON CASTANO (7) 11.DWI ADI NUGRAHANTA (21) 12.FAJAR LISTYANTARA (27) 13.FERRY SETIAWAN (33)

14.FRANCIS MBONDJO ETOUKE (32) 15.GALIH SUDARYONO (20)

(59)

23.RAHEL TUASALAMONY (25) 24.SLAMET NURCAHYO (11) 25.SOULEYMANE TRAORE (5) 26.URIP ESTIYAJI (16)

(60)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang bertujuan untuk mencari pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola ini dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2007 sampai dengan 10 November 2007. Penyebaran kuesioner dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan pemilihan subjek yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu.

Peneliti mendapatkan subjek penelitian dengan cara menyebar kuesioner secara person to person (peneliti terjun langsung ke lapangan) di Komunitas Slemania wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Penyebaran kuesioner dibantu oleh beberapa relawan (teman peneliti) dan koordinator Slemania wilayah Depok. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah, yaitu skala fanatisme fans sepak bola dan skala perilaku membeli asesoris sepak bola. Kedua skala digabung menjadi satu bendel dengan tujuan agar lebih mudah dan praktis dalam penyajiannya.

B. Profil Subjek

(61)

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan atau uang saku per bulan. Adapun data-data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

1. Distribusi fans Slemania berdasarkan jenis kelamin.

Dari hasil kuesioner yang telah diedarkan kepada responden, maka diperolah gambaran tentang responden sebagai berikut.

Tabel 5.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Pria 86 86%

2. Wanita 14 14%

Jumlah 100 100%

Dari deskripsi tersebut diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin pria adalah sebesar 86 orang atau sebesar 86% dari total 100 orang responden. Responden yang berjenis kelamin wanita adalah sebesar 14 orang atau sebesar 14% dari total 100 orang responden.

2. Distribusi fans Slemania berdasarkan pendidikan.

(62)

Tabel 5.2

Data Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD 2 2%

2 SLTP 4 4%

3 SMU 62 62%

4 Perguruan Tinggi 32 32%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data responden di atas dapat diketahui mayoritas fans Slemania untuk wilayah Depok Sleman adalah pendidikan SD sebanyak 2 orang atau 2% dari total 100 orang responden, pendidikan SLTP sebanyak 4 orang atau sebesar 4%, pendidikan SMU sebanyak 62 orang atau sebesar 62%, pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 32 orang atau sebesar 32%. 3. Distribusi fans Slemania berdasarkan pekerjaan.

Berdasarkan pekerjaan, maka hasil jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden diperoleh data sebagai berikut

Tabel 5.3

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Pelajar/Mahasiswa 52 52%

2 Pegawai Negri/Swata 44 44%

3 Pengusaha/Wirausaha 4 4%

(63)

Berdasarkan deskripsi di atas, diketahui bahwa 52 orang atau sebesar 52% dari total 100 orang responden memiliki pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa, 44 orang atau sebesar 44% dari total 100 orang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negri/swasta, dan 4 orang atau sebesar 4% memiliki pekerjaan sebagai pengusaha/wirausaha.

4. Ditribusi fans Slemania berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan. Berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan, maka hasil jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5.4

Data Responden Berdasarkan Pedapatan atau Uang Saku Per Bulan No Pendapatan/Uang Saku Jumlah Persentase

1 Di bawah Rp 499.000 26 26%

2 Rp 500.000 – Rp 799.000 52 52% 3 Rp 800.000 – Rp 1.099.000 14 14%

4 Di atas Rp 1.100.000 8 8%

Jumlah 100 100%

(64)

bulan Rp 800.000 – Rp 1.099.000, dan 8 orang atau sebesar 8% memiliki pendapatan/uang saku per bulan di atas Rp 1.100.000.

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan tingkat sejauh mana suatu alat pengukuran dapat mengukur suatu gejala dengan valid, sedangkan reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang nyata. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif maka data yang telah diperoleh harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

1. Uji Validitas

(65)

Tabel 5.5

Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola No r hitung r tabel Keterangan

1 0,7515 0,135 Valid

2 0,6888 0,135 Valid

3 0,4412 0,135 Valid

4 0,7934 0,135 Valid

5 0,6983 0,135 Valid

6 0,6137 0,135 Valid

7 0,4125 0,135 Valid

8 0,6563 0,135 Valid

9 0,6744 0,135 Valid

10 0,6089 0,135 Valid

11 0,6967 0,135 Valid

12 0,6245 0,135 Valid

(66)

Tabel 5.6

Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola No r hitung r tabel Keterangan

1 0,8386 0,135 Valid

2 0,7559 0,135 Valid

3 0,6058 0,135 Valid

4 0,3825 0,135 Valid

5 0,5242 0,135 Valid

6 0,6142 0,135 Valid

7 0,6692 0,135 Valid

8 0,8625 0,135 Valid

9 0,6271 0,135 Valid

10 0,8430 0,135 Valid

11 0,6581 0,135 Valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.7

Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas

(67)

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat fanatisme fans sepak bola memiliki nilai r hitung sebesar 0,9092, sedangkan perilaku membeli asesoris sepak bola memiliki nilai r hitung 0,9106. berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan adalah sahih karena r hitung

>

r tabel.

3. Kategorisasi Tingkat Fanatisme Fans Sepak Bola dan Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola

Tingkat fanatisme fans sepak bola dan perilaku membeli asesoris sepak bola dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam 3 kategori. Tujuan dari penggolongan ini adalah untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2006).

Berdasarkan perhitungan norma kategori skor, maka masing-masing jenjang kategori skala tingkat fanatisme fans sepak bola dan perilaku membeli asesoris sepak bola dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.8 dan 5.9 :

Tabel 5.8

Kategori Fanatisme Fans Sepak Bola

Kategorisasi Range Jumlah Subjek Persentase

Rendah X < 26 0 0%

Sedang 26 < X ≤ 38 49 49%

Tinggi 38 < X ≤ 51 51 51%

(68)

Berdasarkan norma kategorisasi untuk skala tingkat fanatisme fans sepak bola pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat 51 subjek memiliki fanatisme yang tinggi, 49 orang termasuk dalam kategori fanatisme sedang, dan tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori fanatisme rendah.

Tabel 5.9

Kategori Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola

Kategorisasi Range Jumlah Subjek Persentase

Rendah 11 – 22 1 1%

Sedang 23 ≤ X ≤ 32 56 56%

Tinggi 32 < X ≤ 43 43 43%

Total 100 100%

Mengacu pada norma perilaku membeli aksesoris sepak bola, ditemukan bahwa terdapat 43 subjek memiliki perilaku membeli asesoris sepak bola yang tinggi, 56 subjek termasuk dalam kategori perilaku membeli asesoris sepak bola sedang, 1 subjek termasuk dalam kategori perilaku membeli asesoris sepak bola yang rendah.

D. Analisis Data Penelitian

1. Menentukan pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

(69)

persamaan regresinya dengan rumus sebagi berikut : Y = a + bX

Selanjutnya dengan bantuan program SPSS hasil perhitungan dapat diperoleh (lihat lampiran halaman 77) sehingga persamaan regresi dapat ditentukan sebagai berikut :

Y = 15,054 + 0,455X

Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai b (koefisien regresi) sebesar 0,455 yang berarti Y akan bertambah sebesar 0,455 bila X bertambah satu satuan. Sedangkan nilai a sebesar 15,054 menunjukkan interval yang artinya Y = 15,054 bila nilai X = 0.

Koefisien regresi yang positif dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah positif. Oleh karena itu fanatisme fans sepak bola yang terjadi pada suporter PSS Slemania wilayah Depok berpengaruh positif terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

2. Menentukan besarnya hubungan fanatisme fans sepak bola dengan perilaku membeli asesoris sepak bola.

(70)

3. Koefisien regresi tersebut masih perlu dilakukan pengujian signifikansinya apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak dengan uji-t. Jika thitung

lebih besar dari pada t maka ada pengaruh fanatisme fans sepak bola yang signifikan terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Sebaliknya jika t lebih kecil dari pada t maka pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola tidak signifikan. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t (lihat lampiran halaman 77) maka dapat diketahui bahwa t = 5,098 dan t = 1,9845. Ini berarti pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola adalah signifikan.

tabel

hitung tabel

hitung tabel

4. Hasil koefisien determinasi

( )

r2 (lihat lampiran halaman 77) sebesar 0,210, hal ini menunjukkan bahwa fanatisme fans sepak bola memberikan sumbangan sebesar 21% terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Sisanya sebesar 79% dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak bola. Faktor tersebut dapat berupa motivasi, persepsi, kepribadian, dan sikap.

E. Pembahasan

(71)

fans sepak bola, maka perilaku membeli asesoris sepak bola akan semakin baik terutama dalam hal intensitas pembelian.

Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu, berpikir dan memutuskan sesuatu, mempersepsi dan memahami sesuatu, serta merasakan sesuatu. Fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub adalah klub yang terbaik. Fanatisme terhadap sepak bola berkembang dari kecintaan yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola.

Fanatisme yang ada mempengaruhi seorang fans sepak bola untuk berperilaku seidentik mungkin dengan klub sepak bola kesayangannya atau mendorong mereka untuk mengekspresikan kecintaan mereka terhadap sepak bola dengan berbagai cara. Bentuk ekspresi fanatisme suporter atau fans sepak bola tersebut semakin mengalami peningkatan mulai dari rasa cinta yang berlebihan pada klub kesayangannya hingga terealisasi dalam perilaku membeli, mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan klubnya (http://pikiran-rakyat.com).

(72)

gelas mug, bola, bacaan tentang bola, topi dan lain sebagainya (http/www.kompas.com).

Dalam penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh kategorisasi hasil dari tingkat fanatisme fans sepak bola dan perilaku membeli aksesoris bola. Skala tingkat fanatisme fans sepak bola terdapat 51 subjek memiliki tingkat fanatisme yang tinggi dan 49 subjek memiliki tingkat fanatisme kategori sedang. Hasil kategori tersebut menunjukkan bahwa para fans sepak bola memiliki tingkat fanatisme yang tinggi. Tingginya tingkat fanatisme para fans sepak bola dapat berkembang dari perasaan cinta diri atau kekaguman diri yang berlebihan, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka terhadap kelompok lain.

Pada skala perilaku membeli asesoris sepak bola terdapat 43 subjek memiliki perilaku membeli asesoris sepak bola yang tinggi, 56 subjek memiliki perilaku membeli asesoris sepak bola dalam kategori sedang dan 1 subjek termasuk dalam kategori perilaku membeli asesoris bola yang rendah. Perolehan tersebut menunjukkan tingginya perilaku membeli asesoris sepak bola pada para fans sepak bola.

(73)

penghargaan, kecintaan terhadap klub kesayangannya atau rasa memiliki. Adanya perasaan-perasaan tersebut dapat memotivasi para fans sepak bola untuk membeli asesoris sepak bola yang mampu mencirikan atau memperkuat identitas dirinya agar identik dengan kelompoknya.

Hasil koefisien determinasi

( )

r2 sebesar 0,210, hal ini menunjukkan bahwa fanatisme fans sepak bola memberikan sumbangan sebesar 21% terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Sisanya sebesar 79% dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak bola. Faktor tersebut dapat berupa motivasi, persepsi, kepribadian, dan sikap.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas terbukti bahwa fanatisme fans

sepak bola dapat mempengaruhi perilaku fans sepak bola untuk membeli asesoris sepak bola. Tinggi rendahnya perilaku membeli asesoris sepak bola

(74)

BAB VI

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap fans slemania wilayah Depok Sleman dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh positif yang sangat signifikan antara tingkat fanatisme fans sepak bola dengan perilaku membeli asesoris sepak bola.

B. Saran

1. Bagi Pengurus Slemania

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat fanatisme yang tinggi pada para fans sepak bola dapat mempengaruhi perilaku membeli asesoris bola. Sebaiknya para pengurus Slemania lebih aktif dalam penggalangan massa tidak hanya di wilayah Sleman saja tetapi lebih luas lagi yaitu ke seluruh wilayah di Indonesia. Penggalangan massa yang lebih banyak ini bertujuan untuk memperluas pasar sehingga dapat meningkatkan penjualan asesoris sepak bola.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(75)

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengakui ada keterbatasan dalam penelitian ini yang kemungkinan dapat menimbulkan bias hasil penelitian ini diantaranya :

1. Pemilihan responden penelitian ini terbatas pada fans PSS Slemania wilayah Depok Sleman. Penggunaan sampel yang terbatas ini kemungkinan akan mengurangi kemampuan hasil penelitian ini.

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Agussyafii. 2006. http://groups.yahoo.com/group/filsafat/

Algifari. 2000. Analisis Regresi; Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Azwar Saifuddin, MA.Drs. 1999. Dasar-dasar Psikometri.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Azwar Saifuddin, MA, Drs. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Basu Swastha dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit Liberty

Philip Kotler dan Gary Armstrong . 2001. Dasar-dasar Pemasaran, Edisi IX. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Philip Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta: PT. Prenhallindo

Philip Kotler. 1988. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga

Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Bina Aksara

(77)
(78)
(79)

LAMPIRAN 1

(80)

KUESIONER Lampiran : 1 berkas kuesioner

Hal : kuesioner penelitian

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Di tempat

Dengan Hormat,

Dalam rangka pelaksanaan penyusunan skripsi yang berjudul ”PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA” maka saya selaku peneliti membutuhkan bantuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dalam kuesioner ini, guna memperoleh data yang dibutuhkan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang telah disediakan dengan lengkap dan tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua jawaban yang Anda berikan merupakan masukan yang berguna bagi penelitian saya.

Atas bantuan dan kesediaan Anda yang telah meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(81)

Bagian I Identitas Responden

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang telah tersedia dan dianggap paling sesuai atau tepat bagi anda.

1. Jenis Kelamin : a. Pria

b. Wanita

2. Pendidikan Anda :

a. SD d. Perguruan Tinggi

b. SLTP c. SMU

3. Pekerjaan saat ini :

a. Pelajar / Mahasiswa c. Pengusaha / wirausaha b. Pegawai Negri / Swasta

4. Pendapatan atau uang saku per bulan :

a. Di bawah Rp 499.000 c. Rp 800.000 – Rp 1.099.000 b. Rp 500.000 – Rp 799.000 d. Di atas Rp 1.100.000

Keterangan untuk mengisi Kuesioner : SS : Sangat Setuju

S : Setuju TS : Tidak Setuju

(82)

KUESIONER FANATISME FANS SEPAK BOLA

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasa bahwa klub kesayangan saya adalah klub yang paling hebat dalam hal strategi permainan.

2 Saya merasa kualitas para pemain klub sepak bola kesayangan saya adalah yang terbaik.

3 Saya sangat menyukai strategi permainan yang diterapkan dalam klub kesayangan saya.

4 Saya merasa bangga dengan prestasi apapun yang diperoleh klub kesayangan saya selama ini.

5 Saya akan tetap mendukung klub kesayangan saya meskipun kalah dalam pertandingan.

6 Saya tetap akan mendukung klub kesayangan saya meskipun prestasinya kurang baik.

7 Saya yakin klub kesayangan saya akan selalu tampil dengan permainan terbaik mereka.

8 Saya yakin klub kesayangan saya mampu memenangkan setiap pertandingan.

9 Saya akan selalu menonton setiap pertandingan klub kesayangan saya.

10 Saya akan mengubah warna rambut sesuai warna kostum klub kesayangan saya ketika menonton pertandingan.

11 Saya tetap akan mengenakan aksesoris yang menandakan klub kesayangan saya walaupun bukan saat pertandingan

12 Saya merasa benci dengan orang yang menjadi suporter dari klub lain.

(83)

KUESIONER PERILAKU MEMBELI AKSESORIS SEPAK BOLA

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya membeli aksesoris bola yang mencirikan klub kesayangan saya.

2 Saya membeli kaos dan slayer yang mencirikan klub kesayangan saya agar orang tahu klub kesayangan saya.

3 Saya secara rutin membeli bacaan tentang sepak bola yang terkait dengan klub kesayangan saya.

4 Saya membeli poster bergambar pemain klub sepak bola dari klub kesayangan saya.

5 Saya membeli aksesoris sepak bola yang mencirikan klub kesayangan saya tanpa memperhatikan kualitasnya.

6 Saya menjadi langganan tetap dari sebuah toko aksesoris sepak bola yang menjual aksesoris dari klub kesayangan saya.

7 Saya secara rutin membeli aksesoris sepak bola keluaran baru dari klub sepak bola kesayangan saya. 8 Saya bersedia membayar dengan harga mahal untuk

aksesoris bola dari klub kesayangan saya.

9 Saya selalu membeli aksesoris sepak bola dari klub kesayangan saya untuk dipakai saat menjadi suporter dalam pertandingan sepak bola.

10 Saya membeli aksesoris sepak bola klub kesayangan saya untuk memperbanyak koleksi aksesoris saya. 11 Saya selalu mencari informasi tentang aksesoris

(84)

LAMPIRAN 2

(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)

Case Summaries

Subjek

X Fanatisme Fans Sepak Bola

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Pedapatan atau Uang Saku Per Bulan
Tabel 5.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil produksi yang diharapkan pada tanaman bawang sabrang yaitu umbi tanaman yang digunakan sebagai obat, pada pemberian kompos jerami padi sebanyak 0 kg/plot

Hasil penelitian yang telah dilakukan di fasilitas kesehatan layanan ARV di Kota Surabaya mengenai hubungan antara kepuasan terhadap layanan ARV dengan kepatuhan

Geografi merupakan ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi di permukaaan bumi (geosfer). Dalam mengkajinya geografi menggunakan beberapa pendekatan yang menjadi

 Teknologi mekanik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses atau prinsip pembuatan dan cara kerja dari suatu benda sehingga diperoleh hasil yang

Data hasil penelitian pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya status gizi bayi dengan pemberian ASI menurut indikator KMS adalah baik. Sejak lahir usia

Sesuai dengan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini “upaya peningkatan hasil belajar senam lantai dapat meningkatakan gerakan

Sayyid Abul A‘la Maududi (1967) menegaskan Islam menyediakan asas norma-norma moral dan nilai untuk membimbing dan mengawal keseluruhan hidup manusia. Ia memberi kod

Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima bahwa jabatan kependidikan / keguruan merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai guru muncul dari