• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisik Daerah penelitian

a. Letak dan Luas

Geografi merupakan ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi di permukaaan bumi (geosfer). Dalam mengkajinya geografi menggunakan beberapa pendekatan yang menjadi pembeda dari ilmu sosial maupun non sosial lainnya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan kelingkungan dan kewilayahan. Dalam penelitian geografi, faktor lokasi menjadi salah satu bagian penting dalam pembahas, sebagai aplikasi dari penggunaan pendekatan keruangan. Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan mengenai letak dan luas daerah penelitian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengkaji fenomena geosfer atau masalah penelitian yaitu mengenai perkembangan nilai lahan di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung.

Kabupaten Belitung merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara 107°08’ BT sampai 107°58’ BT dan 02°30’ LS sampai 03°15’ LS. Batas wilayah Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar.

(2)

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Tanjungpandan yang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Belitung Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah Kecamatan Tanjungpandan mempunyai luas wilayah ± 207.242 KM2. Kecamatan Tanjungpandan merupakaan ibukota dan pusat pemerintahan dari Kebupaten Belitung yang merupakaan tolak ukur keberhasilan pembangunaan yang telah dilasanakan, Kecamatan Tanjungpandan terdiri dari 12 kelurahan, 57 dusun, 129 RW dan 407 RT. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan tanah, dan lain-lain. Sumberdaya manusia dapat dibedakan dari jumlah penduduk, jumlah kepala rumah tangga, mata pencaharian, tinggkat pendidikan dan lain-lain. Secara geografis wilayah Kecamatan Tanjungpandan berbatasan dengan :

1) Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. 2) Sebelah barat : Berbatasan dengan Selat Gaspar.

3) Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Badau Kabupaten Belitung.

4) Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Membalong Kabupaten Belitung.

(3)

58

Gambar 4.1

(4)

Berdasarkan informasi mengenai letak daerah penelitian, dapat diketahui bahwa Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Barat berbatasan dengan Selat Gaspar, Kecamatan Badau, Kecamatan Membalong dan Kecamatan Sijuk. Daerah penelitian berbatasan dengan Kecamatan yang memiliki daya tarik wisata pantai yang indah dan menjadi daerah tujuan wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah bahkan banyak wisatawan manca negara yang menyukai wisata bahari di Kecamatan Sijuk, Kecamatan Sijuk dengan wisata bahari yang menjadi primadona wisata dengan beberapa pantai andalan wisata di Kebupaten Belitung Barat seperti pantai Tanjung tinggi, pantai Tanjung Kelayang, Pulau Lengkuas dan masih banyak pantai-pantai yang memiliki nilai daya tarik wisata yang tinggi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk membuka usaha baru dan menetap, untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal maka mereka membutuhkan lahan untuk membangun tempat tinggal. Hal itu sangat memicu perkembangan pembangunaan di daerah penelitian dengan pesat. Penduduk yang datang dari luar daerah penelitian merupakan penduduk dari golongan ekonomi menengah sampai kelas atas, akibatnya nilai lahan di daerah penelitian berangsur meningkat mengikuti nilai permintaan akan lahan.

b. Iklim

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jarak waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas. Iklim merupakan gabungan dari unsur-unsur radiasi, matahari, temperature, kelembaban, awan, angin, curah hujan, penguapan, dan tekanan udara, (Rafi’i 1995:1).

(5)

Iklim merupakan faktor sangat penting bagi kehidupan manusia karena dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, sehingga dapat berguna untuk mengidentifikasi faktor penghambat iklim bagi pengunaan lahan tertentu. Sedangkan cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Penentuan jenis iklim suatu daerah dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya adalah W Koppen, Schimidt- Ferguson, Thronwait, Trewartha, Thiessen, Panman, Oldemen. Beberapa metode tersebut memiliki keunggulan tersendiri dan keunggulan tersebut digunakan untuk tujuan tertentu dari berbagai macam kebutuhan.

Kecamatan Tanjungpandan termasuk kedalam cakupan iklim dari stasiun curah hujan dengan data curah hujan Kabupaten Belitung, Adapun data yang diperoleh selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 – 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun, dalam penelitian ini menggunakan 3 klasifikasi iklim yaitu menurut metode Schimidt-Ferguson, Oldemen dan W koppen.

Pertama perhitungan sistem klasifikasi Schimidt-Ferguson, perhitungan klasifikasi Schimidt-Ferguson cukup sederhana dengan cara membandingkan jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah suatu daerah dengan data curah hujan selama 10 tahun atau lebih. Metode Schimidt-Ferguson sesuai untuk daerah-daerah tropic basah atau kering berdasarkan curah hujan. Menurut metode Schimidt-Ferguson jika endapan hujan dalam satu bulan < 60 mm maka bulan tersebut diklasifikasikan sebagai bulan kering, sedangkan jika endapan hujan dalam satu bulan 60-100 mm maka bulan tersebut

(6)

diklasifikasiakan berdasarkan bulan lembab dan jika endapan hujan dalam satu bulan > 100 maka bulan tersebut dikasifikasiakan sebagai bulan basah berikut disajikan data curah hujan Kecamatan Tanjungpandan selama 10 tahun terakhir yang disajikan pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Data curah hujan Kecamatan Tanjungpandan tahun 2002-2011

Bln Tahun Rata-rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jan 248 272,2 119,6 235,3 208,7 167,3 160,9 277,2 198,9 196,2 208,4 Feb 28,4 349,9 51,6 11,1 128 63,3 109,7 53,2 79,2 104,1 97,8 Mar 157 215,6 215 74,6 113,4 139,8 296,1 221 250,4 218,5 190,1 Apr 253,5 351,2 420 236,7 168,4 69,3 293,7 151,5 343,7 167,8 245,6 Mei 312 82,7 187 184,9 263,7 250,7 229,9 189 507,1 392,7 244,2 Jun 403,6 75,6 95 219,8 206,4 330,2 231,4 50,4 578,6 251 244,2 Jul 93,5 56,8 314,9 211,1 109,1 104,8 97,5 99,5 525 134,3 174,7 Agt 40,1 96,2 0 79,5 22,7 213,8 397,3 40,1 492,6 18,4 140,1 Sep 39,8 275 42,4 166,2 25,5 126,8 253,3 53 458,7 104,2 154,5 Okt 172,5 291,3 257,5 189,5 35,5 269,3 412,3 332,8 235,7 370,8 256,7 Nop 569,3 503 786,7 468,7 426,1 522,2 151,3 415,6 506,2 366,6 471,6 Des 329,9 338 532,7 314,6 600,6 271,8 473,9 287,6 275,9 526,9 395,2 Jml 2648 2908,3 2922 2492 2308,1 2640 3107 2171 4352 2852 2823,1

Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung 2002-2011

Adapun fluktuasi curah hujan bulanan pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dalam 10 tahun terakhir daerah penelitian memiliki Sebelas bulan basah (>100 mm), dan 1 bulan lembab (60-100 mm) yaitu pada bulan februari, dalam 10 tahun terkahir tidak memiliki bulan kering (<60mm). Berdasarkan data curah hujan pada Tabel 4.1 maka dapat dihitung rata-rata bulan kering (<60 mm), bulan lembab (60-100 mm) dan bulan basah (>100 mm) yang disajikan pada Tabel 4.2

(7)

Tabel 4.2

Jumlah bulan basah, bulan kering dan bulan lembab berdasarkan Schmidt-Ferguson di Kecamatan Tanjungpandan

Tahun Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab

2002 8 3 1 2003 8 1 3 2004 8 3 1 2005 9 1 2 2006 9 3 0 2007 10 0 2 2008 11 0 1 2009 7 4 1 2010 11 0 1 2011 11 1 0 Jumlah 92 16 12 Rata-rata 9,2 1,6 1,2

Sumber : Hasil perhitungan data curah hujan Kec.Tanjungpandan tahun 2012

Selanjutnya setelah menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah pada suatu periode waktu maka untuk menentukan tipe iklim digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

Q = Tipe iklim SF

Md = Rata-rata bulan kering Mw = Rata-rata bulan basah

Dari Tabel 4.2 diketahui rata-rata bulan kering sebesar 1,6 dan rata-rata bulan basah sama dengan 9,2 maka apabila dimasukkan ke dalam rumus di atas :

𝑄 = 𝑀𝑑

𝑀𝑤 × 100 𝑄 =1,6

9,2 × 100

(8)

Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan nilai 𝑄 menurut Schmidt-Ferguson berikut:

Tabel 4.3

Nilai 𝑸 untuk tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson

Tipe Iklim Nilai Q Sifat-sifat

A 0 ≤ Q < 14,3 Sangat Basah (very wet)

B 14,3 ≤ Q < 33,3 Basah (wet)

C 33,3 ≤ Q < 60 Agak basah (fairly wet)

D 60 ≤ Q < 100 Sedang (fair)

E 100 ≤ Q < 167 Agak kering (fairly dry)

F 167 ≤ Q < 300 Kering (Dry)

G 300 ≤ Q < 700 Sangat kering (Very dry)

H 700 ≤ Q Ekstrem kering (extremerly dry)

Sumber :Suryana Rafi’i (1995:262)

Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat dinyatakan bahwa tipe iklim Kecamatan Tanjungpandan termasuk tipe iklim B yang memiliki sifat basah antara 14,3 ≤ Q < 33,3 dengan nilai Q yang diperoleh 17,4 dengan kategori iklim basah, Kecamatan Tanjungpandan memiliki suhu rata-rata 25,6C sampai 27C menjadikan cuaca di daerah ini relatif panas, untuk kelembaban udaranya cukup bervariasi antara 90 % sampai dengan 94% dan tekanaan udara antara 1007,0 mb sampai dengan 1011,2 mb, dengan tipe iklim, suhu dan kelembaban seperti ini cukup menunjang untuk menarik minat bagi pengambang maupun penduduk setampat bahkan pihak luar untuk mendirikan pemukiman.

Klasifikasi iklim selanjutnya yaitu kasifikasi menurut Wladimir Koppen klasifikasi iklim berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah

(9)

iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E. Pembagian iklimnya sebagai berikut :

1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:

 Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C,

 Suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C,

 Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan

 Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut:

 Terdapat di daerah gurun dan daerah steppa;

 Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar

3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -3°C.

4. Iklim D atau iklim salju. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3°C.

5. Iklim E atau iklim kutub . Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3°C.

Untuk menganalisisi tipe iklim menurut W Koppen diperlukan data suhu udara, Tabel 4.4 berikut ini data suhu udara 10 tahun (2002-2011) yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Belitung.

(10)

Tabel 4.4

Data suhu Kecamatan Tanjungpandan tahun 2002-2011

Bulan 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 Jan 27,6 26,1 25,9 26 26,8 26,1 26,9 27,4 27,1 26,9 Feb 28,5 26,8 26,2 26,3 27 24 27,8 27,4 26,9 26,2 Mar 29,5 26,6 26 25,4 26,8 26,7 28,3 27,3 27,3 27,1 Apr 27,5 27 26,4 25,6 27 25,5 27,2 26,8 26,6 27,5 Mei 25,5 26,8 26,9 26,2 26,9 26,3 26,7 27,1 27,4 27,1 Jun 27,7 26,1 27,3 26,1 26,5 25,2 26,9 26,8 27,7 26 Jul 27,5 26,2 26,4 26,2 26,3 27,1 26,6 26 26,4 26,8 Aug 26,3 26 27,3 26 26,3 26,9 26,7 26,5 27 26,4 Sep 29,5 25,8 26,8 27,4 26,8 25,8 26,8 27,3 26,9 26,9 Okt 29,5 25,9 26,5 25,9 26,5 27,9 26,6 27 26,8 27,6 Nov 27,7 25,9 25,8 26,2 26,7 25,2 25,5 26,4 26,6 26,6 Des 29 25,6 25,6 25,5 26,6 26 25,5 26,6 26,6 27,1 Jumlah 335,8 314,8 317,1 312,8 320,2 312,7 321,5 322,6 323,3 322,2 Rata-rata 29,65 26,23 26,42 26,1 26,7 26,06 26,8 26,9 26,9 26,8

Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung 2002-2011

Untuk memudahkan analisis kasifikasi iklim W Koppen maka disajikan data jumlah suhu bulanaan selama 10 tahun dan curah hujan selama 10 tahun pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Data jumlah curah hujan dan suhu per 10 tahun 2002-1011

2002-2011

Rata-rata

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

t 26,7 26,7 27,1 26,7 26,7 26,6 26,5 26,5 27 27,02 26,2 26,4 26,7

r 208,4 97,8 190,1 245,6 244,2 244,2 174,7 140,1 154,5 256,7 471,6 395,2 282,31 Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung

2002-2011

Ket:

(11)

Berdasarkan Tabel 4.5 maka peneliti melakukan analisi berdasarkan klasifikasi iklim W. Koppen yaitu:

 Suhu pada bulan-bulan terdingin lebih dari 18C.

 Suhu rata-rata bulanan lebih dari 18°C,

 Suhu rata-rata tahunan 26,7°C

 Curah hujan rata-rata 282,31 mm

 Endapan hujan dalam bulan-bulan kering sekurang-kurangnya 60mm atau lebih,

 Terdapat minimum variasi musiman, baik mengenai suhunya maupun endapan hujan. Namun, jumlah curah hujan tahunaannya yang sangat tinggi 2823,1mm berdasarkan jumlah rata-rata 10 tahun.

Berdasarkan analisis sebelumnya maka Kecamatan Tanjungpandan termasuk klasifikasi iklim A menurut W Koppen sedangkan untuk subregion termasuk kedalam subregion Af, berdasarkan klasifikasi iklim W Koppen Kecamatan Tanjungpandan sangat cocok untuk daerah pemukiman dengan endapan hujan yang tinggi maka daerah Kecamatan Tanjungpandan mempunyai air tanah cukup.

Klasifikasi iklim selanjutnya berdasarkan klasifikasi iklim oldeman, Klasifikasi iklim didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut.

Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah

(12)

70 mm/bulan,dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.

Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5. Oldeman mengklasifikasikan iklim menjadi 17 golongan. Kriteria yang digunakan adalah.

 Bulan basah, curah hujan > 200mm/bulan.

 Bulan lembab, 100 - 200mm/bulan.

 Bulan kering, < 100mm/bulan.

(13)

Tabel 4.6

Klasifikasi iklim menurut Oldeman

Zone Klasifikasi Bulan basah Bulan kering

A A1 10 – 12 Bulan 0 – 1 Bulan A2 10 – 12 Bulan 2 Bulan B B1 7 – 9 Bulan 0 – 1 Bulan B2 7 – 9 Bulan 2 – 3 Bulan B3 7 – 8 Bulan 4 – 5 Bulan C C1 5 – 6 Bulan 0 – 1 Bulan C2 5 – 6 Bulan 2 – 3 Bulan C3 5 – 6 Bulan 4 – 6 Bulan C3 5 Bulan 7 Bulan D D1 3 – 4 Bulan 0 – 1 Bulan

Sumber : (Oldeman et al., 1980)

Selanjutnya untuk mangkasifikasikan iklim berdasarkan Oldeman maka curah hujan rata-rata 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Rata-rata curah hujan 10 tahun (2002-2011) 2002-2011

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jumlah

208,4 97,8 190,1 245,6 244,2 244,2 174,7 140,1 154,5 256,7 471,6 395,2 2823,1 Sumber : Hasil perhitungan data curah hujan Kec.Tanjungpandan tahun

2002-2011 D2 3 – 4 Bulan 2 – 3 Bulan D3 3 – 4 Bulan 4 – 6 Bulan D4 3 – 4 Bulan 7 – 9 Bulan E E1 0 – 2 Bulan 0 – 1 Bulan E2 0 – 2 Bulan 2 – 3 Bulan E3 0 – 2 Bulan 4 – 6 Bulan E4 0 – 2 Bulan 7 – 9 Bulan E5 0 – 2 Bulan 10 – 12 Bulan

(14)

Analisis kasifikasi curah hujan Oldeman : Bulan Basah : 7

Bulan Lembab : 4 Bulan Kering : 1

Berdasarkan perhitungan jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan kering diklasifikasi berdasarkan oldeman maka Kecamatan Tanjungpandan termasuk tipe iklim Zona B berdasarkan jumlah bulan basah antara 7-9 bulan dengan Klasifikasi B1 dan Bulan Kering 0-1 bulan. Berdasarkan tipe zona iklim menurut Oldeman Kecamatan Tanjungpandan cocok diusahan untuk pertanian karna Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Tetapi berdasarkan rancangan RTRW jangka panjang 2000-2014 setelah pemekaran wilayah Kecamatan Tanjungpandan telah diarahkan untuk daerah budidaya seperti pembangunaan pusat pemerintahan, pusat perekonomian serta pemukiman. Dapat diambil kesimpulan berdasarkan klasifikasi tiga jenis Iklim maka Kecamatan Tanjungpandan memiliki air tanah yang cukup banyak untuk perolehan air bersih. Hal ini bisa jadi salah satu daya tarik calon pembeli untuk memiliki lahan di daerah ini karna ketersedian air bersih yang melimpah.

c. Geologi

Geologi merupakan ilmu yang mempelajari formasi bantuan di suatu daerah. Kondisi geologi atau batuan di suatu tempat penting untuk diketahui jenis dan persebaranya. Dimana kondisi geologi akan sangat berpengaruh pada jenis tanah di suatu tempat.

(15)

Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung dikelompokkan dalam empat formasi geologi yaitu: batuan Plutonik berupa Granit (pTgr) berumur Perm sampai Kapur, formasi Bintan anggota Batupasir (TRbp) dan formasi Bintan anggota Batupasir dan Batu lempung (TRbl) yang berumur Trias serta Aluvium (Qal) berumur Holosen. Sedangkan berdasarkan fisiografinya, Kabupaten Belitung terdiri atas enam grup yaitu; grup Aluvial (A), Marin (B), Perbukitan (H), Pegunungan dan Plato (M), Dataran (P), serta grup Aneka Bentuk (X).

Grup Aluvial merupakan bentukan yang terjadi sebagai aktivitas aliran sungai (fluvial) ataupun longsoran (koluvial). Bentuk permukaan lahan umumnya datar sampai agak mencekung (0-3%), bahan penyusun berupa endapan campuran berumur Holosen dari endapan liat, debu, pasir dan beberapa ditutupi oleh bahan organik.

Grup Marin merupakan bentukan dari proses marin atau proses yang berlangsung dilingkungan marin. Grup ini menyebar sepanjang pantai, terutama di bagian tenggara dan utara menempati daerah dengan ketinggian hingga 10 m dari permukaan laut (dpl). Pada daerah tertentu banyak dijumpai batuan granit dalam ukuran besar yang muncul dalam lingkungan marin.

Grup Perbukitan terbentuk dari 2 macam bahan yaitu; dari bahan batu granit (pTgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen formasi bintan berumur Trias yang terdiri atas bahan Batu pasir (TRbp) dan Batu pasir dan Batu lempung (TRbl). Pada daerah perbukitan dari bahan batuan sedimen banyak dijumpai lapisan konkresi besi dengan kedalaman antara 0,5 hingga lebih dari 1 m

(16)

dari permukaan tanah. Penyebaran perbukitan dari batuan granit maupun batuan sedimen terpencar-pencar dengan ketinggian antara 50-340 m dpl.

Grup Pegunungan dan Plato mengalami proses pembentukan yang sama dengan grup perbukitan, tetapi memiliki amplitudo relief lebih dari 300 m. Di pegunungan yang berasal dari batuan sedimen dijumpai lapisan konkresi besi pada kedalaman yang bervariasi, sedangkan pada pegunungan dari batuan granit banyak dijumpai singkapan batuan.

Grup Dataran terbentuk dari bahan batuan Plutonik berupa Granit (pTgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen dari formasi Bintan yang terdiri atas TRbp dan TRbl berumur Trias. Pada grup ini terjadi proses peneplainisasi (perataan permukaan) yang cukup lanjut, sehingga memberikan bentukan yang relatif datar dan menempati sebagian besar wilayah Pulau Belitung. Relief bervariasi dari datar, berombak, bergelombang dan pada beberapa tempat dengan bukit-bukit kecil (hummocky). Grup Aneka Bentuk berkaitan dengan penggunaan dan penutupan lahannya yaitu pemukiman, pertambangan dan penimbunan limbah. Daerah pertambangan umumnya menempati lokasi sepanjang sungai atau daerah cekungan terutama daerah endapan batuan granit.

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan geologi suatu wilayah dapat dijadikan suatu terapan dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah yang menekankan pada zona penggunaan lahan. Berdasarkan hal tersebut maka geologi dijadikan faktor yang paling mendukung dalam penelitian ini yang menajadi acuan dalam pengembangan daerah yang akan

(17)

dibudidayakan untuk pembangunaan pusat pemerintahan, pusat perekonomian serta pemukiman.

d. Hidrologi

Hidrologi merupakan gambaran dari ketersedian keadaan air, baik yang ada di permukaan bumi (air permukaan) maupun yang ada di dalam bumi (air tanah) yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup di permukaan bumi terutama manusia. Kebutuhan air terus meningkat sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk di suatu daerah. Peningkatan kebutuhan air harus diimbangi dengan adanya persedianan air yang mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas.

Air tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu menjadi kewajiban kita bersama untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Pengambilan air tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum, rumah tangga maupun pembangunan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan. Hal ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah yang dapat merugikan apabila tidak dilakukan pengelolaan secara bijaksana.

Untuk keadaan hidrologi di Kecamatan Tanjungpandan terhitung rendah dicirikan oleh stagnasi air tanah yang telah berlangsung lama sehingga kondisi lapisan bawah didominasi oleh lapisan konkresi besi yang kedap air. Air tanah tersimpan dalam lapisan tanah pengandung air yang terbentuk melalui daur hidrologi. Secara teknis air tanah termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui,

(18)

namun waktu yang diperlukan sangat lama. Pengambilan air tanah yang melampaui kemampuan pembaharuannya mengakibatkan pada beberapa daerah mengalami kritis air tanah terutama air tanah dalam, bahkan pada beberapa daerah telah dijumpai gejala kemerosotan lingkungan antara lain penurunan muka air tanah dan penurunan permukaan tanah serta penyusupan air laut pada daerah pantai. Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi sangat memungkinkan timbulnya kerugian lain yang lebih besar, misalnya kelangkaan air, terhentinya kegiatan industri secara tiba-tiba, kerusakan bangunan dan meluasnya daerah banjir.

Untuk air hujan cenderung mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan menggerus permukaan (sheet erosion). Karena keadaan porositas yang tinggi, pola drainase bersifat dendritik tak terarah dan membentuk meander pada daerah yang mendekati hulu sungai. Di daerah endapan batuan granit banyak dijumpai kandungan bijih timah dan kaolin, sehingga di sekitar sungai-sungai banyak diusahakan pertambangan terbuka.

Pada umumnya Sungai-sungai di Kecamatan Tanjungpandan berhulu diperbukitan yang bermuara di pantai laut, Sungai-sungai yang terdapat di Kecamatan Tanjungpandan antara lain Sungai terbesar sungai Cerucuk , Sungai Kubu,dan beberapa sungai-sungai kecil. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi serta sebagian diusahan untuk daerah pertambangan, sungai sekitar belum dimanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan cenderung mencari ikan ke laut. Daerah-daerah aliran sungai memlilki potensi besar untuk pertanian, perkebunaan, perikanaan bahkan tempat rekreasi karna

(19)

masih alami dan belum diusahakan dan masih memiliki air yang jernih. Pada dasarnya didaerah Kecamatan Tanjungpandan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan timah yang luas yang tergenangi air sehingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong, danau buatan atau lebih dikenal kolong banyak dimanfatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Di samping Museum Nasional, di sebelah selatan, ada gedung yang dibangun pada ta- hun 1928 dan waktu itu digunakan oleh Sekolah Tinggi Hukum tetapi sekarang dipakai oleh

Berdoa, nilai religius yang terkadung dalam kegiatan ini, akan menimbulkan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang dhaif yang selalu mengharapkan

The numerical computation is based on the frontal area of the vehicle and the obtained results have shown reasonable values of drag and lift coefficients when compared to ordinary

Dehidrasi osmotik digunakan untuk pengurangan sebagian air dari bahan seperti buah- buahan dan sayuran dengan cara merendam dalam larutan osmotik yang

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa ada interaksi antara konsentrasi dan frekuensi POC Crocober terhadap berat umbi bawang (Tabel 2).Berat bawang tertinggi

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa prevalensi gigi kaninus maksila ektopik pada subjek penelitian di 12 SDN dalam wilayah

Oleh karena itu penulis berharap dengan adanya medium instalasi interaktif dapat membuat apresiator ikut „bermain‟ dan bergabung dalam pemaknaan karya ini, melalui jalan labirin