• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan salah satu aktivitas khusus dan menempati kedudukan terpenting, baik sebagai kesehatan dan rekreasi, mata pencaharian, dan kebudayaan. Menurut ahli, umumnya penerapan olahraga dapat dipandang dari empat dimensi, yakni (1) olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan jasmanidan rohani, (2) olahraga pendidikan menekankan olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, (3) olahraga kompetitif yang menekankan pada kegiatan perlombaan dan pencapaian prestasi, (4) olahraga profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan pandangan empat dimensi tersebut.

Dalam pembelajaran di sekolah yang diterapkan ialah olahraga pendidikan. Salah satu masalah utama di dalam pendidikan jasmani di Indonesia sampai saat ini antara lain rendahnya kualitas penyelenggaraan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah terutama dari segi fasilitas sarana dan prasarana, tingkat SDM pengajar yang kurang inovatif, dan rendahnya tingkat apresiasi siswa pada pelajaran olahraga. Dalam mengajarkan materi pendidikan jasmani seorang guru harus bisa menyesuaikan materi sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak. Di lapangan ditemukan bahwa pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki keunikan dalam bersikap mereka lebih menyukai suasana pembelajaran melalui permainan. Karakteristik siswa inilah yang perlu diingat untuk menjembatani antara keinginan guru dan siswa. Guru harus mampu menerapkan model pembelajaran yang baik dan tepat sesuai dengan perkembangan anak SMP. Banyaknya model pembelajaran menuntut guru pendidikan jasmani untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang model-model pembelajaran tersebut. Namun pada kenyataannya, sekarang ini masih banyak guru pendidikan jasmani kurang memahami model pembelajaran dengan alat bantu yang efektif untuk membantu proses pembelajaran.

(2)

Pada tingkat SMP materi pendidikan jasmani yang diajarkan, antatra lain sepak bola, atletik, dan senam lantai. Untuk pembelajaran senam lantai gerakan kayang yang dilaksana-kan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan rekreasi (penjasorkes) masih kurang efektif. Pembelajaran penjasorkes masih kurang efektif karena dalam prosesnya di lapangan, guru menerangkan materi pelajaran yang diajarkan, kemudian memberikan contoh, dan siswa harus menirukan secara berulang-ulang sampai materi dikuasai, jika materi belum diselesaikan maka pertemuan berikutnya akan diulang kembali. Pembelajaran seperti ini sangat monoton, siswa merasa jenuh dan bosan bahkan terkadang siswa merasa takut dan minder apabila tidak melaksanakan instruksi guru, selain itu model pembelajaran seperti ini akan berdampak pada frekuensi minat siswa dalam melakukan gerakan yang diperintahkan oleh guru. Ketiadaan sarana pendukung, sering dijadikan alasan seorang guru mengajar dengan cara yang kurang efektif. Pembelajaran monoton akan berdampak menurunnya motivasi siswa mengikuti pelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara maksimal.

Model pembelajaran dengan alat bantu secara tidak langsung menuntut kreativitas seorang guru penjasorkes untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan memunculkan efek menyenangkan. Dengan didukung kemampuan seorang guru pendidikan jasmani yang dapat mengorganisasi pembelajaran dan memotivasi anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk pelajar SMP tercapai.

Pendidikan jasmani melalui penggunaan alat bantu pembelajaran merupakan salah satu karakteristik model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pelajaran penjasorkes. Adanya model pembelajaran dengan alat bantu yang dapat membantu seorang guru menciptakan suasana pembelajaran yang lebih baik, sehingga motivasi siswa akan meningkat, merasa senang dan mengurangi rasa takut siswa untuk mencoba saat pelajaran penjasorkes.

Senam lantai merupakan salah satu sub materi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di SMP, gerakan senam lantai yang diajarkan adalah roll depan, roll belakang, meroda dan guling lenting, dari keempat jenis senam lantai

(3)

tersebut gerakan guling lentingadalah gerakan yang paling sulit dilakukan siswa, hal ini terjadi pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Standar kompetensi senam lantai untuk siswa SMP yaitu mempraktikkan rangkaian teknik dasar guling lenting dan meroda serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab. Upaya mencapai tujuan dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar senam harus diajarkan dengan benar. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi senam lantai, banyak aspek yang harus dikembangkan pada diri siswa baik dari aspek afektif, kognitif dan psikomotor.

Selain kurang efektifnya pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting, minimnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga mempengaruhi hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran. Kurangnya motivasi siswa tersebut dikarenakan beberapa siswa belum memiliki keberanian untuk melakukan senam lantai gerakan guling lenting. Ketakutan yang dirasakan adalah ketakutan akan kesalahan yang dapat menyebabkan cedera pada diri mereka.

Alat bantu pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan latihan keterampilan untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting. Dengan penggunaan alat bantu pembelajaran yang maksimal selama proses pembelajaran penjasorkes, maka akan mendukung pencapaian tujuan suatu pembelajaran. Selama ini siswa kelas VIII C dalam mata pelajaran penjasorkes khususnya dalam melakukan senam lantai gerakan guling lenting belum menggunakan alat bantu pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembalajaran. Pembelajaran senam lantai masih dilakukan secara tradisional pembelajaran yang diterapkan guru penjasorkes masih kurang begitu maksimal sehingga proses pembalajaran penjasorkes untuk siswa kelas VIII C kurang efektif dan kurang berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan/diharapkan.Gerakan guling lenting yang diajarkan hanya dilakukan dengan menekankan pada gerakan kedua tangan, kedua kaki sebagai tumpuan, dan gerakan akhir. Untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting bagi siswa kelas VIII C SMP Negeri 16

(4)

Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 guru penjasorkes dalam menerapkan penggunaan alat bantu pembelajaran harus dilakukan secara maksimal sehingga siswa termotivasi untuk lebih semangat mengikuti pembelajaran penjas.

Dari latar belakang di atas maka muncul gagasan untuk melakukan penelitian dengan judul, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Senam Lantai Gerakan Guling Lenting Menggunakan Alat Bantu Pembelajaran pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 ?

Dari permasalahan diatas dapat dijelaskan definisi oprasional sebagai berikut: 1. Penggunaan alat bantu pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan alat bantu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar guling lenting.

2. Hasil belajar guling lenting merupakan hasil yang diperoleh peseta didik setelah melakukan pembelajaran yang menggunakan alat bantu pembelajaran guling lenting

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penggunaan alat bantu pembelajaran.

(5)

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Guru penjas SMP Negeri 16 Surakarta

a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru disekolah dalam membuat dan mengembangkan media bantu pembelajaran yang efektif, dalam rangka perancangan pembelajaran PAIKEM.

b. Sebagai bahan masukan guru penjasorkes di SMP Negeri 16 Surakarta bahwa alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting

2. Bagi Siswa kelas VIII C

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas, serta meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting.

b. Dapat meningkatkan minat dan kemampuan senam lantai gerakan guling lenting serta mendukung pencapaian prestasi senam lantai gerakan guling lenting.

3. Bagi Sekolah SMP Negeri 16 Surakarta

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran.

(6)

6

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Teknologi pembelajaran (intructional technology) merupakan suatu bidang kajian khusus (spesialisasi) ilmu pendidikan dengan objek formal “belajar” pada manusia pribadi atau yang tergabung dalam organisasi. Belajar tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan (lembaga pendidikan) ataupun pelatihan, tetapi juga pada organisasi, misalnya keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintahan. Belajar hakekatnya memiliki aspek sosial, oleh karena itu kerja kelompok sangat berharga. Untuk itu aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran, berikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kerja kelompok, dorong peserta didik untuk memainkan peran yang bervariasi, dan perhitungkan proses dan hasil kerja sekelompok.Menurut Miarso (2004) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 1) menyatakan, “Belajar dapat di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber apa aja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan atau kebutuhan”. Husdarta dan Yudha M. Saputra (1999: 2) bahwa, “Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannnya”.

Menurut Sadiman,dkk (1986) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 62) bahwa, “Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat”. Seperti yang dikemukakan Pidarta (2000) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 62) menyatakan, “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan)”.

(7)

Pendapat lain dikemukakan Waluyo (2011: 2) bahwa, “Belajar dalam pandangan behaviorisme adalah perubahan perilaku melalui pengalaman yang dapat diamati dan dapat diukur”. Menurut Thorndike yang dikutip Arma Abdoellah dan Agus Manadji (1994: 141) menyatakan, “Belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh oleh alat indra (stimulus) dan impuls untuk berbuat respon”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapt disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada semua orang baik itu dalam perubahan tingkah laku, pola berfikir, pengalaman hidup yang dialami dan diamati oleh alat indra (stimulus) dan impuls untuk berbuat respon yang berlangsung seumur hidup.

b. Konsep

Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik dengan perkembangan dan lingkungan. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar berbagai sumber yang tersedia di lingkungannya. Dalam proses belajar berlangsung pastinya mempunyai konsep – konsep yang mendukung kelancaran dan keberhasilan suatu proses belajar hingga proses belajar siswa lebih dapat tercapai. Bambang Warsita (2008: 62) bahwa, “Konsep belajar sebagai suatu upaya atau perubahan perilaku seseorang sebagi akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dannilai sikap (afektif)”. Konsep belajar menurut UNESCO yang dikutip Bambang Warsita (2008: 63) bahwa,

Menuntut setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarang dan masa depan, yaitu: (1) Belajar untuk mengetahui (learning to know), (2) Belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), dalam hal ini dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) Belajar untuk menjadi seseorang (learning to be), (4) Belajar untuk menjalani hidup bersama (learning to live together).

(8)

c. Prinsip – Prinsip Belajar

Ada beberapa prinsip – prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2002) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 64) menyatakan,

Prinsip – prinsip belajar yang mendidik itu berkaitan dengan: (1) Perhatian dan motivasi peserta didik,

(2) Keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar

(3) Pengulangan belajar

(4) Tantangan semangat belajar

(5) Pemberian balikan dan penguatan belajar, serta (6) Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar

Sedangkan Hartley dan Davies (1978) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 67) menyatakan,

Prinsip – prinsip belajar yang banyak diterapkan di dunia pendidikan meliputi sebagai berikut:

(1)Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik ikut terlibat aktif di dalamnya

(2) Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah mempelajarinnya dan dapat memberikan respons tertentu

(3) Tiap – tiap respon harus diberikan umpan balik (feedback) secara langsung supaya peserta didik dapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar.

(4) Setiap peserta didik memberikan respons yang benar perlu diberi penguatan (reinforcement)

Prinsip – prinsip belajar tersebut mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan pembelajaran dan diharapkan juga dapat membimbing dan mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(9)

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Dalam pembelajaran guru atau pendidik perlu memilih model pembalajaran yang tepat, karena pemilihan yang tepat akan membantu proses pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami peserta didik. Bambang Warsita (2008: 85) menyatakan, “Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.

Pendapat lain dikemukakan Sadiman,dkk (1986) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 85) menyatakan, “Pembelajaran adalah usaha – usaha yang terencana dalam manipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam peserta didik”. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, yang dikutip Bambang Warsita (2008: 85) bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik yang terencana dalam manipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar pada peserta didik.

b. Prinsip – Prinsip Pembelajaran

Suatu pembelajaran yang efektif dan baik untuk pendidikan hendaknya didasari prinsip – prinsip yang baik pula. Menurut Bulgelski yang dikutip Bambang Warsita (2008: 91) menyatakan,

Ada beberapa puluh prinsip dipadatkan menjadi empat prinsip dasar yang dapat diterapkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. keempat prinsip dasar tersebut adalah:

(1) Untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian dan responsif terhadap materi yang dipelajari.

(2) Semua proses belajar memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu hanya dapat dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas.

(10)

(3) Di dalam diri peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur internal yang dapat mengontrrol motivasi serta menentukan sejauh mana dan dalam bentuk ada peserta didik bertindak dalam suatu situasi tertuntu.

(4) Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktrol penting sebagai pengontrol.

Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak mengahasilkan kegiatan belajar pada peserta didik. Gagne (1985) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 87) bahwa,

Tekanan utama teori pembelajaran ini adalah prosedur yang telah terbukti berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu:

(1) Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam jangka waktu panjang. Hasil – hasil belajar ini memberikan kemampuan melakukan berbagai penampilan

(2) Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikategorikan sebagai bersifat praktis dan teoritis

(3) Kejadian – kejadian di dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar dapat dikelompokan ke dalam kategori umum, tanpa memperhatiakan hasil belajar yang diharapkan. Namun tiap – tiap hasil belajar memerlukan adanya kejadian – kejadian khusus untuk dapat terbentuk.

c. Komponen Pembelajaran.

Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana Sudjana (2013:30) adalah sebagai berikut:

1) Tujuan proses pengajaran 2) Materi atau bahan pelajaran

3) Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran 4) Penilaian dalam proses pengajaran

Tujuanpembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses pengajaran sebagaiindikator keberhasilan pembelajaran. Bahan pelajaran diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan

(11)

efisien. Sedangkan penilaian berperan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011:9) bahwa komponen sistem pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar peserta didik itu sendiri.

b. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen peserta didik sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan.

c. Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong peserta didik aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik.

d. Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

3. Senam

a. Pengertian Senam

Senam dengan istilah lain disebut Gymnastic dari asal kata Yunani purba gymnos yang berarti telanjang, karena pada zaman itu orang – orang melakukan olahraga tidak berpakaian. Seperti dikemukakan Soeharto, dkk yang dikutip Arma Abdoellah (1981: 311) bahwa, “Gymnastic berarti gerak badan atau olahraga baik untuk kesegaran jasmani maupun untuk mencapai prestasi yang setinggi – tingginya”.

Di dalam senam terkandung makna yang luas sesuai dengan perkembangan berbagai dan jenis senam yang berkembang, untuk itu perlu

(12)

diberikan batasan senam. Agus Margono (2009: 19) mengemukakan bahwa, “Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”. Sedangkan Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010: 60) menyatakan, “Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan – gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu”.

Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 99) bahwa, “Istilah senam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu Gymnastic dandari bahasa Yunani (Greek) adalah Gymnos yang artinya telanjang karena pada waktu itu (zaman kuno) melakukan senam dengan badan telanjang atau setengah telanjang”. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesiayang dikutip Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 99) bahwa, “Bersenam adalah menggeliat atau meregang – regang anggota badan sehabis tidur”.

Sedangkan Sapto Madijono (2010: 1) menyatakan, “Senam adalah suatu bentuk latihan jasmani yang sistematis , teratur dan terencana dengan melakukan gerakan – gerakan yang spesifik untuk memperoleh manfaat dalam tubuh”.

Menurut Toho Cholik. M dan Rusli Lutan (2001: 107) bahwa, “Senam tersebut adalah senam pertandingan yang mengutamakan kesempurnaan gerak dan unsur keindahan”. Satrio Ahmad.Y (2009: 1) menyatakan, “Senam berarti bermacam – macam gerakan yang dilakukan oleh atlet dalam keadaan telanjang”.Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang melibatkan gerakan tubuh yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan keserasian gerak fisik.

Menurut Hidayat (1995) yang dikutip Agus Mahendra (2000: 8) bahwa, “Gymnastiek tersebut dipakai untuk menunjukan kegiatan – kegiatan fisik yang memerlukan keleluasan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang”.

(13)

Berdasarkan beberapa pandapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, senam merupakan latihan tubuh yang dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang yang mengutamakan kesempurnaan gerak dan unsur keindahan yang dipilih dan diciptakan dengan berencana dan disusun secara sistematis untuk membentuk dan mengembangkan pribadi harmonisuntuk memperoleh manfaat dalam tubuh.

b. Manfaat Senam

Dalam latihan senam dapat dilakukan pada lantai dan alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Hal ini artinya, senam bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh bukan alatnya atau pola gerakannya. Oleh karena itu, suatu gerakan dikatakan senam atau bukan harus memiliki ciri – ciri kaidah tertentu. Agus Margono (2000: 19) menyatakan ciri dan kaidah dari senam yaitu:

(1) Gerakan – gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja.

(2) Gerakan – gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki, sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan keindahan gerak dan meningkatkan kesehatan tubuh)

(3) Gerakannya harus tersusun dan sistematis.

Gerakan – gerakan senam sengaja diciptakan untuk menciptakan tujuan tertentu yang tersusun secara sistematis yang berguna bagi kesehatan tubuh. Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010:145) menyatakan, “Manfaat senam yaitu seseorang dapat memiliki bentuk tubuh yang ideal, diantaranya indah, bugar,dan kuat”. Sedangkan menurut Satrio Ahmad.Y (2009:2) menyatakan, “Manfaat olahraga senam dapat mendidik kita agar mencintai kesehatan, senam juga dilakukan untuk relaksasi (ketenangan pikiran), untuk kelentukan tubuh dan untuk kesegaran serta kebugaran tubuh sangat penting bagi kelangsungan hidup kita”. Agus Mahendra (2000: 14) menyatakan, “Manfaat senam meliputi manfaat fisik dan mental serta sosial”.

(14)

Oleh karena itu, dalam mengikuti senam harus mampu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan masalah – masalah gerak. Dengan demikian akan berkembang kemampuan mentalnya. Selain itu, melalui senam akan memberikan sumbangan yang sangat besar dari program senam dalam meningkatkan self-concept (konsep diri). Ini biasan terjadi karena kegiatan senam menyediakan banyak pengalaman dimana akan mampu mengontrol tubuhnya dengan keyakinan dan tingkat keberhasilan yang tinggi, sehingga memungkinkan membantu membentuk konsep yang positif.

Pendapat tersebut menunjukan bahwa, melalui senam akan bermanfaat untuk menambah rasa percaya diri dan memiliki sikap kesadaran yang sangat baik dan dapat hidup sehat secara jasmani dan rohani

c. Jenis Senam

Sekarang ini muncul beberapa macam senam seperti senam kesegaran jasmani, senam ibu hamil, senam jantung sehat dan masih banyak istilah senam lainnya. Soeharto, dkk yang dikutip Arma Abdoellah(1981: 311) menyatakan, “Macam – macam senam dapat dibedakan menjadi tiga macam, ialah: senam pembentukan, senam perlombaan dan senam irama”. Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 100) menyatakan, “Senam dikelompokan menjadi tiga macam yaitu senam dasar, senam ketangkasan dan senam irama”.

Sedangkan menurut Sapto Madijono (2010: 1) bahwa,

Jenis senam di Indonesia bermacam – macam dibagi menjadi enam kelompok yaitu:

(1) Senam lantai (2) Senam ketangkasan (3) Senam irama

(4) Senam aerobik sport (5) Senam oesteroporosis (6) Senam jantung sehat

Sedangkan FIG (Federation Internationale de Gymnastique) dalam Agus Mahendra (2000: 11-12) menyatakan,

(15)

Macam – macam jenis senam dibagi menjadi enam kelompok yaitu: (1) Senam artistik (artistics gymnastics)

(2) Senam ritmik (sportive rytmic gymnastics) (3) Senam akrobatik (acrobatic gymnastics) (4) Senam aerobik (sports aerobics)

(5) Senam trampolin (trampolinning) (6) Senam umum (general gymnastics) d. Pengertian Senam Lantai

Berdasarkan jenis senam yang dikelompokan menurut Sapto Madijono dan FIG tersebut, penelitian ini akan mengkaji senam lantai. Menurut Agus Margono (2009:79) menyatakan,

Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur – unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang.

Menurut Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010: 145), mengemukakan bawha, “Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang unsur gerakannya seperti mengguling, melenting, keseimbangan, lompat, serta loncat”. Sedangkan menurut Satrio Ahmad.Y (2009: 14) menyatakan, “Senam artistik adalah senam yang dilakukan di atas lantai yang dilapisi karpet setebal 0,0045 m dalam ruangan yang berukuran 14 m2”.

Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 104) bahwa, “Senam lantai yaitu bentuk – bentuk gerakan yang dilakukan di lantai yang beralaskan permadani atau matras (kasur yang terbuat dari karet busa) dan dilakukan tanpa memakai alat”. Agus Mahendra (2000: 12) menyatakan, “Senam artistik adalah sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek – efek artistik dari gerakan – gerakan yang dilakukan pada alat – alat senam”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukan bahwa, senam artistik merupakansalah satu jenis senam yang dalam pelaksanaannya

(16)

seorang pesenam melakukan gerakan – gerakan yang telah disusun atau dirangkaikan masing – masing alat berdasarkan peraturan yang berlaku.

e. Senam Lantai Dilombakan

Dalam pelaksanaan senam artistik dibutuhkan kemampuan fisik yang baik dan keberanian dan kepercayaan diri. Menurut Soeharto, dkk yang dikutip Arma Abdoellah (1981: 323) bahwa,

Senam yang diperlombakan dalam pesta – pesta olahraga, dalam senam perlombaan terikat oleh peraturan dari International Gymnastic

Federation. Adapun nomor – nomor yang dilombakan:

Untuk putra:

(1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse)

(3) Kuda – kuda pelana (pommeled horse) (4) Palang sejajar (parailel bars)

(5) Palang tunggal (horizontal bars) (6) Gelang – gelang (rings)

Untuk putri:

(1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse)

(3) Palang bertingkat (uneven parallel bars) (4) Balok keseimbangan (balance beam)

Sedangkan menurut Agus Margono (2009:79) menyatakan,

Pada cabang olahraga senam artistik yang dipertandingkan terdiri dari enam alat untuk putra, yaitu:

(1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse)

(3) Kuda – kuda pelana (pommeled horse) (4) Palang sejajar (parailel bars)

(5) Palang tunggal (horizontal bars) (6) Gelang – gelang (rings)

Sedangkan nomor senam artistik untuk putri terdiri dari empat alat, diantaranya yaitu :

(1) Senam lantai (floor exercise) (2) Kuda – kuda (vaulting horse)

(3) Palang bertingkat (uneven parallel bars) (4) Balok keseimbangan (balance beam)

Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek – efek artistik dari gerakan

(17)

– gerakan yang dilakukan pada alat – alat. Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan – gerakan tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan.

f. Macam – Macam Gerakan Senam

Dalam senam lantai banyak sekali macam yang harus dikuasai pesenam. Namun pada dasarnya bentuk – bentuk gerakan senam lantai bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri banyak unsur gerak balet. Pengklasifikasian gerak dalam senam lantai menurut Agus Margono (2009: 80-92) sebagai berikut :

(1) Mengguling

(a) Guling depan tungkai bengkok (b) Guling depan tungkai lurus (c) Guling belakang tungkai bengkok (d) Guling belakang tungkai lurus (2) Keseimbangan

(a) Berdiri atas kepala

(b) Berdiri atas kepala diteruskan guling depan (c) Berdiri atas tangan

(d) Backextention (stutz) (3) Melenting

(a) Melenting tumpuan tengkuk (b) Melenting tumpuan dahi (c) Front wolkover

(d) Back wolkover

(e) Melenting tumpuan tangan (hand spring) (f) Melenting ke belakang tumpuan tangan (4) Meroda atau gerakan baling – baling (5) Round Off

(6) Gerakan Salto (a) Salto ke depan

(1) Salto depan jongkok

(2) Salto depan sudut / kaki lurus (b) Salto ke belakang

(1) Salto belakang jongkok (2) Salto depan sudut / kaki lurus (c) Salto ke samping

(18)

(2) Salto depan kaki lurus

Sedangkan menurut Satrio Ahamd.Y (2009: 14) membagi atau mengklasifikasikan jenis gerakan senam lantai terdiri dari :

(1) Guling depan (forward roll) (2) Guling belakang (backroll) (3) Salto depan

(4) Salto belakang

(5) Loncat harimau (tiger sprong) (6) Sikap lilin

(7) Berdiri dengan kedua tangan (handstand) (8) Lenting tangan (hanspring)

(9) Lenting tekuk (neck headspring) (10) Meroda (cartwheel), dan (11) Sikap kayang

4. Pembelajaran Senam Ketangkasan a. Senam Ketangkasan

Senam ketangkasan atau sering disebut juga sebagai senam artistik merupakan senam yang telah memiliki gerakan-gerakan tertentu dengan alat atau tanpa alat. Berkaitan dengan senam artistik, Margono (2009:77) menyatakan bahwa “senam artistik merupakan salah satu jenis/macam dari cabang olahraga senam yang sering dipertandingkan. Dalam pertandingan senam artistik seorang atlet/pesenam harus menguasai gerakan yang sudah disusun/dirangkai dari masing-masing alat dan ditetapkan sesuai dengan peratuan pertandingan yang berlaku”. Sedangkan menurut Aka (2009:2) “senam lantai merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dan menjadi keharusan bagi seorang atlet untuk menguasai beragam gerakan senam artistik (artistic gymnastic)”.

Pada senam artistik memiliki nomor-nomor yang diperlombakan. Aka (2009:2) berpendapat bahwa:

Senam artistik dibagi dibagi dua yaitu putra (man artistic gymnastic) dan putri (woman artistic gymnastic). Masing-masing memiliki nomor perlombaan sebagai berikut:

(1) Senam Artistik Putra (Man Artistic Gymnatic) terdiri dari enam alat, yaitu:

(19)

(a) Lantai (Floor Exercises) (b) Gelang-gelang (Rrings) (c) Kuda Pelana (Pommel Horse) (d) Palang Sejajar (Parallel Bars) (e) Meja Lompat (Table Vaulting)

(2) Senam Artistik Putri (Women Artistic Gymnastic) terdiri dari empat alat, yaitu:

(a) Meja Lompat (Table Vaulting) (b) Palang Bertingkat (Uneven Bars) (c) Balok Keseimbangan (Balance Beam) (d) Lantai (Floor Exercises)

Senam lantai sebagai senam yang menggabungkan beberapa unsur, yaitu kalestenik, tumbling. Unsur tersebut akan memberikan efek pada gerakan-gerakan senam artistik yang dilakukan pada alat. Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan-gerakan tumbling digabungkan dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, dan mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan.

b. Senam Lantai Guling Depan 1) Dasar Berguling

Senam lantai terdiri dari beberapa gerak dasar, diantaranya adalah gerak dasar berjalan, berlari, kelentukan dan juga berguling. Dalam guling depan tungkai bengkok gerak dasar berguling sangat diperlukan. Aka (2009:72) “gerak dasar berguling adalah aktivitas gerak tubuh dengan membulatkan badan sedemikian rupa hingga berguling ke arah sisi yang lain (roll). Sebagai syarat pokok pelaksanaan gerak dasar berguling adalah menyentuh punggung menyentuh dasar lantai”. Kemampuan membulatkan badan dan berguling menjadi dasar gerakan dalam senam lantai. Jadi seorang

(20)

pesenam harus menguasai gerak dasar berguling, karena gerak dasar berguling merupakan kewajiban pokok yang harus dikuasai.

Berguling bagi seorang anak adalah gerakan lokomotor yang paling awal. Begitu juga dalam pembelajaran senam lantai, senam lantai yang didalamnya terdiri dari banyak sub pokok bahasan. Salah satunya adalah guling depan tungkai bengkok, guling depan tungkai bengkok sendiri terbagi menjadi dua yaitu guling depan tungkai bengkok tungkai bengkok dan guling depan tungkai bengkok tungkai lurus. Tetapi dalam pembelajaran senam harus diajarkan secara urut dari yang mudah menuju yang sulit. Dalam pembelajaran untuk tahap awal adalah guling depan tungkai bengkok tungkai bengkok, berkaitan dengan guling depan tungkai bengkok, Margono (2009:80) dalam bukunya menyatakan bahwa cara melakukan gerakan guling depan tungkai bengkok adalah sebagai berikut:

1) Sikap permulaan jongkok pantat agak tinggi kedua lengan lurus kedepan.

2) Luruskan tugkai, badan condong kedepan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu kedada, tengkuk letakkan pada matras.

3) Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai, tarik paha kedada, tangan menolak gerakan mengguling, diteruskan hingga berakhir pada sikap jongkok, tangan melekatpada tulang kering, pandangan lurus kedepan.

Gambar 1. Gerakan Guling Depan ( Aka, 2009:78).

(21)

Melakukan n guling depan berguna untuk membabtu melatih kelenturan otot bahu dan otot punggung pada saat melakukan guling depan..

c. Kayang

Dari beberapa gerakan tersebut, salah satunya adalah gerakan kayang. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 109) gerakan/sikap kayang merupakan persiapan untuk dapat melakukan bentuk – bentuk gerakan lentingan badan seperti kip, kop kip, handspring, dan lentingan badan yang lainnya. Cara melakukannya antara lain sebagai berikut:

Sikap permulaaan: a) Tidur telentang

b) Kedua kaki agak dibuka c) Kedua tumit rapat ke pinggul d) Kedua lutut dilipat

e) Kedua telapak tangan padai lantai atau matras di samping telinga dengan jari – jari tangan menuju ke pundak

f) Kedua siku di lipat Gerakannya:

a) Angkat badan ke atas hingga kedua lengan dan kaki lurus b) Badan membusur

c) Kepala tengadah masuk ke dalam diantara dua tangan

d) Tahan sikap badan membusur tersebut selama 8-10 hitungan.

Gambar 2 Gerakan kayang (Sumber: Aip Syarifuddin,.1991: 109)

(22)

Sedangkan Satrio Ahmad.Y (2009: 15) gerakan kayang sering disebut sikap lenting, yaitu suatu keterampilan kelentukan tubuh. Mulailah dengan tidur telentang pada matras, kedua kaki rapat dan lutut di tekuk. Dorong perut ke atas hingga gerakan melengkung. Tahan gerakan tersebut selama 15 detik lalu kembali ke sikap semula.

Gambar 3 Gerakan saat melakukan kayang (Sumber: Satrio Ahmad.Y,.2009: 15)

Sapto Madijono (2010: 33-36) gerakan kayang apabila diuraikan seperti berikut dimulai dengan sikap badan telentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan sikap lutut dan sikutnya dalam posisi lurus.

1. Dari Posisi Tidur Telentang a. Sikap awal

1) Tidur telentang

2) Kedua lutut ditekuk dan kedua tumit mendekat pinggul 3) Kedua telapak tangan disamping telinga

b. Gerakannya

1) Dorongkan kedua tangan dan kaki hingga badan terangkat dari matras

2) Pinggang melenting yang diikuti oleh gerakan pandangan mata serta leher ke belakang.

(23)

3) Pinggang melenting seperti busur 4) Kedua kaki dan lengan lurus 5) Pandangan ke belakang

6) Tahan beberapa saat dan kembali badan diturunkan tidur telentang Untuk lebih jelasnya berikut ini peneliti menyajikan ilustrasi gerakan kayang dengan posisi tidur terlentang sebagai berikut:

Gambar 4 Gerakan kayang dari posisi tidur terlentang (Sumber: Sapto Madijino,2010: 34-35)

2. Dari Posisi / Sikap Berdiri a. Sikap awal

1) Berdiri membelakangi arah gerakan posisi kaki selebar bahu 2) Kedua tangan di samping badan

3) Pandangan ke depan b. Gerakannya:

1) Ayunkan kedua lengan ke belakang bawah secara perlahan diikuti oleh gerakan pinggang, leher dan pandangan mata, hingga setelah kedua telapak tangan mendarat matras, pinggang melenting seperti busur

2) Kedua lengan dan kaki lurus serta pandangan ke belakang

(24)

4) Berdiri dengan posisi kaki selebar bahu 5) Kedua lengan lurus ke atas di samping telinga 6) Pandangan ke depan atas

Gambar 5. Gerakan kayang dari posisi berdiri (Sumber: Sapto Madijino,2010: 36)

Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat melakukan gerakan Kayang a) Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh

b) Siku-siku bengkok disebabkan kekuatan persendian siku dan bahu c) Badan kurang melengkung (membusur) disebabkan kurang lemas/lentuk

bagian punggung dan kekakuan pada otot perut. d) Sikap kepala yang selalu menengadah

e) Kurangnya daya keseimbangan

Latihan Kayang bertujuan untuk melatih kelentukan otot perut, otot punggung,otot tangan, otot kaki dan otot pinggang

(25)

5. Guling Lenting (Neck Spring)

Dari beberapa gerakan tersebut, salah satunya adalah gerakan guling lenting neck spring ( lenting tengkuk). Menurut Agus Mahendra(2000:44) gerakan neck spring dimulai dari langkah langkah sebagai berikut:

a.Sikap Awal:

Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat dan kedua lengan diangat lurus. Dengan membungkukan badan, letakan kedua lengan di lantai kira kira satu langkah dari kaki. Kemudian , letakan tengkuk di antara kedua tangan sambil mengambil sikap roll depan. Kedua kaki dijaga agar tetap lurus.

b. Pelaksanaan

Ketika posisi untuk roll depan tercapai, segeralah pesenam mengguling kedepan. Saat badan sudah berada diatas kepala, kedua kaki segera dilecutkan ke depan lurus dibantu oleh kedua tangan mendorong badan dengan menekan lantai. Lecutan ini menyebabkan badan lenting kedepan.

c.Sikap akhir

ketika layangan selesai, kedua kakii segera mendarat. Badan tetap melenting dan kedua lengan tetap terangkat lurus. Akhirnya berdiri tegak.

Gambar 6. Guling Lenting (Neck Spring)

Agus Margono (2009:85) gerakan guling lentting melenting tumpuan tengkuk di uraikan sebagai berikut:

(26)

2) Mengguling kebelakang, tungkai lurus kaki dekat kepala, lengan bengkok tangan menumpu disamping kepala, ibu jari dekat telinga.

3) Menguling kedepan disertai dengan lecutan tungkai keatas depan, tangan menolak badan melayang dan membusur kepala pasip.

4) Mendarat pada kaki lurus dorong panggul kedepan, badan membusur lengan lurus keatas

Gambar 7. Lenting Tengkuk (Neck Spring)

6. Alat Bantu Pembelajaran

a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran

Salah satu upaya untuk mengatasi hal – hal tersebut diatas ialah penggunaan alat bantu dalam proses pembelajaran. Penggunaan alat bantu tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan lebih baik lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media.

Menurut Briggs (1977) yang dikutip Waluyo (2011: 76) bahwa, “Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya”. National

(27)

“Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang – dengar, termasuk teknologi perangkat keras”.

Soenardi Soemosasmito (1988: 196) mengemukakan bahwa, “Alat bantu pengajaran adalah setiap alat, mesin, atau perlengkapan yang digunakan untuk membantu menjelaskan materi pengajaran yang disampaikan,sebagai contoh: papan tuklis, proyektor, film, gambar tempel, selebaran tertulis, dan sebagainya”.

Menurut NEA (National Education Association) yang dikutip Soepartono (2000: 3-5) bahwa, “Media/alat peraga adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta peran intinya untuk kegiatan tersebut”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukan bahwa, alat bantu pembelajaran adalah setiap alat, mesin, atau perlengkapan yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta peran intinya digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan menarik untuk siswa.

b. Peran Alat Bantu Pembalajaran

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai peran alat peraga/alat bantu pembelajaran perhatikan model – model pola intruksional berikut:

1) Dalam pola intruksional (1) sama sekali tidak digunakan media atau alat peraga, sumber belajar siswa hanyalah berupa orang, yaitu guru. Guru menyampaikan materi secara verbal saja dan guru memegang penuh kendali atas terjadinya kegiatan belajar mengajar.

Gambar 8. Pola Intruksional (1)

(28)

2) Dalam pola intruksional (2) sumber belajar masih berupa orang yaitu guru. Disini guru tetap memegang untuk kendali namun tidak mutlak karena dibantu sumber lain walaupun sumber lain ini tidak menjadi bagian integrasi dari seluruh kegiatan belajar.

Gambar 9. Pola intrutisonal (2)

3) Dalam pola intruksional (3) siswa belajar dari sumber belajar berupa orang dan sumber lain yang bersama – sama berfungsi dalam proses pembelajaran berdasarkan pembagian tanggung jawab.

Gambar 10. Pola intruksional (3)

5) Dalam pola intruksional (4)disini anak didik belajar hanya dari sumber bukan manusia. Sumber bukan manusia ini dinamakan media. Jadi kondisi ini terjadi dalam suatu pengajarn melalui media, misalnya belajar melalui TV, Radio, dan lain – lain.

Gambar 11. Pola intruksional (4) Kurikulum Alat peraga Guru Siswa Kurikulum Guru Media/alat Peraga Siswa Kurikulum Media/alat Peraga Siswa

(29)

Melihat model – model pembelajaran intruksional di atas diketahui bahwa peran media/alat bantu pembelajaran begitu penting untuk memperlancar dan mempermudah proses belajar mengajar oleh pendidik, dimana tidak hanya dari sumber belajar pendidik saja tetapi sumber lain berupa media/alat bantu pembelajaran juga dapat dimanfaatkan utuk pembelajaran disekolah.

Pendapat dan bagan gambar pola intruksional tersebut menunjukan bahwa, alat bantu mempunyai arti penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Alat bantu dapat dijadikan sarana untuk menyampaiakan materi pembelajaran. Selain itu alat bantu akan memudahkan dalam mempelajari materi pembelajaran

c. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik

Bagi siswa media/alat banti pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan dengan warna – warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar. Menurut Soepartono (2000:21-23) bahwa,

Memilih media untuk proses pembelajaran adalah suatu tindakan strategis, karena memilih, menetapkan dan membuat media pembelajaran ada dua hal yang perlu diperhatikan secara cermat. Kedua hal tersebut adalah kriteria memilih media dan petunjuk menggunakan media. Kriteria pemilihan alat bantu pembelajaran, yaitu:

(1) Tujuan

(2) Kesesuaian media dengan materi yang akan dibahas (3) Karakteristik siswa

(4) Tersedianya sarana prasarana penunjang (5) Tersediaan media di sekolah

(6) Mutu teknis

(7) Biaya yang diperlukan.

(8)Pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur dengan benar, begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing – masing.

(30)

d. Manfaat Alat Bantu Pembelajaran

“Pemanfaatan media adalah pengguanaan media secara sistematik dari sumber – sumber yang ditujukan bagi siswa, proses penggunaan media adalah merupakan proses pengambilan keputusan (decision making). Soepartono (2000: 14) menyatakan, “Fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain – lain) dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi”. Kemp dan Dayton (1985) yang dikutip Waluyo (2011: 81) menyatakan, “Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal”. Lebih khusus manfaat media sebagai berikut:

(1) Penyampaian materi dapat diseragamkan (2) Proses intruksional menjadi lebih menarik (3) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif (4) Jumlah waktu belajar – mengajar dapat dikurangi (5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

(6) Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

(7) Sikap positif siswa terhadap materi belajar maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan

(8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif Alat bantu atau media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas dalam kegiatan/proses pembelajarn olahraga. Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapain hasil belajar yang optimal. Oleh kerena itu, seorang guru harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat bantu pembelajaran, jika dalam pembelajaran banyak kendala. Dengan menggunakan alat bantu yang tepat, maka kendala – kendala dalam pembelajaran dapat teratasi.

e. Pembelajaran Gerakan Guling lenting (Neck Spring) Menggunakan Alat Bantu Berupa Bidang miring dan Webbing

Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran olahraga sangat penting agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tidak

(31)

tersediannya alat bantu akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran, sehingga materi pembelajaran tidak dapat tersampaiakan. Namun sebaliknya, dengan alat bantu pembelajaran senam, maka pembelajaran senam dapat dilakukan secara variatif sesuai tujuan yang diinginkan.

Bidang miring merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang terdiri dari bidang datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi dari pada ujung yang lainnya. Bidang miring diposisikan miring agar dapat memperkecil gaya yang dibutuhkan. Bidang miring memberikan keuntungan yaitu dapat mempermudah memindahkan sesuattu ketempat yang lebih tinggi dengan gaya yang sedikit. Artinya gaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tidak menggunakan bidang miring. Dalam pembelajaran ini menggunakan bidang miring seperti gambar dibawah ini:

Gambar 12. Matras Bidang Miring

Pembelajaran guling lenting(neck spring) dengan alat bantu bidang miring pada dasarnya adalah untuk mempermudah siswa dalam melakukan gerakan berguling. Karena pada dasarnya menggunakan bidang miring akan menggunakan tenaga yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan menggunakan matras datar. Tujuan pemanfaatan bidang miring adalah membantu dorongan, sehingga ketika siswa berguling tidak membutuhkan tenaga yang besar, dibantu dengan bidang latihan yang miring.

(32)

Gambar 13. Bidang Miring dan matras

Menurut http://kamus lengkap.com/ inggris- Indonesia/ arti kata webbing.Webbingadalah anyaman, pita (tenunan) yang kuat dan lebar. Webbing bagian dari alat panjat tebing ataupun alat yang digunakan untuk segala kegiatan seperti mounteneering dan aktivitas kegiatan luar, berbentuk pipih lebar dan kuat terbuat dari bahan polyester atau nylon fleksibel digunakan sehinga bisa mengikuti bentuk barang ataupun tubuh sesuai apa yang akan dibentuk, ringan sehingga mudah dioprasikan dan tidak berbahaya bagi pemakainya.Webbing sering digunakan untuk pekerja ketinggian sebagai pengaman pada diri ataupun sebagai pengaman tubuh saat pemanjatan, webbing dapat dipergunakan oleh pria ataupun wanita dengan bentuk berbeda serta fleksibel.

Menurut Norman Edwin (1987:100) Webbing adalah pita pipih yang terbuat dari bahan nilon.Pemakainya menjadi populer setelah perang dunia ke II, sebagai akibat kelebihan produksi begitu pertempuran usai. Webbing kadang kadang disebut “tali pipih” karena kekuatanya memang sama dengan tali,kendati tidak mempunyai daya lentur.

(33)

Gambar 14. Contoh webbing sebagai alat bantu pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)

Menurut Norman Edwin (1987:218)Simpul atau tali temali pada pokoknya hanya ada beberapa simpul dasar dalam tali temali.sebuah simpul yang baik harus seerhana ,mudah dibuat, mudah lepas dengan sendirinya,tetapi dapat dilepas bila dikehendaki. Overhand knot. Bentuknya sederhana dan merupakan simpul paling dasar.

Simpul ini biasanya gigunakan pada ujung tali untuk menghentikan geseran.

Gambar 15. Contoh simpul Overhand knot

Dalam proses pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting (

neck spring), webbing digunakan secara maksimal sebagai alat bantu

pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran senam lantai. Penggunaan alat bantu webbing dipakai disetiap badan yang dibentuk

(34)

seperti rompi dengan di simpuloverhand knot dimana menjadi satu kesatuan siswa yang akan melakukan senam lantai gerakan guling lenting ( neck

spring), dan sebagai pegangang teman yang akan membantu gerakan dalam

senam lantai gerakan guling lenting (neck spring).

Langkah langkah secara singkat mengunakan webbing untuk alat bantu pembelajaran:

1). Webbing sepanjang 4m dibagi menjadi 2 bagian.di pertengahan bagian silangkan

2. letakan silangan pada punggung,kemudian ikatkan tali dari bagian belakang dan depan dengan simpuloverhand knot di sisi bagian kanan dan kiri

3. sisa tali di bagian kiri dan kanan di tarik kedepan ikat di depan dengan simpul kemudian setelah itu di tarik lagi ke kiri dan kanan kemudian disimpul kembali.

Gambar . 16 Tutorial Penggunaan Webbing Untuk Alat Bantu Guling Lenting

Ambil satu webbing dan uraikan , Bagi webbing menjadi

panjang 4-5 meter dua sama panjang Langkah 1 Langkah 2

(35)

Ujung lipatan diukur dari dagu sampai Setelah diukur sampai pusar perut, pusar perut pegang bagian pusar perut dari

Langkah 3 garis lurus digeser dengan posisi l , titik tanda pusarnya masih sama ,

/ digeser membentuk silangan N

M Langkah 4 m

Setelah disilangkan bagian tali bagian ujung kanan dan di silangan di pasang punggung kiri dimasukan satu persatu

Langkah 5 a ujung tali dimasukan ke arah . lingkaran punggung lewat

. bawah tali webbing s Langkah 6

(36)

Tali webbing kanan dan kiri lipat tali webbing kearah depan perut dimasukan lewat bawah webbing

Langkah 7 Langkah 8

Setelah dilipat kearah depan perut masukan ujung webbing kearah dimasukan ujung webbing kearah bawah pada lingkaran tali webbing, atas silangan lewat bawah tali kanan dan kiri bergantian

(37)

Setelah dimasukan pada lingkaran posisi setelah kanan dan kiri di simpul webbing ditarik kebawah sampai dan diikat

kencang kanan dan kiri sama Langkah 12 dari belakang .

Langkah 11

posisi setelah kanan dan kiri ambil sisa webbing kanan dan kiri

ditarik dan disimpul diikat dari depann kedepan dan silangkan pada tengah Langkah 13, tengah pusar perut

v Langkah 14 .

(38)

Ambil bagian webing yang diposisi posisi webbing setelah ditarik atas ditarik keatas lewat bawah Langkah 16

webbing yang dibawahnya

Langkah 15

Silangkan sisa tali webbing tali bagian atas dimasukan ke lingkaran Langkah 17 Langkah 18

(39)

Setelah dimasukan dan ditarik sisa webbing di masukan ke arah. Langkah 19 samping kanan dan kiri

a Langkah 20 a

Dimasukan lewat bawah simpul arahkan webbing ke samping webbing. Langkah 21 Langkah 22

(40)

Arahkan webbing keatas lewat bawah arahkan kebawah kedalam yang sudah disimpul kemudian ditarik lingkaran webbing Langkah 23 Langkah 24

Dimasukan dan ditarik ke bawah setelah ditarik kebawah, lakukan pada

Langkah 25 . . kanan dan kiri.

(41)

Hasil akhir alat bantu webbing setelah hasil akhir alat bantu webbing setelah dipasang, dilihat dari depan dipasang, dilihat dari belakang Langkah 27 Langkah 28

Alat bantu webbing berukuran sepanjang 5 meter dan lebar 2-3cm untuk digunakan sebagai alat bantu guling lenting penggunaanya sangat fleksibel karena alat bantunya bisa mengikuti bentuk badan dan aman digunakan saat pergerakan senam lantai serta tidak menggangu, biasanya untuk pencarian alat bantu webbing bisa dicari di toko out door yang menjual peralatan gunung dan panjat selain itu bisa diganti dengan menggunakan jenis kain yang tidak molor atau tidak lentur yang dibuat dengan lebar 2-3cm dan panjang 4-5meter yang dijahit itu juga bisa digunakan sebagai alternatif untuk alat bantu guling lenting dan cara penggunaanya sama seperti webbing.

(42)

Pembelajaran Guling Lenting (Neck Spring) dengan Bidang Miring dan Webbing

Dalam melaksanakan gerakan Guling lenting (neck spring)dengan bidang miring danwebbing yaitu sebagai berikut:

(a) Sikap awal berdiri tegak pada bidang miring dan matras yang sudah dipasang, kedua kaki rapat dan kedua lengan diangkat lurus telapak kakitidak boleh jinjit dengan webbing sudah terpasang di badan dan dibantu dua orang dikiri dan kananya memgang tali webbing yang sudah terpasang.

(b) Letakkan kedua telapak tangan didepan kaki (tangan dalam keadaan lurus), pandangan diarahkan diantara dua telapak tangan dan kedua orang yang membantu tetap berdiri disamping kiri dan kananya sambil memegang tali webbing. (c) Anggkat pinggul dengan mendorongkan kedua kaki.

(d) Masukkan kepala diantara kedua lengan, dengan cara menekan dagu kedalam (kearah dada).

(e) Tekuk kedua tangan secara bersama-sama, letakkan tenguk kepala keatas matras bidang miring.

(f) Lakukan berguling kedepan sampai posisi badan berada diatas kepala, kedua kaki segera dilecutkan ke atas depan lurus,kedua orang yang membantu memegang tali di kiri dan kananya melangkah kedepan mengikuti gerakan, saat posisi membusur kedua orang di kiri dan kananya membantu mengangkat tali webbing yang dipeganya dengan menarik kearah depan sampai posisi berdiri lurus

(43)

Gambar 17. Contoh pelaksanan awalan dengan alat bantu pembelajaran senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)

(44)

B. Kerangka Berfikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi pelajaran. Guru sifatnya hanya membimbing, mendorong, dan mengarahkan. Guru bukan menjadi satu – satunya sumber belajar bagi siswa.

Permasalahan umum dalam pembelajaran penjas adalah kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Siswa berperan sebagai objek pembelajaran yang hanya mendengarkan dan mengaplikasi apa yang disampaiakan guru. Selain itu proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat memancing peran aktif siswa.

Kurang kreatifitasnya guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain kurang kreatifitasnya guru dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran sederhana, guru kurang akan model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran selalu menjenuhkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, dan hanya mengajar materi agar dapat selesei tepat waktu, tanpa memikirkan bagaiman pembelajarn tersebut bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata.

Pemanfaatan alat bantu pembelajaran sederhana menggunakan webbing dan bidang miring sebagai sarana untuk membatu guru dalam menyampaiakan dan menjelaskan materi senam lantai gerakan guling lenting(neck spring) kepada siswa. Melalui alat bantu tersebut guru memperlihatkan dan menjelaskan mengenai apa yang telah dipraktekan melalui webbing dan bidang miring tentang senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) dengan jumlah webbing 25 dengan siswa sebanyak 23 serta bidang miring 1.

(45)

BAB III

Gambar 18.Alur Kerangka Berfikir Kondisi awal Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu pembelajaran berupa webbing dan bidang miring

Guru kurang inovatif dalam pembelajaran penjasorkes

Tindakan

Kondisi akhir

Melalui penerapan alat bantu pembelajaran

webbing dan bidang

miring, akan membangkitkan motivasi belajar siswa/peserta didik sehingga hasil pembelajaran akan maksimal

Siklus II : upaya perbaikan dari tindakan siklus I sehingga meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling (neck spring) lentingmelalui penggunaan alat bantu pembelajaranwebbing dan bidang miring.

Siklus I : Guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk

meningkatakan hasil belajar senam lantai gerakanguling lenting (neck spring) melalui penerapan alat bantu

pembelajaran webbing dan bidang miring.

Siswa :

a. Motivasi belajar siswa sangat kurang dan cepat merasa bosan mengikuti pelajaran penjas

b. Hasil belajar rendah c. Kualitas gerak

(46)

C. Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini “upaya peningkatan hasil belajar senam lantai dapat meningkatakan gerakan guling lenting dengan menggunakan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”.

(47)

47

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta JL Kolonel Sutarto No. 188 Surakarta Kode Pos 57126

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dari bulan April 2016 s/d Mei 2016 Tabel 1. RincianWaktu Kegiatan Dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Rencana Kegiatan

Tahun 2016

Febru Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah + c. Penentuan Tindakan + d. Pengajuan Judul e. penyusunan Proposal f. Seminar Proposal g. Pengajuan ijin penelitian

2 Pelaksanaan

a. Pengumpulan data penelitian b. Analisis Data + + + + + 3.

Penyusunan Laporan dan

Konsultasi

a. Penulisan Laporan

b. Ujian skripsi

(48)

B. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII C di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 14 siswa perempuan dan 10 siswa laki – laki

.

C. Data Dan Sumber Data

Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang kemampuan senam lantai gerakan guling lenting(neck spring) dengan penggunaan alat bantu pembelajaran dengan webbing dan bidang miring pada siswa kelas VIII C di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016

2. Guru, sebagai kolabolator, untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan alat bantu pembelajaran dengan webbing dan bidang miring saat melakukan senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) pada siswa kelas VIII C di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri : tes dan observasi.

1. Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil senam lantai gerakan guling lenting yang dilakukan siswa.

2. Observasi : dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan alat bantu pembelajaran dengan webbing dan bidang miring.

(49)

Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut :

Tabel 2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data No Sumber

data

Jenis data Teknik Pengumpulan Data Instrument 1. Siswa Hasil ketrampilan senam lantai gerakan guling lenting Afektif

Penilaian sikap melalui observasi lapangan ( sesuai dengan rubrik penilaian aspek afektif pada RPP

Kognitif Soal tes ( sesuai dengan rubrik penilaian aspek kognitif RPP )

Psikomotor

Tes ketrampilan senam lantai gerakan guling lenting menggunakan alat bantu pembelajaran ( sesuai dengan aspek psikomotor RPP )

2. Guru

Melihat tingkat keberhasilan menggunakan alat bantu pembelajaran siswa

E. Uji Validitas Data

Untuk validitas data dan pertanggung jawaban yang dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan, maka untuk memeriksa dapat menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

(50)

peningkatan validasi data dalam penelitian tindakan kelas. Trianggulasi meliputi trianggulas data, trianggulasi metode dan trianggulasi sumber.

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Trianggulasi data ialah data yang sama akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Data diperoleh dari siswa, guru dan hasil observasi dari kolaborator.

F.Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran :

1. Hasil keterampilan senam lantai gerakanguling lenting (neck spring): dengan menganalisis nilai rata-rata tes senam lantai gerakan guling lenting (neck spring). Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan

2. Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) : dengan menganalisis rangkaian gerakan senam lantai gerakan guling lenting (neck spring), Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan

G. Indikator Kinerja Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan guling lenting (neck spring)melalui penggunaan alat bantu teman dengan teman dan dinding pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 16 Surakarta tahun 2015/2016. Adapun setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah meliputi: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,

(51)

dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Table 3.Persentase target capaian : Aspek yang

diukur

persentase target capaian

cara mengukur Psikomotor: Kemampuan melakukan teknik dasar senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) 75% Diamati melalui proses pembelajarn dan unjuk kerja praktik sesuai dengan pedoman rubrik penilaian Kognitif: Pemahaman siswa terhadap materi senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) 75% Melalui tes kemampuan kognitif siswa siswa sesuai dengan pedoman rubrik penilaian RPP Afektif: Sikap siswa dalam mengikuti pelaksanaan materi senam lantai gerakan guling lenting (neck spring) 75% Melalui penilaian sikap sesuai dengan pedoman rubrik penilaian RPP

Gambar

Gambar 1. Gerakan Guling Depan  ( Aka, 2009:78).
Gambar 2 Gerakan kayang  (Sumber: Aip Syarifuddin,.1991: 109)
Gambar 3 Gerakan saat melakukan kayang                (Sumber: Satrio Ahmad.Y,.2009: 15)
Gambar 4 Gerakan kayang dari posisi tidur terlentang  (Sumber: Sapto Madijino,2010: 34-35)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Nilai daya dukung efektif (Effective Carrying Capacity/ECC) suatu kawasan memiliki jumlah maksimum wisatawan yang diterima pada suatu objek wisata untuk kepentingan

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

informasi tentang jenis dan berbagai motif batik store nusantara, dapat melakukan pemesanan batik secara online dengan mendaftarkan data diri pelanggan dan mengisi form

Berangkat dari permasalahan produktifitas, beberapa alternatif seperti kegiatan pemuliaan pohon, perbaikan teknik silvikultur, perbaikan teknik penyadapan dan perbaikan