• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III RANCANGAN PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

21

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kejaksaan Republik Indonesia yang saat ini menggunakan atau pernah menggunakan SIMKARI 2 atau telah mengikuti pelatihan teknis SIMKARI 2, baik pegawai tata usaha atau operator SIMKARI 2 maupun para Jaksa. Untuk mempermudah penelitian maka sampel diambil dari seluruh pegawai Kejaksaan Republik Indonesia di wilayah Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta dengan alasan bahwa Kejati DKI Jakarta adalah daerah berpenduduk terpadat di Indonesia yang tentu saja memiliki jumlah kasus terbanyak dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, sehigga apabila ternyata pelaksanaan SIMKARI 2 di wilayah Kejati DKI dinilai berhasil maka kejaksaan-kejaksaan lain di wilayah Republik Indonesia tinggal mengikutinya. Pengambilan sampel secara nonprobabilitas dilakukan dengan menggunakan metoda Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah pengumpulan sampel dari responden yang berasal dari referensi suatu jaringan (Jogiyanto, 2007), dalam hal ini kuesioner dikirimkan kepada Kejati DKI Jakarta dan setiap Kejaksaan Negeri (Kejari) yang berada dalam wilayahnya yang kemudian akan didistribusikan kepada pengguna SIMKARI 2. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemerolehan sampel serta penekanan biaya dan waktu.

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupkan strategi opini yaitu data dikumpulkan melalui pendapat-pendapat responden (Jogiyanto, 2007) untuk mendapatkan opini individu sehingga sumber datanya adalah responden individu. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

Untuk mendapatkan data opini individu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data survei (Jogiyanto, 2007). Survei adalah metoda pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu

(2)

22

(Jogiyanto, 2007). Pertanyaan-pertanyaan tersebut disampaikan kepada responden menggunakan survei pos/surat (mail survey) dan survei kiriman komputer (computer-delivered survey).

Survei Pos (mail survey) merupakan survei yang pertanyaan-pertanyaannya dikirimkan kepada responden lewat pos atau faksimil atau cara pengiriman lainnya (Jogiyanto, 2007). Survei kiriman komputer adalah menggunakan komputer misalnya intranet dan internet, untuk mengirimkan pertanyaan-pertanyaan (Jogiyanto, 2007).

3.2.1 Permasalahan survei dan cara mengatasinya

Untuk meningkatkan kualitas survei baik melalui pos maupun komputer dilakukan cara-cara berikut.

a. Pemberitahuan awal

Pemberitahuan awal disampaikan kepada responden melalui surat, telepon dan e-mail sebelum kuesioner dikirimkan.

b. Isi dari survei

Isi kuesioner telah dimintakan pendapat kepada beberapa dosen dan beberapa orang periset kemudian dilakukan beberapa kali revisi agar pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab kurang dari sepuluh menit. Sponsor utama adalah Kejaksaan Agung Republik Indonesia. Pengiriman dilakukan melalui e-mail yang kemudian beberapa responden mengirimkan kembali melalui pos, dilakukan dengan diantarkan sendiri (drop-off delivery). Personalisasi dilakukan dengan menandatangani lembar kuesioner meskipun kemudian diperbanyak dalam bentuk fotokopian. Surat pengantar tesis diperoleh dari Pengelola Magister Elektro konsentrasi Chief Information Officer (CIO), Institut Teknologi Bandung disampaikan dalam bentuk pindaian untuk mempersingkat waktu kemudian aslinya dikirimkan melalui pos. Insentif yang diberikan bukan berupa uang namun berupa suvenir. Tanggal jatuh tempo disampaikan yaitu tanggal 1 Juli 2008.

(3)

23 c. Tindak lanjut

Tindak lanjut dengan cara menghubungi Kejaksaan Negeri sehari setelah pengiriman kuesioner melalui e-mail untuk melakukan konfirmasi apakah kuesioner telah diterima oleh Kejaksaan Negeri atau belum. Kemudian Kejaksaan Negeri kembali dihubungi setelah dua minggu sejak kiriman dipastikan diterima oleh Kejaksaan Negeri.

3.3 Teknik Pengujian Data

Setelah terjadi pengalihbahasaan atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang akan diajukan kepada responden kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut dikoreksi oleh beberapa dosen pada STMIK Mitra Karya Bekasi serta STMIK M.H. Thamrin Jakarta Timur dan oleh beberapa periset dari Insight Asia. Setelah dikoreksi dan diperbaiki maka pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner menjadi lebih mudah dipahami sehingga tidak akan membutuhkan waktu lebih dari sepuluh menit bagi responden untuk menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini menggunakan tujuh poin skala semantic differential sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh Livari (2005).

Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) dan perangkat lunak yang digunakan dalam pengujian data adalah SmartPLS yang dapat diunduh dengan gratis pada http://www.smartpls.de dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri dengan data diri yang sebenarnya dan akan memperoleh kode aktivasi yang harus selalu diperbaharui setiap tiga bulan agar SmartPLS tetap dapat digunakan.

3.3.1 Uji validitas

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2007). Validitas dapat berupa validitas eksternal dan internal. Validitas eksternal menunjukkan bahwa hasil dari suatu objek dapat digeneralisasikan ke semua objek, situasi, dan waktu yang berbeda (Jogiyanto, 2007). Validitas internal menunjukkan kemampuan dari suatu instrumen riset mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu

(4)

24

konsep. Validitas internal terdiri dari validitas isi, validitas berhubungan dengan kriteria dan validitas konstruk. Uji validitas konstruk pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metoda analisis faktor. Uji validitas konvergen (convergent validity) untuk menunjukkan bahwa sebuah konstruk valid dalam memrediksi konstruk lainnya. Validitas konvergen dianggap cukup apabila nilai rata-rata variannya lebih besar dari 0,5 (Fornell dan Larcker, 1981). Uji validitas diskriminan (discriminant validity) untuk mengetahui validitas suatu konstruk dibandingkan dengan konstruk yang lain. Validitas diskriminan dianggap cukup apabila rata-rata varian bersama antara sebuah konstruk dan pengukur-pengukurnya harus lebih besar dari varian bersama konstruk tersebut dengan konstruk-konstruk lainnya pada model (Chin, 1998).

3.3.2 Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur konsistensi dari suatu instrumen secara berurutan. Konsistensi menunjukkan seberapa baik item-item yang mengukur sebuah konsep bersatu menjadi sebuah kumpulan (Sekaran, 2006).

Uji keandalan (reliabilitas) pada penelitian ini digunakan Cronbach’s Alpha. Cronbach Alpha adalah koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Semakin dekat Cronbach’s Alpha dengan 1 maka semakin tinggi pula konsistensi internalnya (Sekaran, 2006).

3.4 Pengukuran Konstruk

3.4.1 Konstruk Model DeLone dan McLean

Berikut adalah konstruk pada model DeLone dan McLean merupakan konstruk-konstruk yang dibentuk oleh variabel-variabel formatif dan dikaitkan dengan penelitian ini.

a. Kualitas SIMKARI 2

Pertanyaan-pertanyaan pada konstruk Kualitas SIMKARI 2 diadopsi dari penelitian Livari (2005) yang diukur dengan enam skala sebagai berikut.

(5)

25

Fleksibilitas SIMKARI 2 (flexibility of the SIMKARI 2), diukur dengan skala semantic differential yaitu kaku-fleksibel, terbatas-serbaguna, tidak cukup-cukup, rendah-tinggi.

Integrasi sistem (Integration of the SIMKARI 2), diukur dengan skala semantic differential yaitu tidak lengkap-lengkap, tidak cukup-cukup, tidak berhasil-berhasil, buruk-baik.

Waktu respon/perubahan (response/turnaround time), diukur dengan skala semantic differential yaitu lambat-cepat, buruk-baik, tidak konsisten-konsisten, aneh-masuk akal.

Perbaikan kesalahan (error recovery), diukur dengan skala semantic differential yaitu lambat-cepat, parah-unggul, tidak lengkap-lengkap, rumit-sederhana.

Kenyamanan Akses (Convenience of access), diukur dengan skala semantic differential yaitu tidak nyaman-nyaman, buruk-baik, sulit-mudah, tidak efisien-efisien.

Bahasa perintah (command language), diukur dengan skala semantic differential yaitu rumit-sederhana, lemah-kuat, sulit-mudah, sulit digunakan-mudah digunakan.

b. Kualitas Informasi SIMKARI 2

Pertanyaan-pertanyaan pada konstruk Kualitas Informasi SIMKARI 2 diadopsi dari penelitian Livari (2005) yang diukur dengan enam item sebagai berikut.

Isi (volume), diukur dengan skala semantic differential yaitu ringkas-berlebihan, tidak cukup-cukup, tidak diperlukan-diperlukan, aneh-masuk akal.

Kelengkapan (completeness), diukur dengan skala semantic differential yaitu tidak lengkap-lengkap, tidak konsisten – konsisten, tidak cukup-cukup, tidak memadai-memadai.

Ketelitian (precision), diukur dengan skala semantic differential yaitu tidak cukup-cukup, tidak konsisten-konsisten, rendah-tinggi, tidak terpercaya-terpercaya.

(6)

26

Akurasi (accuracy), diukur dengan skala semantic differential yaitu tidak akurat-akurat, rendah-tinggi, tidak konsisten-konsisten, tidak cukup-cukup.

Kekinian (currency), diukur dengan skala semantic differential yaitu buruk-baik, tidak tepat waktu-tepat waktu, tidak memadai-memadai, aneh-masuk akal.

Bentuk dari keluaran (format of output), diukur dengan skala semantic differential yaitu buruk-baik, rumit-sederhana, tidak terbaca-terbaca, tidak berguna-berguna.

c. Penggunaan SIMKARI 2 Senyatanya

Pertanyaan-pertanyaan konstruk Penggunaan SIMKARI 2 Senyatanya diadopsi dari penelitian Livari (2005) yang diukur dalam bentuk item-item sebagai berikut.

Penggunaan waktu harian (daily use time) diukur dari tidak pernah menggunakan SIMKARI 2 sama sekali hingga penggunaan lebih dari 3 jam.

Frekuensi penggunaan (frequency of use) diukur dari menggunakan SIMKARI 2 kurang dari sebulan hingga penggunaan beberapa kali dalam sehari.

d. Kepuasan Pengguna SIMKARI 2

Konstruk Kepuasan Pengguna SIMKARI 2 diukur dengan enam item yang diadopsi dari penelitian Livari (2005) dengan 7 skala semantic differential yaitu tidakbaik-sangat baik, sulit-mudah, membingungkan-memuaskan, tidak memadai-memadai, menjemukan-menyenangkan, kaku-fleksibel.

e. Dampak Individual

Pertanyaan-pertanyaan pada konstruk Dampak Individual sebanyak 6 item diadopsi dari penelitian Livari (2005) dengan mengubah objeknya dari sistem menjadi SIMKARI 2. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini diukur dengan tujuh poin skala Likert, 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat setuju).

(7)

27 f. Dampak Organisasional

Dampak Organisasional tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena sulitnya memisahkan dampak dari sistem informasi atau sistem kerja.

g. Kesukarelaan Menggunakan SIMKARI 2

Pertanyaan-pertanyaan pada konstruk Kesukarelaan menggunakan SIMKARI 2 diadopsi dari penelitian Adrianto (2007) dengan mengubah objeknya dari e-filing menjadi SIMKARI 2. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini diukur dengan tujuh poin skala Likert, 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat setuju). Pertanyaan-pertanyaan pada konstruk ini berjumlah tiga buah. Untuk menjaga reliabilitas dari konstruk ini, pertanyaan nomor dua dan tiga, skala Likert dibalik menjadi 1 adalah sangat setuju hingga 5 adalah sangat tidak setuju.

3.5 Metoda Analisis

Metoda analisis yang digunakan adalah menggunakan Partial Least Square (PLS). PLS adalah metoda Structural Equation Modelling (SEM) berbasis komponen yang bertujuan prediksi. Penelitian ini bertujuan prediksi dan menurut Seddon (1997) dukungan teori model DeLone dan McLean kurang kuat. Chin dan Newsted (1999) menyatakan bahwa model PLS cocok untuk aplikasi-aplikasi prediksi dan pembangunan teori.

3.6 Metoda Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang menyangkut pengaruh suatu konstruk terhadap konstruk yang lain digunakan uji t dan pengukuran hubungan koefisien korelasi digunakan koefisien jalur (path coefficients). Uji t yang dilakukan menggunakan tingkat kepercayaan 95% yaitu tingkat kepercayaan yang paling umum digunakan untuk kemudian diambil yang signifikan. Koefisien korelasi yang positif menunjukkan bahwa ada hubungan positif antar konstruk sedangkan koefisien korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang sebaliknya antar konstruk. Hubungan yang sebaliknya antar konstruk yang dimaksudkan

(8)

28

adalah jika suatu konstruk berkorelasi negatif terhadap konstruk actual use maka berarti konstruk yang bersangkutan tidak menggunakan teknologi yang dimaksud.

3.7 Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi dilihat dengan melihat nilai R Square (R2). Nilai dari R2 adalah antara nol sampai dengan satu. R2 bernilai nol berarti tidak dapat menjelaskan sedikitpun variansi terhadap variabel dependen. R2 bernilai satu berarti variabel independen menjelaskan seratus persen variansi terhadap variabel dependen.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat bahwa pengetahuan tentang nilai- nilai karakter adalah bersifat abstrak sedangkan tingkat berpikir usia TK masih dalam tahap kongkret, maka dongeng dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat ditarik sebuah simpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa

Teori ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh Kusumawardhani dan Nugroho (2010) serta Hasanzade et al., (2013) yang memperoleh hasil bahwa profitabilitas

materisebelum mengikuti praktikum laboratorium anatomi.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang kegiatan

Pada harga Rp.3425, secara fundamental, harga sahamnya hanya ditransaksikan dengan PBV sebesar 1,7x, di bawah rata-rata emiten bank yang berkapitalisasi pasar di atas Rp.36 triliun

Skripsi dengan judul “Analisis Kesenjangan Pendapatan Kota/Kabupaten Propinsi Jawa Timur 2008 - 2012” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah skripsi ini tidak terdapat

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, rata-rata perlakuan air perasan daun binahong pada berbagai konsentrasi tidak menunjukkan aktivitas anti bakteri

Setiap Nata Penghitungan dibuat untuk satu jenis ketetapan, satu jenis pajak, satu Wajib Pajak (badan atau orang pribadi), suatu Masa Pajak/Bagian Tahun Pajak/Tahun