• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REKONSTRUKSI SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV DAN V SD GUGUS XIII KECAMATAN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS REKONSTRUKSI SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV DAN V SD GUGUS XIII KECAMATAN BULELENG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS REKONSTRUKSI SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV

DAN V SD GUGUS XIII KECAMATAN BULELENG

Nyoman Agus Tri Adnyana

1

, I Wyn Widiana

2

, Dewa Nym Sudana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : agustriadnyana@gmail.com

1

, wayan_widiana@yahoo.com

2

,

dewasudana65@gmail.com

3

ABSTRAK

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui (1) deskripsi dimensi sikap sosial yang dimiliki siswa, (2) deskripsi efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa melalui penerapan pendekatan saintifik. Populasi dan sampel adalah siswa kelas IV dan V SD gugus XIII Kecamatan Buleleng dan sampel di tiga SD. Metode yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) deskripsi sikap sosial yang dimiliki siswa kelas IV dan V SD secara umum rata-rata 86,15 (tinggi), namun hasil rata-rata indikator pada sikap gotong royong 7,40 (sedang), sikap disiplin 7,27 (sedang), sikap sopan 7,31 (sedang), dan sikap percaya diri 7,29 (sedang). (2) deskripsi efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD melalui penerapan pendekatan saintifik hanya diterapkan pada indikator sikap sosial yang berada di bawah kategori tinggi hasil secara umum rata-rata 39,80 (sangat tinggi), hasil rata-rata setiap indikator yang direkonstruksi yaitu sikap gotong royong 9,72 (tinggi), sikap disiplin 10,22 (sangat tinggi), sikap sopan 10,03 (sangat tinggi), dan sikap percaya diri 9,81 (sangat tinggi). Dengan demikian penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat dikatakan efektif karena hasil hitung rata-rata sudah mengalami peningkatan.

Kata kunci: analisis, rekonstruksi, dan sikap sosial.

ABSTRACT

This descriptive research aimed to determine (1) the description of student social attitudes dimension, (2) the description of the effectiveness of the student social attitude reconstruction through the implementation of the scientific approach. The population was the IV and V grade students in XIII group of Buleleng district and for the sample using three schools. The research used questionnaire and interviews methods with descriptive analysis techniques of quantitative and qualitative. The results showed that (1) the description of the students social attitudes of IV and V grade students was in general average is 86,15 (high), but the average of indicator on the attitude of mutual cooperation is 7,40 (medium), discipline 7,27 (medium), politeness 7,31 (medium), and the confident attitude 7,29 (medium). (2) the description of the effectiveness of the student social attitude reconstruction through the implementation of the scientific approach is only applied to the indicators of social attitudes wich are under the high category, generally average is 39,80 (very high), the average of each indicator who reconstructed, such as the attitude of mutual cooperation is 9,72 (high), discipline is 10,22 (very high), courteous attitude is 10,03 (very high), and the confident attitude is 9,81 (very high). So that, the implementation of a scientific approach in the learning can be said to be effective because the results of average had increased.

(2)

PENDAHULUAN

Undang-undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanahkan agar pendidikan tidak hanya memberi kesempatan untuk mem bentuk insan Indonesia yang cerdas semata, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh kembang dengan karakter yang terdapat nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.

Pendidikan Nasional juga berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemampuan dan watak seseorang dapat dibentuk pada saat mendapat pendidikan. Pendidikan yang terjadi di dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Sukses atau tidaknya suatu pendidikan bergantung pada semua komponen yang terlibat dalam suatu pendidikan. Komponen pendidikan tersebut terdiri dari pemerintah, guru, perangkat pembelajaran, dan peserta didik. Untuk pendidikan pada jenjang sekolah dasar mendapatkan penekanan yang lebih mengutamakan pembentukan sikap.

Menurut Kurniasih (2014 :65), “ Sikap merupakan sebuah ekspresi dan nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang”. Cara seseorang memandang suatu permasalahan sangat bergantung pada sikap yang dimiliki, termasuk pula sikap yang dimiliki oleh

siswa dalam menyelesaikan

permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Sependapat dengan Jahja, Yudrik (2011: 67) menyatakan bahwa “Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sikap juga merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif objek, yang memberi dasar

kepada orang untuk membuat respons dalam cara tertentu. Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi sikap selalu berhubungan dengan dua hal yaitu ‘Like’ atau ‘Dislike’ (senang atau tidak senang , suka atau tidak suka). Mengacu pada adanya faktor perbedaan individu (pengalaman, latar belakang, pendidikan, dan kecerdasan). Maka reaksi yang dimunculkan terhadap satu objek tertentu berbeda pada setiap orang”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu didalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Jika sikap dikaitkan dengan pendidikan, tujuan pendidikan sekolah

dasar yaitu sebagai proses

pengembangan kemampuan yang paling mendasar agar siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri siswa secara optimal. Perkembangan diri siswa akan lebih optimal jika siswa dapat memiliki dan mengembangkan sikap sosial pada diri mereka sendiri.

Sikap sosial menurut Ahmadi (dalam Kumiati 2015) mengemukakan bahwa “Sikap sosial positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan baik menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma sosial dimana individu tersebut berada. Sikap sosial negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui norma-norma sosial yang berlaku dimana individu tersebut berada”.

Sikap sosial menurut Azwar (dalam Kumiati, 2015) menyatakan bahwa “Terbentuknya sikap sosial adanya interaksi sosial yang dialami individu, sehingga dapat membentuk pola sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, institusi pendidikan, agama serta faktor emosi dalam diri individu”. Dari berbagai

(3)

aspek yang mempengaruhi sikap sosial adalah aspek budaya yang paling besar mempengaruhi terbentuknya sikap orang tersebut. Kebudayaan ini yang mewarnai sikap anggota masyarakat, serta memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi kelompok masyarakat.

Sikap sosial mengajarkan siswa bagai mana bersikap dengan lingkungan sekitar yang didalamnya termasuk keluarga, guru, teman dan bahkan masyarakat. Sikap sosial yang baik membuat siswa menjadi siswa yang cerdas, bukan hanya siswa yang pintar secara pengetahuannya saja. Sikap sosial membuat siswa terbiasa menum buhkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Sikap sosial akan terbentuk dari jenjang pendidikan dasar, termasuk dari jenjang pendidikan sekolah dasar. Pada KTSP tercantum pada ranah afektif, menurut Majid (2008:76) me nyatakan bahwa “ Afektif yakni pembinaan sikap mental secara mantap dan matang sebagai penjabaran dari sikap”. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa sikap sosial memang di terapkan di sekolah saat pembelajaran berlangsung baik di kelas maupun di luar kelas. Menurut Kunandar (2013:100) menyatakan bahwa “ Ranah Afektif mencangkup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.

Sikap sosial itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari dan dibentuk selama perkembangan hidup seseorang yang berlangsung melalui interaksi sosial baik dalam kelompok maupun di luar kelompok sehubungan dengan objek tertentu. Karena sikap sosial tidak dibawa sejak lahir dan dapat dipelajari, menurut Ahmadi

(2007:157-158) menyatakan bahwa “Yang

mempengaruhi sikap sosial adalah faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor lingkungan). Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial

dari dalam manusia itu sendiri misalnya minat dan bakat. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial yang berasal dari luar orang itu sendiri, misalnya pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun bimbingan dari guru”.

Dari penjelasan beberapa para ahli mengenai sikap sosial, tentu terdapat permasalahan-permasalahan mengenai sikap sosial siswa. Dimana aspek sikap sosial siswa menurut Kurniasih (2014) menyatakan bahwa terdapat tujuh aspek sikap sosial yang kompleks meliputi sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Dijenjang sekolah dasar yang diberikan penekanan lebih pada sikap sosial siswa agar membentuk siswa yang jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri karena belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pada kenyataan dilapangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran hanya lebih terfokus pada penggunaan model dan bagaimana upaya menciptakan suasana belajar yang aktif, namun kurang me nekankan pada dimensi sikap khususnya sikap sosial yang dimiliki siswa serta sikap sosial siswa belum tampak sepenuhnya. Hal ini terlihat saat awal siswa tiba di sekolah masih terlihat siswa terlambat hadir ke sekolah, kemudian saat

kegiatan proses pembelajaran

berlangsung siswa masih terlihat bercanda dengan teman, meng ganggu teman, ataupun siswa masih kurang me miliki rasa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal tersebut tentu menunjukkan sikap sosial siswa pada aspek gotong royong dan disiplin belum sesuai dengan harapan.

Permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil observasi awal yang telah dilakukan pada tanggal 6 November 2015 tepat pukul 07.00 WITA bahwa sikap siswa di SD Gugus XIII kecamatan buleleng perlu direkonstruksi mengenai sikap sosial siswa seperti saat pembelajaran siswa cenderung berbicara dengan teman daripada mengerjakan tugas yang diberikan guru dan kurang memilki sikap disiplin. Hal ini juga

(4)

didasarkan pada wawancara terhadap guru di Gugus XIII menyatakan bahwa sikap sosial yang dimiliki pada masing-masing siswa mengalami penu runan, bahkan beliau juga mengungkapkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran tujuan yang paling mendasar bagi guru adalah bagaimana cara agar siswa bisa memahami materi yang diberikan, bagaimana siswa agar bisa terlibat aktif dalam pembelajaran dan mengikuti pembelajaran secara fokus, baik itu dilakukan dengan memilih metode ataupun model yang sesuai. Guru tidak banyak mengetahui mengenai dimensi sikap sosial pada siswanya. Guru tidak selalu memantau sikap siswa termasuk sikap sosial siswa.

Sikap sosial yang terlihat menyimpang seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak memperhatikan guru saat proses pembelajaran berlangsung, ataupun terlambat datang ke sekolah hal tersebut yang menjadikan guru harus memberikan teguran, nasihat, ataupun pembinaan terhadap siswa terkait. Meskipun telah melakukan beberapa cara untuk mengatasi sikap sosial siswa yang menyimpang, permasalahan mengenai sikap sosial masih saja terjadi.

Merekonstruksi dan pembinaan sikap sosial siswa memang penting untuk terus direkonstruksi sejak dini terlebih pada anak usia sekolah dasar, agar nantinya dapat membentuk karakter siswa tersebut sampai dewasa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok tentang: (1) Bagaimana analisis dimensi sikap sosial yang dimiliki siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng?, (2) Bagaimana efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng?, (3) Bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng?.

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah: (1) Untuk merumuskan analisis dimensi sikap sosial yang dimiliki siswa kelas IV dan V SD di

Gugus XIII Kecamatan Buleleng, (2)

Untuk merumuskan efektivitas

rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng, (3) Untuk merumuskan kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.

Penelitian yang terkait dengan dimensi sikap sosial telah dikemukakan oleh Komang Iyut Sudarsini, dkk (2015). Dengan judul Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa SD Kelas VI Di SD Gugus I Banyuning Kec. Buleleng. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial siswa.

Penelitian yang terkait dengan dimensi sikap sosial telah dikemukakan oleh I Made Agus Suteja, dkk (2015). Dengan Judul Analisis Sikap Siswa Dalam

Proses Pembelajaran Dengan

Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 Tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 28 Dangin Puri. Hasil penelitian ini adalah (1) dari 9 aspek sikap siswa, sebagian besar siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap spiritual dan sikap sosial (2) Hambatan dalam mengem bangkan sikap siswa berasal dari internal siswa sebanyak 5 aspek, dan 5 aspek dari eksternal siswa. (3) Solusi yang telah dilakukan guru sebanyak sembilan hal, yang secara umum tergolong ke dalam nasehat dan pengawasan serta teguran dari guru.

Penelitian yang terkait dengan pendekatan saintifik dikemukakan oleh I Ketut Restana Asta, dkk (2015). Dengan judul Pengaruh Pendekatan Saintifik Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA. Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional (Fhitung=58> Ftabel= 4,00). (2) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara

(5)

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional setelah kovariabel kemampuan berpikir kritis dikendalikan (F=28,954). (3) Terdapat kontribusi positif kovariabel kemampuan berpikir kritis siswa terhadap hasil belajar IPA (Sig.>α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA dengan mengendalikan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan-perbedaan dengan penelitian yang relevan di atas. Perbedaannya yaitu dari jenis penelitian yang digunakan, tempat penelitian, dan populasi. Penelitian relevan diatas memiliki persamaan dengan penelitian pada variabel sikap sosial dan pendekatan saintifik.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Zuriah (2009:47) menya takan bahwa “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang di arahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. Sependapat dengan Sukmadinata (2009 :54) menyatakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. Penelitian deskriptif ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka.

Penelitian deskriptif yang digunakan memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah direkonstruksi. Serta memperoleh

informasi mengenai kendala -kendala

yang ditemukan guru dalam

merekonstruksi sikap sosial siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng. SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng terdiri dari lima SD yaitu SDN. 1 Banjar Tegal, SDN. 2 Banjar Tegal, SDN 3 Banjar Tegal, SDN 1 Baktiseraga, dan SD Mutiara. Tiga SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng namun yang digunakan sebagai data sampel yaitu SDN. 1 Banjar Tegal, SDN 3 Banjar Tegal dan SDN 1 Baktiseraga. Ketiga sekolah tersebut digunakan karena diyakini mewakili karakter dan kualitas SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng dari kualitas yang tinggi hingga kualitas yang rendah ber dasarkan wacana-wacana dan pengamatan penilaian terhadap sekolah tersebut.

Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian. Menurut Sudjana (dalam Agung 2014:69), “Yang dimaksud populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Populasi siswa kelas IV dan V yang digu nakan sebagai populasi penelitian di SDN Gugus XIII Kecamatan Buleleng jumlah siswa kelas IV keseluruhan yaitu 159 siswa, sedangkan kelas IV 146 siswa. Dalam penelitian ini untuk menentukan subjek penelitian digunakan tempat penelitian atau SD yang akan dipilih menjadi sampel, dilakukan teknik pengambilan sampel yang terakhir yaitu pengam bilan sampel acak/random seder hana (simple random sampling).

Menurut Sugiyono (2014: 120) menyatakan bahwa “Teknik simple random sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sehingga memungkinkan populasi berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, teknik ini dilakukan dengan cara undian”. Alasan pengambilan sampel dengan cara undian adalah cara

yang cukup sederhana dan

memungkinkan ketidakadilan dapat dihin dari. Jumlah keseluruhan siswa yang

(6)

digunakan sebagai sampel yaitu kelas IV 74 siswa dan kelas V 84 siswa.

Prosedur kegiatan pada penelitian ini mengikuti tahapan penelitian deskriptif secara umum. Terdapat tiga tahapan penelitian deskriptif secara umum. Tahap Persiapan: (1) Memilih lokasi penelitian, (2) Mengurus perizinan, (3) Melaksanakan observasi awal, (4) Memilih dan Memanfaatkan informan, (5) Menyusun instrumen penelitian, (6) Persoalan etika penelitian. Tahap Lapangan: (1) Memberikan kuesioner pada siswa, (2) Merekonstruksi sikap sosial dengan pendekatan saintifik, (3) Melaksanakan wawancara. Tahap Pasca Lapangan: (1) Menganalisis data yang diperoleh.

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui sikap sosial siswa yaitu dengan menggunakan metode kuesioner (angket) sikap sosial siswa yang diisi oleh siswa kelas IV dan V untuk mengetahui data mengenai gambaran sikap sosial yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran disekolah berlangsung, serta metode wawancara untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemukan dalam merekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V. Metode pengumpulan data tersebut dilakukan secara alami tanpa memberikan perlakuan khusus terlebih dahulu. Berikut penjabaran dari metode kuesioner dan diperkuat dengan metode wawancara.

Pada penelitian ini siswa sebagai responden diberikan lembar kuesioner tertutup mengenai sikap sosial pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Pada kuesioner tertutup siswa hanya memilih pernyataan yang telah disediakan. Kuesioner yang digunakan berbentuk pola Simahadi Widyaprakoso, tidak menggunakan

pasangan-pasangan berbanding

melainkan menggunakan masalah-masalah yang sifatnya searah dengan jumlah kategori item 4 yaitu skor 1,2 bersifat negatif dan 3,4 bersifat positif dengan kriteria penilaiannya didasarkan pada rubrik penilaian yang dirancang oleh peneliti dengan nilai maksimum setiap

item pernyataan adalah 4 dan nilai minimum adalah 1.

Langkah-langkah penyusunan Skala Sikap: (1) Menentukan objek sikap misalnya sikap terhadap materi pelajaran. (2) Membuat kisi-kisi atau konstruk skala sikap berisi rincian aspek sikap berikut jumlah dan jenis pernyataan (positif dan negatif). (3) Tulis pernyataan secara tepat (tidak mengandung penafsiran ganda dan tidak mengandung kata-kata ekstrim yang memberi arah jawaban). (4) Kaji/analisis setiap pernyataan secara rasional (isi telah mewakili aspek/objek sikap dan struktur kalimat benar). (5) Uji coba skala sikap untuk menganalisis tingkat kebaikan ( rata-rata skor item, validitas, dan reliabilitas). (6) Analisis tingkat kebaikan skala sikap (reliabitas dan validitas). (7) Melakukan pengukuran sikap terhadap responden dengan menggunakan skala sikap yang telah teruji tingkat kebaikannya. (8) Memberi skor (scoring) terhadap lembar kerja/jawaban responden. Pernyataan positif : SS=4, S=3, TS=2 dan STS=1, Sedangkan jawaban pernyataan negatif diberi skor sebaliknya yaitu : SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4. Menilai sikap individu atau kelompok (skor rata-rata), yakni dengan cara membandingkan skor yang diperoleh dengan kriteria tertentu.

Lembar kuesioner awal yang terdiri dari 30 butir pernyataan setelah diisi oleh siswa selanjutnya di analisis. Setelah konversi nilai siswa diperoleh kategori siswa berada pada kategori sikap sosial sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah berdasarkan posisi konversi nilai akhir siswa beracuan pada panduan teknis penilaian di sekolah dasar. Hasil analisis dari lembar kuesioner sikap sosial siswa sebelum direkonstruksi ditemukan permasalahan pada aspek sikap gotong royong, sikap disiplin, sikap sospan, dan sikap percaya diri. Dari permasalahan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pengisian lembar kuesioner yang kedua oleh siswa yang terdiri dari 12 pernyataan yang akan dianalisis efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa.

Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey.

(7)

Tanpa wawancara, peneliti bisa kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung dengan responden. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2014:317) menyatakan, “Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga makna dalam suatu topik dapat dikontruksi dengan baik”. Penggunaan wawancara dapat membantu peneliti dalam menggali tidak saja apa yang ditemui dan dialami subjek penelitian. Wawan cara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

wawancara terstruktur kepada

narasumber yang dapat memberikan informasi antara lain, Guru kelas IV dan V SD terkait.

Instrumen dalam sebuah penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pengumpulan data sebagai kajian dalam penelitian tersebut. suatu instrumen dapat dikatakan layak untuk dipakai dalam suatu penelitian apabila dilakukan pengujian atau dalam hal ini biasa disebut dengan uji validitas instrumen. Validasi instrumen akan menggunakan for mula Gregory (dalam Candiasa, 2011:23). Uji validitas sebaiknya dilakukan pada tiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Validitas dalam penelitian ini di tinjau dari dua segi yaitu validitas isi dan validitas butir.

Dalam penelitian ini, perhitungan validitas butir digunakan korelasi Product Moment, yaitu korelasi antar skor butir dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan dalam validitas adalah dengan membandingkan harga rxy dengan table harga r-product moment pada taraf signi fikansi 5%. kuesioner dikatakan valid jika

tabel xy r

r  pada taraf signifikansi 5%. Pengujian validitas butir di atas dibantu dengan aplikasi office excel 2007 dengan cara merekap data yang diperoleh kemudian koefisien korelasi product moment.

Kemudian salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis dan menentukan konsistensi reliabilitas kuesioner adalah Alpha Cronbach.

Pada penelitian ini, metode analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menggambarkan bagaimana sikap sosial awal yang dimiliki siswa kelas IV dan V sebelum serta sesudah direkons truksi dan deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana kendala-kendala dalam mengajarkan sikap sosial siswa kelas IV dan V. Penjabaran analisis data tersebut adalah sebagai berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah siswa kelas IV dan V di Gugus XIII Kecamatan Buleleng pada masing-masing kategori skor sikap sosial siswa kemudian dianalisis dengan deskriptif persentase. Berikut ini disajikan hasil analisis jumlah siswa dalam bentuk persentase. Data persentase siswa menurut kategori sikap sosial siswa yang dimiliki secara umum kelas IV dan V di Gugus XIII Kecamatan Beleleng sikap sosial siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 7%, pada kategori tinggi sebesar 65%, pada kategori sedang sebesar 27 %, dan pada kategori rendah sebesar 1 %, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Jika data disajikan dalam bentuk gambar diagram lingkaran sikap sosial yang dimiliki siswa secara umum dengan penggabungan ketujuh aspek sikap sosial dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram lingkaran sikap sosial yang dimiliki siswa secara umum.

Berdasarkan gambar 1, sikap jujur terdapat 21%, sikap tanggung jawab terdapat 23%, sikap toleransi terdapat 21%, sikap gotong royong terdapat 9%, sikap disiplin terdapat 8%, sikap sopan

21% 23% 21% 9% 8% 9% 9%

Sikap Jujur Sikap Tanggung Jawab Sikap Toleransi Sikap Gotong Royong Sikap Disiplin Sikap Sopan Sikap Percaya Diri

(8)

terdapat 9 % dan sikap percaya diri terdapat 9%. Jadi siswa yang memiliki sikap jujur, sikap tanggung jawab dan sikap toleransi > siswa yang memiliki sikap gotong royong, sikap disiplin, sikap sopan, dan sikap percaya diri. Berikut pemaparan hasil analisis sikap sosial yang dimiliki siswa mengenai indikator-indikator dimensi sikap sosial.

Pada aspek sikap jujur siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 28%, pada kategori tinggi sebesar 53%, pada kategori sedang sebesar 16%, pada kategori rendah sebesar 2% dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Gambar 2. Grafik batang sikap jujur

Aspek sikap tanggung jawab siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 66%, pada kategori tinggi sebesar 25%, pada kategori sedang sebesar 8%, siswa berada pada kategori rendah sebesar 2%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Gambar 3. Grafik batang sikap tanggung jawab

Aspek toleransi siswa yang berada pada kategori sangat tinggi sebesar 33%, pada kategori tinggi sebesar 46%, pada kategori sedang sebesar 15%, pada kategori rendah sebesar 6%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Gambar 4. Grafik batang sikap toleransi Aspek sikap gotong royong siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 10%, pada kategori tinggi sebesar 26%, pada kategori sedang sebesar 30%, dan pada kategori rendah sebesar 19%, pada kategori sangat rendah sebesar 15%.

Gambar 5. Grafik batang sikap gotong royong

Aspek sikap disiplin siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 17%, pada kategori tinggi sebesar 18%, pada kategori sedang sebesar 23%, siswa pada kategori rendah sebesar 24%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 17%.

Gambar 6. Grafik batang sikap disiplin Aspek sikap sopan siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 1%, pada kategori tinggi sebesar 20%, pada kategori sedang sebesar 53%, dan siswa pada kategori rendah sebesar 16%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 9%.

0% 20% 40% 60% 0% 20% 40% 60% 80% 0% 20% 40% 60% 0% 10% 20% 30% 0% 20% 40%

(9)

Gambar 7. Grafik batang sikap sopan Aspek sikap percaya diri siswa yang berada pada kategori sangat tinggi sebesar 20%, pada kategori tinggi sebesar 13%, pada kategori sedang sebesar 29%, pada kategori rendah sebesar 16%, pada kategori sangat rendah sebesar 22%.

Gambar 8. Grafik batang sikap percaya diri

Setelah dilakukan analisis awal mengenai sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng sebelum direkonstruksi, diperoleh hasil siswa kelas IV dan V memiliki rata-rata skor indikator sikap gotong royong, sikap disiplin, sikap sopan, dan indikator sikap percaya diri berada pada klasifikasi sedang. Oleh karena itu dilakukan rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII.

Rekonstruksi dilakukan melalui diberikannya proses pembelajaran pada siswa kelas IV dan V meng gunakan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA kelas IV Standar Kompetensi 10. Memahami peru bahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan yang terdiri dari 1 Kompetensi Dasar. Sedangkan pada matapelajaran kelas V Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi didalam dan hubunganya dengan peng gunaan sumber daya alam yang terdiri dari 4 Kompetensi Dasar. Setelah proses pembelajaran

selesai dilaksanakan, kembali dilanjutkan dengan memberikan kuesioner sikap sosial terhadap siswa IV dan V untuk diisi. Data skor efektivitas rekonstruksi sikap sosial diperoleh dengan penggabungan skor indikator-indikator.

Hasil efektivitas rekonstruksi sikap sosial secara umum yaitu siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 72%, pada kategori tinggi sebesar 22%, pada kategori sedang sebesar 6%, Dan tidak terdapat siswa pada kategori rendah dan sangat rendah sebesar dengan persentase 0%.

Jika data disajikan dalam bentuk gambar diagram lingkaran efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa secara umum dengan penggabungan ketujuh aspek sikap sosial dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Diagram lingkaran efektivitas rekonstruksi sikap sosial secara umum.

Berdasarkan gambar 9, persentase skor rekonstruksi sikap gotong royong 24%, sikap disiplin 26%, sikap sopan 25% dan sikap percaya diri 25%. Jadi indikator sikap disiplin merupakan indikator dengan persentase skor terbesar dan indikator sikap gotong royong memiliki persentase skor terkecil. Jadi persentase skor indikator-indikator sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng yaitu sikap disiplin > sikap sopan dan percaya diri > sikap gotong royong. Berikut pemaparan hasil analisis rekonstruksi berdasarkan indikator-indikator dimensi sikap sosial siswa kelas IV dan V.

Sikap gotong royong siswa sebesar 59% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, sebesar 22% siswa berada pada kategori tinggi, sebesar 16%

0% 20% 40% 60% 0% 10% 20% 30% 24% 26% 25% 25%

Sikap Gotong Royong Sikap Disiplin

(10)

siswa berada pada kategori sedang, dan 1 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 2% siswa yang berada pada kategori sangat rendah.

Sikap disiplin siswa 78% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 11% siswa berada pada kategori tinggi, 9% siswa berada pada kategori sedang, dan 0 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 1 % siswa yang berada pada kategori sangat rendah.

Sikap sopan siswa 68% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 20% siswa berada pada kategori tinggi, 9% siswa berada pada kategori sedang, dan 3 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 1% siswa yang berada pada kategori sangat rendah.

Sikap percaya diri siswa 63% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 20% siswa berada pada kategori tinggi, 13% siswa berada pada kategori sedang, dan 3 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 1% siswa yang berada pada kategori sangat rendah. Dengan melihat hasil analisis tesebut efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD gugus XIII Kecamatan buleleng dengan pendekatan saintifik dapat di katakan efektif.

Adapun kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan sikap sosial dari hasil wawancara yang sebagai instrumen penguat dalam pengambilan data hingga pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti. Hasil wawancara didapatkan kendala yang dihadapi, yaitu saat belajar kelompok tidak semua siswa bekerja dengan baik, siswa susah diberi tahu saat pembelajaran, siswa sering mengganggu teman, dan saat menemukan pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan siswa malas untuk menjawab atau malas ikut serta dalam pemecahan. Berbagai kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan solusi melakukan pengawasan ekstra secara langsung pada saat proses pembelajaran agar aktivitas siswa yang tidak sesuai saat proses pembelajaran bisa diperkecil, menggunakan buku penghubung sebagai perantara informasi guru terhadap orang tua siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada.

Solusi yang di berikan oleh guru dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi ketika mengajarkan sikap sosial siswa tersebut telah menunjukkan guru telah memiliki komitmen dan profesional untuk terus mengem bangkan sikap sosial siswa kelas IV dan V.

Efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V banyak siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi pada aspek gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri dikarenakan guru telah mampu mengajarkan aspek sikap sosial tersebut pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik di kelas,

tanpa adanya hambatan dalam

merekonstruksi sikap sosial siswa pada keempat aspek tersebut.

SIMPULAN & SARAN

Adapun simpulan yang didapat adalah; (1) Siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap jujur, disiplin, toleransi, gotong royong, percaya diri, tanggung jawab, dan sopan dalam proses pem belajaran. Namun masih perlu peningkatan pada beberapa indikator yang belum dicapai siswa; (2) Hambatan dalam mengajarkan sikap sosial yang ada berasal dari internal siswa sebanyak tiga aspek dan dua aspek dari eksternal siswa. Hambatan tersebut diketahui dari hasil wawancara terhadap guru kelas IV dan V; (3) Adapun solusi yang telah dilakukan sebanyak tiga hal, yang secara umum tergolong ke dalam nasihat dan pengawasan serta teguran dari guru serta dibantu orang tua siswa.

Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan dalam penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut; (1) Sekolah diharapkan dapat meningkatkan sikap sosial siswa dalam proses pem belajaran dengan pendekatan saintifik; (2)

Guru terus berusaha dalam

meningkatkan wawasan dan pengetahuan

mengenai sikap siswa dalam

pembelajaran dengan pen dekatan saintifik. Guru sebaiknya melakukan tukar pendapat mengenai permasalahan sikap sosial siswa yang ditemukan dalam proses pembelajaran dan solusi alternatif mengatasi permasalahan sikap sosial yang ditemui pada proses pembelajaran

(11)

melalui pengoptimalan kelompok kerja guru (KKG) di gugus inti. (3) Siswa sebaiknya mempertahankan sikap sosial yang sudah baik dan memperbaiki sikap sosial yang kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede .2014. Metode Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Asta, I Ketut Restana. 2015. Pengaruh Pendekatan Saintifik dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA. Universitas Pendidikan Ganesha jurnal PGSD volume 3 Tahun 2015.

Candiasa, I. M. 2011. Pengujian Instrumen Penelitian Disertasi Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha.

Daryanto. 2014. Pendekatan

Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta: Gava Media.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Cetakan Ke-1. Jakarta: Kencana Prenada Group. Kumiati, Putu. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Resolusi Konflik Terhadap Hasil Belajar IPS Dengan Kovariabel Sikap Sosial Pada Siswa Kelas VI SD Di Gugus VII Kintamani Di Kecamatan Kintamani. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kurniasih, Imasdan Berlin Sani. 2014.

Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan Ke-1. Surabaya: Kata Pena.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Ke-5. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muhibin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Cetakan Ke-4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Pemerintahan Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudarsini, dkk. 2015. Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Sd Kelas Vi Di Sd Gugus I Banyuning

Kecamatan Buleleng tahun

Pelajaran 2014/201. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Sugiyono. 2014. Metodologi Pe nelitian

Pendidikan Pen dekatan Kuantitaif dan Kualitatif. Bandung :Alfa beta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009.

Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Suteja, I Made Agus, dkk. 2015. Analisis

sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Tema sejarah peradaban indonesia Kelas v di sekolah dasar negeri 28 dangin puri. Jurusan PGSD FIP. e-jurnal volume 3. Singaraja: Undiksha. Yuliana, Rissa. 2016. Pola Kuesioner.

Tersedia pada http://guidance counsellingbivoketang.blogspot.com /2012/01/macamangket.html diakses pada l5 Januari 2016.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1. Diagram lingkaran sikap sosial  yang dimiliki siswa secara umum.
Gambar 2. Grafik batang sikap jujur
Gambar 7. Grafik batang sikap sopan  Aspek sikap percaya diri siswa yang  berada  pada  kategori  sangat  tinggi  sebesar  20%,  pada  kategori  tinggi  sebesar  13%,  pada  kategori  sedang  sebesar  29%,  pada  kategori  rendah  sebesar  16%,  pada  kate

Referensi

Dokumen terkait

KLINIK KOPERASI dan UMKM dijalankan melalui mekanisme yang secara administratif diusulkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi dan UMKM. Usulan tersebut telah

Oleh karena itu diperlukan sistem pengelolaan dan manajemen banjir kota semarang secara bersama yang meliputi seluruh pihak stake holder mulai dari pemerintah

Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) ada hubungan antara suhu, pencahayaan, kelembaban, dan sanitasi ruangan dengan

Fraktur linier dapat terjadi pada kubah kranium atau basis kranium, tergantung pada beban energi yang terjadi dengan arah jarak deselerasi, dan bentuk

Banyaknya bisnis menjadi perusahaan global dan berpindah menuju strategi bisnis lintas negara tempat mereka mengintegrasikan aktivitas bisnis global anak perusahaan dengan

Dalam riset yang dilakukan, dikembangkan pembangkit listrik skala mikro dengan memanfaatkan energi mekanis angin untuk memutar baling-baling yang terkopel

11 Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor 10 , Seri E. 3 ,

Gagasan dasarnya adalah bahwa perilaku membantu dapat memotivasi pengamatan orang terhadap penderitaan korban, karena pengamat mulai menempatkan diri di tempat