• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS V SDN 3 BANGKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS V SDN 3 BANGKIR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS V SDN 3 BANGKIR

Oleh:

Sri Wulan Djoni, Huber Yaspin Tandi, Yusdin Gagaramusu

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan melalui metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 3 Bangkir. Tujuan untuk mengetahui bahwa melalui metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 3 Bangkir. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu (1) perencanaan (2) Pelaksanaan (3) observasi (4) refleksi. Pengumpulan data melalui teknik pemberian tes, dan observasi. Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Bangkir yang berjumlah 27 orang. Hasil penelitian menunjukkan data awal siswa yang kategori tuntas sebanyak 10 orang dengan persentase ketuntasan klasikal 37%. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase ketuntasan klasikal 41%. Dan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 orang dengan persentase ketuntasan klasikal 96%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 3 Bangkir. Disarankan para guru untuk menggunakan hasil penelitian ini dengan baik dan dijadikan motivasi agar mampu melakukan penelitian tindakan kelas.

Kata Kunci : Metode Simulasi, Mata Pelajaran IPS, Hasil Belajar

Pendahuluan

Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu terjadi melalui latihan atau pengalaman yang berulang-ulang (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan ini biasanya dibawa sejak lahir sampai manusia tidak lagi mempunyai kemampuan untuk menelaah akan gejala-gejala alam yang terjadi. Secara formal yang terjadi di Indonesia dan di negara-negara lain, proses belajar melibatkan guru dan siswa (peserta didik) yang berada di bawah pengawasan institusi atau lembaga pendidikan. Namun terdapat juga proses belajar di luar formal

tersebut, sehingga manusia dapat melaksankan proses belajar, dimana dan kapanpun dia mau. Proses belajar mengajar yang terjadi pada jenjang formal di sekolah biasanya disuguhi beberapa mata pelajaran yang diatur secara nasional dalam bentuk kurikulum. Di Indonesia, kurikulm yang berlaku adalah KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Di jenjang SD khususnya kelas V terdapat beberapa mata pelajaran, antara lain IPS.

IPS merupakan mata pelajaran yang bertujuan membawa peserta didik menjawab masalah-masalah tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial dan kehidupan masyarakat berbagsa dari waktu ke waktu (Rosmawati

(2)

2 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

dkk:2011). Lebih lanjut dikatakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang memiliki ruang lingkup meliputi aspek; 1) manusia, tempat dan lingkunga; 2) sistem sosial dan budaya; 3) waktu, keberlanjutan dan perubahan; 4) prilaku ekonomi dan kesejahteraan. Diduga terdapat bebrapa faktor yang mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan hasil belajar IPS yaitu kurikulum, media, guru dan proses belajar mengajar (metode mengajar).

Pelaksanaan proses pembelajaran, khususnya dalam pelajaran IPS tidak sedikit masalah atau hambatan yang dihadapi oleh seorang guru SD. misalnya penerapan pendekatan atau metode mengajar yang baik, agar situasinya benar-benar memberi dampak yang berarti bagi pencapaian hasil belajar siswa.untuk mengembangkan strategi belajar siswa. untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif agar siswa tidak menjadi pendengar yang pasif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang telah tersusun dapat terlaksana dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam pembelajaran IPS pada kelas V SDN 3 Bangkir, bahwa banyaknya materi pelajaran yang membutuhkan hafalan, cara guru menyampaikan pelajaran sulit diterima,kurangnya keterlibatan mental peserta didik dalam pembelajaran karena guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah, selain itu juga di dukung oleh rendahnya hasil ulangan harian pelajaran IPS yang telah dilakukan. Maka melalui penelitian tindakan kelas, peneliti akan menerapakan metode pembelajaran simulasi, yang berkarakter melibatkan peserta didik secara maksimal, untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi. Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.

Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kelebihan metode ini adalah Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi, Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi, memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya, memvisualkan hal-hal yang abstrak, tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik, memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa, menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban,kurang cakap, dan kurang motivasi, melatih berfikir kritis karna siswa terlibat dalam analisa proses,kemajuan simulasi. Adapun tujuan yang diharapkan dalam pemakaian metode simulasi adalah untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, untuk latihan memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya, memberikan motivasi belajar kepada siswa, melatih siswa untuk bekerjasama dalam situasi kelompokdan menumbuhkan daya kreatif siswa. Untuk itu diharpakn metode ini

(3)

3 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS di kelas V SD.

Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui metode Simulasi di kelas V SDN 3 Bangkir. Sedangkan manfaat penelitian ini untuk perbaikan proses pembelajaran mata pelajaran IPS. Bagi siswa diperolehnya peningkatan hasil belajar dan keaktifan serta kreatif dalam belajar.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1990:300), hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) akibat usaha. Sedangkan belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu terjadi melalui latihan atau pengalaman yang berulang-ulang.jadi pengertian hasil belajar adalah “kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.” Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu yang pertama Faktor dari dalam diri siswa (Faktor Intern), yang terdiri dari:Faktor jasmani, Faktor psikologis,dan Faktor kelelahan. Yang kedua Faktor yang berasal dari luar (Faktor ekstern) yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang.Dalam pelaksanaan pembelajaran yang efektif, maka sangat mendorong keaktifan siswa untuk berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Dalam hal ini salah satu metode pembelajaran yang tepat adalah metode simulasi.Metode simulasi

merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Menurut pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah suatu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Simulasi penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model pemeran.

Menurut Udin Syaefudin Sa’ud simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa di modifikasi secara nyata.

Menurut Sri Anitah metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya,simulasi itu

(4)

4 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

dapat berbentuk : role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Salah satu kelebihan metode simulasi adalah melatih berfikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses kemajuan simulasi dan salah satu kelemahan metode simulasi adalah pengelolaan yang kurang baik, karena simulasi sering dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1996) salah satu penelitian tindakana adalah penelitian tindakan kelas yang biasanya dilakukan guru di kelas atau sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis belajar. Peneliti terlibat langsung dalam penelitian mulai awal hingga akhir, yaitu merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan serta membuat laporan penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi dengan seorang guru. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus, yang masing-masing siklus empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaa, observasi dan refleksi.

Data dikumpulkan dengan pemberian tes awal dan tes akhir dan data observasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Bangkir Tahun Pelajaran 2014/2015 berjumlah 27 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai Januari sampai April 2015.

Di dalam penelitian ini, indikator keberhasilan tindakan adalah peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil belajar siswa sebelumnya. Hasil pembelajaran dianggap berhasil jika ketuntasan individu sesuai KKM mata pelajaran IPS SDN 3 Bangkir adalah 70 dan ketuntasan klasikal 80%.

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakn dalam dua siklus setiap siklus berlangsung pembelajaran dan dilakukan observas serta pemberian tes.

Siklus 1

Setelah diketahui hasil pra tindakan, pemberian tes awal dimana daya serap individu masih berada pada nilai kurang dari 70% dan ketuntasan klasikal masih 37%. Dari hasil observasi awal tersebut diadakan tes perbaikan-perbaikan strategi pengajaran yang baik untuk meningkatkan hasil yang dicapai tersebut. Hasil observasi tentang kegiatan guru dimaksud untuk mengetahui tingkat kemampuan guru (peneliti) dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 3 Bangkir. Mengetahui kemampuan guru dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi pada mata pelajaran IPS di Kelas V digunakan lembar observasi yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini, yang diobservasi langsung oleh teman sejawat.

Berdasarkan data hasil observasi aktifitas siswa pada pertemuan I diperoleh skor 27 dengan persentase nilai rata-rata 56%, dan pada pertemuan ke II diperoleh skor 29 dengan persentase nilai rata-rata 60%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan, menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada siklus I dari pertemuan I dan pertemuan II masih dikategorikan kurang.

Setelah hasil pelaksanaan siklus I, kegiatan selanjutnya memberikan tes dalam bentuk soal essay sebanyak 5 nomor. Hasil analisis tes pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(5)

5 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Data / informasi Hasil perolehan Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 20 Jumlah seluruh siswa 27 Jumlah siswa yang tuntas

11 Jumlah siswa yang tidak tuntas

16 Ketuntasan klasikal 41% Nilai rata-rata 67

Berdasarkan hasil analisis soal pada siklus I, diperoleh skor tertinggi 100 (5 orang), nilai 95 (2 orang), nilai 90 (1 orang), nilai 85 (1 orang), nilai 80 (1 orang), nilai 70 (1 orang), nilai 65 (1 orang), nilai 60 (6 orang), nalai 50 (4 orang), nilai 40 (3 orang), nilai 30 (1 orang), dan skor terendah dengan nilai 20 (1 orang), sehingga nilai rata-rata adalah 67. Dari 27 siswa, siswa yang tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase ketuntasan klasikal sebanyak 41%. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memutuskan untuk melanjutkan siklus ke II dengan harapan hasil perolehan pada siklus ke II lebih meningkat atau mencapai kriteria penilaian yang ditentukan dalam penelitian ini, yakni siswa dinyatakan berhasil apabila memperoleh nilai rata-rata diatas 7,0.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh hasil observasi aktivitas guru dan hasil evaluasi siswa. Berdasarkan observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan tindakan selanjutnya yakni siklus II, karena kemampuan guru pada siklus I dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar belum maksimal, begitupun aktivitas siswa masih dalam kategori belum maksimal. Siklus II

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan pada siklus I kemampuan guru dalam melakukan tindakan dikelas masih dalam kategori belum maksimal. Sedangkan n data hasil observasi aktifitas

siswa pada siklus II, dapat dilihat pada tabel 4.6 megalami perubahan, pada pertemuan I diperoleh skor 37 dengan persentase nilai rata-rata 77%, dan pada pertemuan ke II diperoleh skor 43 dengan persentase nilai rata-rata 90%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan dibawah ini menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada siklus II dari pertemuan I berkategori baik dan pertemuan II berkategori sangat baik. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diperoleh kemampuan siswa dalam mengerjakan soal masih dalam kategori rendah sehingga dilanjutkan tindakan pada siklus ke II dengan hasil seperti pada tabel dibawah ini :

Hasil Evaluasi siswa siklus II

Data / informasi Hasil perolehan

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 60

Jumlah seluruh siswa 27 Jumlah siswa yang tuntas 26 Jumlah siswa yang tidak tuntas

1 Ketuntasan klasikal 96%

Nilai rata-rata 83

Berdasarkan hasil analisis soal pada siklus II diperoleh skor tertinggi 100 (6 orang), nilai 95 (1 orang), nilai 85 (7 orang), nilai 80 (1 orang), nilai 75 (6 orang), nilai 70 (5 orang), dan skor terendah dengan nilai 60 (1 orang), sehingga diperoleh nilai rata-rata yaitu 83. Dari 27 siswa, siswa yang tuntas sebanyak 26 orang dengan persentase ketuntasan klasikal sebanyak 96%. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran siklus II telah berhasil atau mengalami peningkatan, sehingga siklus selanjutnya tidak dilakukan lagi karena hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang ditentukan dalam penelitian ini.

Setelah pelaksanaan siklus II dengan mengacu pada perbaikan

(6)

6 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

kekurangan siklus I, maka dapat dikemukakan kelebihan-kelebihan dari siklus II antara lain :

1. Adanya peningkatan hasil belajar siswa.

2. Siswa sudah mulai pandai tentang pembelajaran menganalisis metode simulasi.

3. Siswa mulai pintar dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

4. Presentase ketuntasan klasikal meningkat dari 41% menjadi 96% 5. Aktivitas peneliti dalam

pembelajaran dengan menerapkan metode inkuiri.

Dengan memperhatikan hasil yang dicapai pada pelaksanaan siklus II dimana rata-rata siswa sudah mencapai ketuntasan individu serta secara klasikal sudah memberikan hasil yang baik, sehingga pelaksanaan penelitian tindakan penerapan metode simulasi ini tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Pembahasan

Pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan observasi terhadap kemampuan peneliti melaksanakan skenario pembelajaran 15 aspek yang tertera dalam lembar observasi. Observasi terhadap peneliti dilakukan dengan bantuan teman sejawat. Pada siklus I dari 15 aspek yang diobservasi belum mencapai hasil yang maksimal karena disebabkan beberapa hal, yakni suasana kelas masih gaduh, siswa merasa terganggu atas kehadiran 2 orang guru (peneliti dan teman sejawat) dalam waktu yang sama, pemberian pembelajaran disetiap proses belajar mengajar hanya menekankan pada pemberian materi semata, sehingga hilanglah minat belajar siswa.

Proses belajar mengajar sangat monoton, selama kegiatan belajar mengajar hanya dimonopoli oleh seorang guru sebagai pentransfer ilmu tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan daya nalarnya. Selama ini guru kelas khususnya mata pelajaran IPS di Kelas V SDN 3 Bangkir seakan cenderung vakum dalam proses pembelajaran yang akhirnya mempengaruhi tingkat kemampuan siswa dalam menelaah dan mendeskripsikan setiap pokok bahasan yang diberikan. Akibatnya dapat menurunkan kualitas belajar yang berdampak pada minimnya hasil yang diperoleh oleh siswa. sebagai guru yang bertugas memberikan pengajaran pada siswa. Setiap hari belajar siswa dilakukan dengan metode simulasi.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada siklus I yang terdapat pada tabel menunjukkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS belum maksimal, dimana terdapat 11 orang anak berhasil mendapatkan kategori tuntas individu dan masih tersisa 16 orang anak berada pada kategori tidak tuntas individu. Begitu pula ketuntasan klasikal diperoleh sebanyak 41%, dengan nilai rata-rata 67. dengan demikian proses pembelajaran pada siklus I ini belum dikatakan berhasil.

Hasil evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian siklus II dapat kita lihat pada tabel Hasil evaluasi siklus II menunjukkan peningkatan hasil yaitu dari 27 siswa didapatkan (26 siswa)96% masuk dalam kategori tuntas dari sebelumnya hanya 41% dan terdapat hanya 1 siswa (4%) yang tidak tuntas, serta ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 96%. ini sudah menunjukkan peningkatan prestasi, dengan demikian siswa perlu mendapatkan bimbingan khusus untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi belajarnya yang sudah didapatkan.

Jika dicermati bersama, hasil diatas dapat pula dikatakan sebagai sebuah studi kasus, dimana dengan nyata memperlihatkan bahwa guru dalam menggunakan metode simulasi dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan hasil belajar siswa.

(7)

7 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

PGSD, FKIP, Universitas Tadulako

Penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran, dapat menyalurkan pesan dan maksud kepada siswa sehingga menurut peneliti hal itu dapat merangsang pikiran, perasaan, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran yang terjadi itu tidak terdapat kekeliruan, tercipta interaksi dan komunikasi yang terarah. Hal – hal yang demikianlah membuat siswa menjadi senang sehingga dapat mengikuti penuh proses pembelajaran.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu penerapan metode simulasi dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 3 Bangkir. Hal ini dapat ditunjukkan dari perolehan hasil evaluasi siswa pada pra tindakan mendapatkan persentase nilai rata-rata 59, dan ketuntasan klasikal mencapai 37%. ketuntasan secara klasikal pada siklus I (41%) dengan nilai rata-rata 67 dan ketuntasan klasikal pada siklus II (96%) dengan nilai rata-rata 83. Berdasarkan hasil siklus I dan II didapatkan bahwa metode simulasi dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah guru diharapkan dalam melaksanakan pembelajaran perlu memilih model atau metode pembelajaran yang bervarisi. selain itu guru sebaiknya menyiapkan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekolah dan menyiapkan media atau alat bantu yang menarik dan mudah diperoleh. Hal yng perlu juga dilakukan adalah melakukan kolaborasi atau kerjasama yang baik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan memiliki kompetensi dalam mengatasi

masalah dalam kelas baik masalah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dengan mencarikan solusinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. dkk. (2009). Penelitian Tindakan

Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung

: CV Urama Widya.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta CV. Daryanto. (2009). Panduan Proses

Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.

Jakarta: AV Publisher.

Dwiloka, B.dkk. (2009). Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta. Hanafiah, N. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Ramadhan, A. dkk. (2013). Panduan

Tugas Akhir (SKRIPSI) & Artikel

Penelitian. Palu: Universitas Tadulako. Rosmawati, dkk. 2011. Pemanfataan Ligkungan sebagai Sumber belajar Untuk Meningkatkan Minat Belajar siswa. Jurnal PTK, Jakarta: USAID Indonesia.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelaaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. dkk (2009). Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilaningsih, E. dan Limbong, L. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Aneka Ilmu.

(8)

8 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

(9)

9 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

(10)

10 Elementary School of Education E-Journal 8

Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE

Referensi

Dokumen terkait

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Dalam penelitian ini penulis mencoba membuat aplikasi pembelajaran yang berisikan pengetahuan dasar tentang huruf hijaiyah dsertai dengan animasi, audio dan keterangan cara

Dengan adanya komputerisasi, maka kemudahan dalam pencarian dan penambahan data dapat dirasakan sehingga setiap orang akan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.

Color development formed by condensation of reducing sugar and amino groups to form the carbonyl compound, in line with heating time, carbonyl compound will accumulate

This indicated that the alternative hypothesis stating that the interactive video media increases the students’ writing scores in analytical exposition text at XI grade

Contoh tas dan plastik/mika nametag dapat dilihat di Kantor BPS Provinsi Jawa Tengah Jl. BAB XIII Daftar Kuantitas dan Harga

Skripsi yang berjudul “Sutan Sjahrir, Sosialisme, dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia” ini bertujuan untuk mendeskripsikan riwayat hidup Sutan Sjahrir serta menganalisa

Kemudian mesin akan menjalankan proses demi proses, indikator status menunjukkan keadaan masukan dan keluaran PLC dan animasi pada Intellution sesuai dengan