• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan. Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan. Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 5 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ARTIKEL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Oleh

MUHAMMAD SYAHRONI NIM. E1R012030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

(2)
(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI ... ii

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

I PENDAHULUAN ... 1

II METODE PENELITIAN ... 4

III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 5

IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 8

(4)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELASVII D

SMP NEGERI 5 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ABSTRAK

Muhammad Syahroni, Syahrul Azmi, Nurul Hikmah Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email: syahronimuhammad90@gmail.com

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, aktivitas belajar siswa masih dalam kategori kurang aktif dan dalam kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. untuk itu diperlukan model pembelajaran yang bisa melibatkan siswa secara aktif yaitu model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Mataram melalui penerapan model Problem Based Leraning (PBL) berbantuan alat peraga pada materi segitiga dan segiempat tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Hasil Penelitian model Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan meliputi lima fase kegiatan yaitu fase orientasi siswa pada masalah, fase mengorganisasi siswa untuk belajar, fase penyelidikan, fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan menganalisis proses pemecahan masalah. Hasil penelitian siklus I dan II memperliatkan bahwa rata-rata skor aktivitas siswa berturut-turut 17,2 dan 18,8 dengan kategori aktif. Prestasi siswa pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 64% dan pada siklus II meningkat karena diperoleh ketuntasan klasikal 87%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 5 mataram pada materi segitiga dan segiempat tahun pelajaran 2015/2016.

(5)

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) AIDED PROPS ON TRIANGLES AND RECTANGLES TO IMPROVE STUDENT ACTIVITY

AND ACHIEVMENT SUBJECT GRADE VII D SEMESTER II SMP NEGERI 5 MATARAM ACADEMIC YEAR 2015/2016

ABSTRACT

Muhammad Syahroni, Syahrul Azmi, Nurul Hikmah Study Program Of Mathematics Education

Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email: syahronimuhammad90@gmail.com

Based of result the first observation is done, the activity of learning student is in category minus actif and the process of learning that’s all domination from the teacher. There for, students only gets what the teacher teach. For that, the type of learning is need to involve students activly. That is the type Problem Based Learning (PBL) aided props. The purpose of this research is to improve student’s activity and achievement grade VII D SMP Negeri 5 Mataram pass the implementation of Problem Based Learning (PBL) on triangles and rectangles academic year 2015/2016. This research is the action class will be held in 2 cycles, every cycles have stage plans, workability, observation, evaluation and reflection. Based the result ofobservation type Problem Based Learning (PBL) that applied five phase od activity that is phase orientation student of problem, phase organisation of students to learn, phase research, phase raising and present result of creation and analysis and to analysis proses spilitting-up problem. The result of cycles I and II show everage poin of activity students in a series 17,2 and 18,8 with category actif. The achievment of students of cycles I get completenes clasical 64% and of cycles II raising because it’s get completenes clasical 87%. Based from the result can be concluded that the implementation of Problem Based Learning (PBL) aided props on triangles and rectangles to improve student activity and achievment subject grade vii d semester ii smp negeri 5 mataram academic year 2015/2016.

keywords: activity learn, observation achievment class, props, Problem Based Learning (PBL)

(6)

I. PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dan dipelajari mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan merupakan salah satu hal penting yang menentukan perkembangan suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan proses pendidikan yang baik. Pelajaran matematika juga memiliki sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang benar sangat penting karena untuk memahami konsep matematika yang baru diperlukan prasyarat pemahaman terhadap konsep tersebut.

Pada saat PPL terlihat bahwa pembelajaran Matematika di SMPN 5 Mataram masih didominasi oleh pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Selain itu, selama proses pembelajaran guru juga jarang memperhatikan aktivitas siswa sehingga beberapa siswa sering melakukan aktivitas lain, seperti mengganggu teman serta asyik dengan kegiatan masing-masing. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif, sehingga pemilihan model yang akan digunakan oleh guru dalam proses belajar sangat penting.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Permasalahan tersebut diantaranya adalah aktivitas siswa yang masih kurang aktif dalam pembelajaran matematika, ini terlihat dari kesiapan siswa dalam menerima pelajaran masih kurang, kurang interaksi dengan guru sehingga siswa tidak berani mengemukakan pendapat seperti saat kegiatan apersepsi dan menjawab soal individu, jarang memperhatikan dan sering berbicara dengan teman saat guru menerangkan materi. Selain memiliki kekurangan, siswa juga mempunyai potensi yaitu siswa aktif pada saat bekerja kelompok ditandai dengan beberapa siswa berani bertanya kepada temannya saat mengalami kesulitan dan siswa yang lebih pintar membantu temannya jika mengalami kesulitan.

Permasalahan-permasalahan ini pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.

(7)

Tabel 1.1: Hasil MID semester kelas VII SMP Negeri 5 Mataram semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016

No Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Nilai MID Ketuntasan (%)

1 VII A 40 64,72 40%

2 VII B 40 68,87 50%

3 VII C 40 69,75 50%

4 VII D 39 64,70 37,5%

(Sumber: Daftar nilai guru mata pelajaran matematika)

Dari tabel di atas didapat bahwa, nilai rata-rata terendah adalah kelas VII D di bandingkan dengan kelas VIIA,VIIB,VIIC dengan rata-rata nilai 64,70 dengan ketuntasannya 37,5% dimana Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 5 Mataram adalah 75. Akhirnya peneliti memutuskan memilih kelas VII D sebagai objek penelitian. Penentuan kelas ini juga didasarkan karena pengalaman peneliti selama kegiatan PPL yang pernah mengajar di kelas tersebut, sehingga setidaknya dapat mengetahui kondisi kelas dibandingkan dengan kelas VII yang lain

Salah satu materi yang diajarkan pada kelas VII semester genap SMP Negeri 5 Mataram adalah segitiga dan segiempat. Materi segitiga dan segiempat salah satu materi yang paling rendah penguasaannya dibandingkan dengan materi yang lainnya pada tahun pelajaran 2013/201 dan 2014/2015.

Rendahnya prestasi dan kurang aktifnya siswa terjadi karena pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung dengan metode ekspositori, yaitu guru memberikan penjelasan materi pelajaran secara langsung dengan jelas dan terperinci. Akibat dari penggunaan model tersebut, siswa hanya aktif dalam pemberian tugas dan latihan soal-soal. Selain itu, rendahnya penguasaan siswa pada materi segitiga dan segiempat juga disebabkan dalam proses pembelajaran guru memberikan konsep tanpa melibatkan siswa untuk menemukan konsep tersebut sehingga siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan pada situasi baru.

(8)

Rendahnya penguasaan pada materi segitiga dan segiempat juga diakibatkan karena materi tersebut yang bersifat abstrak dan tidak bisa dilihat secara langsung. Saat observasi selama PPL didapat bahwa saat pembelajaran berlangsung, guru langsung menjelaskan materi yang bersifat abstrak tanpa memberikan sebuah benda yang bisa menggambarkan materi yang bersifat abstrak tersebut menjadi konkrit sehingga siswa kesulitan dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dikembangkan model yang dapat melibatkan siswa dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Sesuai dengan namanya, model Problem Based Learning (PBL) atau belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan, Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik [1]. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut [2] Penggunaan masalah nyata (otentik), Berpusat pada peserta didik (student-centered), Guru berperan sebagai fasilitator , Kolaborasi antar peserta didik, Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri. Adapun tujuan dari Problem Based Learning (PBL) adalah Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, Belajar peranan orang dewasa yang autentik, Menjadi pembelajar yang mandiri. Sintaks Problem Based Learning (PBL) terdiri dari Orientasi siswa pada masalah, Mengorganisasi siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Menganalisi dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Ciri dari model ini adalah siswa menyelidiki masalah yang disajikan oleh guru dengan berkolaborasi dengan siswa yang lain. Selain itu, PBL mengharuskan adanya penerapan materi dalam kehidupan nyata secara langsung. Hal ini sesuai dengan materi segitiga dan segiempat yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan penerapan PBL dalam pembelajaran dan memperhatikan karakteristik dari siswa serta materi diharapkan aktivitas siswa bisa meningkat yang kemudian yang berdampak pula pada peningkatan prestasi belajar yang diraih siswa..

Untuk lebih memahami materi segitiga dan segiempat yang bersifat abstrak maka dibutuhkan media pembelajaran berupa alat peraga yang bertujuan untuk memberi gambaran konkrit materi tersebut. Dalam proses pembelajaran guru juga harus memperhatikan taraf

(9)

berfikir siswa. Alat peraga yang baik adalah alat peraga yang mampu mempresentasikan konsep yang abstrak menjadi nyata dan bisa dilihat secara lngsung sehingga siswa mudah memahami tersebut. Oleh karena itu, pengunaan alat peraga sangat penting untuk membantu siswa untuk memahami konsep matematika.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Mataram pada pada materi segitiga dan segiempat tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga.

II.METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja di munculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas [3]. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Mataram dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 39 siswa. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dengan setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini, data-data penelitian diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan tes prestasi belajar.

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, langkah pertama yang dilakukan yakni menentukan skor aktivitas siswa dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Skor 1 diberikan jika x < 25%; (2) Skor 2 diberikan jika 25% ≤ x < 50%; (3) Skor 3 diberikan jika 50% ≤ x < 75%; dan (4) Skor 4 diberikan jika x ≥ 75%, dengan x menyatakan persentase banyaknya siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan deskriptor. Langkah selanjutnya adalah menentukan skor rata-rata aktivitas belajar siswa dengan rumus:

∑ , Dimana A=mean (skor rata-rata aktivitas belajar siswa) ∑T=total skor aktivitas belajar seluruh siswa N = banyak siswa

Selanjutnya, untuk menentukan kriteria aktivitas belajar siswa secara klasikal digunakan pedoman yang sudah dimodifikasi dari [4] seperti pada tabel 2.1 berikut:

(10)

Tabel 3.2 : Pedoman kriteria aktivitas siswa

Interval Interval Skor Katagori Siswa SDI Mi A 1,5 A19,5 Sangat Aktif SDI Mi A SDI Mi0,5   1,5 16,5A<19,5 Aktif SDI Mi A SDI

Mi0,5   0,5 13,5A<16,5 Cukup Aktif SDI Mi A SDI Mi1,5   0,5 10,5A13,5 Kurang Aktif SDI Mi

A 1,5 A < 10,5 Sangat Kurang Aktif

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, dianalisis dengan menentukan rata-rata nilai tes evaluasi siswa dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Adapun analisis untuk

mengetahui rata-rata nilai tes evaluasi, digunakan rumus sebagai berikut: ∑ , dengan M = mean (nilai rata-rata hasil tes)

xi = nilai yang diproleh masing-masing siswa N = jumlah siswa yang mengikuti tes

Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal dianalisis dengan menggunakan rumus : % 100 x Z X KB Keterangan : KB : Ketuntasan belajar

X : Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 Z : Banyaknya siswa

Adapun indikator dalam penelitian ini adalah (1) Aktivitas belajar siswa dikatakan telah meningkat apabila mencapai minimal berkategori aktif, (2) Prestasi belajar siswa dikatakan telah meningkat apabila tercapai ketuntasan belajar minimal 85%, yaitu banyaknya siswa yang mencapai nilai ≥ 75

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XII D SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada materi segitiga dan segiempat dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga. Adapun ringkasan dari hasil penelitian siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(11)

Siklus

Hasil Belajar Aktivitas siswa Persentase

ketuntasan

Banyak siswa yang mendapat nilai ≥75 Rata-rata skor kategori I 64% 25 17,2 aktif II 87% 34 18,8 aktif

Berdasarkan tabel diatas, hasil evaluasi pada siklus I menunjukan bahwa persentasi ketuntasan pada siklus I adalah 64%. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu minimal persentase ketuntasan belajar adalah 85%, maka penelitian siklus I belum berhasil. Ini dikarena masih ada kekurangan-kekurang pada siklus I yang perlu berbaikan pada silus berikutnya sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Skor aktivitas belajar siswa pada siklus I berada pada kategori aktif dengan rata-rata 17,2. Karena masih terdapat beberapa kekurangan pada siklus I yang perlu diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya seperti tidak ada pembagian tugas saat diskusi kelompok, terdapat beberapa siswa yang melihat temannya mengerjakan LKS dan siswa masih malu bertanya atau berkomentar saat diskusi berlangsung, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II..

Pada siklus II, guru melakukan beberapa perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Perbaikan-perbaikan diatas berpengaruh pada peningkatan aktivitas belajar siswa dimana pada siklus II skor aktivitas belajar siswa menjadi 18,8 dengan kategori aktif. Hal ini memperlihatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran bekerja kelompok maupun saat presentasi kelompok.

Hasil evaluasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel, dimana persentase ketuntasan hasil evaluasi mengalami peningkatan menjadi 87%. dengan melihat indikator kerja dan hasil yang didapatdari lembar observasi dan hasil evaluais maka penelitian berhasil pada siklus II dan tidak dilanjutkan lagi.

Tercapainya keberhasilan pembelajaran ini tidak terlepas dari tingginya aktivitas siswa didalam proses pembelajaran. Aktivitas disini meliputi merespon atau memberikan jawaban saat guru memberikan masalah awal, aktif bertanya maupun berpendapat saat presentasi hal ini bertampak pada tercapainya pembelajaran. Hal ini serupa dengan yang dikatakan [5] bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan akibat perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Jadi semakin tinggi aktivitas dalam pembelajaran maka semakin meningkat pula prestasi belajar.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang diawali dengan menjawab dengan lisan masalah awal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang disampaikan guru pada awal pembelajaran. Penggunaan alat peraga juga mampu meningkatkan aktivitas dalam

(12)

pembelajaran ini terlihat dari diskusi kelompok. Didalam bukunya, [6] menyebutkan penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai diantaranya dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar, memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa, selain itu alat peraga juga memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam bukunya [7] menyebutkan fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Jadi berdasarkan pendapat diatas, penggunaan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

Dengan penerapan Problem Based Learning (PBL) yang berbantuan alat peraga, siswa terlibat untuk lebih aktif mulai dari saat guru memberikan masalah awal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, saat diskusi kelompok menggunakan alat peraga sehingga siswa terlibat dalam penemuan konsep, maupun dalam tahap presentasi. Dalam menyelesaikan masalah siswa mulai berpikir kritis untuk mengkonstruksikan konsep yang mereka miliki serta dengan adanya alat peraga siswa lebih mudah memecahkan masalah awal sehingga siswa terlibat aktif didalam pembelajaran. PBL dimulai dengan guru memberikan masalah awal yang konkret sehingga siswa tertarik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat [8] mengatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagi sesuatu yang dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting dimana guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Jadi siswa harus terlibat aktif untuk mendapatkan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru hanya membantu supaya tujuan pmbelajaran bisa tercapai. Peran aktif dari siswa terlihat dari meningkatnya skor rata-rata aktivitas siswa tiap siklus.

Dengan demikian penerapan model Problem Based Larning (PBL) berbantuan alat peraga secara optimal pada pembelajaran materi pokok segitiga dan segiempat dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Ma

(13)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga diterapkan secara optimal sesuai dengan langkah-langkahnya dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XII D SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran materi segitiga dan segiempat. Skor aktivitas belajar siswa adalah 18,8 dengan kategori aktif dan 87%siswa mendapat nilai ≥ 75. Adapun langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL) berbantuan alat peraga padamateri segitiga dan segiempat dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 adalah: a. Orientasi siswa masalah, guru memberikan masalah awal berupa pertanyaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkit dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian siswa merespon atau menjawab pertanyaan awal tersebut dengan lisan. b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, dalam langkah ini, setiap kelompok diberi

lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga, kemudian guru menyampaikan cara pengisian LKS dan cara penggunaan alat peraga

c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, Siswa mendiskusikan LKS yang sudah diberikan dengan berbantuan alat peraga bersama kelompoknya masing-masing. Guru bertugas Membimbing kelompok yang kesulitan menyelesaikan LKS d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dua kelompok menyampaikan hasil

diskusi kelompoknya didepan kelas, dengan kelompok lain memperhatikan dan bertanya kepada kelompok yang presentasi apabila ada perbedaan jawaban.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru menganalisis hasil diskusi kelompok maupun saat presentasi, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

(14)

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) supaya memperhatikan:

a. Memilih masalah awal yang menarik sehingga siswa tertarik untuk belajar. b. Sebelum penelitian, siswa diharuskan untuk mempelajari materi yang sudah

dipelajari

c. Peneliti lebih meningkatkan bimbingan saat diskusi kelompok berlangsung

d. Peneliti harus bisa memberikan motivasi agar siswa tidak malu dan takut untuk bertanya maupun menjawab partanyaan

e. Peneliti harus bisa menguasi kelas supaya siswa tidak sering ribut pada saat diskusi kelompok

2. Guru diharapkan lebih kreatif memilih model pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada materi dan keadan siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar secara optimal. Salah satu alternatif model yang dapat digunakan oleh guru adalah model Problem Based learning (PBL).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Pranada Media

[2] Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

[3] Aqib, Z. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya

[4] Nurkancana, W . Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar.Surabaya: Usaha Nasional [5] Djamarah, S. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional [6] Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo [7] Turmuzi, M. 2013. Pengembangan Media dan Alat Peraga. Mataram: Universitas

Mataram

(15)

Gambar

Tabel  1.1:  Hasil MID semester kelas VII SMP Negeri 5 Mataram  semester ganjil  tahun  pelajaran 2015/2016
Tabel 3.2 : Pedoman kriteria aktivitas siswa

Referensi

Dokumen terkait

Ada kebijakan dan prosedur formal secara tertulis dalam melakukan setiap aktivitas dan kegiatan pada fungsi pembelian Fungsi pembelian terpisah dari bagian penerimaan pesanan

Dia datang di saat yang tepat dalam mencerahkan setiap langkah saya dan pemikiran saya bahkan Tuhanlah yang mengangkat saya ketika saya tidak berdaya, memberi semangat ketika

Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan analisis

Penelitian ini akan menguji apakah IOS dan kebijakan deviden memiliki pengaruh langsung yang posititif pada nilai peruasahaan, dan apakah kebijakan deviden memediasi

time base yang masuk ke gerbang and berlogika 1 (high) maka keluaran gerbang and sebagai pembanding akan berlogika 1 dan membuat counter akan mencacah dan

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur peneliti haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kepada mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dan penelitian tersebut akan dituangkan dalam