• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS BAHANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CucumissativusL.) PADA TANAH ULTISOL - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS BAHANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CucumissativusL.) PADA TANAH ULTISOL - Repository utu"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, dengan kadar Al yang tinggi. Di samping itu Ultisol memiliki tekstur tanah liat hingga liat berpasir, dengan bulk densty yang tinggi antara 1,3-1,5 g/cm3 (Prassetyo dan Suriadikarta, 2006), sehingga mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman yang akan dibudidayakan di tanah Ultisol.

Kandungan bahan organik Ultisol umumnya rendah pada horizon A (lapisan atas). Selain itu Ultisol memiliki horizon penciri bagian permukaan bawah liat yang bersifat masam dengan tingkat kejenuhan basa (KB) yang rendah, pada kedalaman 1,8 meter dari permukaan tanah, memiliki nilai KB < 35% dan KTK 4 me /100 gram liat dengan kriteria sangat rendah (Suhardjo, 1994;

dalamPaiman dan Armadon, 2010). Di samping itu Prassetyo dan Suriadikarta (2006) dalam Bintang, Guchi dan Simanjuntak (2012) menambahkan bahwa reaksi tanah (pH) Ultisol adalah < 5,5 (dengan kriteria agak masam).

(2)

Di Indonesia sebaran Ultisol mencapai 45.8 juta atau sekitar 25% dari total luas daratan. Tanah ini tersebar di Kalimatan (21.9 juta ha), di Sumatera (9.5 juta ha), Maluku dan Papua (8,9 juta ha), Sulawei (4.3 juta ha), Jawa (1.2 juta ha), dan di Nusa Tenggara (53 ribu ha). Tanah Ultisol dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hinggga berlereng (Subagyo et al.,2004; dalam

Paiman dan Armadon 2010).

Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisol maka perlu dilakukan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan unsur hara dan menurunkan bulk density tanah karena sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi lebih baik serta pasokan makan untuk tanaman dapat tersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Stevenson (1994)dalam

Atmojo (2003) yang menyebutkan bahwa penambahan bahan organik mampu untuk meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Di samping itu Karama et al., (1990) dalam Muhtiar, Bahrun, Safuan (2012) menambahkan bahwa pupuk organik mengandung unsur makro esensial seperti nitrogen 0,60% (N), phosfor 0,30% (P), kalium 0,34% (K), kalsium 0,12% (Ca), magnesium 0,10% (Mg), dan sulfur 0,09% (S).

(3)

3

keadaan lingkungan (Cahyono, 2003). Di samping itu varietas-varietas tersebut mempunyai ketahanan terhadap penyakit Downy Mildew (Mardalena, 2007).

Bedasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang respon beberapa varietas dan dosis bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman mentimun untuk memperoleh hasil yang maksimal pada tanah Ultisol.

1.2. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui respon varietas yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun pada Ultisol.

2. Untuk mengetahui dosis bahan organik yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun pada tanah Ultisol.

3. Untuk mengetahui interaksi antara varietas dan dosis bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun pada tanah Ultisol.

1.3. Hipotesis

1. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun pada Ultisol.

2. Dosis bahan organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun pada Ultisol.

(4)

4 2.1. Botani Tanaman Mentimun 2.1.3. Sistematik Tanaman

Menurut Cahyono (2003), tanaman mentimun secara taksonomi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativusL.

2.1.2. Morfologi Tanaman Mentimun a. Batang Mentimun

(5)

5

cabang anakan lebih kecil dari batang utama, pucuk batang aktif memanjang (Imdad dan Nawangsih, 1995).

b. Daun Mentimun

Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda, selain itu daun bergerigi, berbulu sangat halus memiliki tulang daun menyirip dan bercabang-cabang. Kedudukan daun tegak, daun berdiri dari tangkai daun, helaian daun, dan tulang daun. Daun bewarna hijau muda hingga hijau gelap dan permukaan daun berkerut (Rukmana, 1994).

c. Akar Mentimun

Perakaran mentimun yaitu akar tunggang dan memiliki rambut-rambut akar, tetapi daya tembus relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30 - 60 cm. Oleh karena itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun membutuhkan banyak air, terutama waktu berbunga, tetapi tidak sampai tergenang (Sunarjono, 2005).

d. Bunga Mentimun

(6)

e. Buah Mentimun

Buah mentimun mempunyai bentuk yang beragam, yaitu panjang silindris, bulat panjang, bulat pendek dan bulat sedang, tergantung varietas. Kulit buah ada yang bewarna hijau gelap (hijau kehitaman), hijau tua, putih, putih kehijauan, hijau terang dan hijau muda tergantung dari varietasnya (Sumpena, 2001).

f. Biji Mentimun

Biji berbentuk pipih, warna kulit putih atau putih kekuning - kuningan atau putih kecoklatan, panjang 1 cm dan lebar bagian tengah 4 mm. Biji diseliputi lendir dan merekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun, dan digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman (Rukmana, 1994).

2.2. Syarat Tumbuh 2.2.1. Iklim

Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi namum pertumbuhan optimumnya pada iklim kering dan cukup mendapat sinar matahari, temperaturnya berkisar antara 21 - 26 0C dan tidak banyak hujan (Cahyono, 2003).

2.2.2. Tanah

Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah mempunyai peran penting karena sebagai media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah mempunyai 3 fungsi pokok yaitu :

(7)

7

2. Memberikan unsur hara atau mineral baik sebagai perantara permukaan atau sebagai tempat persediaan.

3. Sebagai tempat bertumpu serta berpegang tegak tanaman. Tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak tergenang dan pH tanah berkisar antara 6 - 7, bila dibawah pHnya kurang dari 6 akan terjadi gangguan penyerapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu sedangkan pada tanah yang terlalu masam tanaman mentimun akan mengalami klorosis (Rukmana, 1994; dalam Muhtiar, Bahrun, dan Safuan, 2012).

2.3. Tanah Ultisol

Prasetyo dan Suriadikarta (2006) menyebutkan bahwa Tanah Ultisol adalah tanah yang mengalami proses Podsolisasi yaitu proses translokasi horizon humus atas Al dan Fe. Tanah Podsolik mempunyai lapisan permukaan yang sangat terlindi dengan tekstur yang relatif besar. Kandungan bahan organik, kejenuhan basa dan pH yang rendah. Ultisol merupakan tanah tua yang masam, dan umumnya berada di bawah vegetasi hutan. Selama proses pembentukan tanah bahan induknya mengalami pelindian sehingga lapisan atas menjadi begitu masam.

(8)

sampai baik sedangkan konsistensi tanahnya teguh (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Ditinjau dari luasnya, Ultisol sebagai salah satu lahan kering marginal berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian dengan kendala berupa rendahnya kesuburan tanah seperti kemasaman tanah yang tinggi, pH rata-rata < 5,5, Kejenuhan Al tinggi, kandungan hara makro terutama P, K, Ca dan Mg rendah, kandungan bahan organik yang rendah, kelarutan Fe dan Mn yang cukup tinggi yang akan bersifat racun, dapat menyebabkan unsur Fosfor (P) kurang tersedia bagi tanaman karena terfiksasi oleh ion Al dan Fe, akibatnya tanaman sering menunjukkan kekurangan unsur P (Suhardjo, 1994; dalam

Paiman dan Armadon, 2010), sertasifat fisika tanah dan biologi tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas tanah.

(9)

9

2.4. Bahan Organik

Bahan organik adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).

(10)

tanah, 8. Mensuplai energi bagi organisme tanah, 9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.

Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah Ultisol dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 20 ton/ha bahan organik tiap tahunnya.

2.5.1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan, urine, serta sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan. Kebanyakan pupuk kandang berasal dari kuda, sapi, kerbau, babi, kambing atau domba (Sarief, 1985).

Pupuk kandang dibagi dalam dua bentuk, bentuk yang pertama adalah feces (tahi) atau kotoran dalam bentuk padat dan bentuk kedua adalah urine (kencing) atau kotoran dalam bentuk cairan Menurut Sarief (1986), pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain: sebagai sumber hara nitrogen, fosfor, kalium, dan hara mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatkan daya menahan air, dan banyak mengandung organisme yang berfungsi untuk menghancurkan bahan organik tanah hingga berubah menjadi humus.

(11)

11

sifat dan jumlah hamparan; dan (4) cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum dipakai (Soepardi, 1984).

Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang kedalam tanah merupakan alternatif yang lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan (Karamaet al., 1996).

2.5.2. Pengaruh Bahan Organik terhadap Tanaman

(12)

Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Karama et al., 1996). Di samping mengandung unsur makro seperti Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur Phosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat. Menurut Budimantoro (2002) menyatakan bahwa pemakaian pupuk anorganik cenderung berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan dampak yang merugikan, seperti tanah akan kekurangan unsur mikro, karena dalam pupuk anorganik tidak mengandung unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.

Soepardi (1984), mengemukakan bahwa pemberian bahan organik pada tanah Ultisol selain meningkatkan kadar C-organik, N- total dan basa-basa, juga dapat menekan anasir-anasir pengikat P, sehingga P tersedia meningkat dan menurunkan kandungan dan kejenuhan Al tanah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Soepardi (1984) bahwa, dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah akan memberi keuntungan dalam peningkatan aktivitas mikro organisme tanah. Dengan demikian meningkatnya C-organik adalah membaiknya kondisisi tanah bagi aktivitas organisme tanah sehingga proses dekomposisi akan berjalan lebih sempurna.

(13)

13

dapat meingkatkan C organik tanah (Sevindrajuta, 1996 ). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Syukur dan Indah (2006), bahwa aplikasi kompos dan pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan C-Organik tanah. Semakin banyak pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin besar peningkatan kandungan C-Organik dalam tanah. Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu untuk menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan stektur tanah yang diperlukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang halus dan tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk di olah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulfat dalam hal ini berperan sebagai sementasi partikel lempung dengan pembentukan komplek lempung logam humus (Stevenson, 1982).

2.5. Varietas Tanaman Mentimun 2.5.1. Varietas Hercules

(14)

10 - 16 buah. Umur panen tanaman 32 hari setelah tanam, dengan masa panen 32 - 60 hari setelah tanam (Cahyono, 2003).

2.5.2. Varietas Mercy

Varietas Mercy diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia. Mentimun varietas Mercy tahan terhadap penyakit Downy Mildew, Antharacnose, dan ZYNV. Potensi hasil 45 – 55 ton/ha dengan bobot per buah 350 – 400 gram, umur panen tanaman 34 – 36 HST. Mentimun varietas Mercy direkomendasikan untuk ditanam di dataran rendah (Glenn, 2000).

2.5.3. Varietas Wuku

Varietas Wuku diproduksi PT. Benih Citra Asia Jember, dengan kemasan berat bersih 20 gram. Mentimun varietas wuku memiliki buah berwarna hijau dengan panjang + 12 cm dan berdiameter + 4 cm. Rasanya manis dan renyah sehingga cocok dijadikan sebagai rujak dan lalapan. Tanaman vigor dan percabangan banyak dengan umur panen 30 – 35 HST. Dapat berproduksi hingga mencapai 50 ton/ha. Cocok tumbuh di dataran rendah menengah. Jumlah benih per gram mencapai 35 – 40 biji (Glenn, 2000).

Peningkatan produksi mentimun sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan pasar akan terus meningkat persediaan sayuran terutama mentimun. Meskipun kebanyakan masyarakat Indonesia menganggap usaha mentimun sampingan sehingga rata-rata produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha

(15)

15

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, mulai dari bulan 3 Juli sampai dengan 7 September 2015.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

Tanah; Tanah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanah Ultisol yang di ambil di Gampong Meunasah Rayeuk Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Benih mentimun;Benih mentimun varietas Hercules, varietas Mercy, dan varietas Wuku yang diproduksi oleh PT. East West Seed indonesia. Pupuk; pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik (pupuk kandang kerbau) yang diambil di gampong Ujong Tanjong Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat. Polybag; Polibag yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag ukuran 12 kg (40 x 50 cm) yang diproleh dari Toko Tani Meulaboh. Pestisida ; Pestisida yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Dithane yang diperoleh dari Toko Pertanian Meulaboh.

3.2.2. Alat

(16)

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor-faktor yang diteliti meliputi :

1. Varietas (V) terdiri dari 3 taraf yaitu : V1 = Varietas Hercules

V2 = Varietas Mercy V3 = Varietas Wuku

2. Bahan organik (B) terdiri dari 4 taraf yaitu : B0 = Tanpa pemberian bahan organik B1 = 10 ton/ha (60 gram/polybag) B2 = 20 ton/ha (120 gram/polybag) B3 = 30 ton/ha (180 gram/polybag)

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka secara keseluruhan terdapat 36 satuan unit percobaan. Susunan kombinasi perlakuan antara beberapa varietas dan pemberian bahan organik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Bahan Organik

No. Susunan Jenis Dosis Bahan Organik

(17)

17

Model Matematis yang digunakan adalah : Yijk = µ + βi + Vj + Bk + (VB)jk + ɛijk

Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor varietas ke-i, faktor dosis bahan organik plus ke-j dan ulangan ke – k

µ = Nilai tengah umum

βi = Pengaruh ulangan ke-i (i= 1,2, dan 3) Vj = Pengaruh varietas ke- j (j= 1,2,dan 3)

Bk = Pengaruh dosis bahan organik ke- k (k= 1, 2, 3 dan 4)

(VB)jk = Interaksi varietas dan dosis bahan organik pada taraf ke- j, dan taraf dosis bahan organik ke – k.

ɛijk = Galat percobaan untuk varietas ke-j, dosis bahan organik plus ke- k, dan ulangan ke- i

Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%, dengan rumus sebagai berikut:

BNJ0,05 = q0,05(P ; dbg) Dimana :

BNJ0,05 = Beda nyata jujur pada taraf 5%

q0,05(P;dbg) = Nilai baku q pada taraf 5% (jumlah perlakuan P dan derajat bebas galat)

KTg = Kuadrat tengah galat

r = Jumlah ulangan

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pengambilan Sampel Tanah untuk Media Tanam

(18)

3.4.2. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang telah disiapkan kemudian dikering udarakan, dan diayak dengan ayakan yang berdiameter 5 mesh. Tanah yang sudah dibersihkan dimasukkan ke polybag dengan berat 12 kg/polybag dan tanah tersebut disusun sesuai dengan perlakuan pada lahan yang sudah disiapkan. 3.4.3. Penyiapan Pupuk Organik

Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang kerbau yang sudah terdekomposisi sempurna yang telah dikering udarakan dan diayak dengan ukuran ayakan 5 mesh.

3.4.4. Pemberian Pupuk

Pemberian pupuk dilakukan dengan menggunakan bahan organik yang berupa pupuk kandang kerbau sudah diayak. Pupuk tersebut diberikan langsung kedalam polybag dengan cara ditebar pada bagian atas serta di aduk sampai merata dengan tanah pada bagian atas polybag. Pupuk tersebut diberikan satu minggu sebelum penanaman. untuk lebih detail perlakuan dosis bahan organik dapat dilihat pada Tabel 1.

3.4.5. Pelakuan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas Hercules, Mercy, dan Wuku. Benih tesebut direndam dengan air hangat selama 30 menit.

3.4.6. Penanaman

(19)

19

satu unit terdapat 3 tanaman sampel dengan jarak tanaman sampel 30 x 30 cm.

3.4.7. Pemeliharaan a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam, bibit yang tidak tumbuh diganti dengan bibit yang berumur sama dan dengan varietas yang sama.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari, disiram pada sore hari dan disesuai dengan kondisi cuaca setempat.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual apabila ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman, bertujuan untuk memperkecil kemungkinan tanaman bersaing dalam hal memperoleh unsur hara dengan gulma.

d. Pemberian Ajir (penopang)

Pemasangan ajir digunakan untuk merambatkan tanaman dengan menggunakan belahan bambu setelah tanaman berumur 2 minggu atau mencapai tinggi kira-kira 25 cm dengan cara di tancapkan pada jarak 10 cm dari batang tanaman.

e. Pemangkasan

(20)

f. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan apabila tanaman menimbulkan gejala terserangnya oleh hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan Dithane dan Dursban.

3.4.5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika tanaman berumur 42 HST. Buah yang cukup layak dipanen yaitu bewarna sama mulai dari pangkal sampai ujung. Panen dilakukan dengan cara memetik (memotong) tangkai buah dengan gunting agar tidak merusak tanaman.

3.5. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah : 3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur pada umur 15, 20, dan 25 HST. Tinggi tanaman di ukur dari pangkal batang yang telah diberi tanda sampai titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran dalam satuan centimeter (cm).

3.5.2. Berat Buah (gram)

Berat buah dihitung pada umur panen I, II, dan III dengan cara di timbang per tanaman sampel dengan memakai timbangan analitik dalam satuan gram.

3.5.2. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)

(21)

21

3.5.3. Panjang Buah (cm)

Pengamatan panjang buah dihitung pada umur panen I, II, dan III HST. Panjang buah diukur pada bagian ujung sampai pangkal buah dengan memakai meteran dalam satuan centimeter (cm).

3.5.4. Diameter Buah (mm)

Pengamatan diameter buah (mm) pada umur panen I, II, dan III, dengan menggunakan jangka sorong dengan mengukur lingkar buah persis pada bagian tengah buah.

3.5.5. Produksi (ton/ha)

Produksi (ton/ha) tanaman mentimun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

10.000 m 10.000 m

Populasi tanaman 1 hektar = = = 111111,11

(22)

22

4.1. Respon Beberapa Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Ultisol

Hasil uji F pada analisis ragam bernomor genap (Lampiran 2 sampai 16) menunjukkan bahwa respon varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 25 HST, panjang buah dan diameter buah, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, 20 HST, berat buah, jumlah buah, dan produksi per hektar. Rata-rata tinggi tanaman mentimun pada berbagai varietas umur 15, 20 dan 25 HST, berat buah, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, dan produksi per hektar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Respon Beberapa Varietas terhadap Tinggi Tanaman pada 15, 20 dan 25 HST, Berat Buah, Jumlah Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Produksi Per Hektar.

Parameter Pengamatan Varietas BNJ0,05

Hercules (V1) Mercy (V2) Wuku (V3)

Tinggi Tanaman (cm) 15 HST 4,65 4,43 4,06

-20 HST 9,97 10,35 10,04

-25 HST 17,40 a 19,07 ab 20,47 b 2,10

Berat Buah (gram) 132,05 143,85 128,93

-Jumlah Buah (buah) 1,38 1,37 1,50

-Panjang Buah (cm) 12,29 a 14,29 b 13,21 ab 1,16 Diameter Buah (mm) 36,91 a 43,28 b 38,52 ab 4,45

Produksi Per Hektar (ton) 14,67 15,98 14,33

-Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% ( Uji BNJ0,05).

(23)

23

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa respon beberapa varietas terhadap panjang buah tanaman mentimun dijumpai pada varietas Mercy yaitu (14,29), cm tidak berbeda nyata pada varietas Wuku yaitu (13,21 cm), tetapi berbeda nyata dengan varietas Hercules yaitu (12,29 cm). Tabel 2 juga menunjukkan bahwa respon beberapa varietas terhadap diameter buah mentimun yang terbaik dijumpai pada varietas Mercy yaitu (43,28 mm), yang berbeda nyata dengan Hercules yaitu (36,91 mm), namun tidak berbeda nyata dengan varietas Wuku yaitu (38,52 mm).

(24)

buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotip yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan sehingga mengalami pertumbuhan dan hasil. Sejalan dengan pendapat Welsh (2005) yang menyatakan bahwa pada umumnya suatu varietas memiliki keunggulan yang berbeda-beda terhadap genotip. Respon genotip terhadap perumbuhan dan hasil biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan. Menurut Crowder (1997) Pengaruh genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya.

Tabel 2 menunjukkan bahwa respon beberapa varietas mentimun terhadap tinggi di 15 HST tidak berbeda nyata, namun nilai yang tertinggi dijumpai pada varietas Hercules yaitu (4,65 cm), selanjutnya varietas Mercy yaitu (4,43 cm), dan Wuku (4,06 cm). Sedangkan pada 20 HST nilai yang tertinggi dijumpai pada varietas Mercy yaitu (10,35 cm), selanjutnya varietas Mercy (10,35 cm), dan varietas Hercules (9,97 cm).

(25)

25

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa respon beberapa varietas mentimun terhadap parameter tinggi tanaman 15 dan 20 HST, jumlah buah, berat buah, dan produksi per hektar tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi dengan lingkungan dan pengelolaan tanaman tidak optimal. Sejalan dengan pendapat Simatupang et. al.

(26)

4.2. Respon Dosis Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Ultisol

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 16) menunjukkan bahwa respon dosis bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman mentimun umur 15, 20 dan, 25 HST, berat buah, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, dan produksi per hektar. Rata-rata tinggi tanaman mentimun berbagai dosis bahan organik umur 15, 20 dan 25 HST, buah, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, dan produksi per hektar setelah di uji BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Respon Dosis Bahan Organik terhadap Tinggi pada 15, 20 dan 25 HST, Berat Buah, Jumlah Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Produksi Per Hektar

Parameter Pengamatan Dosis Bahan Organik (ton/ha) BNJ0,05 0 (B0) 10 (B1) 20 (B2) 30 (B3)

Tinggi Tanaman (cm) 15 HST 3,06 a 4,10 b 4,93 bc 5,43 c 0,91 20 HST 6,83 a 9,44 b 11,54 bc 12,66 c 2,25 25 HST 11,06 a 15,24 b 22,43 c 27,19 d 3,74 Berat Buah (gram) 36,38 a 128,16 b 162,08 c 213,16 d 29,39 Jumlah Buah (buah) 1,19 a 1,30 ab 1,56 b 1,60 b 0,35 Panjang Buah (cm) 8,23 a 13,69 b 15,35 bc 15,79 c 2,06 Diameter Buah (mm) 20,79 a 37,56 b 45,37 bc 54,56 c 7,92 Produksi Per Hektar (ton) 4,04 a 14,24 b 18,01 c 23,68 d 3,27 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak

nyata pada taraf 5% (Uji BNJ0,05).

(27)

27

terbaik dijumpai pada dosis 30 ton/ha yaitu (12,66 cm), yang berbeda nyata dengan dosis kontrol atau tanpa bahan organik yaitu (6,83 cm), dan 10 ton/ha yaitu (9,44 cm), namun tidak berbeda nyata dengan dosis 20 ton/ha yaitu (11,54 cm). Pada 25 HST tanaman tertinggi dijumpai pada dosis bahan organik 30 ton/ha yaitu (27,19 cm), yang berbeda nyata dengan dosis bahan organik 20 ton/ha yaitu (22,43 cm), 10 ton/ha yaitu (15,24 cm), dan tanaman kontrol atau tanpa bahan organik yaitu (11,06 cm).

(28)

nyata dengan kontrol yaitu (4,04 ton), 10 ton/ha yaitu (14,24 ton) , dan dosis 20 ton/ha yaitu (18,86 ton).

Berdasarkan Tabel 3 di atas secara umum menunjukkan bahwa respon bahan organik pada pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun yang terbaik pada dosis bahan organik 30 ton/ha (D3) dan 20 ton/ha (D3). Hal ini diduga karena dengan pemberian bahan organik maka nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tercukupi sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan hasil mentimun. Sesuai dengan pendapat Muhtiaret. al.(2012) yang menyatakan bahwa pemberian bahan organik mampu menyediakan unsur hara esensial seperti N, P, K dan Surfur, KTK, dan meningkatkan kelarutan P tanah sehingga tanaman menyerap unsur hara yang tersedia tercukupi bagi tanaman dan dapat memperoleh pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Disamping itu Sevindrajuta (2012) juga mengemukakan bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah pada Ultisol dapat meningkatkan kadar C-organik, N- total dan basa-basa, unsur hara P tersedia meningkat dan menurunkan kandungan dan kejenuhan Al tanah.

(29)

29

berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara bagi tanaman.

4.3. Respon Interaksi antara Varietas dan Dosis Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Ultisol

(30)

30 5.1. Kesimpulan

1. Respon varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 25 HST, Sedangkan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 20 HST, berat buah, jumlah buah, panjang buah panjang buah, diameter pangkal batang serta produksi per haktar buah tanaman mentimun pada Ultisol. Varietas yang terbaik adalah varietas Mercy (V2). dan Wuku (V3).

2. Respon Dosis Bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 20, dan 25 HST, berat buah, panjang buah, jumlah buah, diameter buah serta produksi per hektar tanaman mentimun pada tanah Ultisol. Dosis bahan organik yang terbaik dijumpai pada dosis 30 ton/hektar (B3).

3. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan dosis bahan organik terhadap semua peubah pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun yang diamati pada Ultisol.

5.2. Saran

(31)

31

DAFTAR PUSTAKA

Asrizal, Paiman, dan Yuntu Armando. 2010. Potensi Fisik dan Kimia Lahan Marjinal. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.

Bintang, Guchi, H., dan G, Simanjuntak. 2012. Perubahan Sifat Tanah Ultisol untuk Mendukung Pertumbuhan Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) oleh Perlakuan Kompos dan Jenis Air Penyiram. Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, USU Medan.

Brady, N. C. 1990. The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co, New york.

Budimantoro. 2002. Peranan Pupuk Kandang dalam Perbaikan Struktur Fisik Tanah Pertanian Jurnal Penelitian Terpublikasi Unpad. Bandung.

Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu, Semarang.

Crowder LV. 1997. Genetika Tumbuhan, terjemahan Lilik Kusdiarti, UGM Press. Yogyakarta.

Delgado dan Follet. 2002. Chemical Analysis of Plant and Soil. Lab of Analitycal & Agrochemistry. State Unyversity of Ghent. Belgium.

Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembagunan Pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Petani “Tanah Sehat Titik Tumbuh Pertanian Ekologis” di Sleman. 30 Oktober 2001.

Djojoprawiro. 1984. Fisika Tanah Dasar, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul. Lembar Informasi Pertanian (Liptan), Instalasi Penelitian dan Pengkajia Teknologi Pertanian, Mataram.

Glenn, P. 2000. Benih Sayuran Unggul. East West Seed Indonesia , Jawa Barat.

Hanafiah. 2005. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada; Jakarta. Harjadi. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. IPB.

Bogor.

(32)

Imdad, H.P., dan Nawangningsih A. A. 1995. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Karama A. S., Adiningsih, J. S., dan Nursyanti, D. 1996. Penggunaan Pupuk dalam Produksi Pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Mardalena. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap Urine Sapi. J.A. Universitas Sumatra Utara. Reporsitory.

Muhtiar, Bahrun, A., dan L. O. Safuan. 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik dan Fosfor Setelah Penanaman Melon dan Kacang Panjang terhadap Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.) Penelitian Agronomi UNHALU. Kendiri Vol. 1. No. 1. Hal. 37-46

Muljadi, D., dan S. Arsyad. 1997. Peranan Faktor Tanah dalam Perencanaan Landuse. Seminar Tata Guna Sumber-sumber Alam. Direktorat Landuse, Direktorat Jendral Agraria, Dep. Dalam Negeri H 147-161.

Paiman. A., dan Y. G. Armando. 2010. Potensi Fisik dan Kimia Lahan Marjinal untuk Pengembangan Pengusahaan Tanaman Melinjo dan Karet di Provinsi Jambi. Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Akta Agrosia Vol. 13. No. 1 hlm. 89-97 jan-jun 2010.

Prasetyo, B. H., dan D. A. Suriadikarta. (2006). Klasifikasi, Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol -Pengembangan Lahan Kering di Indonesia. Diakses darihttp://litbang.deptan.go.id

Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius,Yogyakarta.

Sarief, E.S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sevindrajuta. 1996. Peranan Cacing Tanah (Ponto scolex corethrurur) dan Macam Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat Fisika Ultisol Rimbo Data dan Hasil Kedelai. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang.

2012. Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi terhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut

(Amaranthus tricolor, L.) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

(33)

33

Sitompul., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada Universty Press. Yokyakarta .

Shvoong. 2011. Pengertian Varietas. http://exact-sciences/agronomyagriculture. Diakses tanggal 21 Juli 2011.

Soepardi G. 1984. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor.

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry. Genesis , Composition, and Reaktions, Jonh Wiley and Sons. Inc. New York. 443 p.

Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah Pertanian di Indonesia. dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus, D.Djaenudin (Ed.). Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hal. 21-66.

Subowo, J. Subaga., dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh Bahan Organik terhadap Pencucian Hara Tanah Ultisol Rangkas bitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 9: 26-31.

Suhardjo, H. 1994. Penanganan Lahan Marginal di Provinsi Jambi. Makalah Seminar Penanganan Lahan Kering Melalui Pola Usaha Tani Terpadu Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, Jambi. Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Surabaya, Jakarta.

Sunarjono, H. 2005. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta. Syukur, A., dan N. M. Indah. 2006. Kajian Pengaruh Pemberian Macam Pupuk

Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe Di Inceptisol Karanganyar. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) : 124-131 Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D., dan Setyorini, W.U. 2001. Budidaya

Mentimun. Penebar Swadaya, Jakarta.

Welsh, J. R. 2005. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. John Wiley and Sons, New York.

(34)

Lampiran 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik Umur 15 HST (cm)

No. Susunan Ulangan Total Rerata

Kombinasi I II III

1 V1B0 2,83 3,67 3,40 9,90 3,30

2 V1B1 5,00 4,60 3,63 13,23 4,41

3 V1B2 5,57 6,13 3,63 15,33 5,11

4 V1B3 6,37 5,67 5,33 17,37 5,79

5 V2B0 3,83 2,87 4,20 10,90 3,63

6 V2B1 3,47 4,87 4,07 12,40 4,13

7 V2B2 5,17 4,83 3,53 13,53 4,51

8 V2B3 6,33 5,27 4,73 16,33 5,44

9 V3B0 2,47 1,57 2,73 6,77 2,26

10 V3B1 3,90 4,50 2,83 11,23 3,74

11 V3B2 5,60 5,73 4,13 15,47 5,16

12 V3B3 5,57 5,73 3,90 15,20 5,07

Total 56,10 55,43 46,13 157,67

Ȳ= 4,38

Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik Umur 15 HST

Sumber

Keragaman Db JK KT Fhitung

Ftabel

Keterangan : ** = Sangat nyata

 = Nyata

(35)

35

Lampiran 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik Umur 20 HST (cm)

No. Susunan Kombinasi

Ulangan

Total Rerata

I II III

1 V1B0 5,17 8,20 7,67 21,03 7,01

2 V1B1 7,50 8,10 9,00 24,60 8,20

3 V1B2 11,90 12,50 12,67 37,07 12,36

4 V1B3 12,33 11,07 13,50 36,90 12,30

5 V2B0 6,73 6,57 8,83 22,13 7,38

6 V2B1 7,17 9,67 13,53 30,37 10,12

7 V2B2 10,67 10,33 14,23 35,23 11,74

8 V2B3 10,83 10,00 15,63 36,47 12,16

9 V3B0 4,67 6,27 7,37 18,30 6,10

10 V3B1 8,00 10,57 11,47 30,03 10,01

11 V3B2 12,23 11,13 8,23 31,60 10,53

12 V3B3 10,20 16,37 13,97 40,53 13,51

Total 107,40 120,77 136,10 364,27

Ȳ= 10,12

Lampiran 4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik Umur 20 HST

Sumber

Keragaman Db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 34,37 17,19 5,82 ** 3,44 5,72

(36)

Lampiran 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik Umur 25 HST (cm)

No. Susunan Ulangan Total Rerata

Kombinasi I II III

1 V1B0 7,25 10,95 13,07 31,27 10,42

2 V1B1 11,27 14,90 15,00 41,17 13,72

3 V1B2 22,00 20,73 21,13 63,87 21,29

4 V1B3 24,17 25,83 22,47 72,47 24,16

5 V2B0 11,25 10,00 9,23 30,48 10,16

6 V2B1 12,80 15,70 17,53 46,03 15,34

7 V2B2 24,83 24,00 23,13 71,97 23,99

8 V2B3 24,43 24,50 31,47 80,40 26,80

9 V3B0 10,90 12,53 14,40 37,83 12,61

10 V3B1 16,09 16,77 17,10 49,96 16,65

11 V3B2 20,73 28,40 16,90 66,03 22,01

12 V3B3 32,57 33,80 25,47 91,83 30,61

Total 218,29 238,12 226,90 683,31

Ȳ= 18,98

Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik Umur 25 HST

Sumber

Keragaman db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 16,47 8,24 1,01 tn 3,44 5,72

(37)

37

Lampiran 7. Rata-rata Panjang Buah Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik (cm)

No. Susunan Ulangan Total Rerata

Kombinasi I II III

1 V1B0 6,32 5,61 4,08 16,01 5,34

2 V1B1 9,43 11,33 14,09 34,86 11,62

3 V1B2 15,73 16,13 15,03 46,90 15,63

4 V1B3 16,94 10,60 14,53 42,08 14,03

5 V2B0 8,87 18,72 6,84 34,43 11,48

6 V2B1 15,10 14,72 14,01 43,83 14,61

7 V2B2 15,96 15,17 16,33 47,46 15,82

8 V2B3 16,43 16,48 16,44 49,36 16,45

9 V3B0 6,67 6,38 5,98 19,02 6,34

10 V3B1 14,03 12,98 15,90 42,91 14,30

11 V3B2 14,92 15,68 13,21 43,81 14,60

12 V3B3 21,16 15,64 17,81 54,61 18,20

Total 161,57 159,44 154,27 475,28

Ȳ= 13,20

Lampiran 8. Analisis Ragam Panjang Buah Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik

Sumber

Keragaman db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 2,35 1,18 0,19 tn 3,44 5,72

(38)

Lampiran 9. Rata-rata Jumlah Buah Per Tanaman Sampel Tanaman Metimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik (buah)

No. Susunan Ulangan Total Rerata

10 V3B1 1,33 1,11 1,39 3,83 1,28

11 V3B2 1,44 1,89 2,00 5,33 1,78

12 V3B3 1,56 1,11 2,11 4,78 1,59

Total 16,67 15,72 18,50 50,89

Ȳ= 1,41

Lampiran 10. Analisis Ragam Jumlah Buah Per Tanaman Sampel pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik

Sumber

Keragaman db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 0,33 0,17 2,32 tn 3,44 5,72

(39)

39

Lampiran 11. Rata-rata Berat Buah Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik (gram)

No. Susunan Ulangan Total Rerata

Kombinasi I II III

1 V1B0 34,92 25,43 40,60 100,94 33,65

2 V1B1 104,59 79,47 155,52 339,58 113,19

3 V1B2 169,77 170,37 158,68 498,81 166,27

4 V1B3 238,40 230,33 176,58 645,31 215,10

5 V2B0 55,11 35,02 41,28 131,42 43,81

6 V2B1 126,51 175,87 142,91 445,29 148,43

7 V2B2 199,29 159,88 168,53 527,70 175,90

8 V2B3 229,01 170,11 222,67 621,79 207,26

9 V3B0 38,17 29,39 27,52 95,08 31,69

10 V3B1 96,74 120,81 151,00 368,56 122,85

11 V3B2 148,61 143,59 140,02 432,22 144,07

12 V3B3 211,54 219,83 219,94 651,32 217,11

Total 1652,67 1560,09 1645,26 4858,02

Ȳ= 134,95

Lampiran 12. Analisis Ragam Berat Buah Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik (gram)

Sumber

Keragaman db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 441,05 220,53 0,44 tn 3,44 5,72

V 2 1485,72 742,86 1,48 tn 3,44 5,72

B 3 149529,29 49843,10 99,01 ** 3,05 4,82

(40)

Lampiran 13. Rata-rata Diameter Buah Tanaman Metimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik (mm)

No. Susunan Ulangan Total Rerata

Kombinasi I II III

1 V1B0 21,41 17,04 18,78 57,24 19,08

2 V1B1 28,56 29,67 46,28 104,51 34,84

3 V1B2 41,76 43,09 48,87 133,72 44,57

4 V1B3 48,43 44,86 54,13 147,42 49,14

5 V2B0 25,39 24,57 18,95 68,90 22,97

6 V2B1 34,71 43,03 44,65 122,39 40,80

7 V2B2 46,33 45,04 51,18 142,55 47,52

8 V2B3 74,03 43,08 68,44 185,56 61,85

9 V3B0 19,71 21,19 20,07 60,97 20,32

10 V3B1 32,35 39,36 39,41 111,11 37,04

11 V3B2 43,44 40,13 48,52 132,09 44,03

12 V3B3 52,35 46,09 59,66 158,10 52,70

Total 468,48 437,16 518,93 1424,57

Ȳ= 39,57

Lampiran 14. Analisis Ragam Diameter Buah Tanaman Mentimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik (mm)

Sumber

Keragaman db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 283,67 141,84 3,88 * 3,44 5,72

V 2 263,64 131,82 3,61 * 3,44 5,72

B 3 5537,05 1845,68 50,51 ** 3,05 4,82

(41)

41

Lampiran 15. Rata-rata Produksi Per Hektar (ton) Tanaman Metimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik

No. Susunan Ulangan Total Rerata

Kombinasi I II III

1 V1B0 3,88 2,83 4,51 11,22 3,74

2 V1B1 11,62 8,83 17,28 37,73 12,58

3 V1B2 18,86 18,93 17,63 55,42 18,47

4 V1B3 26,49 25,59 19,62 71,70 23,90

5 V2B0 6,12 3,89 4,59 14,60 4,87

6 V2B1 14,06 19,54 15,88 49,48 16,49

7 V2B2 22,14 17,76 18,73 58,63 19,54

8 V2B3 25,45 18,90 24,74 69,09 23,03

9 V3B0 4,24 3,27 3,06 10,56 3,52

10 V3B1 10,75 13,42 16,78 40,95 13,65

11 V3B2 16,51 15,95 15,56 48,02 16,01

12 V3B3 23,50 24,43 24,44 72,37 24,12

Total 183,63 173,34 182,81 539,78

Ȳ= 14,99

Lampiran 16. Analisis Ragam Produksi Per Hektar (ton) Tanaman Metimun pada Berbagai Varietas dan Dosis Bahan Organik

Sumber

Keragaman db JK KT Fhitung

Ftabel 0,05 0,01

Ulangan 2 5,45 2,72 0,44 tn 3,44 5,72

(42)

Lampiran 17. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Hercules

Nama : Hibrida Hercules

Tipe Pertumbuhan : Merambat Hasil rata-rata : 3,5-5 kg/pohon Warna Batang : Hijau

Warna daun : Hijau Warna bunga : Kuning

Umur bunga : 21 hari setelah tanamn Masa panen : 45 hari

Warna kulit buah : Hijau Warna daging buah : Putih Diameter buah : 4 cm Panjang buah : 15 – 20 cm Berat buah : 350 – 400 g/buah Rasa buah : Manis dan renyah

Ketahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit Downy mildew (penyakit pada tanaman disebabkan oleh cendawan dengan gejala umum bercak-bercak pada bagian tanaman yang terserang dan biasanya mengakibatkan kematian).

(43)

43

Lampiran 18. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Mercy

Nama : Hibrida F1 Mercy

Tipe Pertumbuhan : Merambat Hasil rata-rata : 3,5 – 5 kg/pohon Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau Warna Bunga : Kuning

Umur berbunga : 21 hari setelah tanam Masa panen : 35 hari

Warna kulit buah : Hijau Warna daging buah : Putih Diameter buah : 2 – 5 cm Panjang buah : 20 – 25 cm

Berat Buah : 350 – 400 gram/buah Rasa buah : Manis renyah

Ketahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit Downy mildew (penyakit pada tanaman disebabkan oleh cendawan dengan gejala umum bercak-bercak pada bagian tanaman yang terserang dan biasanya mengakibatkan kematian). Keterangan : Umur genjah, sangat produktif,dan cocok disegala

musim

(44)

Lampiran 19. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Wuku

Nama : Hibrida Wuku

Tipe Pertumbuhan : Merambat

Hasil rata-rata : 3,5 – 4, 5 kg/pohon Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau Warna Bunga : Kuning

Umur berbunga : 21 hari setelah tanam Masa panen : 35 hari

Warna kulit buah : Kuning kecoklatan Warna daging buah : Putih

Diameter buah : 4 cm Panjang buah : 20 cm

Berat Buah : 300 – 350 gram/buah Rasa buah : Manis renyah

Ketahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit Downy mildew (penyakit pada tanaman disebabkan oleh cendawan dengan gejala umum bercak-bercak pada bagian tanaman yang terserang dan biasanya mengakibatkan kematian).

(45)

45

100 cm

30 cm

Gambar 1. Bagan Percobaan Respon Beberapa Varietas dan Dosis Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun (Cucumis sativusL.) pada Tanah Ultisol.

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cot Pluh Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 18 Juli 1989 anak dari Ayahanda Tgk. Ahmad Dahlan dan Ibunda Raimah. Penulis merupakan anak ke empat dari 4 bersaudara.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, kemudian pada tahun 2005 penulis lulus dari dari Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTsN) Blang Balee Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Pada tahun 2008 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat Program Studi Ilmu Alam (IPA).

Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai Mahasiswa Peguruan tinggi Universitas Teuku Umar pada Jurusan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Pada tahun 2015 Penulis terpilih untuk mengerjakan tugas akhir yang berjudul Respon beberapa varietas dan dosis bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun (Cucumis sativus L.) pada Ultisol di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat dibawah bimbingan Bapak Irvan Subandar SP., MP sebagai pembimbing I dan Bapak Iwandikasyah Putra, SP., MP.

Gambar

Tabel 1.Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Bahan Organik
Tabel 2. Rata-rata Respon Beberapa Varietas terhadap Tinggi Tanaman pada 15,20 dan 25 HST, Berat Buah,  Jumlah Buah,  Panjang Buah, DiameterBuah, dan Produksi Per Hektar.
Tabel 3. Rata-rata Respon Dosis Bahan Organik terhadap Tinggi pada  15, 20 dan25 HST, Berat Buah,  Jumlah Buah,  Panjang Buah, Diameter Buah,  danProduksi Per Hektar
Gambar 1. Bagan Percobaan Respon Beberapa Varietas dan Dosis BahanOrganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun (Cucumissativus L.)  pada Tanah Ultisol.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian-kajian lepas yang telah dijalankan dan disokong oleh pendekatan yang kukuh menerusi aspek tingkah laku pengundi dalam pilihan raya, jelas

dilakukan dengan cara yang adil tanpa melakukan kezaliman terhadap pemilik harta. Hal ini menunjukan bahwa pengawasan sektor keuangan Negara dilakukan, sehingga perlindungan aset

139 Terhadap aspek kehidupan masyarakat di desa, pengaturan tentang pembentukan dan pengelolaan BUMDesa dengan peraturan daerah akan memberikan pedoman tata

135 Tatang Shabur Julianto Universitas Islam Indonesia 136 Tedi Sudrajat Universitas Jenderal Soedirman 137 Tenia Wahyuningrum Institut Teknologi Telkom Purwokerto 138 Thomas

Hasil penelitian menunjukkan: (1) siswa berkemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi; (2) siswa dengan kemampuan sedang

Disitu sahabat-sahabat saya nemenin saya dan tidur di rumah sakit nemenin saya (meneteskan air mata) saya terharu, saya seneng banget, saya bahagia, mereka begitu peduli dan

Untuk pendirian bank digital baru, syarat utama harus mem- iliki modal sebesar Rp 10 triliun dan memiliki satu kantor pusat di Indonesia..

Potensi lingkungan sumber nektar dan serbuksari yang berupa jenis pembungaan dominan telah ‘dipetakan’ tempat dan waktunya secara sederhana di Jawa oleh peternak lebah madu