• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA

PENELITIAN CROSS-SECTIONAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh :

MUHAMMAD BAGUS SETYAWAN 131611123034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Surabaya, 10 Januari 2018 Yang Menyatakan

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga. Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Bagus Setyawan NIM : 131611123034

Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non – eksklusif (Non – exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Health Literacy Pada Perawat di RSU Haji Surabaya ”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non – esklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia / format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 10 Januari 2018 yang menyatakan

(4)

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RS HAJI SURABAYA

Oleh:

Muhammad Bagus Setyawan NIM. 131611123034

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 5 JANUARI 2018

Oleh Pembimbing Ketua

Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes NIP. 196808291989031002

Pembimbing

Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD NIP. 198202182008121005

Mengetahui An. Dekan Wakil Dekan I

(5)

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RS HAJI SURABAYA

Oleh:

Muhammad Bagus Setyawan NIM. 131611123034

Telah diuji

Pada tanggal, 10 Januari 2018

PANITIA PENGUJI

Ketua : Puji Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep ……… NIP. 196511201989032009

Anggota :

1. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes ………

NIP. 196808291989031002

2. Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD ……… NIP. 19820218 2008121005

Mengetahui An. Dekan Wakil Dekan I

(6)

MOTTO

“Selalu Ada Harapan Bagi Mereka Yang Berdoa

Selalu Ada Jalan Bagi Mereka Yang

Berusaha”

“Ketika Dirimu Lelah Berjuang, Jangan Pernah Menyerah

,

Selalu Kepada-Nya Kau Berserah

Ingatlah selalu perjuangan Orangtua mulai dari kamu lahir

hingga sekarang ini, sampai kapanpun kamu tidak akan bisa

membalas budi mereka, maka buatlah

mereka selalu bahagia.”

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan semua pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih dengan hati yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Nursalam M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Pendidikan Ners.

2. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan pembimbing I yang telah sabar menjadi bapak dan pembimbing, yang telah meluangkan waktu di sela-sela agenda yang padat, memberikan ilmu, semangat, masukan, motivasi serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.

(8)

4. Puji Rahayu, S. Kep., Ns., M.Kep selaku penguji skripsi dan Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang telah banyak membantu, memberikan waktu, saran, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes selaku penguji proposal skripsi yang telah banyak membantu, memberikan waktu, saran, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Khoridatul Bahiyah, S.Kep.Ns., M.Kep. Sp.Kep.J selaku pembimbing akademik yang telah sabar dalam membimbing, memberikan ilmu, semangat dan motivasi.

7. Bapak dan Ibu Staf pendidikan dan staf akademik yang telah menyediakan fasilitas dalam proses perijinan penelitian dan surat menyurat untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Tim Etik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan saran sesuai syarat etik yang benar dan melancarkan protokol penelitian saya.

9. Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya beserta para staf dan kepala ruangan yang telah membantu dan memberikan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian ini

10. Seluruh responden penelitian di RS Umum Haji Surabaya yang telah bersedia dan berpartisipasi dalam penelitian ini

(9)

waktu, menguatkan, memberi dukungan dan memotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan B19, yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 13. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi profesi keperawatan.

Surabaya, Januari 2018 Penulis

(10)

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA

Muhammad Bagus Setyawan

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Pendahuluan: Health literacy dinilai sebagai salah satu upaya guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan melalui kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi kesehatan melalui berbagai media, smartphone merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy

pada perawat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross-sectional dengan teknik purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga keperawatan di RSU Haji Surabaya. Jumlah sampel penelitian 39 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel independen yaitu penggunaan smartphone pada perawat, sedangkan variabel dependen yaitu health literacy pada perawat. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua kuisioner yaitu kuisioner The Effects Innovation Factors on Smartphone Adoption among Nurses on Community Hospital dan kuisioner Short Form Health Literact Survey Tool. Data kemudian dianalisa menggunakan uji analisa Spearman Rho (α < 0,05). Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan, semakin tinggi penggunaan smartphone perawat, maka akan semakin baik health literacy dengan korelasi positif (p=0,000 dan r=0,536). Diskusi: Perawat disarankan untuk dapat meningkatkan penggunaan smartphone secara bijak dan positif sebagai upaya untuk meningkatkan health literacy perawat.

(11)

ABSTRACT

RELATIONSHIPS OF USE SMARTPHONE WITH HEALTH LITERACY IN NURSE ON HAJJ HOSPITAL SURABAYA

Muhammad Bagus Setyawan

Nursing Faculty of Universitas Airlangga

Introduction: Health literacy is considered as an effort to increase awareness of the importance of health through the ease of the community to access health information through various media, the smartphone is one of the most widely used media by the community. The purpose of this study is to know the relationship between the use of smartphones with health literacy in nurses. Method: This research uses correlational design with the cross-sectional approach with purposive sampling technique. The population of this research is all nursing staff at Hajj Hospital Surabaya. The sample size was 39 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. Independent variable is the use of smartphones in nurses, while the dependent variable is health literacy in nurses. Data were collected using The Effects Innovation Factors on Smartphone Adoption among Nurses on Community Hospital questionnaires and the Short Form Health Literacy Survey Tool questionnaire. Data were then analyzed using analysis test Spearman Rho(α <0,05). Results: There is a significant relationship, the higher the use of smartphone nurses, the better the health literacy with the positive correlation (p = 0.000 and r = 0,536). Discussion: Nurses are advised to be able to increase smartphone usage wisely and positively in an effort to improve the health literacy of nurses.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL DAN PRASYARAT GELAR ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

MOTTO ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 5

1.3.1 Tujuan umum ... 5

1.3.2 Tujuan khusus ... 5

1.4 Manfaat ... 5

1.4.1 Teoritis ... 5

1.4.2 Praktis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Health Literacy... 8

2.1.1 Pengertian Health Literacy ... 8

2.1.2 Dimensi Health literacy ... 11

2.1.3 Model Health literacy ... 12

2.1.4 Dampak Health literacy ... 13

2.1.5 Pengukuran Health literacy ... 15

2.2 Smartphone ... 18

2.2.1 Definisi Smartphone ... 18

2.2.2 Sejarah Perkembangan ... 19

2.2.3 Dampak Smartphone bagi perawat ... 20

2.3 Teori Conceptual model of European Health Literacy Survey ... 21

2.4 Keaslian Penelitian ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 28

3.1 Kerangka Konseptual ... 28

(13)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 29

4.2.1 Populasi ... 29

4.2.2 Sampel ... 29

4.2.3 Sampling ... 31

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

4.3.1 Variabel Independen ... 31

4.3.2 Variabel Dependen ... 31

4.4 Definisi Operasional... 32

4.5 Instrumen Penelitian... 33

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 34

4.6.1 Uji Validitas ... 34

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 35

4.7 Lokasi dan waktu penelitian... 36

4.8 Prosedur Penelitian... 36

4.9 Analisis Data ... 36

4.10 Kerangka Kerja ... 37

4.11 Etika Penelitian ( Ethical Approval) ... 38

4.12 Keterbatasan Penelitian ... 40

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.1.1 Gambaran Umum lokasi penelitian ... 41

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden ... 42

5.1.3 Variabel yang Diukur ... 44

5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Variabel yang Diukur ... 45

5.1.5 Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Health literacy... 48

5.2 Pembahasan ... 49

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Simpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ... 22 Tabel 4 1 Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size ... 30 Tabel 4.2 Definisi Operasional ... 32 Tabel 5.1 Karakteristik responden perawat di RSU Haji Surabaya, Desember

2017 ... 42 Tabel 5 .2 Distribusi responden berdasarkan penggunaan smartphone pada perawat

di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 ... 44 Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan health literacy pada perawat di RSU

Haji Surabaya, Desember 2017 ... 44 Tabel 5.4 Tabulasi silang karakteristik responden dengan penggunaan smartphone

pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 ... 45 Tabel 5.5 Tabulasi silang karakteristik responden dengan Health literacy pada

perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 ... 46 Tabel 5.6 Tabulasi Silang penggunaan smartphone dengan Health literacy pada

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal ... 60

Lampiran 2. Surat Permohonan Pengambilan Data Penelitian ... 61

Lampiran 3. Surat Balasan Permohonan Pengambilan Data Penelitian ... 62

Lampiran 4. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ... 63

Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 64

Lampiran 6. Lembar Penjelasan Penelitian ... 65

Lampiran 7. Lembar Inform Consent ... 69

Lampiran 8. Lembar Kuisioner Penelitian ... 70

(17)

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

HL : Health Literacy

IPM : Indeks Pembangunan Manusia KEPK : Komisi Etik Penguji Keperawatan

UNESCO : United Nation Education, Science and Culture Organization

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Health literacy merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan akses, memahami dan menggunakan informasi sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan untuk diri mereka sendiri, keluarga mereka maupun komunitas mereka (Soerensen et al., 2012). Sementara definisi lain health literacy

adalah konsep yang berkembang bahwa literasi kesehatan berarti lebih dari sekedar bisa membaca pamflet, membuat janji temu periksa, memahami label makanan atau mematuhi tindakan yang ditentukan dari dokter (World Health Organization, 2017).

Health literacy terkait dengan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi masyarakat untuk mengakses, memahami, menilai, dan menerapkan informasi kesehatan untuk membuat penilaian dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari mengenai perawatan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas hidup selama hidupnya (Pelikan, Röthlin, & Ganahl, 2012). Sangat penting untuk membedakan pengertian health literacy dengan literacy secara umum. Sesuai dengan United Nation Education, Science and Culture Organization (UNESCO), kata ‘literasi’ secara umum berarti membaca dan menulis secara sederhana atau bisa dikatakan disini adalah melek pendidikan atau sadarnya masyarakat dengan pendidikan dan kesehatan (UNESCO, 2017).

(19)

dilakukan di Jerman pada tahun 2017 memberikan hasil sekitar 54.3% penduduk dewasa di sana tidak memiliki tingkat literasi kesehatan yang cukup (Berens, Vogt, Messer, Hurrelmann, & Schaeffer, 2016; Schaeffer, Berens, & Vogt, 2017). Penelitian di Jepang menunjukkan hasil 51.5% responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang kurang, sedangkan hasil sebuah survei nasional di Taiwan pada tahun 2010 menyatakan 30% penduduk tidak memiliki tingkat literasi kesehatan yang cukup, studi di Turki 58% responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang terbatas (Bodur, Filiz, & Kalkan, 2017; S. D. Lee, Tsai, Tsai, & Kuo, 2010; Nakayama et al., 2015).

Data di Indonesia mengenai tingkat literasi kesehatan masyarakat masih terbatas. Meski demikian, terdapat fakta-fakta yang menggambarkan kondisi yang terkait dengan literasi kesehatan yang rendah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2016 adalah 0,689% (United Nations Development Programme, 2016). Nilai ini membuat Indonesia berada di peringkat ke-113 dari 188 negara dan berada di bawah nilai rata-rata daerah Asia Timur dan Pasifik (United Nations Development Programme, 2016). Selain itu data survey di Kota Semarang pada tahun 2013-2014, dengan 1029 responden, sangat memprihatinkan, yaitu 65% responden berada pada tingkat health literacy yang rendah yaitu inadequate dan

problematic (Nurjanah & Rachmani, 2014).

(20)

masyarakat bingung dengan informasi yang beragam, maka diperlukan pemahaman tentang health literacy yang berisi bagaimana cara mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi untuk membuat keputusan dalam hal kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, oleh karena itu hal ini sangat penting bagi perawat salah satunya dalam hal praktek klinis dan mendukung hasil perawatan pasien yang lebih baik (Cafiero, 2013)

Dalam literasi kesehatan seorang tenaga kesehatan dituntut untuk selalu memperbarui keilmuannya agar ilmu yang dimilikinya selalu berkembang dan mengetahui informasi terbaru (Chong, Francis, Cooper, & Abdullah, 2014). Saat ini terdapat berbagai macam media informasi dalam literasi kesehatan salah satunya

(21)

Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika (Menkominfo, 2015). Menurut riset yang dilakukan oleh Google Indonesia dan Lembaga survey Growth From Knowledge(GFK) pada 2500 orang di lima kota besar salah satunya kota Surabaya pada periode November 2014 hingga Desember 2014, rata – rata pengguna telepon pintar menggunakan telepon pintar yang mereka miliki selama 5,5 jam per hari (Google, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan wawancara pada tanggal 5 November 2017 dengan kepala bidang keperawatan dan tim diklat RSU Haji Surabaya, disimpulkan bahwa penggunaan smartphone tentang health literacy

masih belum optimal. Mayoritas perawat mengggunakan smartphone dengan

platform android. Penggunaan smartphone hanya sebatas untuk komunikasi pribadi seperti penggunaan whatsapp dan instant messaging lainnya.

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memanfaatkan

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy

pada perawat ? 1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy

perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis penggunaan smartphone pada perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

2. Menganalisis health literacy pada perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

3. Menganalisis hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat di Rumah Sakit Haji Surabaya

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Penelitian ini dapat membuktikan teori Conceptual model of Health Literacy of the European Health Literacy dalam lingkup keperawatan. Salah satu aspek yang mempengaruhi dalam aspek akses, pemahaman, penilaian, dan penerapan adalah penggunaan smartphone (World Health Organization (WHO), 2013). Model ini merupakan konseptual yang menjelaskan aspek aspek yang mendasari dalam health literacy.

(23)

1.4.2 Praktis

1. Bagi Perawat

Sebagai masukan kepada perawat yang bertugas di RSU Haji Surabaya mengenai hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy. Masukan ini dapat membantu perawat untuk memaksimalkan penggunaan smartphone dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu keperawatan yang berkaitan penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat.

3. Bagi Rumah Sakit

Bagi institusi rumah sakit, melalui penelitian ini akan memperoleh bahan untuk mengevaluasi penggunaan smartphone agar dapat memaksimalkan pelayanan pada pasien serta meningkatkan keamanan pasien (patient safety) di rumah sakit. Dengan demikian institusi Rumah Sakit dapat melakukan langkah - langkah yang dirasa perlu untuk menunjang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 4. Bagi Penulis

(24)

5. Penelitian Lanjutan

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan teori ini akan dipaparkan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Tinjauan teori yang dipaparkan dalam pokok bahasan ini meliputi smartphone, health literacy serta keaslian penulisan penelitian ini. 2.1 Health Literacy

2.1.1 Pengertian Health Literacy

Istilah health literacy atau literasi kesehatan pertama kali digunakan pada tahun 1974 dalam sebuah diskusi mengenai adanya standar minimum pendidikan kesehatan di tiap tingkat sekolah (Lyla M. Hernandez, 2013). Terdapat berbagai definisi untuk literasi kesehatan dan sampai sekarang konsep ini masih terus berkembang. Joint Committee on National Health Education Standars (2007) mendefinisikan literasi kesehatan sebagai kapasitas individu untuk mendapatkan, mengartikan, memahami informasi dan pelayanan kesehatan dasar serta kompetensi untuk menggunakan informasi dan pelayanan tersebut untuk meningkatkan kesehatan (Rikard, Thompson, McKinney, & Beauchamp, 2016).

(26)

kesehatan serta kemampuan untuk melakukan petunjuk serta prosedur pengobatan lainnya (Kutner et al., 2006).

Definisi-definisi tersebut di atas menggambarkan literasi kesehatan secara fungsional, yaitu menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengakses, memahami dan menggunakan informasi kesehatan dalam konteks pelayanan kesehatan. Selain definisi secara fungsional tersebut, berkembang pula konsep literasi kesehatan yang lebih luas. Institute of Medicine (IOM), sebuah organisasi independen di Amerika Serikat yang dibentuk untuk memberikan nasihat dan informasi kepada para pembuat kebijakan kesehatan dan masyarakat , memakai definisi literasi kesehatan yaitu tingkat dimana individu memiliki kemampuan untuk mendapatkan, memproses serta memahami informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan (Institute of Medicine, 2004). IOM melengkapi definisi ini dengan menyatakan bahwa literasi kesehatan tidak saja relevan bagi individu yang membutuhkan informasi kesehatan, melainkan juga terkait dengan tenaga kesehatan, sistem kesehatan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat (Gillis, 2009).

(27)

Kickbush, Wait dan Maag (2005) menekankan mengenai konteks luas literasi kesehatan serta aspek pemberdayaan masyarakat yang kuat. Konsep literasi kesehatan yang merea ajukan adalah kemampuan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat dalam konteks keseharian, baik di rumah, komunitas, tempat kerja, pelayanan kesehatan, perdagangan, dan arena politik. Mereka menyatakan literasi kesehatan merupakan strategi pemberdayaan yang sangat penting untuk meningkatkan kontrol masyarakat atas kesehatan mereka, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencari informasi dan kemampuan untuk bertanggung-jawab.

Canadian Public Health Association (CPHA) Expert Panel on Health Literacy mencoba merangkum semua elemen pada konsep-konsep sebelumnya dalam pengertian literasi kesehatan sebagai kemampuan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi sebagai cara untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dalam berbagai keadaan di sepanjang hidup. Masyarakat yang tidak mengetahui literasi kesehatan berisiko untuk membuat keputusan yang salah, kondisi kesehatan masyarakat dapat memburuk dan masyarakat dapat tersesat dalam kompleksitas sistem kesehatan (Rootman & El-Bihbety, 2008; Canadian Council on Learning, 2008).

(28)

serta biaya kesehatan (Institute of Medicine, 2004). Kemampuan-kemampuan dalam literasi kesehatan meliputi membaca, menulis, berhitung, berbicara, mendengarkan, menggunakan teknologi, membuat jejaring (networking) dan kemampuan seperti mengajukan keluhan serta melakukan advokasi (Institute of Medicine, 2004).

2.1.2 Dimensi Health literacy

Terdapat beberapa pembagian dimensi literasi kesehatan. National Assessment of Adult Literacy membagi literasi kesehatan menjadi:

1. Prose literacy, yaitu pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mencari, memahami dan menggunakan informasi dari bacaan (rangkaian kalimat dalam paragraf). Contohnya adalah mengumpulkan informasi kesehatan dari surat kabar dan brosur.

2. Document literacy, merujuk pada pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mencari, memahami dan menggunakan teks dalam berbagai format (daftar, baris, kolom, matriks, dan grafik). Contohnya adalah mengisi formulir asuransi kesehatan, mempelajari bagan atau grafik dalam bahan-bahan kesehatan, mencari lokasi fasilitas kesehatan di peta atau menentukan dosis yang tepat pada label obat.

(29)

dalam label makanan, menentukan waktu minum obat atau menyesuaikan dosis obat jika terjadi perubahan kondisi (White, 2008).

Nutbeam (2000) mengklasifikasi literasi kesehatan menjadi tiga tingkatan yaitu:

1. Literasi kesehatan fungsional (Basic/Functional Literacy)

Tingkat ini merujuk pada kemampuan dasar dalam membaca dan menulis yang diperlukan seseorang dalam keseharian , misalnya kemampuan membaca bahan- bahan pendidikan kesehatan.

2. Literasi kesehatan interaktif (Interactive Literacy)

Kemampuan berpikir dan sosial yang lebih maju, digunakan untuk mengambil sari informasi dan mengartikan berbagai bentuk komunikasi serta mengaplikasikan informasi tersebut. Contohnya adalah program pendidikan kesehatan di sekolah.

3. Literasi kesehatan kritis (Critical Literacy)

Kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis dan menggunakan informasi ini untuk bertindak secara politik dan organisasi dalam mengontrol determinan-determinan kesehatan dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Contohnya adalah program pemberdayaan masyarakat. 2.1.3 Model Health literacy

(30)

Dalam model ini, Pawlak (2005) mengajukan determinan-determinan yang dapat mempengaruhi literasi kesehatan yaitu usia, genetik, bahasa, ras dan etnis, pendidikan, pekerjaan, status sosio-ekonomi dan faktor lingkungan (akses pelayanan kesehatan dan teknologi informasi).Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, literasi kesehatan itu sendiri juga merupakan determinan untuk kesehatan populasi.

2.1.4 Dampak Health literacy

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan merupakan salah satu prediktor terkuat untuk kesehatan seseorang. Tingkat literasi kesehatan yang rendah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai tindakan kesehatan yang bersifat pencegahan, perawatan diri dan pengobatan. Pengetahuan yang kurang ini bervariasi mulai dari pengetahuan tentang demam pada anak hingga keadaan yang kronis seperti hipertensi dan diabetes. Beberapa contohnya adalah pasien asma kurang mengetahui bagaimana cara menggunakan inhaler, pasien diabetes kurang mengetahui gejala hipoglikemia, pasien hipertensi tidak mengetahui bahwa penurunan berat badan dan olahraga dapat membantu mengontrol hipertensi dan para ibu yang tidak tahu bagaimana membaca termometer (Weiss, 2007; Williams, Baker, Parker dan Nurss, 1998).

Orang yang memiliki keterbatasan literasi kesehatan juga kurang menunjukkan perilaku-perilaku yang sehat, misalnya lebih banyak yang merokok termasuk saat hamil, lebih banyak yang tidak menyusui, dan lebih banyak yang tidak rutin datang ke pelayanan kesehatan anak (Weiss, 2007).

(31)

(2007). menunjukkan bahwa literasi kesehatan yang rendah berdampak pada kemampuan seseorang untuk membaca dan memahami instruksi minum obat dan peringatan pada label obat. Keadaan ini dapat makin menyulitkan jika pasien meminum beberapa jenis obat. Hal ini akan membuat pasien berisiko menjalani pengobatan yang kurang (under-treatment) atau berlebihan (over-treatment) dan pasien juga berpotensi mengalami bahaya efek samping obat . Baker et al (2002) dalam penelitiannya mengenai hubungan literasi kesehatan dengan risiko dirawat di rumah sakit menyatakan bahwa individu yang memiliki literasi kesehatan rendah lebih cenderung dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat literasi kesehatan tinggi. Mereka juga memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dirawat inap lebih dari sekali. Selain hal-hal yang dijelaskan di atas, literasi kesehatan juga diperlukan dalam tuntutan sistim kesehatan saat ini. Tanggung jawab individu dalam pengelolaan penyakit dan kesehatannya makin diperlukan dalam masyarakat modern. Akses informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan dan penyakit makin memegang peranan penting, dan masyarakat diharapkan dapat menggunakan pengetahuan dan informasi ini untuk dapat menjaga kesehatannya. Individu juga makin dituntut untuk memahami hak dan tanggung-jawabnya dalam sistem kesehatan. Peran aktif masyarakat ini memerlukan literasi kesehatan yang baik (Fransen, Van Schaik, Twickler dan Essink Bot, 2011; Institute of Medicine, 2004).

(32)

tidak hanya dilakukan di klinik atau rumah sakit, melainkan juga di rumah, sekolah, tempat kerja, dan di forum masyarakat. Di pelayanan kesehatan, seseorang diharapkan dapat memahami bahan bacaan kesehatan, informed consent, serta formulir asuransi. Di rumah, para orang tua harus menentukan dosis obat bebas yang tepat sesuai umur dan berat badan anak mereka. Di tempat kerja, seseorang harus memikirkan kesehatan dan keselamatan kerja. Saat membeli makanan, para konsumen diharapkan dapat memahami informasi gizi yang tercantum di label nutrisi. Di lingkungan, banyak tanda-tanda peringatan keselamatan dan kesehatan yang harus dipahami masyarakat (Institute of Medicine, 2004).

Selain itu saat ini, media internet menjadi salah satu sumber utama informasi kesehatan. Internet memiliki dampak yang baik bagi pemahaman kesehatan, namun disisi lain terdapat bahaya bahwa di internet tersedia informasi yang salah atau berkualitas rendah karena informasi di internet tidak tersaring secara maksimal (Eysenbach, 2007).

2.1.5 Pengukuran Health literacy

(33)

Instrumen- instrumen pengukuran yang ada saat ini mengukur literasi kesehatan secara fungsional yaitu kemampuan untuk membaca, berhitung dan memahami informasi kesehatan. Instrumen yang paling sering digunakan diantaranya adalah:

1. Rapid Estimate af Adult Literacy in Medicine (REALM)

REALM adalah sebuah instrumen berisi 66 istilah kesehatan untuk menguji kemampuan dalam membaca dan mengucapkan istilah-istilah kesehatan yang sering digunakan. Istilah-istilah ini disusun dengan urutan tingkat kesulitan yang makin meningkat. Nilai 0-44 menunjukkan tingkat literasi kesehatan yang rendah, nilai 45-60 menunjukkan literasi kesehatan marginal, dan nilai 61-66 menyatakan tingkat literasi kesehatan yang tinggi. Tes yang membutuhkan waktu sekitar 3-6 menit ini tidak menguji pemahaman bacaan dan kemampuan berhitung (DeWalt & Pignone, 2008; Departement of Health AIDS Institute, 2012).

2. Test of Functianal Health Literacy in Adults (TOFHLA)

(34)

kata yang paling tepat pada pilihan berganda. Pertanyaan untuk menguji pemahaman bacaan sebanyak 50 buah dan untuk menguji kemampuan berhitung sebanyak 17 buah. Nilai 0-59 menunjukkan literasi kesehatan yang kurang, nilai 60-74 menyatakan literasi kesehatan marginal, dan nilai 75-100 menunjukkan literasi kesehatan yang tinggi. Oleh karena tes ini membutuhkan waktu sekitar 20-25 menit, dikembangkan versi pendek dari TOFHLA yaitu Short Test of Functianal Health Literacy in Adults (S-TOFHLA). S-TOFHLA menggunakan 36 pertanyaan dari versi lengkapnya, tidak menguji kemampuan menggunakan angka dan membutuhkan waktu sekitar 7-12 menit. Nilai 0-53 menyatakan literasi kesehatan rendah, nilai 54-66 menunjukkan literasi kesehatan marginal, dan nilai 67-100 menyatakan literasi kesehatan yang tinggi (DeWalt & Pignone, 2008; Departement of Health AIDS Institute, 2012).

(35)

2.2 Smartphone

2.2.1 Definisi Smartphone

Smartphone atau bisa disebut dengan telepon pintar sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi semua kalangan di dunia sebagai penunjang aktivitas kerja mau pun sekedar lifestyle atau gaya hidup (Naslund, Aschbrenner, & Bartels, 2016; Wyatt & Krauskopf, 2012). Setiap smartphone memiliki sistem operasi yang berbeda-beda, sama halnya dengan sistem operasi pada komputer desktop. Menurut Kamus University Oxford (2017) pengertian telepon seluler pintar atau smartphone

didefinisikan sebagai ponsel yang melakukan banyak fungsi komputer, biasanya memiliki layar sentuh, akses internet, dan sistem operasi yang mampu menjalankan aplikasi yang diunduh. Kecanggihan smartphone dibandingkan ponsel biasa terletak pada operation sistem yang tangguh, kecepatan proses yang tinggi, koneksi internet terbaik dan layar sentuh (Doughty, 2011). Pada dasarnya smartphone

merupakan hasil gabungan dari fungsi telepon genggam dengan Personal Digital Assistant (PDA). Perkembangan PDA, mendapatkan kemampuan lain yaitu fitur koneksi wireless sehingga mampu menerima maupun mengirim email pada saat yang bersamaan (Mohapatra, Mohapatra, Chittoria, & Friji, 2015).

(36)

canggih yang mudah dibawa kemana-mana membuat kemajuan besar dalam pemroses, layar dan sistem operasi yang di luar dari jalur telepon genggam sejak beberapa tahun ini. Kebanyakan alat yang dikategorikan sebagai telepon pintar menggunakan sistem operasi yang berbeda (Gotz, Stieger, & Reips, 2017).

Dalam hal fitur, kebanyakan telepon pintar mendukung sepenuhnya fasilitas surel (surat elektronik) dengan fungsi pengatur personal yang lengkap (Ventola, 2014). Fungsi lainnya dapat menyertakan miniatur papan ketik QWERTY, layar sentuh atau kamera, pengaturan daftar nama, penghitung kecepatan, navigasi piranti lunak dan keras, kemampuan membaca dokumen bisnis, pemutar musik, penjelajah foto dan melihat klip video, penjelajah internet, perusahaan, seperti yang ditawarkan oleh BlackBerry (Alexius Endy Budianto, 2014). Fitur yang paling sering ditemukan dalam telepon pintar adalah kemampuannya menyimpan daftar nama sebanyak mungkin, tidak seperti telepon genggam biasa yang mempunyai batasan maksimum penyimpanan daftar nama. Selain itu smartphone

mempermudah pengguna untuk mengetik dokumen atau mengirim pesan. Tampilan QWERTY keyboard bisa dalam bentuk fisik (hardware) misalnya seperti pada Blackberry, juga bisa tampil dalam bentuk keyboard virtual seperti pada iPhone (Lin, Hong, Chang, & Ke, 2015).

2.2.2 Sejarah Perkembangan

(37)

Smartphone pertama kali ditemukan pada tahun 1992 oleh International Business Machines Corporation (IBM) di Amerika Serikat. Smartphone pertama kali ini dilengkapi fasilitas kalender, buku telepon, jam dunia, bagian pencatat, email serta mengirim faks juga permainan. Sejak kemunculannya pertama kali

smartphone buatan IBM tidak dilengkapi tombol namun telah dilengkapi dengan teknologi layar sentuh atau touchscreen, meskipun untuk memencetnya masih menggunakan tongkat stylus (Aamoth, 2014)

2.2.3 Dampak Smartphone bagi perawat

Smartphone telah diintegrasikan dalam berbagai aspek kehidupan terutama oleh petugas kesehatan khususnya perawat tentu memiliki berbagai dampak, baik dampak secara positif maupun dampak secara negatif.

Dampak positif smartphone dalam dunia keperawatan diantaranya meningkatkan kemampuan dalam praktek keperawatan, sebagai media pendidikan kesehatan, dan membantu dalam pengembangan riset penelitian dalam dunia keperawatan (Doswell, Braxter, DeVito Dabbs, Nilsen, & Klem, 2013). Selain itu, dengan menggunakan smartphone mungkin akan membuat jalinan komunikasi antar tenaga keperawatan maupun antar tenaga kesehatan yang lain (Rouleau, Gagnon, & Côté, 2015). .

Sedangkan dampak negatif dari penggunaan smartphone terutama penggunaan yang berlebihan oleh perawat diantaranya :

(38)

2. Memburuknya hubungan interprofessional dikarenakan penyampaian pesan melalui pesan teks sehingga mengakibatkan penurunan komunikasi verbal (Gill et al., 2012; Wu et al., 2011).

3. Penurunan tingkat kinerja yang signifikan menjadi perhatian karena mengakibatkan timbulnya masalah keselamatan pada pasien (McBride, LeVasseur, & Li, 2015).

4. Mencerminkan perilaku yang tidak professional dalam memberikan pelayanan keperawatan (Ventola, 2014).

2.3 Teori Conceptual model of European Health Literacy Survey

(39)

2.4 Keaslian Penelitian

Untuk melakukan tinjauan pustaka, peneliti mengguanakan kata kunci

health literacy and smartphone. Kata kunci tersebut digunakan untuk mencari literatur artikel jurnal di database Scopus, Science Direct, Proquest, Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature (CINAHL/EBSCO) . Dengan kata Kunci tersebut didapatkan 56 jurnal, setelah membaca abstrak didapatkan 15 jurnal yang sesuai dalam penelitian ini. Jurnal yang sesuai dengan penelitian ini peneliti sajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian No. Judul Artikel; Penulis;

Tahun

Metode Hasil Penelitian 1. Using Smartphones and

Health Apps to Change and Manage

Health Behaviors: A Population-Based Survey; Clemens Ernsting; Stephan U Dombrowski, PhD; Monika Oedekoven; Julie L O´Sullivan; Melanie Kanzler;

Adelheid Kuhlmey, PhD; Paul Gellert, PhD; 2017

− Desain : Cross Sectional − Sampel : Random

sampling, sebanyak 4144 responden

− Variabel :

Independent : Smartphone

dan Health Apps

Dependent : Perilaku kesehatan

− Instrumen : Kuesioner short-form of the European Health Literacy Survey Questionnaire (HLS-EU-Q) dan kuesioner European Health Interview Survey-Quality of Life (EUROHIS-QOL) 8-item Smartphone Apps; Davis, D.W.; Logsdon, M.C.;

(40)

No. Judul Artikel; Penulis; Tahun

Metode Hasil Penelitian − Instrumen : Patient pada tahap desain awal

produk untuk

memastikan produknya adalah diterima dan bermanfaat dan itu akan menyebabkan perilaku she

at. 3. The relationship of health

literacy with use of digital technology for health information: Implications for public health practice; Jennifer Manganello, PhD, MPH; Gena Gerstner, MPH, MS; Kristen Pergolino, AST; Yvonne Graham, RN, MPH; Angela Falisi, MPH; David Strogatz, PhD; 2017

− Analisa : utilizing Stata/SE

Terdapat ada hubungan yang kuat dengan

Intervention to Teach Evidence-Based Practice:

PhD;Beverly Byers, EdD, RN, LMT, MTI; LaNell Harrison, PhD, RN; Daniel Hatch, DNP, APRN, FNP-BC; Justin Brown, BS; Sharlan Proper, BA; Patricia White, MSN, RN,

− Desain : quasi-experimental dan two-population randomized controlled trial (RCT) − Sampel: 158 partisipan − Variabel :

Independen : Intervensi berbasis teknologi

(41)

No. Judul Artikel; Penulis; Tahun

Metode Hasil Penelitian CHSE; Huaxin Song, PhD;

2015

5. Literacy disparities in patient access and

health-related use of Internet and mobile

technologies; Stacy C. Bailey PhD MPH; Rachel

O’Conor MPH; Elizabeth

A. Bojarski MPH; Rebecca Mullen BA; Rachel E. Patzer PhD MPH; Daniel Vicencio MD; Kara L. Jacobson MPH; Ruth M. Parker MD;and Michael S. Wolf PhD MPH; 2014

− Desain : Cross Sectional − Sampel : Non Random

Sampling, sebanyak 362 remaja Newest Vital Sign (NVS) − Analisis : Descriptive

statistic

Hasil menunjukkan bahwa disparitas yang terkait dengan literasi di bidang akses teknologi dan penggunaan teknologi tersebar luas, dengan pasien melek huruf yang lebih rendah cenderung tidak memiliki smartphone atau mengakses dan menggunakan

Internet, khususnya karena beberapa alasan 6. Cognitive factors of using

health apps: Systematic analysis of relationships

among health

consciousness, health information orientation, eHealth literacy, and health app use efficacy; Jaehee sebanyak 765 responden − Variabel :

Independent : kognitif factor.

(42)

No. Judul Artikel; Penulis; Tahun

Metode Hasil Penelitian − Variabel : Health

literacy.

− Instrumen : Database selection, keyword research, screening titles and abstract, screening full text.

− Analisis : review use five key themes; online health related content, features of ehealth services, health literacy measurement tools, intervention toimprove health literacy,online health information seeking behavior.

dapat berasal dari knowledge of evidence-based practice in the Qatar nursing workforce: A dengan praktik berbasis bukti. and Kruskal-Wallis tests.

Hasilnya menawarkan wawasan berharga tentang sikap dan pengetahuan EBP dalam angkatan kerja perawat HGH, yang S; Mc Inerney, K; Stewart,

− Desain : Deskriptif − Sampel : Sampel dalam

(43)

No. Judul Artikel; Penulis; Tahun

Metode Hasil Penelitian − Instrumen : Kuisioner 10 Development of a Brief

Instrument to Measure Smartphone

Addiction Among

Nursing Students; Sumi Cgo, MSN, RN penelitian ini berjumlah 428 Responden

− Variabel : Smartphone

Addiction dan

Mahasiswa Keperawatan − Instrumen : Kuisioner − Analisis:Korelasi

Pearson

korelasi Pearson antara kecanduan

tingkat dan gangguan pengalaman adalah 0,352. Sebuah Korelasi negatif diamati antara tingkat kecanduan electronic medical records for

clinical practicum by undergraduate nursing penelitian berjumlah 75 responden mahasiswa keperawatan

− Variabel : academic electronic medical record dan praktikum klassik intervensi tempat tidur pasien serta dapat

12 Design and evaluation of a mobile phone-based health intervention

for patients with hypertensive condition; Na Sun, Pei-Luen Patrick Rau, Yunqiu Li, Tom Owen, Harold Thimbleby; 2016

− Desain : A quasy exprerimental

− Sampel : sampel penelitian berjumlah 20 orang

− Variabel : intervensi mobile phone dan hipertensi

− Instrumen : Kuisioner − Analisis : Friedman test

dan Wilcoxon signed-rank test

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan pasien terhadap mananjemen diri memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap dan intervensi kesehatan.

13 The long-term effects of using telehomecare

technology on functional

(44)

No. Judul Artikel; Penulis; Tahun

Metode Hasil Penelitian from a randomized trial;

L.K.E. Hæsum, L.H. Ehlers, O.K. Hejlesen ; 2017

didiagnosis menderita penyakit paru obstruktif kronik

− Variabel :

Variable Independen : efek jangka Panjang temuan dari penelitian ini tidak memberikan informasi tentang penyebab kenaikan tersebut, maka penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi

peningkatan literasi kesehatan fungsional Secara lebih dalam dan menentukan apakah penggunaan teknologi telehomecare

merupakan bagian hal tersebut.

14 eHealth literacy among undergraduate nursing students; Ahmad Tubaishat , Laila Habiballah; 2016

− Desain : Descriptive − Instrumen : kuisioner − Analisis : independent-kesehatan eHealth ke dalam kurikulum.

15 A New Comprehensive Short-form Health Literacy Survey Tool for Patients in General; Tuyen Van Duong, RN, MSN, PhD, Peter WuShou Chang, MD, ScD, Shih-Hsien Yang, Short-Form Health Literacy Survey Tool

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

: Tidak diteliti : Diteliti

Penggunaan Smartphone

• Akses • Pemahaman • Penilaian • Penerapan

• Pengetahuan • Kompetensi • Motivasi

• Health Care

• Pencegahan Penyakit • Health Promotion

• Penggunaan Layanan Kesehatan

• Perilaku kesehatan • Partisipasi Kesehatan

Health Literacy

Faktor Individu Faktor Sosial-Lingkungan

Faktor Keadaan/Situasi

(46)

Menurut Conceptual model of European Health Literacy Survey dikaitkan dengan determinan kesehatan yang meliputi faktor sosial dan lingkungan, faktor keadaan/situasi dan faktor individu sehingga mengakibatkan banyak konsekuensi dalam kehidupan sehari-hari (World Health Organization (WHO), 2013). Didalam teori ini terdapat 12 Subdimensi yang berkaitan dengan kemampuan mengakses, memahami, menilai, dan menerapkan informasi terkait kesehatan di dalam lingkup perawatan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan (World Health Organization (WHO), 2013). Konseptual model ini mengintegrasikan pandangan kesehatan masyarakat dan medis mengenai health literacy yang telah di kembangkan melalui tinjauan literatur sistematis serta dianalisis dari berbagai kerangka konseptual tinjauan literatur yang ekstensif. Model ini menjadi dasar dalam pengembangan intervensi untuk meningkatkan health literacy dan memberikan dasar konseptual untuk mengembangkan dan memvalidasi alat ukur, cakupan dimensi health literacy dalam perawatan kesehatan, pencegahan penyakit serta promosi kesehatan (World Health Organization (WHO), 2013)

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti pada penelitian ini adalah:

(47)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan adalah cross sectional

yaitu rancangan penelitian dengan menggunakan pengukuran pada waktu yang bersamaan (Arikunto, 2013; Nursalam, 2015).

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada Bidang Litbang RS Haji Surabaya, jumlah perawat RS Haji Surabaya adalah 415 perawat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat RS Haji Surabaya yaitu sejumlah 415 perawat. 4.2.2 Sampel

(48)

Tabel 4 1 Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size

Kriteria sampel atau subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi:

1) Perawat mempunyai smartphone. 2) Perawat mempunyai akses internet. 2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Perawat yang tidak kooperatif. 2) Perawat magang

z tests Correlations: Two dependent Pearson r's

(common index)

Analysis: A priori: Compute required sample size

Input: Tail(s) Two

H1 corr ρ_ac -0.7161345

α err prob 0.05

Power (1-β err prob) 0.95

H0 corr ρ_ab 0.1

Corr ρ_bc -0.1

Output: Critical z -1.9599640

Sample size 32

(49)

4.2.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2015). Metode sampling yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random,daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau nilainya menetukan variabel lain (Nursalam, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini

penggunaan smartphone pada perawat.

4.3.2 Variabel Dependen

(50)

4.4 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Definisi

Ordinal Skor dikaitkan dengan Scale Likert 1-5 menjumlah- kan seluruh item pertanyaan dikalikan dengan

(51)

4.5 Instrumen Penelitian

Suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data supaya kegiatan penelitian lebih sistematis dan mudah (Arikunto, 2013). Pada penelitian ini mengunakan lembar kuisioner.

1. Data Demografi

Instrumen menggunakan kuisioner data demografi yang terdiri dari inisial nama responden, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, Pendidikan, lama masa kerja, pangkat/golongan, tingkatan perawat klinis, ruangan, jabatan, merek smartphone, dansistem operasi smartphone.

2. Kuisioner Penggunaan Smartphone

Kuesioner penggunaan smartphone peneliti kembangkan dari kuesioner penggunaan media elektronik dalam penelitian Putzer & Park (2010). Kuesioner ini terdiri dari 9 aspek pertanyaan yaitu tujuan perilaku, sikap, observabilitas, kompabilitas, hubungan pekerjaan, personal demografi, pengalaman pribadi, lingkungan internal, dan ekstrenal. Tingkat penggunaan

smartphone dinilai pada skala 0-5. Total skor berkisar antara 0-135 diperoleh dari penjumlahan 27 pertanyaan. Apabila total skor 102 – 135 menunjukkan penggunaan smartphone baik, jika total skor 81-101 menunjukkan penggunaan smartphone cukup, apabila total skor 1-80 menunjukkan penggunaan smartphone kurang. Uji validitas dan reabilitas sebelumnya pernah dilakukan oleh (Putzer & Park, 2010) pada 200 perawat dan menunjukkan nilai

(52)

3. Kuisioner Short-Form Health Literacy Survey Tool

Short-Form Health Literacy Survey Tool pertama kali disusun oleh (Duong et al., 2017). Kuesioner Short-Form Health Literacy Survey Tool

adalah sebuah instrumen subjektif singkat untuk mengukur kapasitas health literacy seseorang. Short-Form Health Literacy Survey Tool terdiri dari 12 item pertanyaan yang menilai kapasitas individu dalam untuk mengakses, memahami, menilai dan mengaplikasikan informasi. Tingkat keparahan yang dirasakan individu pada masing-masing item dinilai pada skala 0-4. Total skor berkisar antara 0-48 diperoleh dari penjumlahan tujuh pertanyaan (Brabers, Rademakers, Groenewegen, Van Dijk, & De Jong, 2017; Duong et al., 2017). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh (Duong et al., 2017) telah dilakukan validitas dan reabilitas alat ukur Short-Form Health Literacy Survey Tool pada 453 orang di RS Nasional Taipei. Uji ini dilakukan secara cross sectional dan hasilnya menunjukkan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dengan hasil nilai Cronbanch’s alpha sebesar 0.870.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteltiti secara tepat (Arikunto, 2013).

Instrumen penelitian penggunaan smartphone menggunakan Kuisioner The Effects Innovation Factors on Smartphone Adoption among Nurses on Community

(53)

responden dengan kriteria yang sama dengan sampel peneliti. Setelah dilakukan uji validitas pearson correlations didapatkan hasil validitas sebesar 0,860.

Instrumen penelitian health literacy menggunakan Short-Form Health Literacy Questionnaire 12 yang disusun oleh (Duong et al., 2017) lalu dialih bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Peneliti melakukan uji validitas kepada 16 responden dengan kriteria yang sama dengan sampel peneliti. Setelah dilakukan uji validitas pearson correlations didapatkan hasil validitas sebesar 0,923.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas memiliki arti bahwa sebuah instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument yang berkualitas tidak bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2013).

Instrumen penelitian penggunaan smartphone menggunakan The Effects Innovation Factors on Smartphone Adoption among Nurses yang disusun oleh (Putzer & Park, 2010) kemudian dialih bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Peneliti melakukan uji reliabilitas kepada 16 responden dengan kriteria yang sama dengan sampel peneliti. Setelah dilakukan uji reliabilitas pearson correlations

didapatkan koefisien realibilitas cronbanch’s alpha sebesar 0,966.

Instrumen penelitian health literacy menggunakan Short-Form Health Literacy Questionnaire 12 yang disusun oleh Tuyen Van Duong dialih bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Peneliti melakukan uji reliabilitas kepada 16 responden dengan kriteria yang sama dengan sampel peneliti. Setelah dilakukan uji reliabilitas pearson correlations didapatkan koefisien realibilitas cronbanch’s alpha

(54)

4.7 Lokasi dan waktu penelitian

Tempat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya pada bulan Desember 2017.

4.8 Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengajukan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga kemudian mengajukan permohonan ijin kepada direktur RSU Haji Surabaya. Selanjutnya juga mengajukan ijin kepada Bidang Litbang RSU Haji Surabaya. 2. Menyeleksi calon responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

3. Peneliti meminta persetujuan dari responden penelitian dengan memberikan

informed consent dan meminta tanda tangan untuk bersedia diteliti. 4. Peneliti memberikan kuesioner kepada perawat setelah shift selesai 4.9 Analisis Data

(55)

4.10 Kerangka Kerja

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Health Literacy pada Perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

Populasi :

Perawat RSU Haji Surabaya yang Berjumlah 415 perawat

Sampel:

Perawat RSU Haji Surabaya yang berjumlah 39 Perawat

Sampling :

Purposive Sampling

Pengumpulan Data: Menggunakan Kuesioner

Variabel Dependen:

Penggunaan Smartphone pada perawat dengan menggunakan Kuesioner Kuisioner The Effects Innovation Factors on Smartphone

Adoption among Nurses

Variable Independen

Health Literacy dengan menggunakan Kuesioner Health

Literacy Survey EuropeanQ47 (HLS-Q47)

Pengolahan dan Analisis Data:

Uji statistik Spearmen’s Rho

(56)

4.11 Etika Penelitian ( Ethical Approval)

Aspek etik merupakan bagian penting dalam proses penelitian. Penerapan prinsip etik diperlukan untuk menjamin perlindungan terhadap hak – hak responden maupun perlindungan peneliti itu sendiri (Polit & Beck, 2012). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional Pasal 1 ayat 2 menyatakan etik penelitian dan pengembangan kesehatan adalah prinsip/kaidah dasar yang harus diterapkan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan yang meliputi: 1) prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons), 2) Confidentiality, 3)

Anonimity, dan 4) Veracity.

1. Respect for Persons (menghargai harkat martabat manusia)

(57)

memberikan kesempatan responden mempertimbangkan keputusan untuk ikut serta atau menolak dalam penelitian. Jika responden tidak bersedia untuk terlibat dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksakan untuk menanndatangani informed consent.

2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden. Peneliti juga berkewajiban untuk tidak mempublikasikan identitas responden dengan mengganti nama responden dengan kode yaitu R1, R2 sampai R40

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi dan data yang diperoleh responden. Hal ini dilakukan dengan menyimpan data yang hanya bisa diakses oleh peneliti dalam bentuk data, hasil analisis dan laporan yang akan disimpan dalam waktu 5 tahun dan kemudian akan dimusnahkan dengan menghapus data yang telah diperoleh. Sedangkan untuk data dalam bentuk hard copy juga akan disimpan oleh peneliti dan satu – satunya institusi yang memiliki hak publikasi atas izin peneliti adalah Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

4. Veracity (Kejujuran)

(58)

4.12 Keterbatasan Penelitian

(59)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan penggunaan

Smartphone dengan health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya yang telah dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober – 30 Desember 2017. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel serta diberikan interpretasi pada variabel yang diteliti dan hubungan variabel yang diteliti. Hubungan variabel diteliti sebelumnya telah dianalisis menggunakan analisis Spearman Rho dengan nilai signifikansi 0,05.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan rumah sakit milik pemerintah provinsi Jawa Timur yang didirikan sejak 17 April 1993. Rumah sakit ini berkembang menjadi rumah sakit tipe B pendidikan sejak 30 Oktober 2008 dan memiliki visi yaitu Rumah Sakit Pilihan Masyarakat, Prima dan Islami dalam Pelayanan yang berstandar Internasional, didukung Pendidikan dan Penelitian yang Berkualitas.

(60)

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden

Data umum yang disajikan dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir, lama masa kerja, pangkat/golongan, tingkatan perawat klinis, ruangan, jabatan, merek smartphone, sistem operasi

smartphone.

Tabel 5.1 Karakteristik responden perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017

(61)

4. IIIC

1. Perawat Pelaksana 2. Kepala Ruang

(62)

pada rentang masa kerja 6-10 tahun yaitu sebesar 13 orang (33.3%) dan mayoritas tingkat pendidikan responden adalah Diploma 3 (D3) sebanyak 29 orang (74.4%) dengan mayoritas pangkat/golongan perawat adalah BLUD sebanyak 15 orang (38.5%). Mayoritas perawat menggunakan smartphone bermerek samsung sebanyak 20 orang (51.3%) dengan mayoritas menggunakan sistem operasi Android sebanyak 31 orang (79.5%).

5.1.3 Variabel yang Diukur

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan smartphone pada perawat.

Tabel 5 .2 Distribusi responden berdasarkan penggunaan smartphone pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017

Menurut tabel ditribusi responden berdasarkan penggunaan smartphone pada perawat di RSU Haji Surabaya bulan Desember 2017 diketahui sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 (43.6%) responden menggunakan smartphone mereka secara cukup.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah health literacy pada perawat Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan health literacy pada perawat di RSU

Haji Surabaya, Desember 2017

Variabel n %

Penggunaan Smartphone pada perawat Penggunaan Smartphone pada Perawat Baik Penggunaan Smartphone pada Perawat Cukup Penggunaan Smartphone pada Perawat Kurang

16

Health literacy pada Perawat Baik

Health literacy pada Perawat Cukup

19 20

48.7 51.3

(63)

Menurut tabel distribusi responden berdasarkan health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya bulan Desember 2017 diatas menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 20 responden (51.3 %) memiliki health literacy yang cukup. 5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Variabel yang Diukur

1. Hubungan Karakteristik Responden dengan Penggunaan Smartphone Pada Perawat di RSU Haji Surabaya Bulan Desember 2017

Tabel 5.4 Tabulasi silang karakteristik responden dengan penggunaan smartphone

pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017

Karakteristik Responden Penggunaan Smartphone Total

(64)

Berdasarkan tabel tabulasi silang karakteristik responden dengan penggunaan

smartphone pada perawat di RSU Haji Surabaya bulan Desember diatas menunjukkan sebagian besar responden yang menggunakan smartphone dengan baik berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden. Responden yang menggunakan

smartphone dengan baik rata-rata berusia antara 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 5 responden. Responden yang menggunakan smartphone dengan baik sebagian besar berpendidikan terakhir setingkat diploma tiga yaitu sejumlah 11 orang. Selanjutnya sebagian besar responden memiliki masa kerja selama 6 – 10 tahun sebanyak 13 orang dan sebagian besar responden menggunakan smartphone bermerek Samsung sejumlah 30 orang serta mayoritas responden menggunakan sistem operasi smartphone Android OS.

2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Health literacy Pada Perawat di RSU Haji Surabaya Bulan Desember 2017

Tabel 5.5 Tabulasi silang karakteristik responden dengan health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017

Karakteristik Responden Health literacy Total

(65)

Merek Smartphone Apple 3 0 3

Samsung 9 11 20

Oppo 3 1 5

Asus 2 2 4

Xiaomi 2 1 3

Vivo 0 2 2

Lenovo 0 1 1

Sony 1 0 1

Total 19 20 39

OS Smartphone iOS 3 0 3

Android OS 14 17 31

Color OS 2 3 5

Total 19 20 39

Berdasarkan tabel tabulasi silang karakteristik responden dengan health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya bulan Desember 2017 diatas menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki health literacy yang baik berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 responden. Responden yang memiliki

health literacy yang baik rata-rata berusia 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 5 responden. Responden yang memiliki health literacy yang baik sebagian besar berpendidikan terakhir setingkat diploma tiga sejumlah 10 orang. Selanjutnya sebagian besar responden yang memiliki health literacy yang baik memiliki masa kerja 6 – 10 tahun sejumlah 6 orang sedangkan sebagian besar responden yang memiliki health literacy

(66)

5.1.5 Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Health literacy

Tabel 5.6 Tabulasi silang penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017

Variabel Health literacy

Total Penggunaan

Smartphone

Baik Cukup

n % n % N %

1. Baik 13 33.3 3 7.7 16 41.0

2. Cukup 5 12.8 12 30.8 17 43.6

3. Kurang 1 2.6 5 12.8 6 15.4

Total 19 48.7 20 51.3 39 100

Signifikansi (p): 0,000

Koefisien Korelasi Spearman’s Rho (r): 0,536

Tabel 5.5 menjelaskan tentang tabulasi silang penggunaan smartphone dengan

health literacy. Seluruh responden yang menggunakan smartphone dengan baik memiliki health literacy yang baik sebanyak 13 orang (33.3%). Akan tetapi terdapat responden yang penggunaan smartphonenya kurang memiliki health literacy yang baik sebanyak 1 orang (2.6%).

Hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy berdasarkan uji non– parametrik, korelasi spearman’s rho dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Hasil analisis menunjukkan p-value: 0,000 yang berarti terdapat hubungan antara penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya, sedangkan nilai koefisien korelasi (r) = 0,536 yang berarti tingkat korelasinya sedang serta koefisien korelasi positif yang menunjukkan terdapatnya hubungan antara kedua variabel yang searah, sehingga H1 diterima artinya ada hubungan antara penggunaan

Gambar

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Penggunaan Smartphonemodel of health literacy of the European Health Literacy SurveyOrganization (WHO), 2013)Literacy dengan Health  pada perawat Di Rumah Sakit Haji Surabaya Berdasarkan Model Conceptual  (World Health
Tabel 4 1 Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size
Tabel 4.2 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji statistik diketahui tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan kinerja pribadi p = 0.625 &gt; 0.05.. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun beban kerja

Hasil penelitian menunjukkan 20 responden yang mengalami fotofobia didapatkan data 17 responden (85%) diantaranya tidak memakai alat pelindung diri yang sesuai

Hasil penelitian menunjukkan 20 responden yang mengalami fotofobia didapatkan data 17 responden (85%) diantaranya tidak memakai alat pelindung diri yang sesuai

Dalam penelitian ini ada terdapat beberapa responden yang memiliki pengetahuan rendah dan kinerjanya kurang hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa ada

Berdasarkan hasil pengujian, 5 jenis smartphone yang diuji belum dapat dijadikan kunci pintu jika menggunakan sistem NFC – Enabled, ini dikarenakan data yang diterima tidak

Sesuai dengan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test dan didapatkan nilai p = 0,047 hal ini berarti p lebih kecil dari α (0,05) dengan

Tujuan menggunakan gadget untuk mengikuti tren dan gaya hidup masa kini dan didukung dengan hasil penelitian menunjukkan karakteristik kecanduan gadget pada

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 92 perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang menunjukkan mayoritas responden sebanyak 87 orang