• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga) - Test Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

(Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Futmasepta Fanya Ulinnuha NIM : 21113038

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

i

KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

(Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Futmasepta Fanya Ulinnuha NIM : 21113038

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988 Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

أ

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Ba‟ B Be

ت

Ta‟ T Te

ث

Sa‟

es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ha‟

ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha‟ Kh ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Zal

zet (dengan titik di atas)

ر

Ra‟ R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

Sad

es (dengan titik di bawah)

ض

Dad

de (dengan titik di bawah)

(7)

vi

ظ

Za‟

zet (dengan titik di bawah)

ع

„ain

Koma terbalik di atas

غ

Gain G Ge

ف

Fa‟ F Ef

ق

Qaf Q Qi

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Wawu W W

ھ

Ha‟ H H

ء

Hamzah Apostrop

ي

Ya‟ Y Ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

ةد ّدعتم Ditulis muta’addidah

ة دع Ditulis ‘iddah

C. Ta’ Marbutah

Semua ta’ marbutah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh

kata sandang “al”). Ketetntuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya.

(8)

vii

ةّلع Ditulis ‘illah

ءايلولأا ةمارك Ditulis karamah al-auliya’

D. Vokal Pendek Dan Penerapannya

---

َ

--- Fathah Ditulis A

---

َ

--- Kasrah Ditulis I

---

َ

--- Dammah Ditulis U

لّعف Fathah Ditulis fa’ala

ركذ Kasrah Ditulis Zukira

بهذي Dammah Ditulis Yazhabu

E. Vokal Panjang

1. Fathah + alif Ditulis A

ةّيلهاج Ditulis Jahiliyyah

2. Fathah + ya‟ mati Ditulis A

ىست Ditulis Tansa

3. Kasrah + ya‟ mati Ditulis I

ميرك Ditulis Karim

4. Dammah + wawu

mati Ditulis U

ضورف Ditulis Furud

F. Vokal Rangkap

1. Fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

مكنيب Ditulis Bainakum

(9)

viii mati

لوق Ditulis Qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrop

متنأأ Ditulis a’antum

تّدعأ Ditulis u’iddat

متركشنئل Ditulis la’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyyah maka ditulis dengan huruf awal “al”

نأرقلا Ditulis al-Qur’an

سايقلا Ditulis al-Qiyas

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama syamsiyyah tersebut

ءامّسلا Ditulis as-Sama’

سمّشلا Ditulis asy-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya:

ضورفلاوذ Ditulis zawi al-furud

(10)

ix

Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

(Q.S. Al-An’am : 162)

penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang

memperoleh kemenangan.

(Q.S. Al-Hasyr : 20)

“BILA

KAU TAK TAHAN LELAHNYA BELAJAR, MAKA

KAU HARUS MENAHAN PERIHNYA KEBODOHAN”

(11)

x

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan mengucap syukur alhamdulillah, kupersembahkan skripsi ini teruntuk orang-orang yang kusayangi:

1) Bapak dan Ibu tercinta, inspirator terbaik dalam hidupku yang tidak pernah lelah mendoakan dan menyayangiku. Terimakasih atas segala pengorbanan dan kesabaran untuk menghantarkanku sampai pada titik ini.

2) Kakak dan Adikku, Futmalia dan Futmaridho yang selalu memberikan semangat dan keceriaan di saat aku menghadapi kesulitan dalam mengerjakan penelitian ini.

3) Almamater IAIN Salatiga yang selalu berusaha memberikan pelayanan berkualitas. Semoga semakin berjaya dalam mencetak generasi yang rabbani. 4) Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Syariah IAIN Salatiga yang tiada jemu

memberikan bimbingan dan arahan akademik selama 4 tahun studiku ini. 5) Teman-Teman HKI 2013 yang selalu setia menemaniku berjuang mencari

ilmu dari titik 0. Kalian luar biasa!

6) Jodoh Lauh Mahfuzhku yang saat ini sedang berusaha memantaskan diri. Semoga kelak kita bisa dipertemukan dalam keadaan berilmu dan penuh ketakwaan kepada Allah SWT, Sang Maha Cinta.

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul

“Konsep Keluarga Sakinah Menurut Muallaf Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga), Jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI), Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun 2017 ini sesuai dengan prosedur dan waktu yang telah ditentukan.

Penelitian skripsi ini sangat banyak memberikan manfaat bagi penulis, baik dari segi ilmu maupun pengalaman yang berharga. Dan tentunya terdapat pihak yang telah banyak memberikan kontribusi dalam dalam penyusunan skripsi ini. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak DR. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

4. Bapak Dr. Ilyya Muhsin S.HI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. 5. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas

Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah berkenan menyampaikan ilmu dan wacana baru selama penulis berada di bangku perkuliah.

(13)

xii

8. Kedua orang tuaku yang tak tergantikan, Bapak H. Putut Gendroyono dan Ibu Hj. Nurul Rachmawati. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat, kebaikan dan kebahagiaan untuk bapak dan ibu berdua.

9. Para keluarga muallaf (Bapak JK, Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, Ibu ES, dan Ibu YN) yang bersedia membagi cerita dan pengalaman hidup berumah tangga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman dan sahabat seperjuanganku Lia Wardah Nadhifah, Halimatul Sabrina, dan Iva Farida Rohmah. Terima kasih telah menjadi sahabat tergilaku yang mengisi hari-hari dengan tawa dan canda, membantu, mensupport dan bersedia menemaniku berjuang sampai akhir.

11. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan dengan senang hati membantu dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi ini. Tidak ada kata yang dapat mewakili kecuali terima kasih banyak atas bantuan anda sekalian.

Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dari berbagai aspek. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menjadikannya sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran baru. Akhirnya dengan mengharap ridho Allah SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aamiin.

Salatiga, 25 September 2017

(14)

xiii ABSTRAK

Ulinnuha, Futmasepta Fanya. 2017. Skripsi. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Muallaf Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga). Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Salatiga: IAIN Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si.

Kata Kunci : Keluarga, Sakinah, dan Muallaf

Mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga adalah cita-cita luhur dari setiap pasangan suami istri. Namun latar belakang seseorang yang berbeda terutama dalam hal agama akan berimplikasi pada perbedaan penerapan nilai-nilai kehidupan dalam keluarga. Sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman agama yang sama sebagai pedoman untuk memenuhi tugas, hak, dan kewajiban dalam keluarga agar tujuan membentuk keluarga yang sakinah dapat terpenuhi. Berangkat dari sinilah penulis tertarik untuk meneliti konsep keluarga sakinah menurut muallaf yang ditinjau dari hukum Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana persepsi keluarga sakinah menurut muallaf, (2) bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah dalam keluarga muallaf dan (3) bagaimana tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan field research yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai konsep keluarga sakinah pada keluarga muallaf. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara, dan dokumentasi yang bersumber pada 6 keluarga pasangan muallaf di Kota Salatiga. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian guna memudahkan peneliti menarik kesimpulan.

(15)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... v

MOTTO ... ix

H.Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : GAMBARAN UMUM KELUARGA SAKINAH ... 18

A.Pengertian Keluarga Sakinah ... 18

B. Kiat Mewujudkan Keluarga Sakinah Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits ... 21 C.Ciri-Ciri Keluarga Sakinah ... 28

D.Bekal Meraih Keluarga Sakinah ... 33

(16)

xv

MUALLAF... A.Gambaran Umum Kehidupan Keagamaan Kota

Salatiga...

36

B. Selayang Pandang Kehidupan Pembinaan Muallaf di Kota Salatiga ...

37

C.Profil Muallaf ... 41

1. Suami Muallaf... 41

a. Bapak JK ... 41

b. Bapak BK ... 48

c. Bapak HD ... 56

2. Istri Muallaf ... 64

a. Ibu IP ... 64

b. Ibu ES ... 73

c. Ibu YN ... 81

BAB IV : ANALISIS KEHIDUPAN RUMAH TANGGA MUALLAF... 90 A. Persepsi Keluarga Sakinah Menurut Muallaf ... 90

B. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah dalam Rumah Tangga Muallaf ... 92 C. Tinjauan Keluarga Muallaf dalam Hukum Islam ... 98

BAB V : PENUTUP ... 104

A.Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ... Data Perkembangan Muallaf di Kecamaatan Sidorejo 40

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kantor Kementerian Kota Salatiga

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk KUA Kec. Sidorejo Kota Salatiga

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan simbol penyempurna ibadah seorang hamba kepada Allah SWT yang berfungsi sebagai penunduk pandangan dan penjaga kemaluan. Pernikahan juga dianjurkan Rasulullah SAW kepada para pengikutnya yang telah memiliki bekal yang cukup untuk membina sebuah keluarga. Disebutkan dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Disini jelas terlihat bahwa pernikahan berdiri di atas ikatan yang kuat antara laki-laki dan perempuan demi membentuk sebuah keluarga yang bahagia, sejahtera, harmonis, dan dalam waktu yang lama karena mentaati perintah Allah SWT.

(19)

2

fenomena seorang muallaf masuk Islam yang dilatarbelakangi kebutuhan

untuk memenuhi syarat pernikahan”, (hasil wawancara dengan Bapak

Murtadho, anggota POKJALUH Kota Salatiga). Tentang hal ini diatur di dalam Al-Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 221 yang berbunyi:

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-ayat-ayat-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

(20)

3

jawab terhadap anak-anaknya yang harus diberi arahan dan bimbingan terhadap persoalan agamanya kelak. Hal ini disinggung dalam hadits Nabi SAW berikut ini:

ِّيِرْىُّزلا ْنَع ِّيِدْيَ بُّزلا ْنَع ٍبْرَح ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح ِديِلَوْلا ُنْب ُبِجاَح اَنَ ثَّدَح

ُديِعَس ِنَِرَ بْخَأ

ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق ُلوُقَ ي َناَك ُوَّنَأ َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَع ِبَّيَسُمْلا ُنْب

ِوِناَرِّصَنُ يَو ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي َّلَِّإ ٍدوُلْوَم ْنِم اَم َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا

يِهَبْلا ُجَتْنُ ت اَمَك ِوِناَسِّجَُيَُو

َءاَعْدَج ْنِم اَهيِف َنوُّسُِتُ ْلَى َءاَعَْجَ ًةَميَِبَ ُةَم

...

Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?

(HR. Muslim Nomor 4803)

(21)

4

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Ayat di atas mengindikasikan pengertian bahwa untuk memperoleh ketentraman atau kebahagiaan maka salah satu jalan yang harus ditempuh adalah pernikahan. Dengan menikah, seseorang akan bahagia dan dari perasaan bahagia tersebut akan timbul perasaan kasih dan sayang terhadap pasangan dan anak-anaknya seiring dengan bergulirnya waktu.

Dalam sebuah rumah tangga yang sakinah dibutuhkan pasangan yang mengerti dan memahami tugas, hak dan kewajiban masing-masing. Adapun pembahasan mengenai hak dan kewajiban berumah tangga dalam Islam dibagi menjadi 3 aspek yaitu (Ulfatmi, 2011: 86):

1. Hak isteri yang wajib dipenuhi oleh suami (kewajiban suami yang harus dipenuhi isteri)

2. Hak suami yang wajib dipenuhi oleh isteri (kewajiban isteri yang harus dipenuhi suami)

3. Hak bersama yang harus dipenuhi oleh keduanya.

(22)

5

kepemimpinan pada diri seseorang. Adapun hadis Rasulullah SAW mengenai sifat kepemimpinan adalah sebagai berikut:

...

Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.

(HR Muslim Nomor 4828)

Hadis di atas menerangkan bahwa seorang suami adalah pemimpin atas keluarganya. Begitu pula seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya. Keduanya harus berjalan beriringan agar keseimbangan dalam rumah tangga tetap terjaga sehingga terhindar dari berbagai konflik rumah tangga yang tidak berkesudahan. Dalam kaitannya dengan masalah kepemimpinan ini Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa‟ ayat 34:

(23)

6 Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).

Dari pemaparan di atas dapat diketahi bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai sebuah pernikahan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya nash-nash di dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang mengatur tentang bagaimana mewujudkan sebuah keluarga harmonis yang bahagia atau dengan kata lain keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Akan tetapi bagaimanakah jadinya jika dalam keluarga tersebut minim pengetahuannya tentang agama Islam? Maka yang terjadi adalah peran dan fungsi dalam keluarga tidak akan terlaksana dengan baik.

Dari beberapa fakta dan realitas yang ada di lapangan, maka perlu penelitian lebih lanjut agar nantinya dapat dijadikan bahan refleksi diri dan dapat memberikan suatu kemaslahatan. Dengan demikian penelitian ini

mengambil judul “KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT

(24)

7 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi keluarga sakinah menurut muallaf?

2. Bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah dalam keluarga muallaf? 3. Bagaimana tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi keluarga sakinah menurut muallaf. 2. Untuk mengetahui bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah dalam

keluarga muallaf.

3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam.

D. Manfaat Penelitian

Dalam rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pihak - pihak yang terkait dengan kegiatan penelitian ini. Berikut ini adalah manfaat penelitian bagi pihak - pihak berkepentingan tersebut, yaitu :

1. Bagi Penulis

a. Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti tentang kehidupan rumah tangga pada keluarga muallaf.

(25)

8 2. Bagi Pembaca / Akademisi

a. Penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan referensi dalam ilmu hukum Islam, khususnya mengenai hukum keluarga tentang implementasi konsep keluarga sakinah dalam lingkungan keluarga muallaf.

b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian lain yang berkeinginan mengkaji masalah ini dari aspek yang berbeda.

3. Bagi Obyek Penelitian

Memberikan informasi tambahan bagi rumah tangga keluarga yang bersangkutan, khususnya keluarga muallaf mengenai kehidupan rumah tangga yang bersendikan hukum Islam guna mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah serta dirodhoi oleh Allah SWT.

E. Penegasan Istilah

Untuk lebih terarahnya penelitian ini dan sebagai pedoman agar penelitian ini mudah dipahami, maka penyusun memberikan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah adalah suatu ungkapan yang menyebut sebuah keluarga yang penuh damai, tentram, dan bahagia.

(26)

9

serta mampu mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah.

Keluarga sakinah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang penuh kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan yang dibentuk oleh pasangan suami istri, dimana salah satu pasangan suami istri tersebut adalah seorang muallaf.

2. Muallaf

Secara bahasa kata muallaf berasal dari kosa kata bahasa arab

ٌفَّلَؤُم

yang memiliki arti „yang dijinakkan‟ (orang yang baru masuk Islam). Dalam agama Islam muallaf ditujukan dan dimaksudkan kepada panggilan individu yang bukan Islam yang mempunyai harapan masuk agama Islam atau mereka yang baru masuk agama Islam yang imannya masih lemah.

Syarifuddin (2003: 49) menyatakan bahwa muallaf secara leksikal berarti orang-orang yang dijinakkan hatinya untuk tetap berada dalam Islam. Sedangkan menurut Katsir (2006: 151) menyatakan arti dari muallaf adalah orang-orang yang hatinya perlu dilunakkan. Disisi lain

(27)

10

muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan untuk kepentingan mereka.

Muallaf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang

laki-laki maupun perempuan yang rela meninggalkan agamanya yang lama dan masuk Islam untuk menikah dengan seorang laki-laki maupun perempuan muslim.

F. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk dijadikan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan nantinya. Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan terkait dengan muallaf, penyusun tidak menafikan adanya beberapa tulisan yang mempunyai relevansi dengan penelian yang penyusun lakukan mengenai keluarga sakinah, antara lain:

1. Skripsi dengan judul “Konsep Dasar Pembentukan Keluarga Sakinah

Menurut Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren Ar-Ramli Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul” karya Muhammad Zulfan yang telah disusun pada tahun 2009. Penelitian ini membahas tentang konsep dasar pembentukan

keluarga sakinah menurut pandangan Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren

Ar-Ramli. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa konsep keluarga

sakinah menurut Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren Ar-Ramli dengan menerapkan isi dari Al-Qur‟an secara kontekstual. Konsep sakinah

(28)

11

2. Skripsi dengan judul “Relevansi Konsep Kafa‟ah Dengan Pembentukan Keluarga Sakinah (Studi atas Buku Islam tentang Relasi Suami dan Istri karya Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A.)” karya Nailul Hidayah A. yang disusun pada tahun 2008. Penelitian ini membahas perdebatan dikalangan ulama. Khoiruddin mengambil poros tengah untuk mengambil kesimpulan lebih dekat pada maksud dan tujuan dari kedua buku yang

bertentangan, yaitu mencari maslahah dari konsep kafa‟ah. Khoiruddin menyimpulkan bahwa kafa‟ah bisa ditolerir ketika dijadikan wahana untuk mencari keserasian dan kecocokan dalam mencari calon

pendamping. Sebaliknya kafa‟ah tidak sah jika dijadikan wahana

diskriminalisasi untuk membedakan dan melebihkan seseorang.

3. Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri yang Muallaf di Desa Asam Jaya Kec. Jorong” karya Rully Meilita Kusriyanti yang telah disusun pada tahun 2016. Penelitian ini membahas tentang gambaran rumah tangga istri muallaf di desa Asam Jaya Kec. Jorong dan tinjauan hukum Islam tentang peran suami terhadap rumah tangga dengan status istri muallaf di desa Asam Jaya Kec. Jorong.

(29)

12

mana kasus ini memfokuskan pada dampak perkawinan yang salah satu pasangannya menjadi muallaf dan keadaan rumah tangganya.

5. Skripsi dengan judul “Pengalaman Membina Keluarga Sakinah (Studi Kasus pada Dua Pasangan Suami Istri Muallaf di Yogyakarta)”, karya Norman Ary Wibowo yang telah disusun pada tahun 2013. Penelitian ini membahas tentang pengalaman membina keluarga sakinah pasangan suami istri muallaf meliputi pengalaman peribadahan, pengalaman hubungan sosial, pengalaman mendidik anak, dan pengalaman mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya di lakukan di

(30)

13 2. Lokasi dan Subjek penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Lokasi tersebut dipilih oleh penulis karena terdapat keberadaan keluarga dari pasangan muallaf. Subyek penelitian ini adalah muallaf yang bertempat tinggal di sekitar Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 6 (enam) orang muallaf untuk diteliti. 3. Sumber Data

Untuk memperoleh data digunakan sumber sebagai berikut: a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memuat informasi atau data dari responden (Amirin, 1990: 132). Data-data tersebut diperoleh dari wawancara langsung dengan 6 (enam) orang muallaf di Kecamatan Sidorejo yaitu Bapak JK, Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, Ibu ES, dan Ibu YN .

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli, yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin, 1990: 132). Misalnya dari buku-buku, majalah, jurnal, maupun pustaka lain yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut di atas.

4. Teknik Pengumpulan data

(31)

14 a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moeloeng, 2011: 186). Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang multi dimensi dari para partisipan sehingga peneliti akan memperoleh banyak data yang berguna bagi penelitiannya (Sarosa, 2012: 45).

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan muallaf untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seseorang dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya (Fatoni, 2006: 112). Dokumentasi dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 236).

(32)

15 5. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian (Moeloeng, 2011: 288).

Analisis data kualitatif ini dilakukan peneliti melalui pengolahan data sebagai prosedur penelitian yang bersifat deskriptif. Yaitu data yang diperoleh kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan teori-teori yang terkait untuk kemudian dievaluasi. Hasil evaluasi tersebut akan ditarik sebagai kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang muncul. Proses analisa data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara dengan muallaf dan anggota POKJALUH Kota Salatiga.

b. Reduksi data, dilakukan dengan merangkum pernyataan muallaf dan anggota POKJALUH Kota Salatiga dalam wawancara

(33)

16

d. Pemeriksaan keabsahan data, data yang diperoleh perlu diperiksa kembali agar keabsahan datanya dapat dipertanggungjawabkan. e. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan yang didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten merupakan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa fakta. Fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai bahan pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan data, penulis akan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk kepentingan pengecekan atau pembanding data itu sendiri.

(34)

17 H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan kejelasan dan ketetapan pembahasan dalam menyusun skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 (lima) bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II Gambaran Umum Keluarga Sakinah. Bagian ini membahas kajian teori tentang pengertian keluarga sakinah, kiat mewujudkan keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits, ciri-ciri keluarga sakinah, dan bekal meraih keluarga sakinah. Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan pisau analisis teoretik terkait dengan kajian dalam penelitian ini.

Bab III Konsep Keluarga Sakinah Menurut Muallaf. Bagian ini terdiri dari gambaran umum kehidupan keagamaan di Kota Salatiga, selayang pandang kehidupan pembinaan muallaf di Kota Salatiga, dan profil keluarga muallaf.

Bab IV Analisis Kehidupan Rumah Tangga Keluarga Muallaf. Bagian ini menjelaskan analisa terhadap persepsi keluarga sakinah menurut muallaf, upaya membentuk keluarga sakinah dalam rumah tangga muallaf, dan tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam.

(35)

18 BAB II

GAMBARAN UMUM KELUARGA SAKINAH

A. Pengertian Keluarga Sakinah

Keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari beberapa orang yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Para ahli ilmu kemasyarakatan berpendapat bahwa rumah adalah tempat pertama mencetak dan membentuk pribadi umat, baik laki-laki maupun perempuan. Bila tempat atau sumber ini baik, jernih, bersih, dan bebas dari segala kotoran, maka akan selamatlah pembentukan umat ini dari kerusakan. Namun apabila sumber ini penuh dengan kotoran, maka tunggulah kehancuran dan kerusakannya (Kisyik, 2005: 214-215). Pengertian ini telah ditentukan dalam QS.Al-A‟raf ayat 58 sebagai berikut:

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

(36)

19

Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan dan pengajaran yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam guna membentuk sebuah keluarga yang madani.

Di dalam Al-Qur‟an, kata kebahagiaan ditunjukkan dengan kata

sakinah. Seperti kata-kata



yang tertuang dalam QS. Ar-Ruum ayat

21 yang diartikan dengan tenang atau tentram berikut ini:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Sakinah secara bahasa diambil dari akar kata bahasa arab

-

ُنُكْسَي

-

َنَكَس

اًنْوُكُس

yang berarti tenang, tidak bergerak, dan diam. Dan setelah menjadi

ًةَنْ يِكَس

memiliki arti ketenangan hati.

(37)

20

yang timbul dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari goncangan batin dan kekalutan.

Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi dimana kata sakinah sebagai sifat yang menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah digunakan untuk pengertian keluarga yang tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera secara lahir dan batin. Munculnya istilah ini menyatakan bahwa tujuan berkeluarga adalah untuk mencari ketenangan dan ketentraman atas dasar saling mencintai dan penuh rasa kasih sayang antara suami dan istri.

Keluarga sakinah merupakan keluarga yang selalu didamba oleh setiap muslim karena selalu berhias kasih sayang serta mendapatkan limpahan rahmat dari sisi Allah SWT. Sudah selayaknya apabila seorang muslim menetapkan tujuan pernikahannya adalah untuk mewujudkan keluarga yang sakinah. Sehingga segala langkah yang ditempuh kelak, senantiasa bermuara pada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (Halim, 2007: 12-13).

Menurut Antoro (2016: 10) keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas dasar pernikahan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, dalam suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya secara selaras, serasi, serta mampu mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah.

(38)

21

jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat (Subhan, 2004: 7).

B. Kiat Mewujudkan Keluarga Sakinah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Tips mewujudkan keluarga harmonis berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits adalah sebagai berikut:

1. Beriman kepada Allah

Untuk mewujudkan keluarga sakinah diperlukan landasan keimanan kepada Allah SWT agar nantinya pembentukan keluarga tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang dapat menjaga keluarganya adalah mereka yang beriman kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 1 yang berbunyi:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

(39)

22

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dengan berbekal keimanan kepada Allah, maka rumah tangga akan senantiasa terarah kepada keridhaan Allah SWT sehingga mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah bukanlah hal yang mustahil. 2. Memilih pasangan yang baik

Untuk mewujudkan keluarga sakinah ada hal penting yang tidak boleh diabaikan oleh hamba-Nya yaitu memilih pasangan sesuai dengan petunjuk Islam. Karena jika salah dalam memilih pasangan akan berdampak pada keharmonisan rumah tangga dan pendidikan anak-anak. Allah SWT berfirman dalam QS An-Nur ayat 26:

(40)

23

Mengenai pemilihan pasangan yang baik ini juga diatur dengan sabda Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah hadits yang berisi petunjuk untuk memilih seorang perempuan:

Perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena status orangtuanya/keluarganya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Karena itu nikahilah perempuan karena agamanya, maka kamu akan memperoleh keuntungan yang tidak terhingga.

(HR. Bukhari Nomor 5090)

Sedangkan petunjuk untuk memilih seorang laki-laki disabdakan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak perempuan kalian), jika tidak maka niscaya akan terjadi musibah dan kerusakan di bumi.

(HR. Tirmidzi Nomor 1084)

(41)

24 3. Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Mendayung bahtera rumah tangga adalah suatu hal yang tidak mudah, karena begitu banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh suami ataupun istri. Oleh karena itu sangat perlu adanya kesadaran bagi keduanya untuk berusaha saling menolong dalam mengurus rumah tangga. Disadari atau tidak, semakin banyak pengorbanan dan pertolongan yang diberikan kepada pasangan, maka akan semakin menumbuhsuburkan cinta kasih di dalam diri pasangannya tersebut. Allah SWT berfirman dalam Q.S Ar-Ruum ayat 21:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Dan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:

رْي خ

ِفِ َكَتَبْيَغ ُظَفَْتَُو َتْرَمَأ اَذِإ َكُعْ يِطُتَو َتْرَصْبَا اَذِإ َكُّرُسَت ْنَم ِءاَسِّنلا

)نىابرطلا هاور( َكِلاَمَو اَهِسْفَ ن

Sebaik-baik istri adalah apabila dipandang menyenangkan hatimu, taat apabila diperintah (yang tidak bertentangan dengan syariat Islam), dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya serta menjaga harta bendamu apabila engkau tidak berada di rumah.

(42)

25

Pernikahan yang langgeng tidak terjadi begitu saja tanpa perjuangan. Pernikahan perlu untuk dipupuk dengan cinta dan kasih sayang agar ketentraman dalam rumah tangga dapat terjaga.

4. Menafkahi keluarga dengan nafkah yang baik dan halal

Berdasarkan petunjuk al-Qur‟an dan al-Hadis, hukum memberikan nafkah keluarga adalah wajib bagi suami. Maka dari itu, wajib bagi setiap suami untuk mencukupi nafkah keluarga itu sesuai dengan kemampuannya. Secara lahiriyah, para anggota keluarga hanya dapat hidup dan beribadah dengan baik manakala terpenuhi nafkahnya. Ini berarti bahwa semua anggota keluarga hanya dapat beramal lantaran nafkah yang diberikan oleh suami. Sehingga sudah sepantasnya suami memberikan nafkah yang halalan-thayyiba kepada semua anggota keluarganya (Halim, 2007:

144-146). Allah SWT memerintahkan para suami untuk menafkahi

(43)

26

Menafkahi keluarga dengan nafkah yang halalan-thayyiba, akan membekali setiap anggota keluarga dengan fisik dan organ tubuh yang halal dan baik. Anak-anak yang terlahir pun akan terbentuk dari saripati makanan yang halal dan baik pula. Setiap anggota keluarga akan bisa berfikir dan berasa dengan jernih. Dengan pikiran dan hati yang jernih, seseorang akan lebih mudah untuk menerima nasihat-nasihat keagamaan dan lebih terarah pula untuk mengamalkannya dengan baik dan benar (Halim, 2007: 271).

5. Memperhatikan pendidikan anak

(44)

27

suami istri memiliki tanggungjawab utama dalam mendidik anak.Hal ini disinggung dalam hadits Nabi SAW berikut ini:

َُمُ اَنَ ثَّدَح ِديِلَوْلا ُنْب ُبِجاَح اَنَ ثَّدَح

ْنَع ِّيِدْيَ بُّزلا ْنَع ٍبْرَح ُنْب ُدَّم

َلاَق ُلوُقَ ي َناَك ُوَّنَأ َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَع ِبَّيَسُمْلا ُنْب ُديِعَس ِنَِرَ بْخَأ ِّيِرْىُّزلا

ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي َّلَِّإ ٍدوُلْوَم ْنِم اَم َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر

َوَ بَأَف

ْلَى َءاَعَْجَ ًةَميَِبَ ُةَميِهَبْلا ُجَتْنُ ت اَمَك ِوِناَسِّجَُيَُو ِوِناَرِّصَنُ يَو ِوِناَدِّوَهُ ي ُها

َءاَعْدَج ْنِم اَهيِف َنوُّسُِتُ

...

Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?

(HR. Muslim Nomor 4803)

(45)

28

akhlak, ibadah, agama, kepribadian dan interaksi sosial. (Ulfatmi, 2011: 120-122)

C. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah

Dalam rangka mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah, suami dan istri wajib membekali diri dengan kematangan fisik maupun mentalnya. Hal ini disebabkan karena problema dan tanggung jawab dalam rumah tangga sangat beragam sehingga membutuhkan penyelesaian secara tepat dan benar. Secara garis besar, terwujudnya keluarga sakinah dapat ditandai dengan hal-hal berikut ini:

1. Keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri

Dalam rumah tangga Islam, seorang suami mempunyai hak dan kewajiban terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya, seorang istri juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap suaminya (Basri, 1995: 28). Jika hak dan kewajiban dijalankan dengan benar dan tulus, maka pernikahan akan melahirkan kebahagiaan yang langgeng.

Adapun tolok ukur keseimbangan hak dan kewajiban antara seorang suami dan istri adalah apabila pasangan suami-istri tersebut tergolong baik dalam pandangan masyarakat dan pandangan syara‟. Artinya antara suami dengan istri tersebut membina pergaulan dengan baik dan tidak saling merugikan (Mujab, 2000: 31)

(46)

29

a. Hak isteri yang wajib dipenuhi oleh suami (kewajiban yang harus dipenuhi suami terhadap istri).

1) Maskawin atau mahar

Maskawin atau mahar adalah bentuk pemberian wajib seorang suami kepada istrinya sebagai tanda pengikatan janji untuk hidup bersama berlandaskan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 4 berikut ini:

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan

Besar kecilnya pemberian maskawin ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan keikhlasan. Adanya maskawin atau mahar ini dimaksudkan untuk memperkokoh ikatan antara suami dan istri. 2) Nafkah

Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Kepada istri, nafkah yang wajib diberikan oleh suami terdiri atas dua macam, yaitu nafkah lahiriyah dan nafkah batiniyah.

(47)

30

yaitu tidak kurang dan tidak berlebihan. Dimana tingkat kewajaran bagi satu keluarga dengan keluarga yang lain akan berbeda-beda. Sedangkan dalam hal nafkah batiniyah, suami wajib memenuhi kebutuhan biologis istrinya secara penuh dan dengan cara-cara yang ma’ruf serta mempertimbangkan norma-norma kesopanan. Sehingga nantinya diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang shalih/shalihah.

Satu hal yang harus lebih diperhatikan oleh suami adalah bahwa suami yang baik akan selalu melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Ia akan selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang membahagiakan bagi anak dan istrinya. Ia akan selalu mengutamakan nafkah keluarga dalam membelanjakan hartanya di atas kepentingan-kepentingan lainnya (Kauma, 2003: 85-86).

Sikap menghormati dan menghargai serta perlakuan yang baik merupakan pilihan yang harus diambil oleh suami untuk istrinya. Disamping itu suami juga harus berusaha untuk meningkatkan taraf hidup istri dalam bidang agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan yang diperlukan dengan cara yang lemah lembut, penuh kesungguhan, dan selalu mendoakan kebaikan bagi keluarganya.

b. Hak suami yang wajib dipenuhi oleh isteri (kewajiban yang harus dipenuhi istri terhadap suami).

(48)

31

diri serta harta suami baik di hadapan maupun di belakang suami (Ulfatmi, 2011: 91-92).

c. Hak bersama yang harus dipenuhi oleh suami istri (kewajiban yang harus dipenuhi bersama antara suami dan istri).

Hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri dari sudut pandang Islam adalah keseimbangan antara tanggung jawab yang dibebankan dengan hak yang diperoleh dalam rumah tangga (Ulfatmi, 2011: 91-92). Hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri diantara adalah:

1) Dihalalkannya bagi suami menikmati hubungan fisik dengan istrinya demikian pula sebaliknya.

2) Timbulnya hubungan mahram diantara suami dan istri. 3) Berlakunya hukum kewarisan diantara suami dan istri.

4) Dihubungkannya nasab anak mereka kepada nasab suami dengan syarat kelahiran anak tersebut paling sedikit setelah 6(enam) bulan sejak berlangsungnya akad nikah dan terjadinya dukhul. 5) Berlangsungnya hubungan baik antara kedua suami istri secara

rukun.

2. Pemeliharaan dan pendidikan anak

(49)

32

Anak adalah amanat Allah sehingga setiap orang tua hendaknya memahami apa tanggung jawabnya terhadap anak-anak. Seorang anak harus dirawat dengan baik, disayang, dan dididik dengan pendidikan yang bermanfaat supaya ia dapat tumbuh dewasa menjadi anak yang shaleh dan shalihah. Anak harus dididik sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan pendidikan yang baik, anak akan berkembang dengan baik pula, sehingga kelak dapat menjadi manusia yang mengetahui hak dan kewajiban dalam hidupnya, baik hak dan kewajiban terhadap orang tuanya, masyarakatnya, maupun terhadap Tuhannya.

Zakiah Darajat menyebutkan bahwa pembinaan yang perlu dilakukan orang tua terhadap anak meliputi pembinaan iman, akhlak, ibadah, agama, kepribadian dan interaksi sosial (Ulfatmi, 2011: 122). Nantinya diharapkan nilai antara duniawi dan ukhrowi pada anak dapat terjaga keseimbangannya. Juga tidak kalah pentingnya adalah pendidikan dengan contoh dan keteladanan dari kedua orangtuanya baik dalam hal beribadah maupun berperilaku.

3. Terciptanya hubungan sosial yang harmonis

(50)

33

Hidup bermasyarakat adalah sebuah keniscayaan bagi manusia. Oleh karena itu, hendaknya seorang individu selain berbuat baik dalam pergaulan sehari-hari di rumah juga harus berbuat baik dalam pergaulan sehari-hari di luar rumah. Pergaulan tersebut mencakup hubungan dengan tetangga, kerabat, dan dengan masyarakat pada umumnya. Berbuat baik kepada sesama manusia dapat diwujudkan dalam ucapan dan tindakan, seperti tidak saling menyakiti, saling menghormati, tidak arogan dan egois, serta membiasakan untuk saling tolong menolong.

Sebuah keluarga yang sakinah juga akan selalu berusaha melakukan yang terbaik kepada kaum kerabatnya baik yang jauh maupun yang dekat. Dan selalu menjalin tali silaturrahim dengan seluruh keluarga besarnya baik itu dari pihak sang suami maupun dari pihak sang istri.

D. Bekal Meraih Keluarga Sakinah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri adalah:

1. Adanya saling pengertian

(51)

34 2. Saling menerima kenyataan

Suami istri hendaknya sadar bahwa jodoh, rezeki, dan kematian adalah kekuasaan Allah SWT. Dengan tetap selalu berusaha dan bertawakal kepada Allah SWT, suami istri seyogyanya pasrah kepada ketentuan-Nya agar hati senantiasa diliputi perasaan sabar dan ikhlas.

3. Saling melakukan penyesuaian diri

Setiap pasangan suami istri harus bisa saling melengkapi kelemahan dan kekurangan pasangannya. Disamping itu antara suami istri harus bersedia mengakui kelebihan yang ada pada pasangannya.

4. Dapat memupuk rasa cinta dalam keluarga

Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga hendaknya antara suami istri senantiasa berupaya memupuk rasa cinta dengan saling menyayangi, saling menghormati, saling menghargai, dan penuh keterbukaan.

5. Senantiasa melaksanakan asas musyawarah

Dalam keluarga pasti syarat dengan berbagi problema rumah tangga. Untuk mengatasinya perlu adanya keterbukaan dan musyawarah antar anggota keluarga. Suami dan istri dituntut untuk saling terbuka dan lapang dada, mau menerima dan memberi, serta menghindari sikap mau menang sendiri.

6. Suka memaafkan

(52)

35

hubungan suami istri yang dapat menjurus kepada perselisihan yang berkepanjangan.

7. Berperan serta untuk kemajuan bersama

(53)

36 BAB III

KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF

A. Gambaran Umum Kehidupan Keagamaan Kota Salatiga

Kota Salatiga adalah sebuah kota yang terletak di wilayah Provinsi

Jawa Tengah dan berada pada titik koordinat 1100.27‟.56,81” -

1100.32‟.4,64” BT dan 0070.17‟-0070.17‟.23” LS. Kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang pada sisi selatan dan Kabupaten Boyolali pada sisi utara. Dengan luas wilayah 56,781 km2 Kota Salatiga memiliki 4 kecamatan yaitu Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti, dan Kecamatan Sidorejo serta 22 kelurahan yang tersebar di seluruh wilayah Kota Salatiga. Berdasarkan data statistik tahun 2015, total populasi penduduk Kota Salatiga mencapai 194.664 jiwa dengan prosentase pemeluk agama Islam sebanyak 78,51%, pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 16,32%, pemeluk agama Katolik sebanyak 4.87%, pemeluk agama Budha sebanyak 0,21%, dan pemeluk agama Hindu sebanyak 0,09%. (Website resmi Bappeda Kota Salatiga)

(54)

37

perbedaan antar sesama warga negara. Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam kehidupan plural merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan kemashlahatan umum bagi warga negara yang berlainan agama. Diharapkan dengan hal ini setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntunan agama masing-masing.

Beragamnya agama di Kota Salatiga ini memungkinkan setiap pemelukknya bersentuhan dengan pribadi dan tata cara peribadatan pemeluk agama lain.

“Hal ini mengakibatkan banyaknya kasus warga negara yang keluar

masuk dari suatu agama ke agama yang lain. Fenomena ini didasari oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pernikahan. Berdasarkan peraturan UU Nomor 1 Tahun 1974, pemerintah negara Indonesia mensyaratkan warga negaranya untuk menikah dengan sesama pemeluk agama. Karena syarat inilah maka banyak ditemukan kasus pindah agama sebelum

menikah dalam masyarakat Kota Salatiga” (hasil wawancara dengan Bapak Murtadho, anggota POKJALUH Kota Salatiga).

(55)

38

dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal 17 April 2017)

Sumber daya manusia sebagai penyuluh dan pembina muallaf di kota Salatiga mulai ada pada tahun 2010. Pada tahun tersebut, ada 21 orang penyuluh se kota Salatiga. Para penyuluh tersebut ditempatkan di KUA-KUA kota Salatiga dan sebagian kecil di tempatkan di Kantor Kementrian Agama Kota Salatiga. Ketika di KUA para penyuluh banyak berhadapan dengan para muallaf. Dari beberapa muallaf itu ada yang bersungguh-sungguh masuk

Islam, namun alasan mayoritas para muallaf memeluk agama Islam adalah karena akan menikah. Berangkat dari hal tersebut, para penyuluh yang bergabung dalam organisasi penyuluh atau yang lebih dikenal dengan sebutan POKJALUH merundingkan cara agar para muallaf di lingkungan kota Salatiga mendapat penanganan yang sama. (Hasil wawancara dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal 17 April 2017)

(56)

39

kelurahan dan kecamatan mengetahui bahwa ketika ada warga yang mau merubah agama di KTP dan KK yang duhulu beragama non Islam ke agama Islam harus melampirkan sertifikat keIslaman yang ditandatangani oleh Kepala Kemenag. Syarat dikeluarkannya sertifikat keIslaman oleh KUA adalah terpenuhinya bimbingan keIslaman untuk para muallaf dari penyuluh minimal 3 kali pertemuan. (Hasil wawancara dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal 17 April 2017)

Walaupun syarat minimal bimbingan hanya menetapkan 3 kali pertemuan, namun faktanya ada yang lebih dari 3 kali pertemuan dan kurang dari 3 kali pertemuan. Perbedaannya tergantung dari kesungguhan para muallaf untuk memeluk agama Islam. Apabila mereka bersungguh-sungguh,

maka kemauan untuk belajar akan semakin tinggi sehingga 3 kali bimbingan akan terpenuhi, tetapi jika mereka hanya memeluk Islam karena ikut-ikutan saja maka bisa jadi penyuluhan akan lebih dari 3 kali pertemuan atau bahkan kurang dari itu. Bimbingan ini dilakukan untuk menanggapi fenomena masuk Islam sebagai syarat menikah di beberapa tempat, karena ada dari para muallaf yang kembali ke agama asalnya setelah dibuatkan sertifikat dan

(57)

40

Para penyuluh tidak bermaksud untuk mempersulit seseorang memeluk agama Islam tapi lebih kepada menghadang kemungkinan-kemungkinan kembalinya muallaf ke agama semula. Terbukti bahwa sesudah tahun 2010 para muallaf yang masuk Islam dan kembali lagi ke agamanya yang semula tidak sebanyak ketika belum ada pembinaan. Sejak tahun 2010 minimal ada 30 orang muallaf setiap tahun di suatu kecamatan di Kota Salatiga. Sampai tahun 2017 ini perkembangan muallaf selalu fluktuatif. (Hasil wawancara dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal 17 April 2017)

Berdasarkan lokasi yang dipilih oleh peneliti, diperoleh data dari KUA Kecamatan Sidorejo tentang perkembangan muallaf yang mengalami perkembangan secara signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini diperkuat dengan tabel perkembangan muallaf di Kecamatan Sidorejo berikut ini:

Tabel 1.1

Data Perkembangan Muallaf di Kecamaatan Sidorejo Kota Salatiga pada Tahun 2010 s.d Tahun 2017

No Tahun Jumlah Muallaf

1 2010 32 orang

2 2011 35 orang

3 2012 39 orang

4 2013 41 orang

5 2014 49 orang

6 2015 30 orang

7 2016 32 orang

8 2017 s/d 4 September 2017 32 orang

Total Muallaf 290 0rang

(58)

41 C. Profil Keluarga Muallaf

1. Suami Muallaf a. Bapak JK

Bapak JK lahir 38 tahun yang lalu di Blora. Beliau menempuh pendididkan terakhir sebagai D1 dan saat ini bekerja sebagai buruh. Ayah Bapak JK adalah seorang muslim, sedangkan Ibu dan kakak-kakak Bapak JK adalah seorang kristiani. Kedua orangtua Bapak JK tidak pernah mencontohkan untuk beribadah di masjid maupun di gereja kepada anak-anaknya. Sejak kecil Bapak JK dibesarkan dengan didikan agama kristen protestan, sehingga beliau selalu rajin pergi beribadah ke gereja. Pendidikan yang diberikan kedua orangtua Bapak JK bersifat membebaskan anak-anaknya untuk mengambil keputusan apapun. Tidak ada pendidikan tentang keagamaan sama sekali baik itu dari pihak ayah maupun dari pihak Ibu Bapak JK. Pendidikan dalam keluarga lebih banyak tentang adab berperilaku orang jawa, seperti saling berbagi, tidak menyakiti jika tidak ingin disakiti, dan lain sebagainya.

(59)

42

itulah akhirnya Bapak JK memutuskan untuk menikahi Ibu KJ. Sayangnya saat ini sudah 40 hari Ibu KJ meninggal dunia karena menderita penyakit kanker payudara.

Pertimbangan Bapak JK untuk menjadi muallaf adalah karena agama Islam dari pihak keluarga Ibu KJ sangat kuat. Sebelum menikah hal ini sudah menjadi topik pembicaraan hangat di antara mereka berdua. Pernah suatu ketika mereka berfikir untuk pindah ke agama lain jika nanti kedua pihak orangtua mereka tidak memperbolehkan mereka untuk hidup bersama. Teman-teman Nasrani dari Bapak JK pun menyarankan untuk berkonsultasi dengan Ibu beliau. Ibu beliau sebenarnya cocok dengan Ibu KJ tetapi terkendala masalah agama. Bapak JK yakin jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan, tinggal bagaimana cara untuk menyikapinya. Akhirnya beliau memutuskan untuk masuk Islam pada tahun 2005 hanya untuk mencari status saja. Dulu Bapak JK pernah berjanji kepada Ibunya walaupun beliau telah masuk Islam, tapi hati beliau tetep akan nasrani. Itulah yang membuat beliau berat untuk menerima Islam sampai usia 5 tahun pernikahan. Beliau baru benar-benar mendalami Islam 2 tahun yang lalu sampai sekarang.

(60)

43

tentang Islam. Jika pergi ke gereja lagi beliau sudah beragama Islam, tapi jika mau pergi ke masjid beliau masih baru dan belum bisa apa-apa. Saat Ibu KJ sedang sholat beliau hanya bisa melihat. Anak

Bapak JK sering bertanya „kok Bapak tidak pernah ke masjid tapi malah pergi ke gereja?‟. Lain hari dia juga bertanya „kok Bapak tidak pergi ke gereja? katanya ibadahnya di gereja?‟, beliau menjawab „Bapak ke gereja hari Minggu‟. Dan saat hari Minggu tiba beliau pergi memancing bukannya ke gereja. Terakhir anak Bapak JK

bertanya „Bapak kok tidak pernah sholat jumat?‟ Hal ini berlangsung

terus menerus. Dengan berbagai pertimbangan, maka beliau membulatkan niat untuk belajar Islam secara benar. Jujur beliau akui bahwa dorongan beliau menerima Islam adalah karena anak. Alhamdulillah sekarang beliau sudah sholat 5 waktu dan menjalankan puasa Ramadhan. Setiap malam Selasa dan Sabtu beliau usahakan untuk ikut belajar mengaji bersama dengan sesama muallaf dan beberapa pengajar dari pondok.

(61)

44

masak beberapa masakan karena dulu waktu kecil beliau ikut ibunya untuk berjualan makanan. Sebelum menikah mereka sudah sama-sama bekerja sehingga setelah menikah mereka terbuka untuk masalah penghasilan dan kebutuhan sehari-hari. Nafkah dari Bapak JK dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari sedangkan penghasilan Ibu KJ ditabung untuk kepentingan yang bersifat mendadak. Jika ada kekurangan dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga, Ibu KJ selalu siap membantu. Beliau berpesan kepada Ibu KJ untuk pintar mengelola uang. Jika sedang tidak punya uang, terkadang Ibu KJ mengeluh. Dan hal inilah yang sering menjadi alasan cekcok dalam keluarga. Tapi sejauh ini selalu ada jalan untuk mencukupi kebutuhan.

Pemenuhan kebutuhan biologis pasangan ini berjalan lancar. Menurut Bapak JK dalam berhubungan harus sama-sama senang dan puas. Jika salah satu pasangan merasa tidak senang dan puas maka akan menyengsarakan. Jadi saat ada yang tidak merasa senang maka harus mencari solusinya. Saat masuk Islam semua amal perbuatan harus serba hati-hati. Melakukan hubungan suami istri pun ada adabnya, yaitu harus berdoa dulu. Beliau sadar bahwa wanita mempunyai halangan setiap bulannya, sehingga saat keduanya memiliki waktu luang, sebisa mungkin akan mereka selenggarakan.

(62)

45

bersama. Jika ada masalah mereka akan saling bercerita. Saat Ibu KJ mempunyai masalah dan beliau bisa membantu maka akan beliau bantu. Intinya harus saling melengkapi. Tetapi jika sudah berada diujung permasalahan, maka Bapak JK akan berkunjung ke tempat pemuka agama yang membantu beliau mengenal Islam untuk mencari solusi dan pencerahan. Dulu pada tahun-tahun pertama pernikahan, perasaan ingin menang sendiri sebagai laki-laki kadang beliau rasakan. Beliau merasa sebagai kepala keluarga pendapat beliau lah yang paling benar dan harus ditaati, sehingga Ibu KJ pun terkadang pulang ke rumah orangtuanya tanpa mau beliau antar. Pagi hari Ibu KJ pergi, kemudian beliau menyusul untuk menjemputnya pada sore hari. Orangtua Ibu KJ berpesan kepada putrinya untuk patuh kepada Bapak JK karena dia adalah perempuan. Orangtua Ibu KJ bisa maklum dan menjaga hubungan pernikahan mereka, sedangkan orangtua Bapak JK jarang untuk mengetahui masalah dalam keluarga mereka. Lambat laun mereka jarang memberitahu orangtua saat ada masalah. Sebagai seorang suami beliau berani maju saat Ibu KJ disakiti karena istri adalah amanah dari orangtuanya untuk beliau jaga.

(63)

46

ceritakan. Ada yang spontan langsung beliau ceritakan dan ada yang harus berproses dulu. Penyesuaian beliau dengan Ibu KJ tidaklah susah. Tapi untuk urusan agama memang lumayan lama. Beliau bukan tipe yang romantis, apa adanya, bahkan cenderung kaku. Dan Ibu KJ pun juga tidak romantis, mudah marah dan moody. Jika beliau mendapat kritik atau masukan dari Ibu KJ maka akan ditimpali dengan candaan, tapi jika Ibu KJ mengkritik tidak pada tempatnya maka akan beliau marahi. Beliau tidak suka jika Ibu KJ berdandan, jika hanya bedak masih diperbolehkan. Di rumah pun Ibu KJ juga sangat biasa dalam berpakaian. Sedangkan Bapak JK malah lebih terawat, beliau harus mandi, memakai deodorant dan handbody ketika mau keluar rumah walupun itu hanya ke warung.

(64)

47

(65)

48

Menurut Bapak JK selama masa pernikahan ini Ibu KJ adalah pribadi yang hebat dan kuat. Sesakit apapun yang dia rasakan dalam hidup, jika bisa dia tahan akan dia tahan.

Rumah tangga harmonis menurut Bapak JK adalah jika kita kenal Islam secara baik maka rumah tangga akan berjalan dengan baik pula. Selama kita mengenal agama, beliau yakin kehidupan akan berjalan lancar karena Islam mengatur semua segi kehidupan seraca rinci. Antara suami istri harus saling mengerti dan menghargai satu sama lain, jangan mengedepankan ego masing-masing, serta memahami pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing dan pasangan.

b. Bapak BK

Bapak BK lahir 39 tahun yang lalu di Salatiga. Pendidikan terakhir beliau adalah SMK dan saat ini beliau bekerja sebagai wiraswasta. Beliau berasal dari keluarga besar yang menganut agama majemuk. Dari kecil beliau dididik dengan ajaran agama Kristen sehingga beliau terbiasa beribadah ke gereja secara rutin.

(66)

49

Ibu KB mempunyai suami yang berbeda agama. Karena peraturan pernikahan di Indonesia harus menikah dengan sesama pemeluk agama, maka Bapak BK mengalah. Bapak BK memutuskan untuk masuk Islam 2 bulan sebelum menikah pada tahun 2008. Dari pihak keluarga Bapak BK tidak ada pertentangan dan penolakan terhadap keputusan beliau ini, yang terpenting orang itu harus beragama dan selalu berbuat baik, terlepas dari apapun agama yang dianutnya.

Bapak BK masuk Islam karena mencintai akhlak Ibu KB, Bapak BK melihat perilaku dan tindakan Ibu KB yang baik, sehingga beliau juga ingin berubah menjadi baik pula. Menurut beliau Ibu KB suka bercanda dan lucu, namun terkadang juga menjengkelkan. Terlepas dari itu, banyak dari sifat Ibu KB yang membuat Bapak BK memutuskan untuk menikahinya. Dari pernikahan ini, Bapak BK telah dikaruniai 2 orang anak.

Kehidupan agama bapak BK setelah menikah tidak mengalami kemajuan. Saat itu pihak KUA belum mengadakan bimbingan untuk muallaf sehingga pembinaan agama Bapak BK pun hanya didapat

(67)

50

agama. Sampai saat ini Bapak BK belum melaksanakan sholat sama sekali. Bapak BK ingin bisa melaksanakan sholat seperti muslim yang lain, tapi karena terkendala kesibukan bekerja ditambah mengurus anak-anak di rumah maka keinginan itu belum terlaksana. Beliau juga tidak memiliki tempat untuk sholat di rumah.

Setelah menikah nafkah dari Bapak BK untuk memenuhi kebutuhan Ibu KB dan anak-anak telah tercukupi dengan baik. Ibu KB dulu sebelum menikah juga bekerja, tapi karena sekarang sudah memiliki anak maka beliau harus mengalah untuk mengurus anak. Ibu KB tetap ingin membantu keuangan keluarga, tapi Bapak BK baru akan mengizinkan jika anak-anak sudah besar. Ibu KB tidak pernah minta apapun selain apa yang telah Bapak BK berikan. Menurut Bapak BK keseharian Ibu KB di rumah dalam merawat rumah sudah lumayan, dalam merawat anak pun juga bagus, hanya saja Ibu KB sangat kurang saat merawat dirinya sendiri. Ibu KB sama sekali tidak ada inisiatif menyenangkan suami dengan penampilannya. Sedangkan Bapak BK sendiri malah lebih memperhatikan penampilannya. Masakan selalu disajikan Ibu KB di meja. Bapak BK tidak pernah request untuk dimasakkan makanan tertentu, tapi biasanya Ibu KB

(68)

51

Bapak BK. Misalnya saat mau ke rumah orangtuanya aling nanti setelah pulang kerja Bapak BK ikut menyusul kesana.

Pemenuhan kebutuhan biologis pasangan ini dilakukan secara normal seperti orang lain. Hanya saja setelah Bapak BK pulang kerja, Ibu KB biasanya sudah tidur dengan anak-anak dan baru bangun pada pagi harinya. Ibu KB adalah orang yang cuek. Jika Bapak BK meminta kebutuhannya dan Ibu KB berkata sudah capek mengurus rumah seharian dan mau tidur maka keinginan Bapak BK tidak akan terpenuhi. Kejadian ini hampir berlangsung setiap hari. Padahal menurut Bapak BK, Ibu KB paham bahwa di dalam agama jelas disebutkan jika istri menolak suami untuk memenuhi kebutuhannya maka ia akan berdosa. Jika hal ini tidak terjadi setiap hari, mungkin Bapak BK bisa maklum. Bapak BK hanya bisa mengikhlaskan perbuatan istrinya dengan setengah hati.

Gambar

tabel perkembangan muallaf di Kecamatan Sidorejo berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

membentuk keluarga sakinah , serta keluarga yang baik dalam Islam.

Adapun upaya para keluarga penghafal al-Qur‟an di Kecamatan Singosari untuk menciptakan dan mempertahankan susasa sakinah di kehidupan rumah tangga mereka dapat dilakukan dengan

Dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara dengan informan keluarga pengguna smartphone terkait dengan kasih sayang dalam keluarga sakinah: Pertama, menurut hasil wawancara

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan menurut ayat-ayat al-Qur’an (QS. Al- Fath/48: 4, 18, dan 26), sakinah atau kedamaian ini datang dari Allah pada dalam hati

Dan untuk mengetahui jawaban dari pertanyan yang penulis ajukan kepada 5 keluarga Muallaf di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Meda Deli dapat dilihat berdasarkan uraian

Formula kedua yaitu berkomunikasi dengan baik untuk menciptakan keluarga yang harmonis (sakinah) Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu melaksanakan segala

Sesuai dengan rumus tersebut, maka dapat penulis analisa dengan menghitung hasil prosentase dari masing-masing asal agama para muallaf yang ikrar di Majelis Muhtadin Masjid

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa menurut para mualaf keluarga sakinah adalah keluarga yang senantiasa menjaga keimanan kepada Allah SWT, karena dengan ketaatan dan keimanan akan