• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Hasil

1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

Untuk mengetahui daya tolak ekstrak daun pandan wangi terhadap nyamuk uji, dengan cara menghitung jumlah nyamuk yang tidak hinggap pada lengan uji (lengan yang sudah diolesi oleh ekstrak daun pandan wangi) dan pada lengan kontrol dengan 4 perlakuan yaitu 0%, 10%, 20%, 40%. Hasil uji tersaji pada gambar 7 di bawah ini.

konsentrasi P e rc e n t 0.75 0.50 0.25 0.00 -0.25 -0.50 99 95 90 80 70 60 50 40 30 Table of Statistics -0.482860 0.846184 -0.833758 0.846184 -0.360241 0.846184 Mean StDev -0.817707 0.846184 -0.708020 0.846184 -0.640394 0.846184 menit 180 240 300 360 60 120

Probability Plot For Nyamuk Tak Hinggap Probit Data - ML Estimates

Normal - 95% CI

Gambar 7. Grafik Analisis Probit Jumlah Nyamuk Tidak Hinggap Pada Berbagai Konsentrasi 0%, 10%, 20% dan 40%

(2)

Hasil analisis probit yang di peroleh berdasarkan konsentrasi menunjukkan bahwa persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap pada lengan dari jam ke-1 hingga jam ke-6 adalah sebagai berikut: pada konsentrasi 10%

berkisar 73%-87%, konsentrasi 20% berkisar 76%-89%, konsentrasi 40% berkisar 79%-91% dan kontrol (0%) berkisar 63%-87%. Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka jumlah nyamuk yang tidak hinggap akan semakin banyak (data terlampir pada tabel 2). Dari uji statistik P > 0,05 ; di dapat P-Value (P > 0,639).

2. Persistensi (lamanya waktu) ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti.

Persistensi ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) yang dioleskan ke lengan uji, diamati selama 6 jam (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Hasil uji tersebut dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Grafik Persentase Pada Persistensi Ekstrak Daun Pandan Wangi Terhadap Nyamuk Ae. aegypti Yang Tidak Hinggap

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 60 120 180 240 300 360 kontrol 0% 91.11 72.32 72.19 72.19 72.19 63.34 10% 87.83 87.72 86.67 83.88 83.88 73.33 20% 86.3 86.3 86.3 85.55 85.55 76.67 40% 90.56 90.55 88.89 87.22 87.22 80 Ny a m uk T ida k H ing g a p ( %) Menit Ke-

(3)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 6 jam ke-1 6 jam ke-2 6 jam ke-3 6 jam ke-4 6 jam ke-5 6 jam ke-6 kontrol 0% 91.3 72 65.3 65.3 84.7 63.3 10% 86.7 88 86.7 80 88 73.3 20% 82 88 88.7 81.3 90 76.7 40% 90 88.7 88.7 85.3 90 81.3 J u m la h Ny a m u k Tid a k H in g g a p (% ) 6 Jam Ke-

Gambar 8, menunjukan persentase jumlah nyamuk tidak hinggap dari menit ke-60 sampai menit ke-360 selama 6 jam pengamatan dengan 4 konsentrasi. Pada menit ke-60 sampai menit ke-180 persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap masih tinggi yaitu berkisar 86%-90% pada semua konsentrasi (10%, 20% dan 40%). Pada menit ke-240 sampai menit ke-360 persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap mulai menurun yaitu berkisar 80%-87%, sedangkan pada kontrol (0%) dari menit ke-60 sampai menit ke-360 persentase nyamuk yang tidak hinggap berkisar 63%-91%. Oleh karena itu, hasil analisis di atas menunjukkan semakin lama waktu yang dibutuhkan ekstrak yang dioleskan pada lengan, maka jumlah nyamuk yang tidak hinggap akan semakin sedikit, begitu sebaliknya. Dari uji statistik P > 0,05 ; di dapat P-Value (P > 0,113).

Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang

Gambar 9. Grafik Jumlah Nyamuk Ae. aegypti Tidak Hinggap (%) Berdasarkan Waktu Pengamatan Yang Berbeda (Pagi-Siang)

(4)

Gambar 9, secara umum menunjukkan bahwa adanya pola aktivitas

nyamuk yang sama antara pagi dan siang hari. Peningkatan persentase dari aktivitas nyamuk terjadi pada pagi hari dan penurunan terjadi pada

pengamatan siang hari. Pada 6 jam ke-1, 3 dan 5 (pagi hari) persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap masih tinggi yaitu berkisar 82%-90% pada semua konsentrasi, sedangkan pada 6 jam ke-2, 4 dan 6 (siang hari) persentase jumlah nyamuk tidak hinggap mulai menurun yaitu berkisar 73%-88%.

B. Pembahasan

1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

Pengaruh daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti. Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap dari jam ke-1 hingga jam ke-6 pada konsentrasi 10% berkisar 73%-87%, pada konsentrasi 20% berkisar 76%-89%, pada konsentrasi 40% berkisar 79%-91% dan pada kontrol (0%) berkisar 63%-87% yang artinya semakin tinggi konsentrasi maka jumlah nyamuk yang tidak hinggap akan semakin banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh kadar zat senyawa kimia dari ekstrak daun pandan wangi pada setiap konsentrasi berbeda-beda.

Daun pandan wangi mengandung senyawa kimia berupa senyawa pahit, yaitu alkaloida, saponin, sterol, terpenoid, flavonoida, tanin, polifenol, minyak atsiri dan zat warna yang merupakan macam-macam senyawa

(5)

metabolik sekunder dan bersifat toksik (Rohmawati 1995 dalam Susanna, 2003). Selain itu, di dalam daun pandan wangi juga terdapat senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) (Laksanalamai 1993 dalam

Cheetangdee, 2006) dan senyawa pandamarilactonine-A dari pyrrolidine alkaloid sebagai komponen aroma dasar daun pandan wangi (Takayama, 2005). Kombinasi senyawa-senyawa kimia dan komponen aroma dasar pada daun pandan wangi dapat menghasilkan bau yang khas dan kemungkinan tidak disukai oleh nyamuk. Bau inilah yang diduga dapat menyebabkan nyamuk tidak tertarik untuk hinggap pada lengan uji, karena dapat menyebabkan terganggunya sistem pernafasan pada nyamuk.

Terdapat 3 cara masuknya insektisida ke dalam tubuh serangga menurut Tarumingkeng (1992), yaitu melalui kulit (racun kontak), melalui mulut (racun perut/pencernaan) dan melalui sistem jalan nafas (racun

pernafasan). Pada penelitian ini diduga bahwa insektasida ini masuk melalui sistem jalan nafas (racun pernafasan), karena proses pernafasan nyamuk menggunakan trakea dengan jalan masuk utama adalah spirakel. Spirakel ini berhubungan langsung dengan udara di luar tubuh dan berada di seluruh tubuh nyamuk, sehingga ketika aroma/bau yang dikeluarkan dari ekstrak daun pandan masuk melalui spirakel bersamaan ketika

nyamuk sedang bernafas dan akan dilanjutkan ke trakea (organ pernafasan pada serangga). Udara yang sudah di terima dari trakea akan diteruskan ke trakeolus dan dari trakeolus akan disebarkan ke seluruh tubuh nyamuk. Oleh karena itu, nyamuk mungkin akan lebih memilih untuk menghindari

(6)

bau tersebut, karena bau tersebut dapat mengganggu sistem pernafasannya (Soedarto 1992 dalam Wardani, 2009).

Menurut Zettel (2009), nyamuk memiliki sepasang antena yang berfungsi sebagai organ peraba dan pembau. Karena itu, nyamuk cukup sensitif terhadap bau yang ada disekitarnya. Pada hasil penelitian terlihat bahwa dari konsentrasi 10% pun sudah cukup efektif karena pada konsentrasi tersebut jumlah nyamuk yang tidak hingga pada lengan uji sudah mencapai 73%-87%, persentase ini sudah cukup tinggi (data terlampir pada tabel 2), namun dari uji statistik P > 0,05 ; di dapat P-Value (P > 0,639) yang berarti persentase nyamuk yang tidak hinggap pada berbagai konsentrasi tidak berbeda bermakna karena nilai tersebut sudah lebih dari angka 0,05 (P > 0,05) (data terlampir pada analisis probit).

2. Persistensi (lamanya waktu) ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti.

Pengaruh persistensi (lamanya waktu bertahan) ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada gambar 8, yaitu semakin lama waktu ekstrak terpapar pada lengan maka akan semakin sedikit jumlah nyamuk yang tidak hinggap. Pada menit ke-60 sampai menit ke-180 persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap masih tinggi yaitu berkisar 86%-90%. Pada menit ke-240 sampai menit ke-360

persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap mulai menurun yaitu berkisar 80%-87%.

(7)

Ini disebabkan karena semakin lama waktu maka akan semakin sedikit residu daun pandan wangi (minyak atsiri) yang menempel pada lengan uji. Hal ini mungkin disebabkan oleh senyawa kimia yang dioleskan pada lengan uji sudah mulai berkurang akibat adanya proses penguapan, karena salah satu sifat minyak atsiri adalah mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa aktif minyak atsiri dapat

mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu karena baunya yang kuat, hal ini juga dapat terjadi pada serangga (Rudiyanto dkk, 2010).

Menurut MacLeod dan Pieris 1982 dalam Li J. (2009), jenis utama dari minyak atsiri yang terkandung di dalam daun pandan wangi adalah senyawa kimia terpen dan seskuiterpen hidrokarbon (6-42%). Selain itu, ditemukan juga senyawa 3-metil-2-(5H)-furanone sebagai senyawa volatil utama dalam daun pandan, 3-hexanol, 4-methylpentanol, 3-hexanone dan

2-hexanone.

Meskipun minyak atsiri memiliki sifat yang mudah menguap, tetapi minyak atsiri pada ekstrak daun pandan wangi ternyata masih cukup efektif sampai menit terakhir (menit ke-360). Karena sampai menit

terakhir pun persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap pada lengan uji masih cukup tinggi berkisar 80%-87% (gambar 8), namun dari uji statistik P > 0,05 ; di dapat P-Value (P > 0,113) yang berarti persentase nyamuk yang tidak hinggap pada persistensi ekstrak daun pandan wangi tidak

(8)

berbeda bermakna karena nilai tersebut sudah lebih dari angka 0,05 (P > 0,05) (data terlampir pada analisis probit).

Aktivitas nyamuk pun dapat dilihat pada gambar 9, pada umumnya terdapat pola yang sama pada pengamatan pagi dan siang hari. Pada pagi hari (6 jam ke-1, 3 dan 5) persentase jumlah nyamuk yang tidak hinggap masih tinggi dan pada siang hari (6 jam ke-2, 4 dan 6) mulai turun yang artinya sudah mulai banyak nyamuk yang hinggap di lengan uji. Hal ini mungkin dikarenakan aktivitas menggigit nyamuk yang berbeda antara pagi hari dan siang hari. Menurut Wijaya (1982), nyamuk memiliki beberapa sifat tertentu yang salah satunya adalah aktivitas menggigitnya dari pagi sampai petang dengan puncak aktivitas pada pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00, sedangkan nyamuk betina lebih aktif mencari mangsanya pada siang hari (Nusa 2007 dalam Depkes RI, 2007).

Perilaku nyamuk selama masa pengujian pun terlihat adanya perilaku ketertarikan nyamuk yang berbeda antara lengan uji dan lengan kontrol. Pada lengan uji jumlah nyamuk yang tidah hinggap masih banyak karena sebagian besar nyamuk hanya terbang di sekitar lengan uji, terlihat pada menit ke-60 dan menit ke-120. Sedangkan pada menit ke-180 dan menit ke-240, nyamuk mulai tertarik pada lengan uji dengan cara terbang lebih dekat di sekitar lengan uji dan ada beberapa yang hinggap. Perilaku agresif nyamuk mulai terlihat pada menit ke-300 dan menit ke-360. Jumlah nyamuk yang tidak hinggap mulai menurun karena nyamuk tidak lagi

(9)

terbang di sekitar lengan uji, tetapi langsung hinggap ketika lengan uji pertama kali dimasukkan ke dalam kandang uji.

Perilaku nyamuk pada lengan uji berbanding terbalik dengan lengan kontrol. Secara keseluruhan pada lengan kontrol dapat dilihat bahwa nyamuk lebih tertarik untuk hinggap dari mulai menit ke-60 sampai menit ke-360, sehingga jumlah nyamuk yang tidak hinggap sangat sedikit. Hal ini karena pada lengan kontrol ekstrak daun pandan wangi tidak dioleskan.

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ekstrak daun pandan dapat digunakan sebagai zat penolak terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi dan ekstrak daun pandan wangi pada konsentrasi terendah (10%) sudah efektif menolak nyamuk Ae. aegypti sehingga hipotesis dapat di terima.

Gambar

Gambar 7.   Grafik Analisis Probit Jumlah Nyamuk Tidak Hinggap  Pada Berbagai Konsentrasi 0%, 10%, 20% dan 40%
Gambar 8. Grafik Persentase Pada Persistensi Ekstrak Daun Pandan    Wangi Terhadap Nyamuk Ae
Gambar 9.   Grafik Jumlah Nyamuk Ae. aegypti Tidak Hinggap (%)   Berdasarkan Waktu Pengamatan Yang Berbeda  (Pagi-Siang)

Referensi

Dokumen terkait

*Klik tombol Cari untuk mencari data trial balance yang akan dihapus *Klik tombol Hapus untuk menghapus data trial balance yang telah dicari *Klikt tombol Batal untuk kembali

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

( 1 markah ) e) Senaraikan dua tabiat makan yang boleh mengelakkan sembelit.. Rajah di bawah menunjukkan beberapa rantai makanan. Kemudian lukis satu anak panah menunjukkan

Pengaruh Konsep Diri, Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Motivasi Ber technopreneurship siswa Jurusan TKJ SMK Tamansiswa Jetis. Aspek-aspek

China will re-embark the recent-month-deadlock trade negotiation. The backdrop likely drives investors confusing whether the trade war tension between the U.S. and China

Karenanya, dapat disimpulkan bahwa selain nilai R square yang lebih baik, model kuadratik ternyata lebih memenuhi syarat dibandingkan model linear, sehingga model

Informan II menerangkan bahwa beliau tidak membolehkan kedua calon mempelai duduk berdampingan saat ijab qabul karena menurut beliau adanya mempelai wanita diharuskan dalam

paru:paru /erupaan ,rgan ita# yang sangan penting agi ehi!upan