• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstract. Keywords: social media; sport; syntax; the title phrase; web journalism.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstract. Keywords: social media; sport; syntax; the title phrase; web journalism."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

Elza Lidwina Umboh (0806466222); R. Niken Pramanik (197403112008122001) Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Abstract

This study discusses about the title of news portal’s articles. The data which be used in this study is social media connected Detik.Com of http://www.twitter.com/detikcom page as a corpus. This research analyzing the characteristics of news portals’ title that are read by audiences and make that news portal more attractive compared by another media. The result showed that the title of article is mostly single sentence, the rest of the compound sentence, and compound sentence stories. There’s a mismatch between the concepts presented Kridalaksana syntax and data. The concept of the title—that is a minor or incomplete sentences—are no longer in accordance with the results be found in this study. This caused by the evolution of the medium used by newsmakers.

Keywords: social media; sport; syntax; the title phrase; web journalism.

1. PENDAHULUAN

Saat ini, kehadiran teknologi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Teknologi ikut menyumbang cepatnya arus informasi dengan menyebarkan informasi yang terpercaya maupun hoax. Begitulah dampak dari besarnya sumbangan teknologi terhadap penyebarluasan informasi yang semakin cepat. Informasi yang tersebar itu berhubungan langsung dengan komunikasi yang terjadi di masyarakat dan komunikasi yang terjalin itu berkat adanya suatu bahasa. Bahasa tersebutlah yang akan menentukan bahwa informasi tersebut akan sampai atau diterima oleh suatu kelompok masyarakat berdasarkan sosial ataupun letak geografis.

Peneliti tertarik untuk menganalisis kalimat judul portal berita Detik.Com. Pengguna

Twitter mendapatkan informasi dari Detik.Com berupa unggahan judul berita beserta tautannya. Twitter merupakan sebuah laman jaringan yang dimiliki dan dioperasikan oleh

Twitter Inc. yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan tersebut dapat dilihat oleh pengguna Twitter yang dikenal dengan sebutan pengikut (follower).

Bertolak dari konsep yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana dalam bab “Kalimat” pada buku Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa judul

(2)

termasuk dalam kalimat minor. Kalimat minor yang dikemukakan Kridalaksana adalah kalimat yang tidak berstruktur klausa dan mempunyai intonasi final. Dalam bab tersebut, dijelaskan pula bahwa ada judul kalimat yang berbentuk klausa. Namun, contoh yang diberikan berupa kalimat tunggal.

Peneliti tertarik pada pemakaian bahasa dalam judul berita ragam jurnalistik on line

pada media portal berita (internet). Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan peneliti pada latar belakang, masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yakni bagaimanakah satuan gramatikal (sintaksis) berupa fungsi, struktur klausa, dan pola kalimat yang dipergunakan dalam membentuk suatu judul berita? Bertolak dari hal tersebut, apakah judul-judul berita dalam data tersebut merupakan kalimat minor atau tidak? Bagaimanakah ciri umum yang khas mengenai pemakaian judul-judul berita atau identitas dari suatu judul berita, khususnya berita olahraga, dalam ragam jurnalistik on line? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini.

a. Mendeskripsikan fungsi dan struktur klausa untuk menemukan jenis/pola kalimat yang terdapat dalam judul portal berita Detik.Com yang ada dalam Twitter.

b. Menemukan suatu ciri umum yang khas mengenai pemakaian judul-judul berita atau mencari identitas suatu judul berita olahraga on line.

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif analitis. Nawawi (1991:63) mengungkapkan bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya

Pengumpulan percontoh dilakukan dengan teknik mengunduh. Dengan media internet, peneliti mengambil sampel judul langsung dari laman http://www.twitter.com/detikcom pada 14 Februari 2012 mulai pukul 00.00 sampai 23.59 WIB yang dilakukan secara penuh pada hari itu.

2. LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini, digunakan teori sintaksis, yaitu analisis struktur dan pola kalimat judul berita yang terdapat dalam kicaian Detik.Com di Twitter. Teori yang digunakan adalah teori kalimat Harimurti Kridalaksana (1999), khususnya mengenai jumlah dan struktur klausa, dan perwujudannya yang unik dan khusus terdapat dalam data serta sedikit pemaparan tentang bahasa jurnalistik yang menjadi korpus penelitian ini.

(3)

Bahasa Jurnalistik

Menurut J.S. Badudu (1988), bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar, dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.

Segi penyajian judul berita merupakan cara penyampaian bentuk judul berita yang diterima pembaca. Tugas bahasa pada judul berita mempunyai tujuan agar pemberitaan yang akan disampaikan dapat menarik perhatian pembaca. Bagi penulis berita tentunya pemakaian bahasa pada judul berita diusahakan dapat memenuhi tujuan yang dimaksud dengan menyajikan bentuk yang berkesan. Berikut ciri-ciri berita menurut Sumadiria (2005).

Klimaks

Perincian

Piramida Terbalik

Gambar 1

Sintaksis

Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa.Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup kata yang sering dianggap bagian dari gramatika seperti morfologi. Morfologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata. (Kridalaksana, 2002).

Fungsi, Kategori, dan Peran dalam Sintaksis

Dalam sintaksis, kita mengenal adanya istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan sebagai kotak-kotak kosong yang akan diisi oleh kategori-kategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti pelaku, aktif, penyerta, dan sasaran. Istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan inilah yang selanjutnya disebut sebagai unsur-unsur fungsional dalam klausa.

Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan antara fungsi sintaksis, kategori sintaksis, Tajuk Berita

(Judul Berita) Teras Berita (Lead)

(4)

dan peran semantis unsur-unsur kalimat. Berikut ini dibahas pengertian fungsi, kategori, dan peran serta hubungan antara fungsi, kategori, dan peran.

Fungsi Sintaksis

Di bawah ini berturut-turut dibicarakan fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan menurut Kridalaksana (1999), Alwi (2003: 326-332) dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ramlan (1986), dan Gorys Keraf (1980).

(1) Subjek

Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Subjek merupakan konstituen kalimat yang memiliki ciri-ciri: pada umumnya berupa nomina, terletak di sebelah kiri predikat, dan menjadi objek akibat pemasifan kalimat. (lihat Kridalaksana 1999 dan Alwi 2003). Pemaparan dari konsep Kridalaksana dan Alwi cukup untuk menganalisis fungsi. (2) Predikat

Predikat adalah bagian klausa atau gatra yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara tentang subjek. (Kridalaksana, 1999).

Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri, dan jika ada, konstituen objek, pelengkap dan/atau keterangan yang berada di sebelah kanan. Predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’. Istilah pemerlengkapan mencakup konstituen kalimat yang lazim disebut objek, pelengkap, dan keterangan yang kehadirannya bersifat melengkapi kalimat (Lapoliwa, 1990:2).

Pemerlengkapan atau komplementasi (complementation) menyangkut konstituen frasa atau klausa yang mengikuti kata yang berfungsi melengkapi spesifikasi hubungan makna yang terkandung dalam kata itu. Kehadiran pemerlengkapan tidak berkaitan langsung dengan kelengkapan bentuk kalimat, melainkan dengan kelengkapan maknanya (Lyons, 1970:346-347).

Adverbia adalah kata atau kelompok kata yang menerangkan predikat tiap keadaan, peristiwa, atau perbuatan, dapat diterangkan tentang cara, tempat, dan waktu berlakunya. (Samsuri, 1985: 254).

Modalitas adalah sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, terhadap pendengar, terhadap lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara hal-hal itu

(5)

sendiri, sedangkan secara eksplisit biasanya modalitas itu terdiri dari sebuah kalimat. (Samsuri, 1985: 245).

Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa. Beberapa bahasa di dunia mengungkapkan modalitas dengan cara penambahan leksem atau diungkapkan secara leksikal. Chaer (1994: 263). Modalitas (modality) adalah.

1. Klasifikasi proposisi menurut hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan.

2. Cara pembicara menyatakan sifat terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antarpribadi.

3. Makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat.

(3) Objek

Objek adalah nomina atau frasa nomina yang melengkapi verba tertentu dalam klausa (Kridalaksana, 2002).

Objek merupakan konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif, umumnya memiliki ciri (i) berwujud frasa nomina atau klausa, (ii) berada langsung di belakang predikat, (iii) menjadi subjek akibat pemasifan, dan (iv) dapat diganti dengan pronomina ketiga. (Alwi et al., 2003).

Kehadiran objek sangat ditentukan oleh unsur yang menduduki fungsi predikat. Objek wajib hadir dalam klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba aktif transitif, sebaliknya objek bersifat opsional jika predikat kalimat berupa verba intransitif (Ramlan, 1987:93-95).

(4) Pelengkap

Seperti halnya objek, kehadiran pelengkap ditentukan oleh unsur yang menduduki fungsi predikat. Perbedaannya pelengkap berada di belakang predikat yang klausanya tidak dapat dipasifkan atau dalam kalimat aktif yang klausanya tidak bisa diubah menjadi klausa pasif. Pelengkap tidak dapat berubah menjadi subjek (Ramlan, 1987:95-96).

Menurut Hans Lapoliwa, fungsi pelengkap, yaitu melengkapi info dalam predikat, tidak ada konjungsi atau preposisi, dan tidak dapat dipindahkan karena melekat pada predikat. Pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina. Pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek). Pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.

(6)

(5) Keterangan

Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam yang memiliki ciri-ciri: biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial, paling mudah berpidah letak, dan kehadirannya dalam kalimat bersifat manasuka. Keterangan (adverbial) yaitu unsur fungsional klausa yang menjelaskan predikat, yang memberi informasi tambahan mengenai apa-apa yang ditunjukkan oleh predikatnya. Unsur fungsional klausa yang tidak menduduki subjek, predikat, objek, dan pelengkap, dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Posisi keterangan dalam klausa sangat bebas, bisa di depan, di tengah, bisa juga di belakang. Berbeda dengan objek dan pelengkap yang selalu terletak di belakang pelengkap, dalam suatu klausa keterangan pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan subjek-predikat, di antara subjek-predikat, atau terletak di belakang sekali. Akan tetapi, keterangan tidak mungkin berada antara predikat dan objek atau pelengkap karena objek dan pelengkap selalu menduduki tempat langsung di belakang predikat (Ramlan, 1986:91-92).

Keterangan merupakan fungsi sintaktis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya serta kehadirannya bersifat manasuka (Alwi, 2003).

Kategori Sintaksis

Kridalaksana (2008: 51-129) membagi kategori sintaksis menjadi 13 macam, yaitu Verba (V), Adjektiva (A), Nomina (N), Pronomina (Pronom), Numeralia (Num), Adverbia (Adv) Interogativa (Intero), Demonstrativa (Dem), Preposisi (Prep), Artikula (Art), Konjungsi (Konj), Kategori Fatis (KF), dan Interjeksi (Int).

Jenis-Jenis Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri, mempunyai ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Intonasi final dan pungtuasi atau tanda baca merupakan dua ciri pembeda antara klausa dan kalimat. Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat diteliti oleh berbagai bidang ilmu yang berkaitan, salah satunya adalah analisis konstituen. Menurut Harimurti Kridalaksana, analisis konstituen (immediate constituent analysis) dibagi menjadi tiga, yaitu konstituen akhir, langsung, dan terbagi. Dengan analisis konstituen terbagi, penulis berharap dapat mengklasifikasikan kalimat-kalimat berdasarkan jumlah klausa, struktur klausa, kategori predikat, pola intonasi, amanat wacana, dan perwujudannya.

(7)

Di bawah ini uraian menurut Kridalaksana (1999) tentang jenis kalimat 1. Menurut jumlah klausa, kalimat dibagi menjadi lima bagian.

i. Tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa lengkap.

ii. Bersusun yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa lengkap dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat.

Majemuk yaitu kalimat yang terdiri dari beberapa klausa lengkap.

iii. Majemuk setara yaitu kalimat yang terdiri dari klausa-klausa lengkap yang mempunyai hubungan penambahan, kontras, urutan, pilihan, pengandaian, sebab-akibat, misal, parafrasa, perlawanan, dan keserentakan.

iv. Majemuk bertingkat yaitu kalimat yang klausanya dihubungkan secara fungsional.

v. Bertopang yaitu kalimat yang komponen-komponennya bukan klausa lengkap yang masing-masing tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan tergantung satu sama lain, tetapi menghasilkan satuan yang lengkap.

vi. Kombinasi yaitu kalimat yang terdiri dari gabungan kalimat-kalimat tersebut. 2. Berdasarkan stuktur klausanya, Harimurti Kridalaksana berpendapat bahwa kalimat dapat

dibedakan atas

vii. Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. viii. Kalimat tak lengkap dapat dibedakan atas

a. Kalimat Elipsis adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.

b. Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari klausa tak lengkap dan diturunkan dari kalimat bersusun.

c. Kalimat urutan sebenarnya berupa kalimat lengkap tetapi mengandung konjungsi yang menyatakan bahwa kalimat tersebut bagian dari kalimat lain.

d. Kalimat minor adalah kalimat yang tidak berstruktur klausa dan mempunyai pola intonasi final. Yang termasuk jenis kalimat minor, yaitu panggilan, salam, ucapan, seruan, judul—ada juga yang berstruktur klausa, moto, inskripsi, dan ungkapan khusus—larangan, peringatan, permintaan, anjuran, harapan, perintah, pernyataan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba membuktikan lebih lanjut tentang perbedaan judul yang ada pada kepala berita yang kurang sesuai

(8)

dengan teori yang kurang diteliti lebih lanjut oleh Harimurti Kridalaksana. Judul yang tidak hanya berstruktur klausa, tetapi juga ada yang berstuktur kalimat kompleks lainnya.

Kalimat minor adalah kalimat yang dipakai secara terbatas, dapat lengkap, dapat pula tidak lengkap, seperti panggilan, judul, semboyan, pepatah, dan kalimat telegram.

Menurut Harimurti Kridalaksana, kalimat minor adalah kalimat yang tidak berstruktur klausa, mempunyai pola intonasi final. Contoh: panggilan, salam, ucapan, seruan, judul, moto, inskripsi, ungkapan khusus. ix. Berdasarkan perwujudannya, kalimat terbagi atas kalimat langsung dan kalimat tak

langsung.

a. Kalimat langsung. Entah berupa kalimat deklaratif, entah berupa kalimat interogatif, entah kalimat imperatif, yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek, dan secara cermat menirukan apa yang diujarkan orang. Biasanya subjek dalam kalimat tersebut terletak di awal atau akhir kalimat dan berupa nomina diri (-peneliti).

b. Kalimat tak langsung. Kalimat yang berupa kalimat deklaratif atau kalimat interogatif yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, yang melaporkan apa yang diujarkan orang. Ada juga kalimat tak langsung yang melaporkan apa yang dirasakan orang dan kadang-kadang di dalamnya digunakan konjungsi tertentu. Ada juga kalimat tak langsung yang tidak memakai konjungsi.

Kelebihan dari teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana yakni beliau menjabarkan tentang judul yang masuk dalam suatu jenis kalimat, kalimat minor, serta jenis-jenis kalimat lainnya yang beragam yang dapat mewakili data yang dianalisis. Namun, pembagian fungsi yang dijelaskan dalam teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana tidak cukup karena jika peneliti hanya menggunakan teori tersebut yang ada dalam buku Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia, analisis fungsi akan sangat sulit dilakukan karena penjelasan yang tidak detail. Oleh sebab itu, untuk memperkuat analisis, peneliti menggunakan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia untuk melakukan analisis fungsi.

(9)

3. ANALISIS FUNGSI, KLAUSA, DAN KALIMAT JUDUL ARTIKEL OLAHRAGA PORTAL BERITA DETIK.COM DALAM LINIMASA TWITTER

Dalam bab ini, data penelitian berupa judul berita yang dianalisis berdasarkan teori Harimurti Kridalaksana dan teori sintaksis pendukung lainnya. Data diambil dari laman http://www.twitter.com/detikcom pada Selasa, 14 Februari 2012 mulai pukul 00.00.00— 23.59.59 WIB dan ditemukan sebanyak 197 data dan dipilih 31 data yang sesuai dengan tema, yaitu olahraga.

Analisis dilakukan secara berurutan sesuai dengan kemunculan data setiap detiknya yang didapat oleh peneliti dari Twitter. Analisis dilakukan untuk mengetahui jumlah dan struktur klausa pada judul berita linimasa. Untuk mengetahui jumlah klausa yang ada, terlebih dahulu dilakukan analisis fungsi terhadap judul kalimat berita linimasa. Penyampaian informasi tidak akan berhasil tanpa diwujudkan dalam bentuk sebuah kalimat yang tepat. Kalimat serta satuan-satuan kecil di dalamnya, seperti kata, frasa, dan klausa, menjadi sebuah kesatuan yang berkorelasi satu sama lain.

Dari 31 data yang terkumpul yang berupa kalimat judul berita bertema olahraga, ditemukan 26 khususnya di bidang bola, 5 bidang olahraga lainnya seperti tenis, balap motor, politik olahraga, dan 2 dalam bidang bulutangkis. Dari 31 kalimat judul yang dianalisis tersebut, ditemukan 21 kalimat tunggal yang ada pada data nomor 1, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, dan 31; ditemukan 2 kalimat bersusun yang ada pada data nomor 5 dan 17; ditemukan kalimat 3 majemuk bertingkat yang ada pada data nomor 4, 16, dan 18; ditemukan 2 kalimat majemuk setara yang ada pada data nomor 3 dan 7; ditemukan 1 kalimat kombinasi yang ada pada data nomor 2; ditemukan 2 kalimat minor yang ada pada data nomor 26 dan 14.

Data tersebut didominasi oleh kalimat dengan fungsi S–P–O–Ket kemudian dengan fungsi S–P–O, S–P–Pel, S–P–Ket, dan S–P. Ada pula fungsi P–O dengan tidak adanya fungsi S dalam kalimat. Fungsi S1–P1,S2–P2 juga ditemukan dalam data.

Dari data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kalimat judul artikel berita olahraga sebagian besar berupa kalimat tunggal, sisanya berupa kalimat bersusun, kalimat majemuk bertingkat. Sesuai dengan teori Kridalaksana (1999) yang memasukkan kategori judul dalam kalimat minor, peneliti hanya mendapat 2 data berupa kalimat minor dari 31 data yang terkumpul. Ini membuktikan bahwa kalimat judul berita memiliki pola yang berbeda dari teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana tersebut.

(10)

Contoh Kalimat Minor

Kembali Menempa Mental Timnas U-21 dalam Laga Ujicoba (de.tk/tSayv)

Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 14:53 WIB. Data tersebut merupakan judul dari sebuah artikel yang memberitakan Timnas Indonesia U-21. Pada Jumat 10 Februari 2012, usai dikalahkan dengan skor 0-2, saat melawan Ulsan Hyundai Mipo Dolphin FC, Timnas Indonesia U-21 rencananya akan ditempa mentalnya dengan melawan Persiba Bantul. Rencana tersebut dilakukan dalam sebuah laga ujicoba di stadion Sultan Agung Jogyakarta, Rabu 15 Februari 2012. Persiba Bantul, menurut pelatih Timnas Indonesia U-21, merupakan tim yang bagus.

Berdasarkan pembagian fungsinya, data tersebut diawali predikat berupa frasa verbal yakni Kembali Menempa. Kembali sebagai adverbial dari predikat Menempa. Adapun fungsi predikat sebagai bagian yang dinyatakan umumnya berwujud kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), angka (numeralia), pronomina, dan frasa preposisional.

Fungsi objek ditandai dengan Mental Timnas U-21 yang merupakan frasa nominal. Fungsi keterangan merupakan bagian yang menjelaskan fungsi subjek atau predikat. Dalam data tersebut, fungsi keterangan ditandai dengan dalam Laga Ujicoba yang berupa frasa preposisional (Prep+N) berperan sebagai keterangan waktu sebagai penjelas informasi tentang waktu berlangsungnya pertandingan Timnas U-21. Secara keseluruhan, data tersebut tidak memiliki subjek. Jadi, dalam uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konstruksi data tersebut memiliki fungsi S – P – O – Ket.

Melalui uraian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, data tersebut tidak terdiri dari satu klausa lengkap. Penanda lengkap atau tidaknya sebuah klausa ditentukan oleh terpenuhinya fungsi subjek dan predikat (S+P). Namun, dalam data tersebut tidak ditemukan adanya fungsi subjek. Klausa yang merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya memiliki fungsi subjek serta predikat tersebut juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Oleh karena itu, kalimat judul tersebut merupakan Kalimat Tidak Lengkap (Elipsis) karena tidak adanya unsur subjek dalam konstruksi data

Kembali Menempa Mental Timnas U-21 dalam Laga Ujicoba S P O Ket

(11)

tersebut. Berdasarkan jumlah klausanya, data tersebut merupakan Kalimat Minor karena terdiri dari satu klausa tidak lengkap.

Contoh Kalimat Kombinasi

Masih Percaya Ranieri, Moratti Minta Fans Bersabar (de.tk/qRgFl)

Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 01:02 WIB dan merupakan kalimat judul dari sebuah artikel yang berisi berita tentang sebuah klub bola bernama Inter Milan. Klub bola tersebut memiliki hasil buruk dari kekalahan yang selalu diraih selama dilatih oleh Claudio Ranieri. Namun, hal tersebut tidak membuat presiden Inter Milan bernama Massimo Moratti kehilangan kepercayaan kepada Claudio Ranieri. Massimo Moratti masih yakin kepada Ranieri. Moratti meminta fans klub bola Inter Milan untuk bersabar dan tetap mendukung serta mendoakan hasil yang terbaik untuk klub bola tersebut.

Data tersebut merupakan konstruksi klausa yang diawali oleh predikat2 yakni Masih Percaya yang merupakan frasa verbal. Masih merupakan adverbial dari predikat Percaya. Fungsi pelengkap yakni (kepada) Ranieri yang berupa nomina melengkapi klausa terikat tersebut.. Oleh karena itu, konstruksi tersebut merupakan anak kalimat.

Setelah konstruksi anak kalimat yang diakhiri dengan tanda “,” tersebut, terdapat fungsi subjek yakni Moratti yang berupa nomina. Dari fungsi subjek, diikuti dengan predikat1 yakni Minta berupa verba. Yang terakhir ditutup oleh objek yakni Fans Bersabar yang berupa klausa verbal intransitif. Dalam fungsi objek itu sendiri terdiri dari subjek yakni Fans dan fungsi predikat yakni Bersabar. Jadi, data tersebut memiliki fungsi P2–Ket, S–P1–O.

Berdasarkan struktur klausa, kalimat tersebut memiliki struktur klausa Lengkap yang ada pada induk kalimat. Kalimat tersebut terdiri dari satu klausa

kepada So Po . Masih Percaya Ranieri, Moratti Minta Fans Bersabar

P2 Pel S P1 (untuk) O (untuk)

1) Moratti Minta Fans Bersabar  klausa bebas

S P1 O (kepada)

2) Moratti Masih Percaya Ranieri  klausa terikat

(12)

lengkap pada induk kalimat atau klausa bebas yakni Moratti Minta Fans Bersabar yang merupakan Kalimat Majemuk Bertingkat dan satu klausa tidak lengkap yang menjadi anak kalimat atau klausa terikat yakni Masih Percaya Ranieri. Klausa terikat tersebut mengalami pelesapan subjek. Subjek ada pada induk kalimat. Berdasarkan jumlah klausa yang telah diuraikan tersebut, kalimat judul tersebut merupakan Kalimat Bersusun karena memiliki dua klausa. Data tersebut terbentuk dari kombinasi Kalimat Bersusun dan Majemuk Bertingkat. Oleh karena itu, data tersebut termasuk dalam kalimat Campuran/Kombinasi.

Contoh Kalimat Majemuk Setara

Robben Dikritik, Mueller Membela (de.tk/ABkSv)

Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 00:30 WIB dan merupakan kalimat judul sebuah artikel yang berisi berita tentang Arjen Robben, pesepak bola asal klub Bayern Munich. Robben sering dikritik sebagai pemain yang egois dan individualis, salah satunya oleh Franz Beckenbauer, pesepak bola legenda Bayern dan timnas Jerman. Akan tetapi, Thomas Mueller, rekan setim Robben, membela rekan setimnya itu karena tidak sependapat dengan Franz Beckenbauer.

Data tersebut merupakan konstruksi klausa yang diawali dengan dengan Robben yang berkelas kata nomina sebagai subjek1 dan Dikritik yang berkelas kata verba sebagai predikat1. Konstruksi kedua setelah “,” diawali dengan Mueller yang berkelas kata nomina sebagai subjek2 dan Membela yang berkelas kata verba sebagai predikat2.Jadi, kalimat tersebut memiliki fungsi S1 – P1 , S2 – P2.

Berdasarkan struktur klausa, data tersebut mempunyai struktur dua klausa Lengkap. Berdasarkan jumlah klausanya, pola kalimat judul tersebut merupakan Kalimat Majemuk Setara karena terdiri dari dua klausa.

Robben Dikritik, Mueller Membela merupakan kalimat yang diderivasi dari Ketika Robben Dikritik, Mueller Membela dengan jalan melesapkan konjungsi yang ada pada awal kalimat yakni Ketika atau konjungsi setara lainnya. (lihat Lapoliwa, 1990: 53).

Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat

Robben Dikritik, Mueller Membela

(13)

Silva: The Gunners Bukan Cuma Van Persie (de.tk/uw5TE)

Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 00:15 WIB. Data tersebut merupakan kalimat judul dari sebuah artikel yang memberitakan Thiago Silva, pesepak bola asal klub AC Milan, Brasil. Silva berpendapat bahwa The Gunners, julukan untuk klub bola Arsenal, memiliki banyak pemain yang sangat bagus. Tidak hanya pesepak bola Robin van Persie, Arsenal memiliki banyak sekali pemain lainnya yang perlu diwaspadai sebagai lawan dari AC Milan.

Data tersebut memiliki fungsi yang diawali dengan subjek Silva kemudian diikuti oleh predikat yang ditandai dengan tanda baca “:”. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (60: 2005), salah satu pemakaian tanda titik dua (:) adalah dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Dalam hal ini, tanda titik dua dipakai dengan fungsi yang sama seperti teks drama yang dijelaskan tersebut. Namun, ujaran atau percakapan yang biasanya diapit oleh tanda petik dua (“) tidak ditulis. Hal tersebut dilakukan dalam tujuan memenuhi prinsip hemat dalam bahasa jurnalistik terutama dalam pembentukan kalimat judul. Dapat dikatakan bahwa tanda titik dua dapat menggantikan frasa

mengatakan atau berkata bahwa dan sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui ketika peneliti atau pembaca berita membaca keseluruhan artikel bahwa maksud dari data tersebut adalah mengemukakan ujaran/pendapat/perkataan yang dilakukan pengujar/pelaku yang menjadi subjek di awal kalimat.

Setelah tanda titik dua yang menjadi fungsi predikat, konstruksi kalimat judul tersebut diakhiri dengan objek yakni The Gunners Bukan Cuma Van Persie yang merupakan sebuah klausa. Fungsi objek itu sendiri memiliki fungsi The Gunners sebagai subjek2 kemudian Bukan Cuma sebagai predikat2 dan Van Persie sebagai pelengkap. Jadi, data tersebut memiliki fungsi S – P – O dengan O di dalamnya memiliki fungsi S2 – P2 – Pel.

Melalui uraian tersebut, apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, data tersebut terdiri dari dua klausa Lengkap. Penanda lengkap atau tidaknya sebuah klausa ditentukan oleh terpenuhinya fungsi subjek dan predikat (S+P). Klausa yang merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya S1 P1 O O

Silva : The Gunners Bukan Cuma Van Persie S2 P2 Pel

(14)

memiliki fungsi tersebut juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.Berdasarkan jumlah klausanya, data tersebut merupakan kalimat Majemuk Bertingkat.

Contoh Kalimat Bersusun

Boateng Bersinar Lagi Berkat Jauhi Dugem (de.tk/YhhT3)

Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 14:31 WIB. Data tersebut merupakan judul berita yang berisi tentang pesepak bola asal London, Inggris, bernama Kevin Prince Boateng. Ia sempat mengalami masa-masa redup sinarnya. Kini ia bersinar lagi bersama pesepak bola asal klub AC Milan di Italia. Itu terjadi setelah Boateng tidak lagi menjadi bergelut dalam dunia malam (dugem: dunia gemerlap). Dalam prosesnya, ia mendapatkan pencerahan dan bertekad menjauhi dugem dan lebih memanfaatkan waktunya untuk berkonsentrasi kepada sepakbola. Itulah momen titik balik untuknya.

Data tersebut terdiri dari konstruksi yang diawali dengan fungsi subjek yakni Boateng dan diikuti dengan fungsi predikat yakni Bersinar Lagi dan diakhiri dengan fungsi keterangan Berkat Jauhi Dugem yang di dalam fungsi keterangan tersebut memiliki fungsi (Konj) – P – O dengan Berkat sebagai konjungsi, kemudian Jauhi sebagai predikat dan Dugem sebagai objek. Jadi, kalimat judul tersebut memiliki fungsi S – P – Ket.

Melalui uraian tersebut, dapat diketahui bahwa data tersebut yang apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, terdiri dari satu klausa Lengkap. Namun, karena data tersebut dihubungkan secara fungsional, antara Boateng Bersinar Lagi dan Jauhi Dugem, dengan konjungsi Berkat, menjadikan data tersebut sebuah konstruksi Kalimat Bersusun.

Contoh Kalimat Tunggal

Tevez Sudah Ada di Manchester Lagi (de.tk/WE7U8)

Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 01:23 WIB. Data tersebut merupakan judul dari sebuah artikel yang berisi berita tentang seorang pemain bola bernama Carlos Tevez. Ia terlibat "perang dingin" dengan klub bola serta manajernya yang bernama Roberto Mancini selama kurang lebih enam bulan. Pada

Boateng Bersinar Lagi Berkat Jauhi Dugem S P Ket

(15)

akhirnya Tevez memutuskan untuk berdamai. Setelah perdamaian tersebut, Tevez akhirnya kembali bermain bersama klub bola yang berasal dari Kota Manchester yang sekaligus menjadi nama klub itu sendiri, Manchester City.

Berdasarkan pembagian fungsinya, data tersebut merupakan konstruksi kalimat yang terbentuk dengan diawali fungsi subjek. Subjek umumnya ditandai dengan kata benda sebagai bagian dari yang diterangkan. Subjek pada data tersebut adalah Tevez yang berkelas kata nomina (N).

Setelah fungsi subjek, data tersebut diikuti oleh fungsi predikat. Predikat, sebagai bagian yang dinyatakan, umumnya berwujud kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), angka (numeralia), pronomina, dan frasa preposisional. Dalam data tersebut, predikat ditandai oleh Sudah Ada Lagi yang berupa frasa verbal intransitif (Adv+V+Adv).

Sudah merupakan adverbia modalitas (lihat Lapoliwa, 1990: 49-53 dan Samsuri, 1985: 254-255). Lagi dalam data tersebut terpisah dengan predikat Sudah Ada dan terletak setelah fungsi keterangan. Akan tetapi, Lagi tetap menjadi satu kesatuan predikat karena merupakan adverbia yang melengkapi verba Ada dalam konstruksi kalimat judul tersebut.

Fungsi keterangan sebagai bagian yang menjelaskan fungsi subjek/predikat. Keterangan dalam data tersebut ditandai oleh di Manchester yang berupa frasa preposisional (Prep+N) dan berperan sebagai keterangan tempat sebagai informasi yang menjelaskan tentang keberadaan pesepak bola bernama Carlos Tevez.

Konstruksi tersebut memiliki pola pembentukan klausa verbal aktif intransitif yang ditunjukkan pada Sudah Ada Lagi sebagai predikat verbal yang tidak memiliki objek. Jadi, kalimat judul tersebut memiliki fungsi S – P – Ket.

Melalui uraian tersebut, apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, data tersebut terdiri dari satu klausa. Penanda lengkap atau tidaknya sebuah klausa ditentukan oleh terpenuhinya fungsi subjek dan predikat (S+P). Klausa yang merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya memiliki fungsi tersebut juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Dapat disimpulkan bahwa data tersebut merupakan Kalimat Lengkap.

Tevez Sudah Ada di Manchester Lagi S P Ket P

(16)

Terpenuhinya fungsi subjek dan predikat dalam kalimat, sebenarnya tidak hanya menandai kelengkapan dari sebuah klausa, tetapi juga struktur klausanya. Oleh karena itu, berdasarkan jumlah klausanya, data tersebut merupakan Kalimat Tunggal karena terdiri dari satu klausa lengkap.

4. KESIMPULAN

Dalam data ditemukan kalimat-kalimat yang tidak memiliki salah satu fungsi sintaksis, khususnya subjek dan predikat. Hal tersebut menyebabkan proses analisis gatra atau fungsi sintaktis sulit dilakukan, jika peneliti tidak menelaah keseluruhan wacana hingga badan berita, untuk memastikan maksud kepala berita yang sebenarnya penulis berita maksud. Ada pula kalimat dengan deret verba yang turut mempersulit proses analisis fungsi yang kemudian akan masuk ke klasifikasi jenis kalimat. Analisis harus ditelaah dengan teliti karena korpus merupakan bahasa jurnalistik yang sarat dengan ekonomi bahasa. Dengan prinsip ekonomi bahasa, analisis harus tajam dengan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan pelesapan salah satu konstruksi (fungsi/kelas kata) dalam sebuah data. Fungsi yang beragam dan begitu kompleks karena sebagai sebuah judul berita yang setidaknya memuat isi berita secara ringkas, judul berita dituntut untuk mewakili setiap jadi kalimatnya bertumpuk, bersusun, dengan tujuan mewakili setiap bagian dari sebuah artikel berita tetapi tetap dalam kalimat yang tidak memiliki banyak kata.

Dari hasil yang ditemukan peneliti tersebut, terdapat ketidaksesuaian antara konsep yang dikemukakan Kridalaksana mengenai judul dan data yang ditemukan. Ini membuktikan bahwa bahasa bersifat elastis dan manasuka. Bahasa mengikuti perkembangan zaman. Pada saat Kridalaksana mengemukakan konsep mengenai kalimat, media elektronik seperti internet

belum berkembang pesat sehingga konsepnya pun terbatas. Pada era saat ini ketika jurnalis tidak lagi dibatasi oleh ruang, konsep yang dikemukakan oleh Kridalaksana tidak lagi sesuai. Oleh karena itu, diperlukan konsep terbaru mengenai kalimat judul terutama dalam ranah media on line sehingga para jurnalis tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai dengan perkembangan media yang mewadahinya. Baik dan benar sesuai dengan konsep jurnalistik serta konsep bahasa secara seimbang. Memanfaatkan ruang yang dipakai dalam media on line yang berbeda dengan media cetak, tetapi juga tetap setia dalam konsep jurnalisme pada umumnya serta konsep bahasa yang baik dan benar.

(17)

Saran

Jurnalis harus mempertimbangkan pembentukan kalimat judul yang menjadi konstruksi awal dalam sebuah artikel karena ketertarikan khalayak pembaca yang diawali oleh bagaimana judul sanggup membuat pembaca ingin melanjutkan ke bagian badan berita. Pembentukan kalimat, terutama judul, juga akan memengaruhi kebiasaan masyarakat pembacanya dengan gaya dan pemahaman kalimat yang dibentuk oleh penulis berita. Besarnya pengaruh dari peran jurnalis sebagai pelestari bahasa dalam suatu masyarakat inilah yang seharusnya dipertahankan. Sudah menjadi hal yang wajib bahwa jurnalis andil dalam perkembangan bahasa dalam suatu masyarakat, terutama Indonesia. Oleh karena itu, dalam membentuk kalimat, terutama judul, sebaiknya penulis berita lebih berkreasi, teliti, dan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Karena penelitian ini merupakan penelitian yang terbatas dalam waktu dan korpus, peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang menganalisis pembentukan kalimat judul berita dalam bidang olahraga pada media-media elektronik, online, maupun cetak. Ada pula saran yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya yakni adanya keterbatasan penelitian ini hanya pada bagian fungsi sintaksis, sedangkan dalam wacana berita dapat pula dianalisis dalam ilmu linguistik lainnya seperti analisis wacana, terutama tentang konteks dan kohesi dalam judul portal berita dalam jaringan.

KEPUSTAKAAN

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 1978. Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah. __________. 1980. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

__________________. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

__________________. 2002. Struktur, Katégori, dan Fungsi dalam Téori Sintaksis. Jakarta: Unika Atmajaya.

__________________, dkk. 1999. Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Lapoliwa, Hans. 1990. Klausa Pemerlengkapan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Lyons, John. 1971. An Introduction to Theoretical Linguistics. London: Cambidge University Press.

__________. 1982. Language and Linguistics. London: Cambridge University Press. __________. 1970. New Horizon in Linguistics. Great Britain: Penguin Books. Penerbit Kanisius.

(18)

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Ramlan, M. 1986. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

_________. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Salim, Peter dan Yenny Salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press Jakarta.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sudaryanto. 1995. Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater.

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tim Penyusun Kamus. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Verhaar, J, W, M. 1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumber Data

http://www.twitter.com/detikcom

(19)
(20)

Gambar

Gambar 1  Sintaksis

Referensi

Dokumen terkait

Analisis fluktuasi produksi padi pada penelitian ini dilakukan dengan cara pemetaan area persawahan musim panen kemudian digabungkan (overlay) dengan peta ancaman

• 16” Alloy Wheel • Fog Lamp • Front, Side & Rear Sporty Aero Kit • Black Color Side Molding • Roof Rail • Turning Lamp on Door Mirror • Rear View Camera •

bebas DPPH menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH tertinggi ialah pada crude extract dengan konsentrasi 0,0904 mg/mL, sedangkan untuk ekstrak hasil

 Masukan bagi guru dan calon guru Penjas sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan Metode Distributed Practice dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 3 Karamat dengan saran penelitian ini sebagai berikut:

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan shortening dan GMS terhadap karakteristik fisik yang meliputi tingkat hardness, springiness,

Sedangkan pada pekerja kasar, meskipun mempunyai kebiasaan merokok, namun karena disertai aktivitas yang tinggi maka pembakaran kolesterol tinggi pula, sehingga kadarnya

Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sisten lensa, dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata(organ visus) yang terdiri dari organ okuli assoria(alat bantu mata)