KABUPATEN KEBUMEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana keperawatan
Disusun Oleh
ANGGA SATRIA PRIANDIKA
A11100707
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PROSEDUR CUCI
TANGAN PERAWAT DAN PENGGUNAAN
SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN
PHLEBITIS
DI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KABUPATEN KEBUMEN
Dipersiapkan dan disusun oleh :
ANGGA SATRIA PRIANDIKA
NIM : A11100707
Telah disetujui dan dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
untuk diujikan Pada Tanggal 9 Juli 2015
Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Ery Purwanti, M. Sc Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
CORRELATION BETWEEN NURSE HAND WASHING PROCEDURE COMPLIANCE AND USE OF GLOVES WITH INCIDENCE OF PHLEBITIS IN Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN REGIONAL HOSPITAL
Abstrack
Background: Phlebitis is one infection caused by intravenous therapy. There are several factors the occurrence of plebitis i.e. the implementation procedure of the correct hand washing and the use of gloves before action. Compliance of nurses in performing actions appropriate hand washing procedures and the use of gloves is not fully done well and properly in accordance with Standard Operational procedures.
Objective: to find correlation between nurse hand washing procedure compliance and use gloves with phlebitis accident.
Methods: the study used analitic correlative with cross-sectional approach. Sample 25 nurse at Emergency Room and 25 patients had been infused in Emergency Room. The statistical tesed used spearman test.
Result: found that 20 % haven’t a compliance nurse of hand washing, the number 76% used gloves, the incidence of phlebitis is 44%. Showed a significant relationship between compliance nurse of hand washing procedure and incidence of phlebitis (p= 0,026), and there is a significant between use gloves and incidence of phlebitis (p=0,001). ( 0.05).
Conclusion: There is a correlation between compliance with hand washing procedures phlebitis occurrences, there is a relationship between the use of gloves with the incidence of phlebitis.
Advice: to all nurse to increase compliance of hand washing procedure and use gloves to decrease incidence of phlebitis.
Hubungan Antara Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan Perawat dan Penggunaan Sarung Tangan dengan Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. Soedirman Kebumen Tahhun 2015
Abstrak
Latarbelakang : Phlebitis adalah salah satu infeksi yang disebabkan oleh terapi infus. ada beberapa faktor terjadinya plebitis yaitu pelaksanaan prosedur cuci tangan yang benar dan penggunaan sarung tangan sebelum tindakan. Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan cuci tangan sesuai prosedur dan penggunaan sarung tangan belum sepenuhnya dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan Standar Operasional prosedur.
Tujuan : Peneliti adalah mengetahui hubungan kepatuhan prosedur cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dengan kejadian plebitis.
Metode : Jenis penelitian menggunakan desain analitic - corelational dengan pendekatan cross – sectional menggunakan desain observasional. Jumlah sampel sebanyak 25 perawat IGD dan 25 pasien yang terpasang infus oleh perawat di IGD, kemudian dianalisa dengan uji rho.
Hasil : Sebanyak 20% perawat tidak patuh melaksanakan cuci tangan sesuai prosedur, angka penggunaan sarung tangan sebanyak 76%, angka kejadian plebitis 44%. Hasil analisis lanjut menunjukan ada hubungan antara kepatuhan pelaksanaan cuci tangan sesuai prosedur dengan kejadian plebitis (p=0,026), dan ada hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian plebitis (p=0,001). (p<0,05).
Kesimpulan: Ada hubungan antara kepatuhan prosedur cuci tangan dengan kejadian phlebitis, ada hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian phlebitis.
Saran agar perawat meningkatkan kepatuhan cuci tangan sesuai prosedur dan penggunaan sarung tangan sehingga kejadian phlebitis dapat menurun.
Kata kunci : kepatuhan, cuci tangan, sarung tangan, phlebitis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridhoNya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan dan Penggunaan Sarung Tangan dengan Kejadian Plebitis di RSUD Dr. Soedirman Kabupaten Kebumen”.
Pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan doa semua pihak yang
telah ikhlas memberikannya. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Orang tua Bapak (alm) Sarnen, Ibu Suwarti, kakak Anggit Radityo, dan Adik
Anggi Apriandanu yang telah memberikan dukungan dan doa serta menjadi
penyemangat dan inspirasi kepada peneliti supaya diberi kemudahan dalam
menyelesaikan studi di program ilmu keperawatan STIKES muhammadiyah
gombong.
2. Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong atas segala fasilitas, sarana, dan
prasarana yang diberikan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan
skripsi ini.
3. Isma Yuniar, M. Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah gombong sekaligus koordinator skripsi.
4. Ery Purwanti, M. Sc selaku pembimbing 1 yang dengan sabar telah bayak
memberikan dukungan, saran serta pengeraahan Kepada peneliti.
5. Nurlaila, S, Kep. Ns, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan dukungan,
saran dan arahan kepada peneliti.
6. Kepala Badan Keperawatan dan Kepala Diklat RSUD dr. Soedirman
Kebumen beserta staf, serta para senior yang telah banyak memberikan
bantuan selama pelaksanaan penelitian.
7. Rekan – rekan satu perjuangan angkatan 2009 yang bersama – sama saling
iii
8. Semua pihak yang ttidak memungkinkan untuk penulis sebut satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembang
imlu keperawatan.
Kebumen, Juni 2015
iv
HALAMAN PERYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya ajukan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinnggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Gombong, April 14, 2015
v
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PROSEDUR CUCI
TANGAN PERAWAT DAN PENGGUNAAN
SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN
PHLEBITIS
DI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KABUPATEN KEBUMEN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :Nama : Angga Satria Priandika
NIM : A11100707
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada :
Hari :
Tanggal :
Susunan Dewan Penguji
1. H. Marsito, M. Kep., Sp.Kom (Penguji I)………...
2. Ery Purwanti, M. Sc (Penguji II)……….
3. Nurlaila, M. Kep (Penguji III)………
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Muhammadiyah gombong
vi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERYATAAN ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Plebitis ... 9
BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian ... 35
B. Populasi dan Sampel ... 35
C. Definisi Operasional... 38
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
vii
F. Istrumen Penelitian... 42 G. Pengolahan dan Analisa Data... 43 H. Validasi dan Reabilitas Instrumen ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 48 B. Pembahasan ... 51 C. Keterbatasan Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 Daftar Pustaka
viii
DAFTAR TABEL
Tabel : 2.1 Kriteria Klinis Phlebitis ... 14
Tabel : 2.2 Skala visual Phlebitis ... 14
Tabel : 2.3 Jenis-Jenis APD dan Penggunaan ... 16
Tabel : 3.1 Definisi Operasional ... 38
Tabel : 4.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Sesuai Prosedur di RSUD Dr. Soedirman Kebumen (N=25) ... 49
Tabel : 4.2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Sarng Tangan di IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen (25) ... 49
Tabel : 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Phlebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Soedirman Kebumen ... 50
Tabel : 4.4 Analisa Hubungan Kepatuhan Prosedur Cuci TAngan Perawat dengan Kejadian Phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen... 50
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan : 2.4 Kerangka Teori ... 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak mendapatkan keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit”. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan tentang pencegahan infeksi nosokomial di
lingkungan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Peraturan itu
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi
atau PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan
Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan.
Berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, standar kejadian
infeksi nososkomial di rumah sakit sebesar ≤ 1, 5 %. Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial menjadi salah satu pedoman mutu pelayanan
rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena
tingginya angka kejadian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).
Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi
nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di
seluruh dunia (WHO, 2005). Penyakit infeksi ini menempati posisi
pembunuh keempat di Amerika Serikat setiap tahun terdapat 20.000
kematian akibat infeksi nosokomial. Kejadian infeksi nosokomial di
Malaysia sebesar 12,7 % (Marwoto, 2007).
Infeksi nosokomial tejadi karena transmisi mikroba pathogen yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit merupakan salah satu penyebab
lingkungan. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di
lingkungan rumah sakit seperti udara, rantai , dan benda – benda medis
dan non medis lainnya (Darmadi, 2008). Penularan infeksi ini melalui
tangan dari petugas kesehatan maupun personal petugas lainnya kepada
pasien. Infeksi nosokomial jika tidak tertangani dengan benar akan
menjadi infeksi sekunder dan bisa menjadi infeksi yang serius bagi pasien
bahkan resiko ekstrim yaitu kematian. Rumah sakit akan menjadi
kontributor bagi penurunan ketahanan tubuh pada pasien, bila hal ini
masih terjadi ( Walin, 2005).
Infeksi nosokomial masih menjadi masalah utama dunia. Kejadian infeksi ini menyebabkan length of stay (LOS), mortalitas dan health care cost
meningkat. Transmisinya sendiri melalui 3 cara, yaitu: flora transien dan
residen dari kulit pasien itu sendiri, flora dari petugas kesehatan ke pasien,
dan flora dari lingkungan rumah sakit. Petugas kesehatan mempunyai peran
besar dalam rantai transmisi infeksi ini. Cuci tangan menjadi salah satu
langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga
insidensi infeksi nosokomial dapat berkurang. Menurut data Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan
adalah 23,2%.
Penerapan pengendalian dan pencegahan infeksi yang sesuai
standar terdapat beberapa komponen utama: mencuci tangan, sarung
tangan, desinfeksi, sterilisasi, masker, kaca mata, baju pelindung, alas
kaki, pengelolaan jarum suntik dan alat tajam, kebersihan lingkungan,
penempatan pasien, linen, resusitasi pasien (Depkes, 2007).
Cuci tangan dengan benar adalah salah satu cara untuk mengurangi
transmisi infeksi nosokomial. Menurut Sumurti (2008), cuci tangan
dilakukan bertujuan untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di
tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,
melindungi diri dan pasien serta pengunjung dan lingkungan . Prosedur
prosedur aseptik, setelah terkena cairan, setelah kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan lingkungan (WHO, 2009).
Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) adalah cara yang kedua yang
akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh
mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh.
Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan
suatu lingkungan bebas infeksi (Tietjen, 2004).
Hasil survey tim Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar didapatkan data 144
kejadian infeksi nosokomial selama tahun 2011. Di Instalasi Rawat Inap D
terjadi 33 kejadian infeksi nosokomial, dimana 30 kejadian phlebitis dan 3
kejadian dekubitus. Penyebab dari terjadinya infeksi phlebitis bisa
disebabkan oleh hygiene petugas dan penunggu pasien yang kurang
melakukan cuci tangan dengan benar (Lindayati, 2012).
Kegiatan program cuci tangan yang telah diamati di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai
saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal
ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi
rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini.
(Perdalin,2010).
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul (2009)
tentang gambaran perilaku cuci tangan perawat selama pelaksanaan
tindakan keperawatan di ruang Asy- Syfah bangsal penyakit dalam RSI
Amal Sehat Sragen, menunjukan hasil pelaksanaan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan masih sangat rendah yaitu (33,33%), dengan hasil
dari cuci tangan sebelum melakukan tindakan keperawatan yaitu (8,3%)
Studi yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta
yakni RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, angka kejadian infeksi nosokomial
tahun 2005 di rumah sakit ini sebesar 7,95 % (Agus, 2007). Data dari
RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri yang merupakan rumah sakit
rujukan di Makassar menyebutkan bahwa kejadian infeksi nosokomial
pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 %. Untuk jenis infeksi
nosokomial yang terbanyak diderita adalah jenis Plebitis sebesar 5,20 %
pada bulan Januari-Juni di tahun 2009.
Phlebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh
mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di
rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul
sekurang-kurangnya 3x24 jam, dan kejadian phlebitis menjadi indikator mutu
pelayanan minimal rumah sakit dengan standar kejadian ≤1,5% (Depkes RI,
2008). Phlebitis didefinisikan sebagai peradangan pada dinding pembuluh
darah balik atau vena (Darmadi, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Tri Hartini yang berjudul
“hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima
Momen dengan Kajadian Plebitis di RSI Kendal pada tahun 2014 dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2013 dari
peneliti sebelumnya adalah terhadap 10 orang perawat didapat 8 orang
perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai momen, dan 2
orang perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai langkah yang
benar menunjukan hasil adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan
kejadian plebitis yaitu (79,4%).
Penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang hubungan penerapan
kewaspadaan standar dengan kejadian infeksi karena jarum infus (plebitis) di
Irna Non Bedah RSUP Dr. M Djamil dengan menghubungkan masing –
masing variabel di antaranya hubungan perawat cuci tangan sebelum dan
sesudah pemasangan infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil bahwa
proporsi perawat cuci tangan tidak sesuai prosedur banyak terjadi kejadian
yaitu (22,2%). Variabel selanjutnya hubungan perawat memakai sarung
tangan sebelum pemasangan infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil
bahwa proporsi perawat memakai sarung tangan tidak sesuai prosedur banyak
terjadi kejadian plebitis yaitu (81,8%), disbanding dengan yang memakai
sarung tangan sesuai prosedur (23,3%).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Soedirman
Kebumen pada tanggal 24 Februari tahun 2015 di IGD pada pukul 09.00
WIB dapatkan data untuk tingkat pengetahuan dan demostrasi perawat
tentang prosedur cuci tangan rata – rata 81 % dari jumlah perawat di IGD
sebanyak 25 orang, fasilitas handrub baru 4 titik di karenakan bagian IGD
baru melakukan relokasi ke rumah sakit baru. Rata – rata kepatuhan
karena kesadaran prosedur cuci tangan perawat masih rendah pada tahap
prainteraksi menimbulkan beberapa munculnya infeksi nosokomial salah
satunya adalah phlebitis. Berdasarkan data yang diperoleh dari badan PPI
(Pengendalian dan Pencegahan Infeksi) RSUD Dr. Soedirman Kebumen
dari tanggal 22 september 2014 sampai 18 oktober 2014 yaitu 5,2 % jauh
di standar rumah sakit yaitu 3 %, dengan jumlah sampel sebanyak 2931. Kepatuhan cuci tangan pada perawat di IGD saat pra interaksi adalah
55,90%. Kepatuhan penggunaan sarung tangan sebelum tindakan medis
berupa pemasangan infus tinggi yaitu 100 %, di tandai dengan seluruh
perawat di IGD Dr. Soedirman yang berjumlah 25 orang menggunakan
sarung tangan bersih.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Adakah hubungan tentang kepatuhan prosedur cuci tangan dengan
kejadian phlebitis di RSUD Soedirman
2. Adakah hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian
phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara kepatuhan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan
dengan kejadian phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui kepatuhan cuci tangan perawat RSUD Dr. Soedirman
Kebumen
b. Mengetahui kepatuhan penggunaan sarung tangan sebelum
tindakan medis di RSUD Dr. Soedirman
c. Mengetahui kejadian phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen
d. Mengetahui hubungan kepatuhan prosedur cuci tangan perawat
dengan kejadian phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen
e. Mengetahui hubungan penggunaan sarung tangan sebelum
melakukan tindakan dengan kejadian phlebitis di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk mengidentifikasi
penggunaan prinsip 5 momen 6 langkah saat melakukan cuci tangan
dengan benar serta penggunaan sarung tangan yang sesuai agar dapat
mengendalikan infeksi nosokomial serta penggunaan sarung tangan
septik aseptik, dan menjadi salah satu menjamin keselamatan pasien
(patient safety).
2. Bagi pendidik keperawatan
Sebagai bahan masukan pengembang dan keterampilan yang berharga
bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang
diperoleh untuk penelitian mendatang. Selain itu juga menyediakan
informasi mengenai penggunaan prinsip 5 momen dan 6 langkah cuci
serta penggunaan sarung tangan dalam pengendalian infeksi
nosokomial.
3. Bagi penelitian keperawatan
Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan informasi bagi peneliti
keperawatan sehingga memunculkan ide baru bagi peneliti selanjutnya.
E. Keaslian penelitian
1. Penelitian ini sudah dilakukan oleh Pristianti (2011) tentang “Faktor –
Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Perawat untuk Melakukan Tindakan
Cuci Tangan Sebelum Melkakukan tindakan di Bangsal Ahmad
Dahlan dan Salamah RS PKU Muhammadiyah Sruweng”. Tujuan
mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakpatuhan perawat untuk
melakukan tinakan cuci tangan sebelum tindakan. Dengan jumlah
sampel 34 responden. Dengan metode cross sectional dengan
pendekatan analitik korelasi. Pengambilan sampel menggunakaan
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan faktor-faktor
yang mempengaruhi ketidakpatuhan perawat untuk melakukan
tindakan cuci tangan sebelum tindakan adalah faktor pengetahuan
dengan p value 0,003. Partisipasi dengan p value 0,000, faktor sarana
0,002, faktor aktivitas p value 0,008.
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan tentang perilaku cuci
tangan. Perbedaan : tempat, waktu dan variabel penelitian serta
2. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Nurma Irawati tentang “Gambaran Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang TIdak Sesuai SOP Terhadap Kejadian Plebitis Di RSUD dr. Soediran Sumarso Kabupaten Wonogiri”. Penelitian jenis kuantitatif dengan pendekatan fenomenologis deskriptif untuk memperoleh informasi yang spesifik
mengenali nilai, opini, perilaku, dan konteks social menurut
keterangan populasi. Analisa data menggunakan metode Colaizzi.
Sampel penelitian adalah 5 partisipan perawat pelaksana rawat inap
dan pasien yang terpasang infus di RSUD dr. Soediran Sumarso
Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian menujukan bahwa terdapat
gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP dapat
mempengaruhi kejadian plebitis di bangsal RSUD dr. Soediran
Sumarso Kabuoaten Wonogiri. Kesimpulan: pemasangan infus yang
tidak sesuai SOP dapat mempengaruhi kejadian plebitis di bangsal
kenanga RSUD dr. Soediran Sumarso Kabuoaten Wonogiri.
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat, pemadangan infus dan
kejadian plebitis. Perbedaan : tempat, waktu dan variabel penelitian
serta metode penelitian yang di pakai
3. Dari penelitian yang udah dilakukan oleh Wayunah (2011) tentang “
Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Dengan
Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan Pasien di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Daerah Kabupaten Indramayu” dengan jenis penelitian
analitic correlation dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 65 perawat pelaksana dan 65 pasien yang dipasang infus oleh
perawat rawat inap. Hasil analisis lanjut menunjukan ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus
dengan kejadian plebitis (p=0,000), dan ada hubungan yang signifikan
antara penetahuan perawat tentang terapi infus dengan kenyamanan
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan klien. Perbedaan :
tempat, waktu dan variabel penelitian serta metode penelitian yang di
pakai
4. Penelitian yang dilakukan oleh Emilyasna (2012) tentang hubungan
penerapan kewaspadaan standar dengan kejadian infeksi karena jarum
infus (plebitis) di Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil dengan jumlah
sampel 41 perawat dan 41 pasien ,menggunakan metode croos sectional
dengan lembar observasi, menunjukan hasil bahwa proporsi perawat cuci
tangan tidak sesuai prosedur yaitu 34,4%. Kejadian phlebitis 39,0%,
penggunaan sarung tangan 26,8%. Ada hubungan perawat cuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan pemasangan infus dengan kejadian
phlebitis (p=0,006), ada hubungan perawat memakai sarung tangan
sebelum pemasangan infus dengan kejadian phlebitis (p=0,001)
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan klien. Perbedaan :
tempat, waktu dan variabel penelitian serta metode penelitian yang di
pakai
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ari Mulyani dan Tri Hartini (2014)
yang berjudul “hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam
Langkah Lima Momen dengan Kajadian Plebitis di RSI Kendal pada
tahun 2014 dengan jumlah sampel 55 perawat pelaksanan ruang inap anak
dan dewasa dengan total populasi 630 pasien dengan teknik purposive
sampling sebanyak 63 pasien, menunjukan hasil adanya hubungan yang
bermakna antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam
langkah lima momen dengan kejadian plebitis yaitu 79,4% (p=0,031).
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan klien. Perbedaan :
tempat, waktu dan variabel penelitian serta metode penelitian yang di
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Jakarta, Kompas Media Nusantara, p 228-248.
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Karya.
Azwar, S, (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar.
Chambell L. (1998). Clinical IV-Related phlebitis, complication and of hospital stay:1. British Journal of Nursing. Diakses 30 juni, 2011
Darmadi, S, (2008). Infeksi Nosokomial Problematika & Pengendaliannya. Jakarta: salemba Medika
Darmawan, I. Plebitis, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?;2008.http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id= 68&lang=id diunduh tanggal 1 februari 2015.
Daughtery, L. (2008). Peripheral Canulation. Nursing standart, 59-56
Emilyasna, dkk, (2012). Hubungan Penerapan Standar Dengan Kejadian Infeksi Karena Jarum Infus (Phlebitis) di IRNA Non Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal,
Irawati, Nurma, (2014), Gambaran Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang Tidak Sesuai SOP Terhadap Kejadian Plebitis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. STIKES Kusuma Husada. Skripsi
Marwoto, Agus. (2007) Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di ruang IRNA 1 RSUP dr. Sadjito, Yogyakarta. Irc-kmpk.ugm.ac.id. Jurnal.
Mulyani, Dwi Ari, dkk. (2013). Hubungan Kepatuhan Dalam Cuci Tamgam Enam Langkah Lima Momen Dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal. Jurnal.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Potter & Perry. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Pristianti, Ika Yuli (2011), Faktor – Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Perawat Untuk Melakukan Tindakan Cuci Tangan Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan di Bangsal Ahmad Dahlan dan Salamah di RS PKU Muh Sruweng, keperawatan, kebumen, skripsi
Rohani dan Hingawati setio. (2010). Panduan Praktik Keperawatan Nosokomial. Yogyakarta : PT Citra Parama
Santjaka, A (2011). Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika
Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Penerbit alfabeta
Susiati, (2008). Keterampilan Keperawatan Dasar, Paket 1, Erlangga Medical Series, Jakarta
Suarli, S & Bachtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta : Erlanggga
Trianiza, Efi, (2013). Faktor –Faktor Penyebab Kejadian Phlebitis Di Ruang Rawat Inap RSUD Cengkareng. Tesis.
Yang bertandatangan dibawah ini saya:
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian “ Hubungan Penggunaan Sarung Tangan dan Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Dengan Kejadian Plebitis di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Adapun kesediaan saya ini adalah ;
1. Bersedia untuk di observasi tetang tanda – tanda plebitis
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya tentang apa yang di
rasakan saat sesuai dengan lembar observasi /
Keikutsertaan daya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat digunakan sebagainmana
mestinya.
Kebumen, 2015
Mengetahui
Peneliti yang membuat pernyataan
Kepada Yth,
Bapak / Ibu
Ditempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa tingkat 4 jurusan S1 keperawatan, STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG angkatan 201, bahwa saya :
Nama : Angga Satria Priandika
NIM : A11107007
Akan mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA
PENGGUNAAN SARUNG TANGAN dan TINGKAT KEPATUHAN
PROSEDUR CUCI TANGAN PERAWAT DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI
RSUD Dr. SOEDIRMAN KABUPATEN KEBUMEN” sehubung dengan hal tersebut mohon kesediaaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden. Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak memberikan konsekuensi atau akibat apapun dari saudara, serta data
yang diterima oleh peneliti dijamin kerahasiaannya. Informasi yang saudara
berikan hanya digunakan untuk pengembangan pendidikan keperawatan dan tidak
akan digunakan untk magsud lain.
Demikan atas perhatian yang saya sampaikan, saya ucapkan terimakasih.
Gombong, Mei 2015
peneliti
Ruang : Tanggal observasi :
Ruang :
Pendidikan :
Lama bekerja :
Tanggal observasi :
Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada kolom “dilakukan” dan “Tidak dilakukan”
No Jenis tindakan
Prosedur cuci tangan lima langkah
Dilakukan Tidak dilakukan
1 Cuci tangan
sebelum melakukan
tindakan
2 Cuci tangan setelah
melakukan tindakan
3 Klien melakukan
prosedur cuci
tangan
1 Basahi tangan dengan air/ menuangkan cairan antiseptic ke seluruh permukaan tangan
2 Memakai cukup sabun untuk menyabuni seluruh tangan
3 Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak 4 Telapak tangan atas punggung tangan kiri dengan jari
saling menjain sebaliknya
5 Telapak pada telapak dan jari-jari saling menjalin 6 Punggun jari-jari pada telapak tangan yang
berlawanan dengan jari-jari saling mengunci 7 Gosok memutar dengan ibu jari kiri, tangan kanan
mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya
8 Gosok memutar kearah depan fan belakang jari-jari tangan kanan mengunci pada telapak tanan kiri dan sebaliknya
9 Bilas dengan air
10 Keringkan tangan sekering mungkin dengan handuk sekali pakai dan gunakan handuk untuk mematikan kran air
sesuai standar
2 Pengginaan sarung tangan tidak sesuai standar
Ruang :
Pendidikan :
Lama bekerja : Tanggal observasi :
Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada kolom kriteria yang sesuai
No Tanda – tanda plebitis Ya Tidak
1 Kemerahan pada area penusukan 2 Nyeri pada area penusukan 3 Bengkak pada area penusukan 4 Pengerasan pada penusukan 5 Nyeri sepanjang vena
6 Pyrexia atau adanya keluaran (purulent) Skala
Keterangan
Skala plebitis dari 0 sampai 4 pada tempat pemasangan kanul intravena:
Skala Kriteria klinis
0 Tidak ditemukan plebitis
1 Kemerahan pada area penusukan dengan atau tanpa nyeri 2 Nyeri pada area penusukan, disertai dengan kemerahan dan /
bengkak
3 Nyeri sepanjang kanulaa disertai kemerahan, pengerasan pada area penusukan (indurasi), dan kemerahan
4 Nyeri sepanjang kanul disertai kemerahan, pengerasan pada area penusukan (indurasi), dan pengerasan sepanjang vena
5 Nyeri sepanjang kanul disertai kemerahan (indurasi), pengerasan sepanjang vena, pyrexia atau demam dengan/atau disertai
1 Penyusunan judul 2 Studi
pendahuluan 3 Penyusunan
proposal 4 Ujian proposal 5 Perbaikan
proposal 6 Pengumpulan
data 7 Pengolahan
data
8 Penyusunan hasil dan pembahasan 9 Seminar hasil 10 Revisi skripsi 11 Pengumpulan
Frequencies
Std. Deviation .408
Range 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
sarung
N Valid 25
Missing 0
Mean .76
Median 1.00
Std. Deviation .436
Range 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
/STATISTICS=STDDEV RANGE MEAN MEDIAN SUM /ORDER=ANALYSIS.
Std. Deviation .507
Range 1
Sum 11
Percentiles 25 .00
50 .00
plebitis 11 44.0 44.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=patuh BY plebitis /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW tidak plebitis plebitis
patuh tidak patuh Count 9 11 20
Linear-by-Linear Association 4.714 1 .030
Value Lower Upper
For cohort plebitis = tidak
plebitis .450 .277 .731
N of Valid Cases 25
CROSSTABS
/TABLES=sarung BY plebitis /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW tidak plebitis plebitis
sarung tidak pakai Count 0 6 6
Pearson Chi-Square 10.048a
1 .002
Continuity Correctionb 7.280 1 .007
Likelihood Ratio 12.396 1 .000
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort plebitis = plebitis 3.800 1.791 8.064
N of Valid Cases 25
EXAMINE VARIABLES=patuh sarung plebitis /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE /NOTOTAL.
Statistic Std. Error
patuh Mean .20 .082
Kurtosis .593 .902
sarung Mean .76 .087
95% Confidence Interval for Mean
Std. Deviation .436
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness -1.297 .464
Kurtosis -.354 .902
plebitis Mean .44 .101
95% Confidence Interval for Mean
Std. Deviation .507
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness .257 .464
Kurtosis -2.110 .902
Tests of Normality
patuh
patuh Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
20.00 0 . 00000000000000000000 5.00 Extremes (>=1)
sarung Stem-and-Leaf Plot
plebitis
plebitis Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
14.00 0 . 00000000000000 .00 0 .
.00 0 . .00 0 . .00 0 .
11.00 1 . 00000000000
Nonparametric Correlations
[DataSet0]
Correlations
patuh plebitis
Spearman's rho patuh Correlation Coefficient 1.000 -.443*
Sig. (2-tailed) . .026
N 25 25
plebitis Correlation Coefficient -.443* 1.000
Sig. (2-tailed) .026 .
N 25 25
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
NONPAR CORR
/VARIABLES=sarung plebitis /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
plebitis Correlation Coefficient -.634** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 25 25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
SAVE OUTFILE='C:\Users\x\Documents\olah data\benar1.sav' /COMPRESSED.
CORRELATIONS