• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PROSEDUR CUCI TANGAN PERAWAT DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD Dr.SOEDIRMAN KABUPATEN KEBUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PROSEDUR CUCI TANGAN PERAWAT DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD Dr.SOEDIRMAN KABUPATEN KEBUMEN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana keperawatan

Disusun Oleh

ANGGA SATRIA PRIANDIKA

A11100707

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

(2)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PROSEDUR CUCI

TANGAN PERAWAT DAN PENGGUNAAN

SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN

PHLEBITIS

DI RSUD Dr. SOEDIRMAN

KABUPATEN KEBUMEN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ANGGA SATRIA PRIANDIKA

NIM : A11100707

Telah disetujui dan dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

untuk diujikan Pada Tanggal 9 Juli 2015

Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Ery Purwanti, M. Sc Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

(3)

CORRELATION BETWEEN NURSE HAND WASHING PROCEDURE COMPLIANCE AND USE OF GLOVES WITH INCIDENCE OF PHLEBITIS IN Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN REGIONAL HOSPITAL

Abstrack

Background: Phlebitis is one infection caused by intravenous therapy. There are several factors the occurrence of plebitis i.e. the implementation procedure of the correct hand washing and the use of gloves before action. Compliance of nurses in performing actions appropriate hand washing procedures and the use of gloves is not fully done well and properly in accordance with Standard Operational procedures.

Objective: to find correlation between nurse hand washing procedure compliance and use gloves with phlebitis accident.

Methods: the study used analitic correlative with cross-sectional approach. Sample 25 nurse at Emergency Room and 25 patients had been infused in Emergency Room. The statistical tesed used spearman test.

Result: found that 20 % haven’t a compliance nurse of hand washing, the number 76% used gloves, the incidence of phlebitis is 44%. Showed a significant relationship between compliance nurse of hand washing procedure and incidence of phlebitis (p= 0,026), and there is a significant between use gloves and incidence of phlebitis (p=0,001). ( 0.05).

Conclusion: There is a correlation between compliance with hand washing procedures phlebitis occurrences, there is a relationship between the use of gloves with the incidence of phlebitis.

Advice: to all nurse to increase compliance of hand washing procedure and use gloves to decrease incidence of phlebitis.

(4)

Hubungan Antara Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan Perawat dan Penggunaan Sarung Tangan dengan Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. Soedirman Kebumen Tahhun 2015

Abstrak

Latarbelakang : Phlebitis adalah salah satu infeksi yang disebabkan oleh terapi infus. ada beberapa faktor terjadinya plebitis yaitu pelaksanaan prosedur cuci tangan yang benar dan penggunaan sarung tangan sebelum tindakan. Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan cuci tangan sesuai prosedur dan penggunaan sarung tangan belum sepenuhnya dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan Standar Operasional prosedur.

Tujuan : Peneliti adalah mengetahui hubungan kepatuhan prosedur cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dengan kejadian plebitis.

Metode : Jenis penelitian menggunakan desain analitic - corelational dengan pendekatan cross – sectional menggunakan desain observasional. Jumlah sampel sebanyak 25 perawat IGD dan 25 pasien yang terpasang infus oleh perawat di IGD, kemudian dianalisa dengan uji rho.

Hasil : Sebanyak 20% perawat tidak patuh melaksanakan cuci tangan sesuai prosedur, angka penggunaan sarung tangan sebanyak 76%, angka kejadian plebitis 44%. Hasil analisis lanjut menunjukan ada hubungan antara kepatuhan pelaksanaan cuci tangan sesuai prosedur dengan kejadian plebitis (p=0,026), dan ada hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian plebitis (p=0,001). (p<0,05).

Kesimpulan: Ada hubungan antara kepatuhan prosedur cuci tangan dengan kejadian phlebitis, ada hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian phlebitis.

Saran agar perawat meningkatkan kepatuhan cuci tangan sesuai prosedur dan penggunaan sarung tangan sehingga kejadian phlebitis dapat menurun.

Kata kunci : kepatuhan, cuci tangan, sarung tangan, phlebitis

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridhoNya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan dan Penggunaan Sarung Tangan dengan Kejadian Plebitis di RSUD Dr. Soedirman Kabupaten Kebumen”.

Pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan doa semua pihak yang

telah ikhlas memberikannya. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Orang tua Bapak (alm) Sarnen, Ibu Suwarti, kakak Anggit Radityo, dan Adik

Anggi Apriandanu yang telah memberikan dukungan dan doa serta menjadi

penyemangat dan inspirasi kepada peneliti supaya diberi kemudahan dalam

menyelesaikan studi di program ilmu keperawatan STIKES muhammadiyah

gombong.

2. Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong atas segala fasilitas, sarana, dan

prasarana yang diberikan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan

skripsi ini.

3. Isma Yuniar, M. Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Muhammadiyah gombong sekaligus koordinator skripsi.

4. Ery Purwanti, M. Sc selaku pembimbing 1 yang dengan sabar telah bayak

memberikan dukungan, saran serta pengeraahan Kepada peneliti.

5. Nurlaila, S, Kep. Ns, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan dukungan,

saran dan arahan kepada peneliti.

6. Kepala Badan Keperawatan dan Kepala Diklat RSUD dr. Soedirman

Kebumen beserta staf, serta para senior yang telah banyak memberikan

bantuan selama pelaksanaan penelitian.

7. Rekan – rekan satu perjuangan angkatan 2009 yang bersama – sama saling

(6)

iii

8. Semua pihak yang ttidak memungkinkan untuk penulis sebut satu persatu

yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembang

imlu keperawatan.

Kebumen, Juni 2015

(7)

iv

HALAMAN PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya ajukan tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinnggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Gombong, April 14, 2015

(8)

v

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PROSEDUR CUCI

TANGAN PERAWAT DAN PENGGUNAAN

SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN

PHLEBITIS

DI RSUD Dr. SOEDIRMAN

KABUPATEN KEBUMEN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Angga Satria Priandika

NIM : A11100707

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada :

Hari :

Tanggal :

Susunan Dewan Penguji

1. H. Marsito, M. Kep., Sp.Kom (Penguji I)………...

2. Ery Purwanti, M. Sc (Penguji II)……….

3. Nurlaila, M. Kep (Penguji III)………

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKES Muhammadiyah gombong

(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Plebitis ... 9

BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Definisi Operasional... 38

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

(10)

vii

F. Istrumen Penelitian... 42 G. Pengolahan dan Analisa Data... 43 H. Validasi dan Reabilitas Instrumen ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 48 B. Pembahasan ... 51 C. Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 Daftar Pustaka

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel : 2.1 Kriteria Klinis Phlebitis ... 14

Tabel : 2.2 Skala visual Phlebitis ... 14

Tabel : 2.3 Jenis-Jenis APD dan Penggunaan ... 16

Tabel : 3.1 Definisi Operasional ... 38

Tabel : 4.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Sesuai Prosedur di RSUD Dr. Soedirman Kebumen (N=25) ... 49

Tabel : 4.2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Sarng Tangan di IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen (25) ... 49

Tabel : 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Phlebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Soedirman Kebumen ... 50

Tabel : 4.4 Analisa Hubungan Kepatuhan Prosedur Cuci TAngan Perawat dengan Kejadian Phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen... 50

(12)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan : 2.4 Kerangka Teori ... 31

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak mendapatkan keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit”. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan tentang pencegahan infeksi nosokomial di

lingkungan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Peraturan itu

tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi

atau PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan

Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian

Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan.

Berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, standar kejadian

infeksi nososkomial di rumah sakit sebesar ≤ 1, 5 %. Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial menjadi salah satu pedoman mutu pelayanan

rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena

tingginya angka kejadian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).

Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab tingginya angka

kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi

nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di

seluruh dunia (WHO, 2005). Penyakit infeksi ini menempati posisi

pembunuh keempat di Amerika Serikat setiap tahun terdapat 20.000

kematian akibat infeksi nosokomial. Kejadian infeksi nosokomial di

Malaysia sebesar 12,7 % (Marwoto, 2007).

Infeksi nosokomial tejadi karena transmisi mikroba pathogen yang

bersumber dari lingkungan rumah sakit merupakan salah satu penyebab

(14)

lingkungan. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di

lingkungan rumah sakit seperti udara, rantai , dan benda – benda medis

dan non medis lainnya (Darmadi, 2008). Penularan infeksi ini melalui

tangan dari petugas kesehatan maupun personal petugas lainnya kepada

pasien. Infeksi nosokomial jika tidak tertangani dengan benar akan

menjadi infeksi sekunder dan bisa menjadi infeksi yang serius bagi pasien

bahkan resiko ekstrim yaitu kematian. Rumah sakit akan menjadi

kontributor bagi penurunan ketahanan tubuh pada pasien, bila hal ini

masih terjadi ( Walin, 2005).

Infeksi nosokomial masih menjadi masalah utama dunia. Kejadian infeksi ini menyebabkan length of stay (LOS), mortalitas dan health care cost

meningkat. Transmisinya sendiri melalui 3 cara, yaitu: flora transien dan

residen dari kulit pasien itu sendiri, flora dari petugas kesehatan ke pasien,

dan flora dari lingkungan rumah sakit. Petugas kesehatan mempunyai peran

besar dalam rantai transmisi infeksi ini. Cuci tangan menjadi salah satu

langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga

insidensi infeksi nosokomial dapat berkurang. Menurut data Riset Kesehatan

Dasar tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan

adalah 23,2%.

Penerapan pengendalian dan pencegahan infeksi yang sesuai

standar terdapat beberapa komponen utama: mencuci tangan, sarung

tangan, desinfeksi, sterilisasi, masker, kaca mata, baju pelindung, alas

kaki, pengelolaan jarum suntik dan alat tajam, kebersihan lingkungan,

penempatan pasien, linen, resusitasi pasien (Depkes, 2007).

Cuci tangan dengan benar adalah salah satu cara untuk mengurangi

transmisi infeksi nosokomial. Menurut Sumurti (2008), cuci tangan

dilakukan bertujuan untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di

tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,

melindungi diri dan pasien serta pengunjung dan lingkungan . Prosedur

(15)

prosedur aseptik, setelah terkena cairan, setelah kontak dengan pasien,

setelah kontak dengan lingkungan (WHO, 2009).

Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) adalah cara yang kedua yang

akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh

mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh.

Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen

kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan

suatu lingkungan bebas infeksi (Tietjen, 2004).

Hasil survey tim Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar didapatkan data 144

kejadian infeksi nosokomial selama tahun 2011. Di Instalasi Rawat Inap D

terjadi 33 kejadian infeksi nosokomial, dimana 30 kejadian phlebitis dan 3

kejadian dekubitus. Penyebab dari terjadinya infeksi phlebitis bisa

disebabkan oleh hygiene petugas dan penunggu pasien yang kurang

melakukan cuci tangan dengan benar (Lindayati, 2012).

Kegiatan program cuci tangan yang telah diamati di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai

saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal

ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi

rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini.

(Perdalin,2010).

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul (2009)

tentang gambaran perilaku cuci tangan perawat selama pelaksanaan

tindakan keperawatan di ruang Asy- Syfah bangsal penyakit dalam RSI

Amal Sehat Sragen, menunjukan hasil pelaksanaan cuci tangan sebelum

dan sesudah tindakan masih sangat rendah yaitu (33,33%), dengan hasil

dari cuci tangan sebelum melakukan tindakan keperawatan yaitu (8,3%)

(16)

Studi yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta

yakni RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, angka kejadian infeksi nosokomial

tahun 2005 di rumah sakit ini sebesar 7,95 % (Agus, 2007). Data dari

RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri yang merupakan rumah sakit

rujukan di Makassar menyebutkan bahwa kejadian infeksi nosokomial

pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 %. Untuk jenis infeksi

nosokomial yang terbanyak diderita adalah jenis Plebitis sebesar 5,20 %

pada bulan Januari-Juni di tahun 2009.

Phlebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh

mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di

rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul

sekurang-kurangnya 3x24 jam, dan kejadian phlebitis menjadi indikator mutu

pelayanan minimal rumah sakit dengan standar kejadian ≤1,5% (Depkes RI,

2008). Phlebitis didefinisikan sebagai peradangan pada dinding pembuluh

darah balik atau vena (Darmadi, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Tri Hartini yang berjudul

“hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima

Momen dengan Kajadian Plebitis di RSI Kendal pada tahun 2014 dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2013 dari

peneliti sebelumnya adalah terhadap 10 orang perawat didapat 8 orang

perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai momen, dan 2

orang perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai langkah yang

benar menunjukan hasil adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen dengan

kejadian plebitis yaitu (79,4%).

Penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang hubungan penerapan

kewaspadaan standar dengan kejadian infeksi karena jarum infus (plebitis) di

Irna Non Bedah RSUP Dr. M Djamil dengan menghubungkan masing –

masing variabel di antaranya hubungan perawat cuci tangan sebelum dan

sesudah pemasangan infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil bahwa

proporsi perawat cuci tangan tidak sesuai prosedur banyak terjadi kejadian

(17)

yaitu (22,2%). Variabel selanjutnya hubungan perawat memakai sarung

tangan sebelum pemasangan infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil

bahwa proporsi perawat memakai sarung tangan tidak sesuai prosedur banyak

terjadi kejadian plebitis yaitu (81,8%), disbanding dengan yang memakai

sarung tangan sesuai prosedur (23,3%).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Soedirman

Kebumen pada tanggal 24 Februari tahun 2015 di IGD pada pukul 09.00

WIB dapatkan data untuk tingkat pengetahuan dan demostrasi perawat

tentang prosedur cuci tangan rata – rata 81 % dari jumlah perawat di IGD

sebanyak 25 orang, fasilitas handrub baru 4 titik di karenakan bagian IGD

baru melakukan relokasi ke rumah sakit baru. Rata – rata kepatuhan

karena kesadaran prosedur cuci tangan perawat masih rendah pada tahap

prainteraksi menimbulkan beberapa munculnya infeksi nosokomial salah

satunya adalah phlebitis. Berdasarkan data yang diperoleh dari badan PPI

(Pengendalian dan Pencegahan Infeksi) RSUD Dr. Soedirman Kebumen

dari tanggal 22 september 2014 sampai 18 oktober 2014 yaitu 5,2 % jauh

di standar rumah sakit yaitu 3 %, dengan jumlah sampel sebanyak 2931. Kepatuhan cuci tangan pada perawat di IGD saat pra interaksi adalah

55,90%. Kepatuhan penggunaan sarung tangan sebelum tindakan medis

berupa pemasangan infus tinggi yaitu 100 %, di tandai dengan seluruh

perawat di IGD Dr. Soedirman yang berjumlah 25 orang menggunakan

sarung tangan bersih.

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan tentang kepatuhan prosedur cuci tangan dengan

kejadian phlebitis di RSUD Soedirman

2. Adakah hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian

phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara kepatuhan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan

dengan kejadian phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kepatuhan cuci tangan perawat RSUD Dr. Soedirman

Kebumen

b. Mengetahui kepatuhan penggunaan sarung tangan sebelum

tindakan medis di RSUD Dr. Soedirman

c. Mengetahui kejadian phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

d. Mengetahui hubungan kepatuhan prosedur cuci tangan perawat

dengan kejadian phlebitis di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

e. Mengetahui hubungan penggunaan sarung tangan sebelum

melakukan tindakan dengan kejadian phlebitis di RSUD Dr.

Soedirman Kebumen.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk mengidentifikasi

penggunaan prinsip 5 momen 6 langkah saat melakukan cuci tangan

dengan benar serta penggunaan sarung tangan yang sesuai agar dapat

mengendalikan infeksi nosokomial serta penggunaan sarung tangan

(19)

septik aseptik, dan menjadi salah satu menjamin keselamatan pasien

(patient safety).

2. Bagi pendidik keperawatan

Sebagai bahan masukan pengembang dan keterampilan yang berharga

bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang

diperoleh untuk penelitian mendatang. Selain itu juga menyediakan

informasi mengenai penggunaan prinsip 5 momen dan 6 langkah cuci

serta penggunaan sarung tangan dalam pengendalian infeksi

nosokomial.

3. Bagi penelitian keperawatan

Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan informasi bagi peneliti

keperawatan sehingga memunculkan ide baru bagi peneliti selanjutnya.

E. Keaslian penelitian

1. Penelitian ini sudah dilakukan oleh Pristianti (2011) tentang “Faktor –

Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Perawat untuk Melakukan Tindakan

Cuci Tangan Sebelum Melkakukan tindakan di Bangsal Ahmad

Dahlan dan Salamah RS PKU Muhammadiyah Sruweng”. Tujuan

mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakpatuhan perawat untuk

melakukan tinakan cuci tangan sebelum tindakan. Dengan jumlah

sampel 34 responden. Dengan metode cross sectional dengan

pendekatan analitik korelasi. Pengambilan sampel menggunakaan

purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan faktor-faktor

yang mempengaruhi ketidakpatuhan perawat untuk melakukan

tindakan cuci tangan sebelum tindakan adalah faktor pengetahuan

dengan p value 0,003. Partisipasi dengan p value 0,000, faktor sarana

0,002, faktor aktivitas p value 0,008.

Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan tentang perilaku cuci

tangan. Perbedaan : tempat, waktu dan variabel penelitian serta

(20)

2. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Nurma Irawati tentang “Gambaran Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang TIdak Sesuai SOP Terhadap Kejadian Plebitis Di RSUD dr. Soediran Sumarso Kabupaten Wonogiri”. Penelitian jenis kuantitatif dengan pendekatan fenomenologis deskriptif untuk memperoleh informasi yang spesifik

mengenali nilai, opini, perilaku, dan konteks social menurut

keterangan populasi. Analisa data menggunakan metode Colaizzi.

Sampel penelitian adalah 5 partisipan perawat pelaksana rawat inap

dan pasien yang terpasang infus di RSUD dr. Soediran Sumarso

Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian menujukan bahwa terdapat

gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP dapat

mempengaruhi kejadian plebitis di bangsal RSUD dr. Soediran

Sumarso Kabuoaten Wonogiri. Kesimpulan: pemasangan infus yang

tidak sesuai SOP dapat mempengaruhi kejadian plebitis di bangsal

kenanga RSUD dr. Soediran Sumarso Kabuoaten Wonogiri.

Persamaan : objek penelitian yaitu perawat, pemadangan infus dan

kejadian plebitis. Perbedaan : tempat, waktu dan variabel penelitian

serta metode penelitian yang di pakai

3. Dari penelitian yang udah dilakukan oleh Wayunah (2011) tentang “

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Dengan

Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan Pasien di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Daerah Kabupaten Indramayu” dengan jenis penelitian

analitic correlation dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel

sebanyak 65 perawat pelaksana dan 65 pasien yang dipasang infus oleh

perawat rawat inap. Hasil analisis lanjut menunjukan ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus

dengan kejadian plebitis (p=0,000), dan ada hubungan yang signifikan

antara penetahuan perawat tentang terapi infus dengan kenyamanan

(21)

Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan klien. Perbedaan :

tempat, waktu dan variabel penelitian serta metode penelitian yang di

pakai

4. Penelitian yang dilakukan oleh Emilyasna (2012) tentang hubungan

penerapan kewaspadaan standar dengan kejadian infeksi karena jarum

infus (plebitis) di Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil dengan jumlah

sampel 41 perawat dan 41 pasien ,menggunakan metode croos sectional

dengan lembar observasi, menunjukan hasil bahwa proporsi perawat cuci

tangan tidak sesuai prosedur yaitu 34,4%. Kejadian phlebitis 39,0%,

penggunaan sarung tangan 26,8%. Ada hubungan perawat cuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan pemasangan infus dengan kejadian

phlebitis (p=0,006), ada hubungan perawat memakai sarung tangan

sebelum pemasangan infus dengan kejadian phlebitis (p=0,001)

Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan klien. Perbedaan :

tempat, waktu dan variabel penelitian serta metode penelitian yang di

pakai

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ari Mulyani dan Tri Hartini (2014)

yang berjudul “hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam

Langkah Lima Momen dengan Kajadian Plebitis di RSI Kendal pada

tahun 2014 dengan jumlah sampel 55 perawat pelaksanan ruang inap anak

dan dewasa dengan total populasi 630 pasien dengan teknik purposive

sampling sebanyak 63 pasien, menunjukan hasil adanya hubungan yang

bermakna antara kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan enam

langkah lima momen dengan kejadian plebitis yaitu 79,4% (p=0,031).

Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan klien. Perbedaan :

tempat, waktu dan variabel penelitian serta metode penelitian yang di

(22)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

(23)

Jakarta, Kompas Media Nusantara, p 228-248.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Karya.

Azwar, S, (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar.

Chambell L. (1998). Clinical IV-Related phlebitis, complication and of hospital stay:1. British Journal of Nursing. Diakses 30 juni, 2011

Darmadi, S, (2008). Infeksi Nosokomial Problematika & Pengendaliannya. Jakarta: salemba Medika

Darmawan, I. Plebitis, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?;2008.http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id= 68&lang=id diunduh tanggal 1 februari 2015.

Daughtery, L. (2008). Peripheral Canulation. Nursing standart, 59-56

Emilyasna, dkk, (2012). Hubungan Penerapan Standar Dengan Kejadian Infeksi Karena Jarum Infus (Phlebitis) di IRNA Non Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal,

Irawati, Nurma, (2014), Gambaran Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang Tidak Sesuai SOP Terhadap Kejadian Plebitis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. STIKES Kusuma Husada. Skripsi

Marwoto, Agus. (2007) Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di ruang IRNA 1 RSUP dr. Sadjito, Yogyakarta. Irc-kmpk.ugm.ac.id. Jurnal.

Mulyani, Dwi Ari, dkk. (2013). Hubungan Kepatuhan Dalam Cuci Tamgam Enam Langkah Lima Momen Dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal. Jurnal.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

(24)

Potter & Perry. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC

Pristianti, Ika Yuli (2011), Faktor – Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Perawat Untuk Melakukan Tindakan Cuci Tangan Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan di Bangsal Ahmad Dahlan dan Salamah di RS PKU Muh Sruweng, keperawatan, kebumen, skripsi

Rohani dan Hingawati setio. (2010). Panduan Praktik Keperawatan Nosokomial. Yogyakarta : PT Citra Parama

Santjaka, A (2011). Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Penerbit alfabeta

Susiati, (2008). Keterampilan Keperawatan Dasar, Paket 1, Erlangga Medical Series, Jakarta

Suarli, S & Bachtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta : Erlanggga

Trianiza, Efi, (2013). Faktor –Faktor Penyebab Kejadian Phlebitis Di Ruang Rawat Inap RSUD Cengkareng. Tesis.

(25)
(26)

Yang bertandatangan dibawah ini saya:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini menyatakan bersedia

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian “ Hubungan Penggunaan Sarung Tangan dan Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Dengan Kejadian Plebitis di

RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

Adapun kesediaan saya ini adalah ;

1. Bersedia untuk di observasi tetang tanda – tanda plebitis

2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya tentang apa yang di

rasakan saat sesuai dengan lembar observasi /

Keikutsertaan daya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat digunakan sebagainmana

mestinya.

Kebumen, 2015

Mengetahui

Peneliti yang membuat pernyataan

(27)

Kepada Yth,

Bapak / Ibu

Ditempat

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa tingkat 4 jurusan S1 keperawatan, STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG angkatan 201, bahwa saya :

Nama : Angga Satria Priandika

NIM : A11107007

Akan mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA

PENGGUNAAN SARUNG TANGAN dan TINGKAT KEPATUHAN

PROSEDUR CUCI TANGAN PERAWAT DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI

RSUD Dr. SOEDIRMAN KABUPATEN KEBUMEN” sehubung dengan hal tersebut mohon kesediaaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden. Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan

dan tidak memberikan konsekuensi atau akibat apapun dari saudara, serta data

yang diterima oleh peneliti dijamin kerahasiaannya. Informasi yang saudara

berikan hanya digunakan untuk pengembangan pendidikan keperawatan dan tidak

akan digunakan untk magsud lain.

Demikan atas perhatian yang saya sampaikan, saya ucapkan terimakasih.

Gombong, Mei 2015

peneliti

(28)

Ruang : Tanggal observasi :

(29)
(30)

Ruang :

Pendidikan :

Lama bekerja :

Tanggal observasi :

Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada kolom “dilakukan” dan “Tidak dilakukan”

No Jenis tindakan

Prosedur cuci tangan lima langkah

Dilakukan Tidak dilakukan

1 Cuci tangan

sebelum melakukan

tindakan

2 Cuci tangan setelah

melakukan tindakan

3 Klien melakukan

prosedur cuci

tangan

(31)

1 Basahi tangan dengan air/ menuangkan cairan antiseptic ke seluruh permukaan tangan

2 Memakai cukup sabun untuk menyabuni seluruh tangan

3 Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak 4 Telapak tangan atas punggung tangan kiri dengan jari

saling menjain sebaliknya

5 Telapak pada telapak dan jari-jari saling menjalin 6 Punggun jari-jari pada telapak tangan yang

berlawanan dengan jari-jari saling mengunci 7 Gosok memutar dengan ibu jari kiri, tangan kanan

mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya

8 Gosok memutar kearah depan fan belakang jari-jari tangan kanan mengunci pada telapak tanan kiri dan sebaliknya

9 Bilas dengan air

10 Keringkan tangan sekering mungkin dengan handuk sekali pakai dan gunakan handuk untuk mematikan kran air

(32)

sesuai standar

2 Pengginaan sarung tangan tidak sesuai standar

(33)

Ruang :

Pendidikan :

Lama bekerja : Tanggal observasi :

Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada kolom kriteria yang sesuai

No Tanda – tanda plebitis Ya Tidak

1 Kemerahan pada area penusukan 2 Nyeri pada area penusukan 3 Bengkak pada area penusukan 4 Pengerasan pada penusukan 5 Nyeri sepanjang vena

6 Pyrexia atau adanya keluaran (purulent) Skala

Keterangan

Skala plebitis dari 0 sampai 4 pada tempat pemasangan kanul intravena:

Skala Kriteria klinis

0 Tidak ditemukan plebitis

1 Kemerahan pada area penusukan dengan atau tanpa nyeri 2 Nyeri pada area penusukan, disertai dengan kemerahan dan /

bengkak

3 Nyeri sepanjang kanulaa disertai kemerahan, pengerasan pada area penusukan (indurasi), dan kemerahan

4 Nyeri sepanjang kanul disertai kemerahan, pengerasan pada area penusukan (indurasi), dan pengerasan sepanjang vena

5 Nyeri sepanjang kanul disertai kemerahan (indurasi), pengerasan sepanjang vena, pyrexia atau demam dengan/atau disertai

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

1 Penyusunan judul 2 Studi

pendahuluan 3 Penyusunan

proposal 4 Ujian proposal 5 Perbaikan

proposal 6 Pengumpulan

data 7 Pengolahan

data

8 Penyusunan hasil dan pembahasan 9 Seminar hasil 10 Revisi skripsi 11 Pengumpulan

(45)

Frequencies

Std. Deviation .408

Range 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(46)

sarung

N Valid 25

Missing 0

Mean .76

Median 1.00

Std. Deviation .436

Range 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

/STATISTICS=STDDEV RANGE MEAN MEDIAN SUM /ORDER=ANALYSIS.

Std. Deviation .507

Range 1

Sum 11

Percentiles 25 .00

50 .00

(47)

plebitis 11 44.0 44.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

CROSSTABS

/TABLES=patuh BY plebitis /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW tidak plebitis plebitis

patuh tidak patuh Count 9 11 20

Linear-by-Linear Association 4.714 1 .030

(48)

Value Lower Upper

For cohort plebitis = tidak

plebitis .450 .277 .731

N of Valid Cases 25

CROSSTABS

/TABLES=sarung BY plebitis /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW tidak plebitis plebitis

sarung tidak pakai Count 0 6 6

Pearson Chi-Square 10.048a

1 .002

Continuity Correctionb 7.280 1 .007

Likelihood Ratio 12.396 1 .000

(49)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort plebitis = plebitis 3.800 1.791 8.064

N of Valid Cases 25

EXAMINE VARIABLES=patuh sarung plebitis /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT

/COMPARE GROUP

/STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Statistic Std. Error

patuh Mean .20 .082

(50)

Kurtosis .593 .902

sarung Mean .76 .087

95% Confidence Interval for Mean

Std. Deviation .436

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -1.297 .464

Kurtosis -.354 .902

plebitis Mean .44 .101

95% Confidence Interval for Mean

Std. Deviation .507

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness .257 .464

Kurtosis -2.110 .902

Tests of Normality

(51)

patuh

patuh Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

20.00 0 . 00000000000000000000 5.00 Extremes (>=1)

(52)

sarung Stem-and-Leaf Plot

(53)
(54)

plebitis

plebitis Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

14.00 0 . 00000000000000 .00 0 .

.00 0 . .00 0 . .00 0 .

11.00 1 . 00000000000

(55)
(56)

Nonparametric Correlations

[DataSet0]

Correlations

patuh plebitis

Spearman's rho patuh Correlation Coefficient 1.000 -.443*

Sig. (2-tailed) . .026

N 25 25

plebitis Correlation Coefficient -.443* 1.000

Sig. (2-tailed) .026 .

N 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

NONPAR CORR

/VARIABLES=sarung plebitis /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlations

(57)

plebitis Correlation Coefficient -.634** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

SAVE OUTFILE='C:\Users\x\Documents\olah data\benar1.sav' /COMPRESSED.

CORRELATIONS

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Terdapat terdapat hubungan frekuensi penggunaan sarung tangan lateks dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada tenaga kesehatan di

Hasil analisis penelitian didapatkan peningkatan kepatuhan cuci tangan secara urut dan lengkap dari kepatuhan awal sebesar 9,10% menjadi 18,19% dari petugas CSSD

Adapun cara atau prosedur tindakan pemasangan infus yang tertera pada standar operasional prosedur (SOP). Jika perawat tidak melaksanakan tindakan pemasangan infus

Hasil penelitian hubungan antara motivasi perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten sebagian

Tindakan cuci tangan yang dilakukan perawat pelaksana sebelum melakukan tindakan keperawatan sebanyak 7 perawat dengan prosentase sebesar 22,58 %. Tindakan cuci tangan yang

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika perawat semakin sesuai dengan prosedur 6 langkah pelaksanaan cuci tangan maka pasien akan cenderung tidak terjadi infeksi, dan

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan kepatuhan

Kepatuhan perawat melaksanakan cuci tangan sesudah tindakan keperawatan dari 23 responden yang masing-masing melakukan 6 tindakan dan setelah direkapitulasi didapatkan 138