• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Berbasis Masalah - PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Berbasis Masalah - PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Donnelly, 2010; Hung, 2009 (Santrock , 2014 : 30) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah menekankan pada pemecahan masalah autentik seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berdasarkan masalah memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, dalam kegiatan pembelajarannya peran guru ialah menyaajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog (Ahmadi et al, 2011 : 56). Sedangkan menurut Hoy (2014:121) dalam pembelajaran berbasis masalah, para siswa dihadapkan dengan masalah aktual yang memulai penyelidikan mereka ketika mereka berkolaborasi untuk menemukan solusi. Siswa mengidentifikasi masalah didasarkan fakta-fakta yang nantinya mereka gunakan untuk menghasilkan dugaan tentang solusi. Tan, 2000 (Rusman, 2014:232) menuliskan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah peggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

(2)

dalam penyelesaian masalah tersebut guru selain sebagai penyaji msalah juga dapat memberikan dukungan belajar secara terstruktur kepda siswa dalam penyelidikan mencari solusi dari masalah yang ada.

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan masalah menurut Ahmadi et al (2011:56) :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutukan. Memotivasi siswa terlibaat dalam aktivitas pemecahan masalah.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulakan innformasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang akan dilalui oleh siswa menurut Rusman (2014:243) :

1. Menemukan masalah 2. Mendefinisikan masalah 3. Mengumpulkan fakta 4. Pembuatan hipotesis 5. Penelitian

(3)

7. Menyuguhkan alternatif 8. Mengusulkan solusi

Langkah-lngkah pembelajaran berbasis masalah juga di ungkapkan oleh Nata (2009:248). Menurutnya pembelajaran berbasis masalah memiliki lima langkah dalam pelaksanaannya, antara lain :

1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang

2. Membagi tugas siswa dalam setiap kelompok, yaitu dimulai dengan menentukan ketua kelompok, dann sekretaris

3. Menentukan pokok masalah yang akan dipecahkan. Permasalahan tersebut dapat dituangkan dari bahan pelajaran yang terdapat dalam silabus. Dalam langkah ini guru membimbing siswa yang berkesulitan dalam berkelompok.

4. Guru meminta para siswa dalam setiap kelompok untuk mendiskusikan pokok masalah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia

5. Siswa melakukan kegiatan dalam berkelompok, antara lain: a. Mengumpulkan data

b. Menganalisis data yang telah dikumpulkan

(4)

e. Menguji hipotesis f. Menarik kesimpulan

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berdasarkan masalah menurut Ahmadi et al (2011:57) :

1. Kelebihan

a. Siswa dilibakan pada kegiatn belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik

b. Dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain

c. Dapat memperoleh pengetahuan belajar dari berbagai sumber 2. Kekurangan

a. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai

b. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode pembelajara berdasarkan masalah

Menurut Rusman (2014:234) bahwasanya dalam pembelajaran berbasis masalah guru harus memusatkan perhatiannya pada:

1. Memfasilitasi pembelajaran berbasis masalah a. Mengubah cara berpikir

(5)

2. Melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah a. Pemberian alasan yang mendalam

b. Berpikir secara sistem

3. Mejadi perantara proses penguasaan informasi a. Meneliti lingkungan informasi

b. Mengakses sumber informasi yang beragam c. Mengadakan koneksi

B. Pembelajaran Konvensional dengan Metode Ceramah dan Tanya Jawab

(6)

oleh Nata (2009) bahwa metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan, yang dkemukakan oleh guru yang harus dijawab oleh siswa, dijelaskan lebih lanjut bahwa metode tanya jawab banyak diguakan oleh para guru karena dapat merangsang daya pikir, dan melatih kemampuan berpikir secara teratur.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab akan memacu semangat belajar siswa dan dapat merangsang daya pikir serta melatih kemampuan berpikir siswa secara teratur.

C. Kemampuan Berpikir Divergen

(7)

daya penalaran (Surya, 2015:117). Dalam bukunya Surya (2015:119) mengelompokkan kemampuan berpikir menurut sudut arahnya, antara lain adalah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen merupakan kemampuan berpikir yang terpusat pada satu aktivitas dan sasaran sedangkan berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir menyebar terhadap beberapa aktivitas dan sasaran. Beberapa karakteristik dari berpikir divergen adalah mencari gagasan berkembang, mengkombinasikan, dan membangun gagasan. Isaken, Dorval, & Treffinger dalam (Suma dan sudiarta, 2007:808) juga merinci beberapa karakteristik dari berpikir divergen ataralain:

1. Adanya proses interpretasi dan evaluasi terhadap ide-ide

2. Proses motivasi untuk memikirkan berbagai kemungkinan ide yang masuk akal

3. Pencarian terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak biasanya (non rutin) dalam mengkonstruksi ide-ide.

(8)

ada solusi yang dipelajari, membawa serta informasi yag ada dari gudang memori atau sumber-sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan atau mengidentifikasi unsur-unsur yang hilang, mencari solusi-solusi, menduga, menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesikan masalah, menguji kembali alternatif-alternatif tersebut, menyempurnakannya dan akhirnya mengkomunikasikann hasil-hasil nya.

Dari definisi yang dikemukakan oleh Torrance tersebut teryata sangat dekat dengan definisi yang dikemukakan oleh Guilford yang disebut dengan istilah “berpikir divergen”. Guilford (Susanto, 2013:110) menyatakan bahwa

berpikir divergen merupakan sebuah proses penciptaan banyak ide tentang sebuah topik tertentu di dalam waktu yang singkat. Berpikir divergen ini pada dasarnya terjadi secara spontan, dengan cara mengalir bebas dimana ide-ide tersebut terbentuk dalam bentuk yang acak dan tidak teratur. Guilforrd (Ali & Asrori :2004) menekankan bahwa orang-orang yang kreatif lebih banyak memilki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Baer (Arnyana 2007) menemukakan ada 4 indikartor berpikir divergen, yaitu :

1. Fluence adalah kemampuan menghasilkan banyak ide

2. Flexibility adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang bervariasi 3. Originality adalah kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang

(9)

4. Elaboration adalah kemampuan mengembangkan atau menambah ide-ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.

D. Penelitian Relevan

Penelitian Purta et al (2012) membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian tersebut adalah dari rata-rata skor yang diperoleh yang disajikan dalam tabel berikut :

NORMAL GAIN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Kelas Normal Gain

1 2 3 4 5

Eksperimen 0,35 0,37 0,33 0,27 0,33 Kontrol 0,22 0,26 0,22 0,20 0,22

Keterangan :

(10)

Rata-rata data normal gain kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata normal gain kelas kontrol, artinya gain atau peningkatan kemampuan berpikir kretaif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

Penelitian Karisma (2015) membahas tentang pengaruh pembelajaran berbassis masalah terhadap kemampuan berpikir divergen siswa dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran di kelas ekperimen dan pembelajaraan langsung pada kelas kontrol, dan hasil uji menunjukkan bahwa rerata marginal pada kelas yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah adalah 44,135 sedangkan rerata marginal pada kelas yang mengikuti pembelajaran langsung adalah 26,204. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir divergen kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir divergen siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

E. Kerangka Pikir

(11)

(flexibility) dimana siswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang bervariasi dalam menyelesaikan permasalahan, berpikir orisinil (originality) yang merupakan kemampuan menghasilkan ide baru dan unik, serta berpikir rinci (elaboration).

Kemampuan berpikir divergen tidak akan dimiliki oleh siswa apabila dalam kegitan pembelajarnnya mereka tidak di berikan stimulus. Dalam penilitian ini akan di lakukan sutu stimulus yaitu model pembelajaran berbasis masalah dimana model pembeajaran ini dalam pelaksanaannya guru memberikan atau menyajikan permasalahan, mengajukan pertanyaan dan membantu siswa dalam kegiatan menemukan solusi permasalahan dengan cara membimbing dan melatih siswa secara terstruktur.

Oleh karena itu diduga kuat pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran akan berpengaruh kepada kemampuan berpikir divergen siswa

F. Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pembangkit listrik ini bisa menghasilkan daya 50 kilowatt atau cukup untuk 600 kepala keluarga, dengan masing-smasing keluarga memakai daya listrik 450 watt.Inovasi dari

Ketiga: siapa yang tidak mengkafirkan orang- orang musyrik , ragu akan kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia kafir berdasarkan ijma’... Dalilnya

Dimana Harmonisa urutan positif menghasilkan arah medan putar dan torsi yang searah komponen fundamental, sedangkan Harmonisa urutan negatif menghasilkan arah medan

Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali pada pasien frozen shoulder sinistra diperoleh hasil berupa, (1) adanya manfaat ultra sound terhadap penurunan nyeri tekan dan

 • Siswa mengidentifikasikan tokoh utama dan tokoh lain yang ia temukan, siswa mengidentifikasi di mana cerita tersebut terjadi..  • Siswa menggunakan

Jumlah bolang-baling yang diproduksi akan bertambah pada saat masa ramai yaitu sekitar 4500 butir dan akan mengalami penurunan produksi pada masa sepi yaitu sekitar 1500 butir;

Bahan Pulley yang akan digunakan adalah terbuat dari

Pada sisi lain besarnya laba ditahan akan semakin kecil yang berarti tambahan dana untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang akan rendah atau dengan