• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1. Susu Formula a. Pengertian

Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia dan manusia dan merupakan sumber gizi utama bagi anak sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu formula adalah susu yang banyak beredar dimasyarakat dengan berbagai merk dan berasal dari susu sapi (Nirwana, 2014).

b. Kandungan Susu Formula

Nutrisi yang terkandung dalam susu formula diserupakan dengan kandungan Air Susu Ibu. Semua macam merk susu formula tersebut pada dasarnya mengandung banyak nutrisi yang hampir sama. Kandungan nutrisi yang ada dalam susu formula diantaranya (Nirwana, 2014):

1) Laktosa

Laktosa sering disebut sebagai gula susu, yaitu bagian dari susu yang memberikan rasa manis dengan tingkat kemanisan yang lebih rendah dari sukrosa

2) Sukrosa

Sukrosa adalah karbohidrat yang dapat memberikan rasa manis dan merupakan sumber energi cepat untuk tubuh. Sukrosa termasuk

(2)

commit to user

dalam jenis gula alamiah yang terdapat dalam makanan alam. Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air. Sukrosa sebagai penambah energi buat anak, tetapi asupan sukrosa yang berlebihan akan membawa dampak negatif bagi anak, diantaranya obesitas dan karies gigi.

3) Karbohidrat

Karbohidrat atau sakarida dalam bahasa yunani sakcharon yang berarti gula. Karbohirat merupakan segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi.

2. Pemakaian Botol Susu

a. Pengertian botol susu

Botol adalah tempat penyimpanan dengan bagian leher yang lebih sempit dari pada badan. Botol umumnya terbuat dari kaca, plastik, atau aluminium dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu (Wikipedia, 2014). Botol susu adalah botol yang ada dot untuk menutup botol tersebut. Dot juga dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier

yaitu pengganti puting payudara ibu yang biasanya terbuat dari karet atau plastik (Yunanto, 2013). Di negara berkembang, 75% masyarakatnya memberikan susu botol kepada balita. Indonesia sebagai negara berkembang juga merupakan salah satu konsumen susu botol (Paramitha, 2010). Menurut Putri (2011) Kebiasaan minum susu memakai botol dan dibawa tidur sering dilakukan oleh anak usia sangat muda 1-3 tahun.

(3)

commit to user

Menurut Paula dalam Nurhidayah (2013) orang tua yang memberikan susu formula kepada anak dengan menggunakan botol susu akan mengetahui dengan pasti jumlah susu yang dikonsumsi anak, di tempat umum penggunaan botol susu juga efektif untuk menjaga privasi ibu serta penggunaan botol susu juga dapat melibatkan peran ayah untuk berperan aktif dalam memberikan susu kepada anak.

Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula dengan botol susu yaitu tingkat pengetahuan ibu dan promosi susu formula dan botol susu yang menarik (Nurhidayah, 2013). Menurut Mubarok dalam Istanti (2013) pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ibu rumah tangga sangat membutuhkan pengarahan dari tenaga kesehatan agar mereka dapat mengantisipasi sedini mungkin masalah yang ada (Surya, 2011).

b. Mekanisme anak menghisap dari botol susu

Menurut Annisakarnadi, 2014 mekanisme anak menghisap dari botol susu yaitu :

1) Gaya gravitasi bumi membuat susu mengalir dengan mudah dari botol ke dalam mulut anak.

2) Anak tidak perlu membuka mulut yang lebar atau memutar bibir keluar dengan benar untuk membentuk posisi yang rapat.

(4)

commit to user

3) Puting dot tidak perlu mencapai bagian mulut anak sehingga lidah tidak perlu memerah susu.

4) Anak cukup dengan menghisap puting karet dengan bibir saja.

5) Saat susu mengalir cepat, anak cukup dengan mendorong lidah

maju-mundur untuk menghentikan aliran susu dari dot.

6) Susu tetap mengalir keluar dari dot meskipun anak tidak sedang menghisap.

c. Dampak buruk penggunaan botol susu

Botol susu yang biasa digunakan oleh para orang tua untuk memberikan susu kepada anak bersifat praktis dan mudah digunakan, anak menjadi mandiri dan orang tua tidak sulit dalam memberikan susu dibandingkan dengan menggunakan gelas atau sendok. Penggunaan botol

susu tersebut ternyata juga memiliki dampak buruk, yaitu

(Annisakarnadi, 2014) : 1) Anak rentan tersedak

Pada saat anak menggunakan botol susu air susu akan mengalir terus sehingga mengganggu ritme menyusu dan bernafas pada anak sehingga anak mudah tersedak.

2) Anak rentan mengalami infeksi saluran pernafasan

Anak yang minum dari botol susu sering menghisap susu dengan posisi berbaring telentang sehingga berisiko meningkatkan kejadian infeksi saluran pernafasan. Hal ini disebabkan karena terjadi mikroaspirasi akibat minum dengan posisi berbaring telentang.

(5)

commit to user

3) Berisiko merusak pertumbuhan rahang dan gigi-geligi

Penggunaan botol susu dengan karet penghisap yang keras berisiko mengganggu pertumbuhan rahang, lengkung gigi-geligi, lidah dan otot-otot wajah. Proses menghisap pada botol susu akan memberikan tekanan abnormal pada rongga mulut yaitu bibir, lidah, lengkung gigi dan langit-langit mulut yang akan mempengaruhi perkembangan otot-otot mulut, wajah, dan langit-langit mulut. Rahang jadi lebih kecil sehingga pertumbuhan gigi bisa bertumpukan. Rahang dan gigi juga berisiko tumbuh maju ke depan.

4) Berisiko mengganggu kemampuan menggigit

Lengkung gigi-geligi akan terpengaruh sehingga terjadi gangguan pada pertemuan gigi atas dan bawah ketika gerakan mengunyah akan terganggu.

5) Berisiko karies gigi

Carian dalam botol susu selalu mengalir meski anak tidak sedang ingin menghisap. Air susu tergenang dalam waktu lama akan mengakibatkan pertumbuhan plak serta bakteri merugikan yang akan merusak gigi sehingga menjadi berlubang dan rentan terkena karies. Sementara itu, gigi yang berlubang rentan komplikasi infeksi dan sakit gigi juga komplikasi lain yang berbahaya.

6) Berisiko obesitas

Anak yang minum dengan botol susu cenderung pasif. Anak akan menghabiskan seluruh isi botol meskipun sudah kenyang. Anak

(6)

commit to user

jadi sulit mengenali kebutuhan asupan untuk tubuh. Anak akan terbiasa mengkonsumsi asupan melebihi kebutuhan dalam tubuh.

7) Berisiko gangguan perkembangan wicara

Penggunaan botol susu dengan karet penghisap yang keras berisiko mengganggu pertumbuhan rahang, lengkung gigi-geligi, lidah dan otot-otot wajah. Proses menghisap pada botol susu akan memberikan tekanan abnormal pada rongga mulut yaitu bibir, lidah, lengkung gigi dan langit-langit mulut yang akan mempengaruhi perkembangan otot-otot mulut, wajah, dan langit-langit mulut. Hal itu mengakibatkan koordinasi bibir, rongga mulut, lidah dan otot wajah berisiko menjadi terganggu sehingga mempengaruhi perkembangan dan kemampuan bicara pada anak.

3. Gigi Anak Balita

a. Pengertian

Gigi pada anak adalah gigi susu atau gigi sementara, gigi pertama yang akan tumbuh pada anak yang baru lahir (Margareta, 2012). Tahapan pembentukan gigi susu ini pada usia 14 minggu dalam kandungan dan akan mulai muncul setelah anak berusia antara 4-6 bulan, namun belum bisa dikatakan terlambat apabila diatas usia tersebut belum keluar gigi pertama. Hal ini dikarenakan normalnya erupsi gigi pertama terjadi pada usia 6-12 bulan. Apabila anak sudah berusia lebih dari satu tahun dan belum tumbuh gigi pertama, perlu diketahui penyebabnya. Kemungkinan hal ini karena kelainan

(7)

commit to user

pertumbuhan gigi. Pada usia 24 -36 bulan gigi susu anak akan tumbuh secara lengkap (Amini, 2010).

b. Jaringan gigi

Gigi berbentuk keras, namun demikian gigi juga memiliki jaringan seperti bagian tubuh yang lain. Jaringan pada gigi adalah (Margareta, 2012) :

1) Email

Email merupakan bagian terluar dari gigi dan sangat keras.

Struktur email gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari mineral.

2) Dentin

Dentin adalah jaringan vital yang terdiri dari kalium dan fosfor. Dentin peka dengan berbagai macam rangsangan panas dan dingin.

3) Pulpa

Pulpa terletak pada bagian tengah gigi yang terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-urat syaraf dan pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat syaraf ini mengirimkan rangsangan seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, dimana hal ini dialami sebagai rasa sakit.

4) Cementum

Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang

(8)

commit to user

c. Susunan gigi anak balita

susunan gigi susu adalah sebagai berikut (Andini, 2011) : 1) Gigi seri berjumlah 4 untuk masing-masing rahang.

2) Gigi taring berjumlah 2 untuk masing-masing rahang. 3) Gigi geraham berjumlah 4 untuk masing-masing rahang.

d. Fungsi gigi susu

Gigi susu memegang peranan penting dalam pertumbuhan

jasmani dan perkembangan mental. Fungsi dari gigi susu yaitu (Susanto, 2011)

1) Fungsi pengunyah

Gigi berfungsi sebagai pengunyah untuk melembutkan makanan. Setiap makanan padat akan selalu melalui proses pengunyahan oleh gigi.

2) Untuk pertumbuhan tulang rahang

Gerakan pengunyahan yang dilakukan secara baik yaitu adanya tekanan antara rahang atas dan bawah akan merangsang pertumbuhan tulang-tulang rahang.

3) Sebagai pemandu

Anak pada saat tertentu akan mengalami gigi tanggal, gigi susu yang tanggal akan digantikan oleh gigi permanen. Jika gigi

(9)

commit to user

susu dicabut sebelum waktunya, gigi permanen berisiko tumbuh ditempat yang tidak tepat.

4) Fungsi kosmetik dan bicara

Gigi anak yang rapi dan bagus akan membuat wajah terlihat indah dan tidak mengganggu cara bicara atau tidak cedal.

4. Karies Gigi

a. Pengertian

Dalam kamus kedokteran gigi, karies berarti lubang, kebusukan

atau kematian tulang (Harty, 2014). Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, di mulai dari permukaan gigi dan bisa meluas kearah pulpa (Tarigan, 2014). Karies gigi adalah kerusakan gigi karena gigi terpajan lingkungan rongga mulut, proses demineralisasi yang komplek yang disebabkan oleh penghancuran karbohidrat oleh organisme (Birnbaum, 2010). Karies gigi bisa dilihat dengan mata telanjang, semua gigi yang terdapat bercak putih atau kecoklatan pada email dapat didiagnosis karies gigi (Mumpuni, 2013).

Karies pada gigi susu adalah karies awal anak-anak atau dalam istilah medis disebut early childhood caries. Karies pada anak merupakan hilang atau rusak pada satu atau lebih gigi susu ketika anak berusia 0-6 tahun. Deteksi pada anak balita dapat dilakukan dengan cara memeriksa gigi anak terutama empat gigi seri atas (escaladedental, 2013). Menurut Duggal, 2014 karies awal anak-anak

(10)

commit to user

atau early childhood caries merupakan terjadinya tanda karies gigi pada setiap permukaan selama 3 tahun pertama kehidupan.

b. Klasifikasi karies pada gigi susu

Karies gigi pada anak tidak selalu berlubang. Karies gigi pada anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut (escaladedental, 2013) :

1) Early decay yaitu karies awal yang ditandai dengan adanya warna

keputihan yang lebih putih dari pada gigi sekitarnya, namun belum terbentuk lubang.

2) Moderat decay yaitu keadaan dari karies awal yang didiamkan dan

akan terbentuk lubang.

3) Advanced decay yaitu keadaan karies yang lebih parah.

Menurut Andhani, 2014 karies gigi pada anak ada empat tipe, yaitu: 1) Tipe 1 Minimal

Karies terdapat pada dua permukaan gigi anterior rahang atas dan tidak tedapat pada permukaan posterior.

2) Tipe 2 Mild

Karies terdapat pada lebih dari dua permukaan gigi anterior rahang atas dan tidak terdapat pada gigi posterior.

3) Tipe 3 Moderat

Karies pada dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas dan ditemukan satu atau lebih gigi posterior yang juga terkena karies

(11)

commit to user

4) Tipe 4 Severe

Karies pada dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas dan ditemukan satu atau lebih gigi dengan pulpa terbuka serta karies telah terliat di gigi anterior rahang bawah.

c. Etiologi

Penyakit gigi banyak disebabkan oleh tipe bakteri streptococcus

mutans dan lactobacillus yang akan memproduksi asam difermentasi

karbohidrat seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa (Hongini, 2012). Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Menurut Tarigan (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu keturunan, ras, jenis kelamin, usia, makanan, air ludah.

Menurut Khotimah (2013) anak yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang 4,148 kali mengalami kejadian karies gigi dibandingkan dengan anak yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies. Hal inilah yang menyebabkan jenis kelamin berhubungan dengan kejadian karies gigi. Menurut Suwelo dalam Kusumawati (2010) prevalensi karies gigi susu anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki, karena gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya

(12)

commit to user

gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya karies pada gigi susu anak balita, yaitu (Duggal, 2014) :

1) Paparan minuman manis dalam waktu yang lama dengan pemberian

melalui botol susu

2) Botol susu diberikan pada saat tidur 3) Tingkat saliva rendah pada malam hari 4) Riwayat karies orang tua terutama ibu 5) Status sosial ekonomi

6) Tingkat pendidikan orang tua

7) ASI yang tetap diberikan setelah usia 1 tahun

Menurut Margareta (2012) penyebab karies selain faktor agent, diet, host dan waktu juga disebabkan karena kebiasaan makan, usia, pola makan, dan kebersihan mulut. Menurut Khotimah (2013) anak yang sering mengonsumsi makanan kariognik mempunyai peluang 4,500 kali untuk mengalami kejadian karies gigi dibandingkan dengan anak yang tidak pernah dan jarang mengonsumsi makanan kariogenik.

Menurut Erwana (2013) dan Putri (2011) faktor penyebab terjadinya karies gigi meliputi bakteri, gula, gigi, dan waktu. Faktor etiologi dari karies dapat digambarkan sebagai berikut (Putri, 2011) :

(13)

commit to user

Gambar 2. 1 Faktor etiologi terjadinya karies. 1) Gigi

Anatomi gigi dapat mempengaruhi pembentukan karies. Sebesar 96% email gigi terdiri dari mineral, dan mineral ini akan larut apabila terkena lingkungan asam. Selain itu, karies lebih mungkin untuk berkembang ketika makanan terjebak diantara gigi (Hongini, 2012).

2) Bakteri

Mulut mengandung bakteri Streptococcus mutans dan

Lactobacilli yang bisa menyebabkan karies gigi. Bakteri berkumpul

disekitar gigi dan gusi, lengket berwarna krem yang disebut plak (Hongini, 2012). Mikoroorganisme plak Saliva Saliva Gigi Diet sukrosa Karies Saliva Saliva Waktu

(14)

commit to user

3) Gula

Bakteri dalam mulut mengubah gula menjadi asam. Apa bila berkontak dengan gigi, asam dapat menyebabkan demineralisasi. 4) Waktu

Proses demineralisasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu menyebabkan kandungan mineral dalam email akan hilang yang mengakibatkan terjadinya karies gigi. Akumulasi plak pada permukaan gigi dalam 2-3 minggu bisa menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada umur, pada anak-anak umur 1,5 tahun sekitar 6 bulan (Sirat, 2011).

5) Saliva

Saliva berperan penting pada proses karies. Fungsi saliva yang adekuat penting dalam pertahanan melawan serangan karies. Salah satu fungsi dari saliva yaitu membersihkan bakteri (Putri, 2011).

d. Proses Terjadinya Karies

Proses terjadinya kerusakan gigi anak secara umum dimulai dengan adanya interaksi dari bakteri dipermukaan gigi, plak dan diet yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri, 2011). Email gigi susu lebih tipis dibandingkan dengan email gigi tetap sehingga gigi susu rentan terkena karies (Andini, 2011).

(15)

commit to user

Kerusakan gigi pada anak biasanya terjadi secara berurutan. Berikut urutan kerusakan gigi yang biasa terjadi (Nova, 2011) :

1) Gigi seri pertama rahang atas pada permukaan luar, dalam dan samping.

2) Gigi seri kedua rahang atas pada permukaan luar, dalam dan samping.

3) Gigi geraham satu rahang atas dan rahang bawah pada permukaan kunyah.

4) Gigi taring rahang atas dan rahang bawah pada permukaan luar, dalam dan samping.

5) Gigi geraham kedua rahang atas dan rahang bawah pada permukaan

kunyah.

6) Gigi-gigi seri bawah.

e. Pencegahan Karies

Pencegahan karies dapat dilakukan melalui berbagai cara. Karies dapat dicegah dengan pengurangan paparan terhadap asam. Untuk mengurangi paparan asam pada gigi agar tidak menimbulkan karies, hindarkan anak dari minum susu botol berlama-lama misalnya berjalan ke mana-mana dengan botol berisi susu di mulut. Hindari untuk memberikan susu botol pada anak yang tidur lelap. Usahakan agar anak tetap terjaga sampai 15 menit setelah selesai minum susu. Anak yang segera tertidur setelah minum susu, maka mulut dan gusi anak dapat

(16)

commit to user

dibersihkan dengan kain kasa yang lembut dan air hangat (Amini, 2010).

Beberapa saran pola makan untuk pencegahan karies gigi pada anak adalah sebagai berikut (Duggal, 2014):

1) Hindarkan untuk memberikan minuman yang mengandung pemanis

buatan dalam botol susu atau gelas minum.

2) Memberikan minuman yang lebih aman seperti air mineral, teh tawar dan susu tanpa tambahan gula.

3) Memberikan camilan yang lebih aman seperti buah, keju, roti, biskuit tawar.

4) Membatasi camilan yang mengandung gula, dan menghindari

makanan manis yang lengket, kenyal dan berkaramel.

5) Lebih waspada untuk gula yang tersembunyi seperti pada buah kering, kismis, saus.

Menurut Duggal, 2014 terdapat empat unsur pencegahan karies gigi yaitu kontrol plak, pola makan, fluoride, dan fissure sealant. Kontrol plak bisa dilakukan dengan menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride. Orang tua harus memberikan motivasi sedini mungkin kepada anak untuk membisakan menyikat gigi. Frekuensi menyikat gigi yang baik minimal 2 kali sehari, dengan waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah pada saat pagi setelah sarapan, dan sebelum tidur malam. Dalam waktu 4 jam, bakteri mulai bercampur dengan makanan

(17)

commit to user

dan membentuk plak gigi. Menyikat gigi setelah makan bertujuan untuk menghambat proses ini (Kusumasari, 2012).

Kontrol pola makan dengan mengurangi frekuensi dan jumlah asupan gula, mengisi botol atau gelas minum dengan air mineral dan susu tawar untuk mencegah karies gigi.

5. Hubungan pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula

dengan terjadinya karies gigi pada anak balita.

Anak yang diberikan susu formula dengan botol susu dapat menimbulkan kerusakan pada gigi anak yang disebut dengan karies gigi. Faktor utama penyebab kerusakan gigi susu anak akibat botol susu ini adalah host ( air ludah dan gigi), mikroorganisme yang terdapat di dalam rongga mulut dan substrat (susu yang melekat di permukaan gigi) (Nova, 2011).

Karies ini disebabkan karena susu formula mengandung sukrosa dan laktosa yang merupakan karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri mulut menjadi asam (Putri, 2011). Keadaan ini menyebabkan PH plak menurun dan terjadi demineralisasi struktur gigi. Demineralisasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu menyebabkan kandungan mineral akan hilang dan membentuk karies (Hongini, 2012).

Proses ini terjadi saat anak tidur dimana gerakan menelan terhenti dan lidah dalam keadaan diam yang menyebabkan susu sebagai substrat, mikroorganisme yang ada di rongga mulut dan gigi berkontak dalam jangka waktu yang lama (Nova, 2011). Karies ini bermula terjadi pada

(18)

commit to user

rahang atas bagian depan. Pada saat tidur, gigi rahang bawah tertutup oleh lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang gigi rahang atas (Nugroho, 2012).

Menurut Ratnasari (2013) Pola makan yang tidak sehat dan kecenderungan para orang tua memberikan susu dengan botol pada anak-anak dapat memicu timbulnya penyakit gigi berlubang yang akut dan parah yang disebut dengan istilah rampan karies. Penyakit ini ditandai dengan munculnya karies di sekitar gigi seri atas dan gigi geraham besar.

Mengkonsumsi makanan atau minuman berupa cairan manis dalam botol berperan dalam pembentukan Early Chilhood Caries. Pada penggunaan botol, dot melekat pada gigi, dan tanpa perlu menghisap, cairan akan keluar secara terus menerus, dan akan melapisi gigi secara konstan. Jika minuman yang ada dalam botol mengandung gula, dan ada bakteri Streptococcus mutans maka proses karies akan terjadi. Pada beberapa penelitian, jenis pendamping atau pengganti ASI dalam botol berperan dalam menyebabkan karies. Anak yang diberi minuman manis dengan botol mempunyai risiko empat kali lebih besar untuk terjadi kolonisasi Streptococcus mutans (Setiawati, 2012).

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ida Ayu Komang Ari Purnamastuti, 2006 dengan judul “hubungan lama pemberian susu botol dengan kejadian karies pada gigi susu”. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian karies pada gigi susu dengan lama pemberian botol susu.

(19)

commit to user

Penelitian yang sama dilakukan oleh Evi Nurhidayah (2012) dengan judul “hubungan antara penggunaan dot dalam pemberian susu formula dengan kejadian karies gigi balita usia 4-5 tahun di TK Tarbiyatush Shibyan desa Gayaman kecamatan Mojoanyar Mojokerto”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan dot dengan kejadian karies gigi pada balita usia 4-5 tahun di TK Tarbiyatush Shibyan desa Gayaman kecamatan Mojoanyar Mojokerto.

Menurut Paulus (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh susu botol terhadap terjadinya rampan karies pada anak-anak usia 4 – 5 tahun di taman kanak–kanak aisyiyah gentungang kecamatan bajeng barat kabupaten gowa tahun 2009”, hasilnya menunjukkan bahwa anak yang paling banyak terserang karies adalah anak yang minum susu lebih dari 3 kali dalam sehari dan tingkat keparahan rampan karies diderita pada anak yang minum susu botol terlalu lama sehingga kontak susu dengan permukaan gigi.

B.Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini akan menghubungkan antara pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dengan kejadian karies gigi anak balita, adapun yang menjadi variabel bebas adalah pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dan variabel terikat adalah kejadian karies gigi anak. Selain disebabkan oleh minum susu formula dengan botol susu, kejadian karies gigi anak juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti waktu pemberian

(20)

commit to user

botol susu, riwayat karies ibu, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, lama pemberian ASI, tingkat saliva rendah pada malam hari, kebiasaan makan, kebersihan mulut.

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pemakaian Botol Susu Untuk Konsumsi Susu Formula Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Balita.

C.Hipotesis

Ada hubungan antara pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dengan kejadian karies gigi anak balita.

Faktor penyebab

penggunaan botol susu :

1. Mudah

2. Membuat anak tenang

3. Orang tua tetap dapat beraktifitas

Minum susu memakai botol susu

Kontak gigi dengan sukrosa yang lama

Faktor penyebab karies gigi anak balita :

1. Waktu pemberian botol susu

2. Riwayat karies ibu 3. Status sosial ekonomi 4. Tingkat pendidikan

orang tua

5. Lama pemberian ASI

6. Tingkat saliva rendah pada malam hari

7. Kebiasaan makan

8. Kebersihan mulut

Bakteri plak memfermentasi sukrosa

Menghasilkan asam

PH menurun

Demineralisasi struktur gigi

Gambar

Gambar 2. 1 Faktor etiologi terjadinya karies.  1) Gigi
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pemakaian Botol Susu  Untuk Konsumsi Susu Formula Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Balita

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, program pembangunan pangan halal Jepang ini bertujuan untuk mencitrakan Jepang sebagai negara yang ramah bagi masyarakat muslim ( muslim friendly )

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris

Supardi dan Teuku Amiruddin, (2011), Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, Yogyakarta: UI Press, hal.. a) kegiatan pengajian

Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai p<0,05 (0,000<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan yang signifikan antara informasi extern KB IUD

I Wayan Gede Suacana, M.Si Koordinator FI Gedung I KU LAB.FE R.113.. 22 Luh Putu Suryani, SH., MH

Munculnya kretivitas didaerah ini beriringan dengan nilai-nilai kebudayaan yang masih memegang suatu tanda dengan makna- makna tertentu, makna dari motif burung

melaksanakan pengukuran,penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit