• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinjauan pustaka serta mengacu pada tujuan penelitian, kerangka pemikiran dalam studi ini secara skematis ditunjukkan pada Gambar 6. Menurut konsep perubahan struktural ekonomi dinyatakan bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi akan ditunjukkan adanya peralihan dari struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor primer ke struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor sekunder dan tersier. Secara teori dan beberapa studi lainnya ditemukan bahwa dalam perubahan struktural terdapat suatu pola yang menunjukkan bahwa pendapatan per kapita, populasi, dan tingkat perdagangan luar negeri berpengaruh secara negatif terhadap penurunan share sektor Pertanian, dan positip terhadap

share sektor Industri Pengolahan dan Jasa, baik di sisi output maupun tenaga kerja. Jawa Barat, sebagaimana telah dikemukakan di awal, telah mengalami perubahan struktural ekonomi. Apakah perubahan struktural ekonomi Provinsi Jawa Barat sesuai pola tersebut perlu dilakukan pengujian. Untuk keperluan ini digunakan model ekonometrik yang dikembangkan dari Chenery dan studi yang mendukungnya.

Selanjutnya dalam proses pertumbuhan ekonomi, yang menyertakan perubahan struktural ekonomi tersebut, terdapat sumber yang memicu pertumbuhan ekonomi. Secara teori sumber-sumber pertumbuhan dapat diidentifikasi berdasarkan pendekatan IO (Input-Output Model) yang dinyatakan

(2)

sebagai model dekomposisi IO. Sehubungan dengan itu model dekomposisi IO

(3)

Gambar 6. Kerangka Pemikiran

STRUKTUR EKONOMI YANG DIDOMINASI SEKTOR PRIMER

STRUKTUR EKONOMI YANG DIDOMINASI SEKTOR SEKUNDER DAN TERSIER

POLA KETERKAITAN ANTAR SEKTOR SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DISTRIBUSI PENDAPATAN MODEL EKONOMETRIK MODEL EKOMPOSISI IO MODEL SAM R E K O M E N D A S I K E B I J A K A N PEREKONOMIAN JABAR POLA? KETERKAITAN ANTAR SEKTOR? SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN? DISTRIBUSI PENDAPATAN?

(4)

tersebut digunakan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan yang menyertakan perubahan struktural ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

Perubahan struktural ekonomi yang terjadi ditunjukkan secara alamiah oleh relatif lebih besar share kontribusi sektor Industri Pengolahan dan Jasa terhadap perekonomian, baik dari sisi output maupun tenaga kerja. Kontribusi sektor tersebut menjadi lebih bermakna apabila memiliki tingkat keterkaitan yang kuat dengan sektor Pertanian. Selain itu dalam perubahan struktural ekonomi tersebut diikuti juga oleh tingkat distribusi pendapatan yang lebih merata antar golongan rumahtangga. Secara teori tingkat keterkaitan antar sektor dan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga dapat diidentifikasi melalui model SAM

(Social Accounting Matrix Model). Sehubungan dengan itu model SAM digunakan untuk melihat tingkat keterkaitan antar sektor dan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga di Provinsi Jawa Barat.

3.1.1. Model Ekonometrik

Chenery dan Taylor (1968) dalam Budiharsono (1996) menggunakan pendekatan ekonometrik yang berbentuk persamaan tunggal dalam memprediksi pola perubahan struktural ekonomi. Berdasarkan data silang (cross section) dalam model tersebut dinyatakan tiga persamaan sebagai berikut :

Ln Xi = a + b1 LnY + b2 (Ln Y)2 + g Ln N + s Ln I + i1 Ln ep + i2 Ln em Ln Xi =a + b1 Ln Y + b2 (Ln Y)2 + d Ln N

Ln Xi =a + b Ln Y + g Ln N ………. (3.1)

Sedangkan untuk data seri waktu (time series) digunakan model sebagai berikut :

Ln Xi =a + b Ln Y ... (3.2) dimana :

(5)

Xi = kontribusi sektor i terhadap PDB dalam persentase Y = PDB per kapita

N = jumlah penduduk

I = kontribusi pembentukan modal tetap bruto terhadap PBD (I/PDB)

ep = kontribusi ekspor sektor primer terhadap PDB (ep/PDB)

em = kontribusi eskpor sektor manufaktur terhadap PDB (em/PDB)

i = 1, 2, 3 berturut-turut sektor primer (Pertanian dan Pertambangan), sektor industri (Industri Pengolahan dan Bangunan) dan sektor Jasa

(sektor selain sektor primer dan sektor industri).

Selanjutnya Chenery dan Syrquin (1975) dalam Budiharsono (1996) mengembangkan model dalam memprediksi pola perubahan struktural ekonomi tersebut dengan menambahkan variabel periode waktu dan membagi sektor ekonomi dalam 4 sektor. Berdasarkan data silang (cross section) dalam model tersebut dinyatakan dua persamaan sebagai berikut :

Xi = a + b1 LnY + b2 (Ln Y)2+ g1 Ln N + g2 (Ln N)2 + et Ti

Xi = a + b1 LnY + b2 (Ln Y)2 + g2 Ln N + g2 (Ln N)2 + et Ti + ei F (3.3) Sedangkan berdasarkan data seri waktu dinyatakan model sebagai berikut :

Xi = a + b1LnY + b2 (Ln Y) 2 + et Ti + ei F ……… (3.4) dimana :

Ti = periode waktu

i = 1, 2, 3, 4 berturut-turut sektor primer (Pertanian dan Pertambangan), sektor industri (Industri Pengolahan dan Bangunan), sektor utilitas (Listrik, Gas, Air Minum dan Pengangkutan dan Komunikasi) dan sektor jasa (sektor selain sektor primer, sektor industri dan sektor

utilitas)

3.1.2. Model Dekomposisi IO

Mencatat output bruto sebagai bentuk keseimbangan dasar dalam perhitungan IO dari setiap sektor i adalah sebagai berikut :

i M i E i F i W i X = + + − ……… (3.5)

(6)

dimana :

Xi = output bruto dari sektor i

Wi = permintaan antara terhadap output dari sektor i Fi = permintaan akhir terhadap output dari sektor i Ei = permintaan ekspor terhadap output dari sektor i

Mi = impor dari sektor i

Kemudian dari persamaan model IO (3.5) dapat dituliskan dalam notasi matriks sebagai berikut : M -E F W X = + + ………. (3.6) atau E F W M X + = + + ………. (3.7)

Selanjutnya persamaan (3.7) dapat dibagi dalam dua bagian :

E F W X = d + d + ………. (3.8) m m F W M = + ………. (3.9) dimana : Wd

= input antara domestik

Fd = permintaan akhir domestik

Wm = impor input antara

Fm = impor permintaan akhir

Mengasumsikan bahwa terdapat koefisien tetap uw, uf, mw dan mf dan didefinisikan sebagai berikut :

W W uw d / = ……… (3.10) F F uf = d / ……… (3.11) W W mw m / = ……… (3.12) F F mf m / = ……… (3.13)

Dengan demikian produksi domestik dan impor sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan (3.8) dan (3.9) dapat dituliskan sebagai berikut :

(7)

E F u W u X = w + f + ………. (3.14) F m W m M = w + f ………. (3.15) dimana :

uw = matriks diagonal dari rasio tetap dari permintaan antara domestik terhadap total permintaan antara

uf = matriks diagonal dari rasio tetap dari permintaan akhir domestik terhadap total permintaan akhir

mw = matriks diagonal dari rasio tetap dari impor permintaan antara terhadap total permintaan antara

mf

= matriks diagonal dari rasio tetap dari impor permintaan akhir terhadap total permintaan akhir

Mengasumsikan bahwa input antara dibutuhkan untuk menghasilkan output dengan proporsi yang tetap, permintaan input antara bagi setiap sektor i dapat dituliskan sebagai fungsi dari inputnya sendiri dan diperlihatkan :

= = j j ij j ij i X a X W ……….. (3.16) dimana :

Xij = penggunaan antara dari output i oleh sektor j aij = koefisien input-output

Jika A menunjukkan matrik koefisien input-output maka matrik permintaan antara, W, dituliskan :

AX

W = ……… (3.17)

Menyusun kembali persamaan (3.14) dan memecahkan bagi output X akan dihasilkan : E) F (u A) u (I X = w1 f + ……….... (3.18)

menyatakan R = (I- uwA)-1 sehingga diperoleh dari persamaan (3.18) :

E) F R(u

X = f +

(8)

ini merupakan persamaan sebagai titik awal untuk analisis dekomposisi yang akan digunakan sebagai suatu kerangka umum untuk analisis sumber-sumber pertumbuhan terkait dengan perubahan struktural ekonomi.

3.1.3. Model SAM

Model SAM (Social Accounting Matrix Model) merupakan perluasan dari model I-O (Input-Output Model), dimana model ini memotret perekonomian pada suatu waktu tertentu. Ruang lingkup model SAM jauh lebih luas dan terperinci dibandingkan dengan model Input-Output (IO). Model IO hanya menyajikan arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor produksi, rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri, sedangkan dalam model SAM hal-hal tersebut didisagregasi secara lebih rinci. Misalnya, rumahtangga dapat didisagregasi berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya.

Di samping itu dalam model SAM dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti: pajak, subsidi, modal dan sebagainya, sehingga model SAM dapat menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari model SAM dibanding model IO adalah bahwa model SAM mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian. Sama halnya dengan model IO, model SAM juga merupakan sebuah matrix bujursangkar yang terdiri atas kolom dan baris. Kolom menjelaskan transaksi pengeluaran dan baris menjelaskan transaksi penerimaan. Total nilai transaksi pada kolom harus sama dengan total nilai transaksi pada baris agar syarat keseimbangan terpenuhi (Sadoulet dan de Janvry, 1995).

(9)

3.1.3.1. Kerangka Sederhana Model SAM

Tabel 3 menunjukkan kerangka sederhana dan komprehensif dari model SAM. Kerangka model SAM tersebut dapat dijelaskan secara langsung dengan mengamati aliran transaksi yang disajikan Gambar 7.

Tabel 3. Skema Sederhana SAM

Pengeluaran Neraca Endogen Neraca Eksogen Total Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi 1 2 3 4 5 Pend ap atan Nerca E ndo gen Faktor Produksi 1 T11 0 T12 0 T13 Distribusi nilai tambah X1 Pendapatan faktor prod. dari LN Y1 Distribusi pendapatan faktorial Institusi 2 T21 Alokasi pendapatan faktor ke institusi T22 Transfer antar institusi T32 0 X2 Transfer dari luar negeri (LN) Y2 Distribusi pendapatan institusional Sektor Produksi 3 T31 0 T32 Permintaan domestik T33 Permintaan antara X3 Ekspor dan investasi Y3 Total output menurut faktor produksi Neraca Ek so gen Jumlah neraca lainnya 4 L1 Alokasi pendaatan faktor ke luar negeri L2 Tabungan pemerintah, swasta dan rumah tangga L3

Impor dan pajak tidak langsung X4 Trasfer lainnya Y4 Total pend. neraca lainnya Total 5 Y’1 Jumlah pengeluaran faktor produksi Y’2 Jumlah pengeluaran institusi Y’3 Total Input Y’4 Jumlah pengeluaran lainnya Sumber : Thorbecke, 1988

(10)

Gambar 7. Aliran Pendapatan dalam Perekonomian Sumber : Round, 2003

Keutamaan perekonomian agregat dapat dipastikan secara langsung dari kerangka makro SAM. Oleh karenanya, penciptaan nilai tambah oleh aktivitas produksi domestik yang menghasilkan GDP ditemui dalam sel (3, 2), pengeluaran konsumsi akhir oleh rumahtangga disajikan dalam sel (1, 4) dan seterusnya. Hal tersebut membedakan aktivitas produksi dari komoditas-komoditas yang mereka hasilkan. Ini berarti bahwa aktivitas-aktivitas tersebut berasal dari dua komponen Tabel IO, yaitu : matriks penggunaan komoditas dan matriks penawaran komoditas (Round, 2003).

Berdasarkan skema sederhana model SAM Tabel 3, dapat dirumuskan persamaan matriks umum pendapatan dan pengeluaran neraca endogen :

Barang Akhir Transfer Keseimbangan Neraca Eksternal Tarif Pajak tak Langsung Transfer Impor Ekspor Pajak Tabungan Penjualan Konsumsi Antara Value Added

Aktivita

Perusahaan Aktivitas

Produksi Pemerintah Pasar Faktor Produksi Pasar Komoditas

Rest of

(11)

Y = T + X ... (3.20) Secara rinci distribusi pendapatan neraca endogen dapat dinyatakan :

Y1 = T13 + X1 …….……….. (3.21) Y2 = T21 + T22 + X2 ...………. (3.22) Y3 = T32 + T33 + X3 ..…....……… (3.23) Sementara itu persamaan distribusi pendapatan neraca eksogen dinyatakan :

Y4 = L1 + L2 + L3 + X4 ……… (3.24) Selanjutnya persamaan matriks umum distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dinyatakan :

Y = T + L ……… (3.25)

Secara rinci distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dinyatakan :

Y’1 = T21 + L1 …….………. (3.26) Y’2 = T22 + T32 + L2 ……… (3.27) Y’3 = T13 + T33 + L3 ……… (3.28) Sementara itu persamaan distribusi pengeluaran neraca eksogen dinyatakan sebagai :

Y’4 = X1 + X2 + X3 + X4 ………. (3.29)

3.1.3.2. Analisis Pengganda SAM

Analisis pengganda di dalam model SAM dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu : pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). Analisis pengganda neraca pada prinsipnya sama dengan pengganda dari Leontief Inverse Matrix yang diuraikan dalam model IO. Ini berarti semua analisis pengganda yang terungkap pada model IO seperti

(12)

diterapkan dalam analisis SAM. Sedangkan analisis pengganda harga tetap menjurus pada analisis respon rumahtangga terhadap perubahan Neraca Eksogen yang memperhitungkan expenditure propensity (Isard et al., 1998).

Selanjutnya jika besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij, dianggap sebagai perbandingan antara pengeluaran sektor ke-j untuk sektor ke-i dengan total pengeluaran ke-j (Yj), maka :

Aij = Tij / Yj ………. (3.30) atau dalam bentuk matriks adalah :

⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = 33 32 22 21 13 A A 0 0 A A A 0 0 A ……… (3.31)

Apabila persamaan (3.20) dibagi dengan Y, maka diperoleh :

Y/Y = T/Y + X/Y ………. (3.32)

Selanjutnya persamaan (3.30) disubsitusikan ke persamaan (3.32) sehingga menjadi : I = A + X/Y I – A = X/Y (I – A)Y = X Y = (I – A)-1 X ………. (3.33) Jika, Ma = (I – A)-1 maka, Y = Ma X ……… (3.34)

dimana A adalah koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung (direct coefficients) dari perubahan yang terjadi pada suatu sektor terhadap sektor lainnya. Sementara itu Ma adalah pengganda neraca yang menunjukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari seluruh sistem SAM.

(13)

Pyatt and Round (1985) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca tersebut, dimana hasilnya dalam bentuk multiplikatif :

Ma = Ma3 Ma2 Ma1 ……… (3.35) atau secara aditif dapat ditulis :

Ma = I + Ma1 - I + (Ma2 -I) Ma1 + (Ma3 - I) Ma2 Ma1 ……… (3.36) Secara berurutan matriks Ma1, Ma2, dan Ma3 dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Ma1 disebut sebagai pengganda transfer yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca pada dirinya sendiri, yang dirumuskan :

Ma1 = (I – A0 ) –1 ……… (3.37) dimana, ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = 33 22 0 0 0 0 0 0 0 0 A A A ……….. (3.38) sehingga, ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − = − − 1 33 1 22 1 ) 1 ( 0 0 0 ) 1 ( 0 0 0 0 A A Ma ……… (3.39)

Kedua, Ma2 adalah pengganda open loop atau cross effect yang menunjukkan pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Dalam hal ini Ma2 dirumuskan :

Ma2 = (I + A* + A*2) ……… (3.40) dimana A* = (I – A0)-1 (A – A0) Oleh karena : A*13 = A13 A*21 = (I – A22)-1 A21 A*32 = (I – A33)-1 A32

(14)

maka Ma2 dapat ditulis sebagai berikut : ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = 1 1 1 32 * 21 * 32 * 13 * 21 * 21 * 13 * 32 * 13 * 2 A A A A A A A A A Ma ……… (3.41)

Proses pengganda open loop antar blok tersebut disajikan pada Gambar 8. Dari Gambar 8 dapat dijelaskan bahwa berawal dari peningkatan (injeksi) permintaan ekspor (X3) akan meningkatkan output yang berhubungan dengan blok aktivitas produksi (Y3) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi (Y1) dengan nilai pengganda sebesar A13. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan mempengaruhi pendapatan pada blok institusi (Y2) dengan nilai pengganda sebesar A*21. Selanjutnya peningkatan pendapatan blok institusi akan berpengaruh terhadap pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32.

Apabila injeksi berawal dari peningkatan pendapatan blok faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X1) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda A*32. Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar A13. (I-A33)-1X3 X3= permintaan ekspor A* 32=(I-A33)-1A32 Y1 Distribusi pendapatan faktor produksi Y2 Distribusi pendapatan institusi A* 13=A13 Y3 Aktivitas Produksi A* 21=(I-A22)-1A21

(15)

Gambar 8. Proses Pengganda antara Neraca Endogen SAM Sumber : Thorbecke, 1998

Terakhir, apabila injeksi berawal dari peningkatan pendapatan blok non-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X2) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda A13. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21.

Ketiga, Ma3 merupakan closed loop yang menunjukkan pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Dalam bentuk matriks Ma3 dapat ditulis sebagai berikut :

Ma3 = (I – A*3)-1 ………. (3.42)

Persamaan (3.38) secara rinci dapat ditulis sebagai berikut :

⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − = − − − 1 32 * 32 * 13 * 1 32 * 32 * 13 * 1 32 * 32 * 13 * 3 a ) A A A 1 ( 0 0 0 ) A A A 1 ( 0 0 0 ) A A A 1 ( M (3.43)

Dekomposisi pengganda neraca tidak hanya dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata, melainkan juga dengan pendekatan

(16)

marjinal. Untuk hal ini dibutuhkan sebuah matriks yang disebut marginal

expenditure propensities yang dinotasikan dengan C. Matriks C dibentuk berdasarkan asumsi harga tetap, sehingga pengganda yang diperoleh dengan cara ini seringkali disebut pengganda harga tetap. Pada dasarnya antara matriks C dan matriks A tidak jauh berbeda. Kalau matriks A diperoleh dari rata-rata pengeluaran, sedangkan matriks C diperoleh dari marjinalnya, atau :

C = T/Y ……… (3.44) Secara rinci ditulis sebagai :

⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = 33 32 22 21 0 0 0 0 0 C C C C C ………. (3.45) karena Y = T + X, maka : ∂Y = T + X ……….. (3.46) dengan demikian : ∂Y = CT + X Y = (I – C)-1X ………. (3.47) atau ∂Y = McX ………. (3.48)

dimana Mc adalah pengganda harga tetap, yang selanjutnya dapat didekomposisi ke dalam Mc1 (pengganda transfer), Mc2 (open loop mutiplier), dan Mc3 (closed loop pengganda), sehingga :

Mc = Mc3Mc2Mc1 ………... (3.49) Bentuk matrix Mc3, Mc2, Mc1 sama seperti pada matriks dekomposisi sebelumnya, hanya saja yang digunakan disini adalah marjinal pengeluaran.

(17)

3.1.3.3. Metode Structural Path Analysis

Kerangka SAM menyajikan suatu tambahan penting dan mengeneralisasi model input-output ketika model SAM menangkap sirkulasi ketergantungan karakteristik berbagai sistem ekonomi antara (a) aktivitas produksi, (b) distribusi pendapatan faktorial, dan (c) distribusi pendapatan antara institusi (khususnya perbedaan antara kelompok sosial ekonomi rumahtangga), yang menentukan pola pengeluaran institusi. Efek global (langsung dan tidak langsung) injeksi dari peubah-peubah eksogen terhadap peubah-peubah endogen ditangkap, dengan

fixed price dan constrained multiplier. Namun demikian, multipliers tersebut tidak mengklarifikasi ’black box’, yakni mekanisme respon perilaku dan struktural terhadap efek global tersebut. Berpijak dari suatu kebijakan, pengetahuan tentang

magnitude (besaran) multiplier adalah penting, tetapi menjadi lebih berarti jika dilengkapi dengan structural path analysis (SPA) yang mengindifikasi keragaman lintasan dari suatu injeksi tertentu. SPA adalah metode untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Dengan demikian, metode SPA membuka ’black box’ yang tidak dapat dijelaskan oleh besaran multiplier (Defourny and Thorbecke, 1988, dan Thorbecke and collaborators, 1992 dalam Isard et al., 1998).

Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya dapat melalui: sebuah jalur dasar (elementary path), yakni apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali, dan jalur sirkuit (circuit), yakni apabila suatu sektor setelah mempengaruhi sektor yang lain akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Gambar 9 dan 10 berturut-turut menyajikan contoh jalur dasar dan sirkuit.

(18)

Berdasarkan Gambar 9, pengaruh sektor i terhadap sektor j dapat terjadi secara langsung, dan dapat pula melalui sektor-sektor lain, seperti x dan y. Apabila dalam jalur sektor i ke sektor j tersebut, sektor i, sektor x, sektor y dan sektor j hanya dilalui satu kali, maka jalur seperti ini disebut sebagai jalur dasar.

Gambar 10 menyajikan jalur sirkuit, yakni pengaruh dari sektor i ke sektor

x, yang diteruskan ke sektor y, ke sektor j, ke sektor z dan kembali ke sektor i. Dalam jalur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali sektor i yang dilalui dua kali, yakni pada awal dan akhir jalur.

Selanjutnya berdasarkan Gambar 9 dan 10, besarnya pengaruh satu sektor ke sektor lainnya atau keeratan hubungan antara dua sektor menggunakan ukuran kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity), alternatif lainnya dapat menggunakan ukuran kecenderungan pengeluaran marjinal (marginal expenditure propensity). Pengaruh sektor i ke sektor j dengan

Gambar 9. Jalur Dasar

Gambar 10. Jalur Sirkuit

aiz azj ajy ayx axi z j y x i j ajy x y axi i j i aji ayx atau (a) (b)

(19)

menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran rata-rata disimbol dengan

aji, sementara itu dengan menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran marginal disimbol dengan cij. Dalam penelitian ini besarnya pengaruh suatu sektor ke sektor lainnya menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran rata-rata. Konsep pengaruh (influence) dalam analisis structural path analysis ada tiga jenis, yakni pengaruh langsung (direct influence), pengaruh total (total

influence) dan pengaruh global (global influence) (Isard et al., 1998).

1. Pengaruh Langsung

Pengaruh langsung dari sektor i terhadap sektor j ditransmisikan melalui jalur dasar (elementary path) adalah perubahan pendapatan atau produksi yang ditransmisikan ke sektor j oleh perubahan pendapatan atau produksi di sektor i sebesar 1 (satu) satuan. Pengaruh langsung dapat diukur sepanjang jalur dasar yang berisi satu panah maupun lebih dari satu panah.

Untuk kasus satu panah (Gambar 9a), pengaruh langsung (ID) sektor i terhadap sektor j disepanjang panah (i,j) dapat dinyatakan dengan rumus:

ji D

j

i a

I( ) = ... (3.50)

dimana I menyatakan besarnya (intensitas) pengaruh, superscript D mengindikasikan pengaruh tersebut adalah langsung, dan aji adalah elemen matriks kecenderungan mengkonsumsi rata-rata, An.

Untuk kasus jalur dasar yang berisi lebih dari satu panah (Gambar 9b), pengaruh langsung sekto i terhadap sektor j dapat dinyatakan dengan rumus:

jy yx xi D j i a a a I(→) = ... ………. (3.51) 2. Pengaruh Total

(20)

Pengaruh total menangkap pengaruh langsung sepanjang jalur dan pengaruh tidak langsung jalur sirkuit yang berhubungan dengan jalur tersebut. Pada suatu jalur dasar tertentu p=(i,..., j) dengan awal sektor i dan berakhir pada sektor j, pengaruh total adalah pengaruh yang ditransmisikan dari sektor i ke sektor j disepanjang jalur dasar p memasukkan semua efek tidak langsung. Gambar 11 menyajikan jalur dasar p=(i, x, y, j) seperti pada Gambar 8b dan ditambahkan secara eksplisit jalur sirkuit.

Gambar 11. Jalur Dasar Termasuk Jalur Sirkuit

Berdasarkan Gambar 11, pengaruh langsung antara sektor i dan sektor y adalah axiayx yang kemudian ditransmisikan kembali dari sektor y ke sektor x melalui dua loop, loop pertama menciptakan suatu pengaruh axiayxaxy dan loop kedua menciptakan suatu pengaruh axiayxazyazx. Arus balik (feedback) bersama- sama dari kedua loop menghasilkan dampak (axiayx)(axy + azyaxz). Dampak ini kemudian ditransmisikan kembali dari sektor x ke sektor y. Proses ini menghasilkan suatu series (a squence of rounds) antara sektor x dan sektor y sebagai berikut:

(

)

[

(

)

]

[

(

)

]

(

1+ yx xy+ zy xz + yx xy+ zy xz 2+ yx xy+ zy xz 3+...

)

= yx xia a a a a a a a a a a a a a

(

)

[

]

1 1− yx yx+ zy xzyx xia a a a a a ... (3.48) axz azy axy ajy ayx axi z j x i y

(21)

Unsur sebelah kiri dari persamaan (3.48) adalah suatu geometric series dengan aix, ayx, axy, azy, axz < 1. Besaran dari geometric series tersebut diekspresikan pada unsur sebelah kanan.

Dengan mengalikan persamaan (3.48) dengan ajy diperoleh pengaruh total di sepanjang dilintasan dengan rumus sebagai berikut:

(

)

[

]

1 ) ( 1 − → = xi yx jyyx yx + zy xz T p j i a a a a a a a I ... (3.52)

dimanaaxiayxajymenyatakan pengaruh langsung, sedangkan

[

1−ayx

(

ayx+azyaxz

)

]

−1 menyatakan pengganda lintasan (path multiplier) Mp. Dengan demikian persamaan (3.54) dapat dinyatakan sebagai:

p D p j i T p j i I M I(→ ) = (→) ... (3.53) 3. Pengaruh Global

Pengaruh global atau global influence (IG) dari simpul i ke simpul j, mengukur dampak total pada pendapatan atau output dari simpul j yang diakibatkan perubahan satuan unit pada pendapatan atau output di simpul i. Pengaruh global memiliki nilai yang sama dengan penjumlahan dari seluruh pengaruh total sepanjang jalur dasar yang menghubungkan simpul i dan simpul j.

Pengaruh global ditangkap dengan mereduksi bentuk Model SAM sebagai berikut:

(

I A df M df

)

dyn = − n = a

−1

) ... (3.54) dengan maji adalah elemen matriks fixed price multiplier Ma, dapat ditangkap efek-efek secara penuh dari injeksi variabel eksogen dfi terhadap variabel endogen j. Dengan demikian dapat dinyatakan sebagai:

aji G

j

i m

(22)

dan matriks Ma=(I - An)-1 disebut matriks pengaruh global.

Penting untuk memahami secara jelas perbedaan antara pengaruh global dan pengaruh langsung. Ada dua perbedaan fundamental antara pengaruh global dan pengaruh langsung, yakni: Pertama, pengaruh global menangkap pengaruh langsung yang ditransmisikan oleh seluruh jalur dasar yang menghubungkan dua simpul yang ada. Untuk simpul tertentu, misalnya simpul i dan j, dampak suatu injeksi mempengaruhi output atau pendapatan dari i terhadap output atau pendapatan j pada semua jalur dari simpul awal i dan simpul akhir j. Sementara itu, pengaruh langsung ditransmisikan dari simpul i ke simpul j pada disepanjang jalur dasar pada simpul awal dan akhir yang sama, adalah sama dengan jumlah pengaruh langsung yang ditransmisikan pada setiap jalur dasar. Kedua, pengaruh global merupakan akumulasi hasil dari seluruh dampak dan imbas balik dari adanya sirkuit dalam grafik dan merupakan jumlah pengaruh total dari seluruh jalur dasar yang melalui simpul i dan simpul j.

Untuk memperjelas makna dari pengaruh global, Gambar 12 menjelaskan Jalur dasar dan dilengkapi dengan jalur sirkuit.

Gambar 12. Jaringan Jalur Dasar dan Jalur Sirkuit yang Menghubungkan

Simpul i dan j avv avi asi axy axz azy ajv ajs ajy ayx axi v i s z j y x

(23)

Dari Gambar 12, terdapat empat jalur dasar yang memiliki asal dan arah tujuan yang sama dari i ke j, yaitu: (i,j), (i,x,y,j), (i,s,j) dan (i,v,j). Sebagai penyederhanaan, jalur pertama disimbolkan dengan angka 1 dan jalur berikutnya sebagai 2, 3, dan 4. Berdasarkan Gambar 12 ini, pengaruh global dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

(

)

3 3 ) ( 2 2 ) ( 1 1 ) ( 1 1 1 ) ( 3 ) ( 2 ) ( 1 ) ( ) , , ( ) , , ( ) , , , ( ) ( ) ( M I M I M I a I a a a a M I I I I I I I m I D j i D j i D j i vv jv vi sj si D j i T j i T j i T j i T j v i T j s i T j y x i aji G j i → → → − → → → → → + + = − + + = + + = + + = = ... (3.56)

Secara umum, pengaruh global yang menyatakan hubungan antara dua simbol pada suatu struktur dapat didekomposisi ke dalam suatu series pengaruh total yang ditransimisikan pada setiap jalur dan seluruh jalur dasar simpul i dan j, yakni:

= → = → → = = = n p p p T j i n p p T j i aji G j i m I I M I 1 ) ( 1 ) ( ) ( ... (3.57) dimana,

IG(iÆj) = Pengaruh global dari kolom ke-i dalam matriks SAM menuju baris ke-j

maji = elemen ke (j,i) dari matriks pengganda neraca Ma IT(iÆj) = Pengaruh total dari i ke j

ID(iÆj) = Pengaruh langsung dari i ke j

Mp = Pengganda jalur sepanjang jalur p

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis multipliers semata tidak menjelaskan mekanisme respon perilaku dan struktural terhadap efek global, yang berarti ada ’black box’. Metode SPA membuka ’black box’ yang tidak dapat dijelaskan oleh besaran multiplier (Defourny and Thorbecke, 1988, and

(24)

Thorbecke and collaborators, 1992 in Isard et al., 1998). Namun demikian, masalah utama berkaitan SPA adalah banyaknya jalur yang perlu diidentifikasi dalam perekonomian secara keseluruhan (Sonis, Hewings dan Lee, 1994). Dalam studi ini, pembahasan hasil SPA difokuskan pada simpul awal adalah adanya injeksi terhadap elemen utama sektor-sektor potensial yang memberikan dampak terhadap penerimaan institusi melalui jalur-jalur tertentu.

3.1.3.4. Estimasi SAM dengan Metode Cross-Entropy

Model SAM yang dibangun pada tingkat nasional maupun daerah juga banyak yang masih sangat agregat. Untuk mendapatkan SAM per tahun dan yang didisagregasi secara lebih rinci dapat dilakukan dengan metode RAS dan

Cross-Entropy (CE). Metode CE merupakan perluasan dari metode RAS, dimana metode CE lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM ketika data adalah scattered (tersebar) dan tidak konsisten. Kerangka CE mengacu pada rentang informasi terdahulu yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi (Robinson et al., 1998). Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dalam dalam penelitian akan digunakan metode CE.

Pendekatan yang digunakan model CE adalah : pendekatan deterministik dan stokastik. Pendekatan deterministik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional antara satu variabel dengan variabel lainnya. Pendekatan stokastik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu variabel dengan variabel lainnya (Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said, 2000). Sesuai dengan kepentingan penelitian maka metode CE dengan pendekatan deterministik yang akan digunakan.

(25)

Langkah pertama mengestimasi SAM menggunakan metode CE dengan pendekatan deterministik adalah mendefinisikan matriks T sebagai suatu matriks transaksi SAM, dimana tij adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke naraca baris i yang memenuhi kondisi :

= = j ji j ij i t t y ……… (3.58)

Pada suatu SAM, setiap jumlah baris (yi) harus sama dengan jumlah kolom (y*j), dimana koefisien matriks A dapat dibentuk dari setiap sel pada matriks T dibagi dengan jumlah kolomnya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : j ij ij y t A = ………. (3.59)

Kullback dan Leibler (1951) mengaplikasikan ukuran jarak cross-entropy antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satu set koefisien matrik yang baru (A) dengan cara meminimumkan jarak cross-entropy antara koefisien matriks yang baru dengan koefisien matriks sebelumnya (A). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : { } ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ =

∑∑

i j ij ij ij A A A A I ln min ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − =

∑∑

∑∑

j ij j ij ij A A A A ln ln ………. (3.60) Dengan kendala: * * i j j ijy y A =

………...……… (3.61)

(26)

1 0 dan 1 ≤ ≤ =

ji j ji A A ... (3.62) 3.2. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pola perubahan struktur ekonomi di Provinsi Jawa Barat dari aspek output dan tenaga kerja konsisten dengan teori dan studi-studi yang mendukungnya.

2. Pola perubahan struktur ekonomi dari aspek distribusi pendapatan menunjukkan kesenjangan yang semakin melebar antar berbagai golongan rumahtangga.

3. Sumber-sumber pertumbuhan output didominasi oleh permintaan akhir domestik dan ekspor barang dan jasa.

4. Sumber-sumber pertumbuhan tenaga kerja didominasi oleh intensitas tenaga kerja dan teknologi.

5. Keterkaitan baik ke belakang maupun ke depan sektor Industri Pengolahan lebih kuat.

(27)

sebagai sektor yang potensial secara ekonomi.

7. Sektor yang termasuk dalam sektor Pertanian dan Jasa sebagai sektor yang potensial secara ekonomi memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan penyerapan tenaga kerja apabila diberikan stimulus ekonomi.

Gambar

Gambar 6. Kerangka Pemikiran
Tabel 3 menunjukkan kerangka sederhana dan komprehensif dari model  SAM.  Kerangka model SAM tersebut dapat dijelaskan secara langsung dengan  mengamati aliran transaksi yang disajikan Gambar 7
Gambar 7.  Aliran Pendapatan dalam Perekonomian   Sumber :   Round, 2003
Gambar 10 menyajikan jalur sirkuit, yakni pengaruh dari sektor i ke sektor
+3

Referensi

Dokumen terkait

maka secara operasional variabel budaya birokrasi dapat diamati melalui beberapa indikator sebagai berikut : (a) Inovasi dan pengambilan resiko; yaitu sejauh mana

Berdasarkan hasil penelitian pada Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UIN Raden Fatah Palembang, maka dapat ditarik kesimpulan yang sesuai dengan masalah penelitian yaitu

Teknik sambung yang paling baik adalah pada batang kopi yang telah berumur di atas 20 tahun karena sistem perakarannya telah baik sehingga daya serap nutrisi dari tanah

Melalui metode pembelajaran peer instruction siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah ilmiah, siswa tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari

pembahasan, dapat ditarik kesimpulan yaitu kontribusi fungsional peneliti Bappeda Provinsi Bengkulu terhadap fungsi kelitbangan masih sangat rendah berdasarkan pada

Pemeriksaan dengan keadaan anastesi (Examination under anesthesia / EUA) diperluan pada semua pasien untuk mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dan menyeluruh. Lokasi

• Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan kelainan yang berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris (red reflex gelap karena