Kenali
Al-Haqq
&
Al-Bathil
Agar Anda terhindar dari
pembatalan/penghapusan
amal-ibadah yang sudah
banyak dan dikerjakan
dengan susah payah.
Muhammad HamzahKAJIAN IHSAN: MENJADI MUSLIM KAFFAH
Manfaat Kajian Ini Bagi Anda dan Keluarga
Masa Tercapai Terhindar
Depan
Cita-cita, keinginan, impian (diterima doa dan usaha)
Doa dan usaha/amal ditolak (09 At-Taubah 53)
Husn al-khatimah Su’ al-khatimah Bangkit tanpa cacat Bangkit dalam kondisi
cacat Hisab yang mudah
(QS 84 Al-Insyiqaq 8)
Hisab yang sulit/berat Diperintah masuk
surga
Diperintah/dimasukkan masuk neraka
Kini
Jiwa damai dan
tenang Jiwa tertekan/stress dan gelisah Sehat jiwa-raga Sakit jiwa-raga Hidup terarah Hidup tanpa arah Hidup (pekerjaan/urusan) mudah Hidup (pekerjaan/urusan) sulit Hidup berkecukupan/lapang (fasilitas hidup lengkap) Hidup dalam kekurangan/kesempitan Bila menghadapi masalah segera menemukan solusi Masalah selalu bertambah (solusi justru menjadi masalah baru)
Lalu Dosa diampuni Dosa tidak diampuni (QS 04 An-Nisa 18; QS 03 Ali Imran 90)
Selamat datang kembali di seri KAJIAN IHSAN yang kali ini mengangkat tema “haqq & Al-bathil”.
KAJIAN IHSAN telah
menghadirkan buku-buku yang membahas beragam tema dengan tujuan untuk menginspirasi diri Anda agar Anda dapat menjadi pribadi yang mencapai tujuan, impian, keinginan dan terhindar dari berbagai macam keburukan seperti yang ditampilkan pada tabel halaman sebelumnya.
Buku bertemakan al-haqq vs al-bathil yang sedang Anda baca ini secara khusus disajikan agar Anda dapat terhindar dari kerugian berupa batalnya atau terhapusnya perbuatan-perbuatan baik Anda. Karena itu, penting kiranya Anda mengkaji dan memahami
ayat-ayat Al-Quran yang dimuat dalam
buku ini agar Anda dapat
menerapkannya untuk menghindari pembatalan amal-ibadah Anda dan meraih falah (keberuntungan, kesuksesan) di dunia ini dan di akhirat kelak.
MAKNA
AL-HAQQ dan AL-BATHIL
I
Al-Quran memberi pengertian yang sederhana dan jelas tentang al-haqq dan al-bathil.
Bacalah QS 13 Ar-Ra’d 14, QS 22 Al-Hajj 62 dan QS 31 Luqman 30. Ketiga ayat itu menjelaskan al-bathil sebagai semua yang diseru dan dimintai [diibadahi, disembah] SELAIN Allah azza wa jalla.
Bila selain Allah adalah al-bathil, maka Allah saja yang Al-Haqq (QS 22 Al-Hajj 6). Konsekuensinya, ada
manusia yang beriman atau
percaya kepada al-bathil dan mengingkari [nikmat] al-haqq (QS 16 An-Nahl 72; QS 29 Al-Ankabut 67).
Seluruh diskusi mengenai kata al-haqq dan al-bathil berawal dan berakhir pada makna “obyek atau tujuan pengabdian” (ibadah, penyembahan) ini.
II
Dari makna dasar al-haqq dan al-bathil di atas, keluarlah makna “turunan”, yaitu apa saja yang datang dari Allah azza wa jalla adalah haqq: benar, nyata, jelas, serta wajib (dipercayai dan diikuti). Di sisi lain, al-bathil adalah sesuatu yang datang dari selain Allah yang
salah, sia-sia, palsu, tak berharga/bermanfaat, serta tidak memiliki pengaruh atau bekas. Guna meresapi makna al-haqq dan
al-bathil dalam konteks ini, Al-Quran memberi perumpamaan. Baca dan renungkan perumpaan yang ada pada QS 13 Ar-Ra’d 17.
Al-haqq dan al-bathil juga dapat dipandang dari sudut aktifitas, tindakan, atau perbuatan (amal). Perbuatan atau tindakan yang dikategorikan al-haqq antara lain menyatakan atau menjelaskan, memeriksa, serta menerapkan.
Aktifitas al-bathil adalah
membohongi atau memanipulasi, mengaburkan atau memalsukan, dan menyembunyikan.
III
Perumpamaan al-bathil yang
disajikan Al-Quran mengarahkan
kita kepada intisari atau
ujung/akhir al-haqq dan al-bathil, yaitu al-haqq adalah segala sesuatu yang bermanfaat/berguna sementara al-bathil adalah segala sesuatu yang sia-sia dan tak memiliki pengaruh/bekas sama sekali bagi manusia.
PERBUATAN/TINDAKAN/ AKTIFITAS AL-HAQQ MENYATAKAN/ MENJELASKAN MEMERIKSA MENERAPKAN AL-BATHIL MEMBOHONGI/ MEMANIPULASI MENGABURKAN/ MEMALSUKAN MENYEMBUNYIKAN
Makna di atas kita sarikan dari QS 03 Ali Imran 191 dan QS 38 Shad 27 yang menegaskan bahwa alam semesta yang merupakan ciptaan dan ayat Allah Al-Haqq, tidak ada yang sia-sia tanpa manfaat atau tujuan yang pasti, jelas, dan benar. Bila ayat kawniyah (alam semesta) saja tidak bathil, apalagi ayat qawliyah-Nya: Al-Quran tidak tersentuh oleh al-bathil (baca QS 41 Fushshilat 42).
Sampai di sini Anda sudah memahami bahwa Allah azza wa jalla adalah Al-Haqq dan (yang disembah) selain Allah adalah al-bathil.
Sesuatu disebut haqq bila ia benar, nyata, jelas, dan wajib terjadi,
dilakukan, diikuti/diimani
(misalnya, Al-Quran dan
Muhammad shalla Allah alaih wa sallam, kiamat, atau kematian)
karena ia bermanfaat bagi diri dunia-akhirat. Sebaliknya, al-bathil
merupakan sesuatu yang salah, palsu atau kabur, dan tidak (boleh) diikuti atau dipercayai sebab ia tidak memberi manfaat di dunia dan terutama sekali, di akhirat.
DIRI:
AL-HAQQ ATAU AL-BATHIL? I
Diri adalah al-haqq karena ia merupakan ayat atau tanda Allah (QS 41 Fushshilat 53) dan berasal dari—ruh—Nya (QS 15 Al-Hijr 29 QS 38 Shad 72). Takkala diri
melihat keluar, ia mendapati bahwa alam semesta juga adalah
al-haqq karena diciptakan oleh Allah (QS 38 Shad 27). Setelah merenungkan dua kenyataan ini, diri mendapati bahwa ia dan alam
semesta diciptakan bukan untuk kesia-siaan atau kebatilan (QS 03 Ali Imran 191) melainkan untuk memenuhi suatu maksud atau tujuan tertentu (QS 23 Al-Mu’minun 115).
II
Meski diri adalah al-haqq namun ia bisa berpikir dan melakukan tindakan al-bathil yang disebabkan oleh:
1. ter-ilham-kannya fujur ke dalam diri (QS 91 Asy-Syams 7-8) dan,
2. adanya pengaruh eksternal
berupa pikiran/bisikan
jahat atau was-was (QS 07 Al-A’raf 201, QS 114 An-Nas 4-5) yang dilancarkan oleh Iblis maupun syaithan dari kalangan jin dan manusia (QS
06 Al-An’am 112, QS 114 An-Nas 6).
Berbekal pengetahuan ini, Anda patut selalu mewaspadai diri agar tidak didominasi oleh pikiran dan perbuatan al-bathil.
Bagaimana proses diri bisa didominasi atau tenggelam dalam kebatilan?
Pada QS 10 Yunus 36, terdapat
sebuah petunjuk tentang
“persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai
kebenaran” yang mengaitkan
antara al-dzann (dugaan,
persangkaan) dengan al-haqq.
Al-haqq tidak akan bisa dicapai bila
al-dzann yang diikuti; al-dzann
tidak dapat dijadikan “penunjuk jalan” karena ia tidak akan membuat Anda sampai kepada al-haqq. Sepanjang Anda masih
mengikuti dzann Anda, maka Anda akan jauh dari al-haqq dan secara otomatis membuat Anda semakin dekat dengan al-bathil, atau malah sudah berada dalam “kebatilan”. Terkadang kebatilan ini bisa menjadi sangat kuat di dalam diri bila ia, disamping selalu mengikuti
dzann dirinya, juga
mengikutsertakan al-hawa (hawa nafsu) seperti yang ditunjukkan pada QS 23 Al-Mu’minun 71.
Bila Anda ingin “sampai” kepada Allah Al-Haqq serta mengetahui dan memahami haqq (segala) sesuatu, maka jauhi al-dzann
dan jangan ikuti al-hawa.
Lakukan tahqiq (pemeriksaan, penelitian, penyelidikan) secara konsisten atas suatu obyek, urusan, perkara, atau berita yang ada di sekeliling Anda serta motif/niat, pikiran, dan perbuatan
Anda. Temukanlah apa yang se-BENAR-nya melalui proses tahqiq (seperti pada QS 02 Al-Baqarah 71) sehingga al-dzann lenyap dan
digantikan oleh al-yaqin.
Kemudian, tundukkan keinginan diri (hawa nafsu) melalui dzikr, doa, dan shalat serta metode-metode tazkiyah an-nafs yang umum.
III
Apa tanda diri yang sedang berada dalam suasana kebatilan?
Tidak suka/benci [kariha] (QS 10 Yunus 82, QS 23 Al-Mu’minun 70 serta QS 43 Az-Zukruf 78) al-haqq adalah tanda nyata diri sedang diliputi kebatilan. Bila Anda mendapati diri sedang tidak suka kepada sesuatu yang haqq, itu
artinya Anda sedang berada dalam suasana kebatilan.
Sering menyembunyikan yang
se-BENAR-nya (al-haqq) seperti yang dinyatakan pada QS 02 Al-Baqarah 42, 146 dan QS 03 Ali Imran 71, juga bisa menjadi tanda diri sedang tenggelam dalam al-bathil.
Meski al-bathil tidak memberi manfaat, namun tetap saja ada
manusia yang percaya dan
mengikuti al-bathil (QS 16 An-Nahl 72; QS 29 Al-Ankabut 52, 67) sehingga ia pun disebut kafir (QS 47 Muhammad 3). Sudah tentu manusia itu bukan Anda, kan? Semoga saja demikian karena
manusia yang mengikuti
al-bathil mengalami kerugian (QS 40 Al-Mu’min 78) dalam bentuk
seluruh (efek atau hasil) aktifitas –penyembahan- yang ia lakukan semasa hidup di dunia (QS 07 Al-A’raf 118, 139 dan QS 11 Hud 16).
MENJADI DIRI YANG HAQQ Agar diri tidak mengalami kerugian seperti yang dijelaskan di atas, maka berada pada “jalur” Allah Al-Haqq dan pikiran serta perbuatan diri didominasi oleh al-haqq
merupakan suatu keniscayaan. Untuk itu, hal pertama dan terutama yang hendaknya Anda lakukan adalah kembali menyeru Allah azza wa jalla (QS 22 Al-Hajj 62) dan meninggalkan tuhan-tuhan palsu. Murnikan niat Anda dalam setiap aktifitas; bertindaklah lillah, karena dan untuk Allah azza wa
jalla. Tegakkan kembali kalimat
tauhid Anda.
Sarana untuk melatih diri agar ibadah Anda murni (khalis, ikhlash) adalah dengan melakukan dzikr-doa-shalat dengan BENAR. Bila Anda belum merasa yakin (atau masih berada dalam al-dzann, dugaan atau prasangka) bahwa dzikr-doa-shalat Anda benar, maka mohonlah (berdoalah) kepada Allah azza wa jalla agar Dia
memberi Anda petunjuk dan
pertolongan agar Anda bisa
melakukan dzikr-doa-shalat
dengan benar.
Ketiga kegiatan tersebut
merupakan modal dasar dan utama Anda agar diri menjadi al-haqq dan sampai kepada Al-Haqq yang
membuat amal-ibadah Anda
diterima dan Anda berada dalam kondisi falah (beruntung/sukses).
Tanda bahwa diri telah menjadi al-haqq adalah lahirnya sebuah atau beberapa KARYA yang
haqq, yaitu karya yang benar,
nyata, jelas, dan
bermanfaat/berguna atau
berbekas dan meninggalkan pengaruh bagi makhluq Allah dalam jangka waktu yang panjang, dunia-akhirat. Karya yang haqq ini lahir atas motivasi, pikiran dan tindakan yang ikhlash, murni karena dan untuk Allah azza wa jalla.
Makassar, 22 Oktober 2012
TENTANG KAJIAN IHSAN
Terima kasih atas kesediaan Anda membaca dan mengikuti “Kajian Ihsan”.
Kajian Ihsan adalah sebuah kajian dan pelatihan
yang dipersembahkan bagi Anda untuk membantu Anda menjadi manusia yang selalu dilimpahi rahmat Allah dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Kajian ini diberi nama ihsan (ناسحإ , ihsa>n), karena terinspirasi dari Al-Quran dan Al-Hadits. Kata ihsan
dalam Al-Quran bermakna kebajikan. Adapun dalam hadits yang populer, kata ihsan dimaknai dengan beribadah kepada Allah dalam kondisi seolah-olah melihat-Nya serta diawasi oleh-Nya.
Sasaran Kajian Ihsan adalah mengubah pola pikir Anda dari pola pikir bukan Al-Quran menjadi pola pikir Al-Quran (Quranic Mindset).
Al-Quran menjadi rujukan utama pada Kajian ini. Setiap kali Anda mengikuti kajian, Anda hanya perlu membawa Al-Quran (dan terjemahan bahasa Indonesia) karena yang kita kaji adalah ayat-ayat Allah.
Materi Kajian dibagi ke dalam beberapa kelompok tema, antara lain:
1. Perjalanan Manusia. Mulai dari alam ruh hingga dar al-akhirah.
2. Iblis, Syaithan, dan prinsip kejahatan.
3. Adam alaihi as-salam: kekhalifahan (mengelola SDA dan SDM) dan kekhilafan (taubat dan ampunan).
4. Tauhid: Rahmat Allah.
5. Alam semesta: tafakkur, tadzakkur dan isti’mar.
6. Niat: ikhlash atau syirk.
7. Amal shalih: ritual, non-ritual, produktifitas (bukan sekedar aktif, malas), berbagai gelar bagi pelaku kebaikan seperti ulul albab,
muttaqun, muhsinin, dan lainnya.
8. Tawakkal: menyerahkan (hasil) setiap urusan kepada Allah.
9. Ridha: merasakan kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan yang abadi. 10.Shabr: manajemen diri dalam menghadapi
dan memecahkan masalah
11.Syukr: menjadi pribadi yang sukses dan sejahtera.
Pelatihan
Selain mengkaji ayat-ayat Allah, Anda juga bisa mengikuti berbagai jenis pelatihan, di antaranya:
1. Pelatihan Dzikr, Doa, dan Shalat thuma’ninah.
2. Pelatihan Ikhlash.
3. Pelatihan Merancang Masa Depan. 4. Pelatihan Mengelola Sumber daya diri. 5. Pelatihan Mengelola Pikiran dengan tehnik
Mindmap.
6. Pelatihan Mengelola Masalah hidup. 7. Pelatihan dan konsultasi bisnis.
8. Dan berbagai pelatihan lainnya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Anda. Mayoritas dari pelatihan yang dicantumkan di atas diselenggarakan tanpa memungut biaya apa pun alias gratis.
Melalui Kajian Ihsan, Anda akan digembleng agar menjadi seorang yang
a) muttaqi (bertaqwa), b) produktif,
c) memiliki usaha (perusahaan, bisnis), d) memiliki penghasilan yang lebih besar, e) melakukan ihsan kepada keluarga dan
orang lain, dan f) pemimpin/penguasa.
Kajian Ihsan bersifat terbuka dan tidak terkait dengan aliran, kelompok, organisasi atau mazhab tertentu. Siapapun bisa mengikuti kajian ini tanpa perlu terikat dan atau menjadi “anggota” apalagi harus menaati aturan-aturan tertentu.
Setiap peserta adalah fasilitator dan setiap fasilitator adalah peserta kajian. Jadi tidak ada hubungan guru-murid dan tidak perlu ada sosok tertentu yang diistimewakan.
Kajian dilaksanakan pada waktu dan tempat yang telah disepakati bersama. Bila Anda ingin berpartisipasi dalam kajian ini, hubungi Muhammad Hamzah pada jalur berikut:
HP: 0877 4016 4858 Email: muhammad.hamzah@gmail.com Halaman internet: http://sayahamzah.wordpress.com http://www.facebook.com/hamzah.mks
Kajian Ihsan serta pelatihan dan publikasi, termasuk buku yang ada di tangan Anda ini, dimungkinkan ada, terdistribusi dan atau terselenggara berkat izin Allah dan atas bantuan al-muhsin seperti Anda yang lakukan transfer ke nomor rekening ini:
BRI SYARIAH MAKASSAR
100 5356 225