• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Semua aktivitas yang dilakukan perusahaan akan memerlukan dana, baik itu dana untuk membiayai segala aktivitas sehari-hari ataupun untuk investasi jangka panjang. Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba semaksimal mungkin agar dapat bersaing dengan perusahaan sejenis.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat digunakan dalam keberlangsungan usahanya. Profitabilitas juga di gambarkan sebagai prestasi dari sebuah perusahaan karena profitabilitas dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas evektifitas pengelolan suatu badan usaha. Suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan, tanpa adanya keuntungan maka, perusahaan sulit untuk melanjutkan usahanya. Jadi perhitungan profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh manajemen perusahaan mengendalikan usaha secara efisisen.

(2)

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROA (Return On Assets). Dr. Mamduh (2009) mengatakan bahwa ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen.

Aturan baru bidang pertambangan mineral dan batubara (minerba) akan mempengaruhi kinerja emiten pertambangan tahun ini. Selain ekspor konsentrat, pemerintah juga membuka keran ekspor untuk mineral mentah jenis nikel dan bauksit. Nikel yang bisa diekspor adalah nikel dengan kadar di bawah 1,7%. Produsen bisa mengekspor nikel asal sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri minimal 30%. Sedangkan bauksit yang bisa diekspor berkadar di atas 42%.

Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Nico Kanter menilai, pembukaan keran ekspor bijih nikel akan berdampak pada industri nikel di Indonesia. Apalagi, banyak smelter yang dibangun, bahkan ada yang sudah produksi, sejak pemerintah melarang ekspor bijih nikel. Selain itu, aturan ekspor ini akan menyebabkan smelter-smelter yang ada di Indonesia kalah bersaing dengan smelter yang ada di China. Sehingga pembangunan smelter baru akan berhenti dan smelter yang sudah berproduksi akan terhambat, bahkan ada kemungkinan berhenti. Sebab, pebisnis akan memilih mengolah bijih kadar rendah dari Indonesia di pabrik yang ada di China daripada membangun fasilitas baru di

(3)

Indonesia. "Karena di sana infrastruktur telah tersedia," ujar Nico dalam keterangan pers, Kamis (12/1).

Dalam hal dibukanya ekspor bijih nikel, menurut Nico, yang menjadi kendala utama adalah isu pengawasan dan penegakan hukum. Sebab pada prakteknya, ekspor tidak hanya terbatas pada bijih nikel kadar rendah saja. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan akan terjadi kelebihan pasokan dan pada akhirnya berdampak pada penurunan harga nikel secara signifikan. Direktur PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) Yusak Lumba Pardede menilai, pada dasarnya ia mendukung keputusan pemerintah membuka keran ekspor mineral mentah tersebut. "Kami prinsipnya mendukung," kata Yusak.

Kepala Riset Erdikha Elit Sekuritas Wilson Sofan mengatakan, dibukanya ekspor beberapa mineral bisa berdampak positif. Sebab sebelumnya emiten ini diwajibkan untuk membuat smelter dan itu membutuhkan dana. "Jadi kalau dengan dikasih ekspor harusnya dampaknya positif," kata dia.

Bima Setiaji, analis NH Korindo Securities mengatakan, dibukanya ekspor mineral seperti tembaga dan nikel akan memberi keuntungan bagi emiten tambang, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) lewat PT Newmont Nusa Tenggara yang menambang tembaga serta PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan hasil tambang nikel.

(4)

Tapi kebijakan ini bak pedang bermata dua. Dibukanya ekspor juga berpotensi membuat pasokan di pasar global melimpah. Hal ini akan menekan harga komoditas, yang ujung-ujung bisa membuat penjualan emiten merosot.

(Sumber:http://investasi.kontan.co.id/news/ini-emiten-yang-akan-terkena-dampak-aturan-minerba)

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai asset lancar (current assets). Asset lancar meliputi kas/bank, persedian, piutang, investasi jangka pendek dan biaya dibayar dimuka. Sumber dana untuk investasi dalam asset lancar perusahaan berasal dari kewajiban lancar (current liabilities). Current liabilities meliputi utang lancar, utang bank jangka pendek, utang pajak penghasilan, uang muka pelanggan, dan lainnya.

Made Sudana (2011:189) mengatakan bahwa terdapat beberapa konsep tetang modal kerja suatu perusahaan, dua di antaranya sering digunakan dalam praktik. Pertama modal kerja kotor (gross working capital) yaitu keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semua komponen aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan merupakan komponen modal kerja perusahaan. Konsep modal kerja kotor hanya melihat modal kerja dari sudut investasi pada aktiva lancar. Dengan demikian, jumlah modal kerja kotor suatu perusahaan sama dengan total aktiva lancar. Kedua yitu modal kerja bersih. Modal kerja bersih adalah

(5)

selisih antara aktiva lancar dan utang lancar. Konsep modal kerja bersih tidak hanya melihat modal kerja dari sudut pandang investasi, tetapi juga dari sudut pandang pendanaan. Bagian aktiva lancar untuk membayar utang tidak termasuk modal kerja bersih perusahaan. Dengan kata lain modal kerja bersih merupakan modal kerja yang benar-benar digunakan untuk operasional perusahaan, bukan untuk membayar utang.

Made Sudana (2011:190) mengatakan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan beroperasi. Periode modal kerja adalah periode terikatnya dana pada masing-masing komponen modal kerja, yang dimulai saat uang kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dana tersebut kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode terikatnya uang kas pada masing-masing komponen modal kerja, semakin cepat perputaran modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja suatu perusahaan tergantung pada jenis perusahaan, kebijakan, pembelian, dan kebijakan penjualan dari perusahaan tersebut. Perputaran modal kerja dan periode terikatnya modal kerja secara umum ditentukan dengan cara berikut :

(6)

a. Perputaran Modal Kerja Perusahaan Dagang Kas

Barang Dagang Kas 2 (P.Tunai)

Piutang Kas 2 (P.Tunai)

Gambar 1.1

Perputaran Modal Kerja Perusahaan Dagang

b. Perputaran Modal Kerja Perusahaan Pabrikan

Kas Bahan Baku Barang Dalam Proses

Barang Jadi Kas 2(P.Tunai)

Piutan Kas 2(P.Kredit)

Gambar 1.2

Perputaran Modal Kerja Perusahaan Pabrikan

Keuntungan modal kerja bila menggunakan kewajiban lancar yaitu pada tingkat suku bunga dari hutang jangka pendek lebih rendah daripada hutang jangka panjang. Net working capital adalah selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar, untuk itu modal kerja bersih didanai oleh

(7)

sumber utang jangka panjang (long term debt) dan sebagai modal sendiri (equity). Manajemen modal kerja mempunyai beberapa pengertian penting bagi perusahaan. Pertama, modal kerja menunjukan ukuran besarnya investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan klaim atas perusahaan yang diwakili oleh utang lancar. Kedua investasi dalam aktiva likuid, piutang, dan persediaan barang adalah sensitive terhadap tingkat produksi dan penjualan.

Modal kerja dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk kegiatan operasional sehari-hari. Apabila tidak ada modal kerja maka suatu perusahaan tidak akan bisa menjalankan aktivitas sehari-hari. Modal kerja yang dikeluarkan perusahaan diharapkan dapat kembali berputar secara cepat melalui penjualan yang pesat dan pembayaran piutang yang cepat. Hal ini dimaksudkan agar semua dana yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk melakukan produksi dapat kembali dan mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Modal kerja yang berlebihan akan menimbulkan pemborosan dalam beroperasi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan dana namun tidak diolah sebagimana mestinya. Kekurang cermatan perencanaan posisi current asset dapat menimbulkan masalah likuiditas. Perusahaan harus dapat mengendalikan tingkat persediaan piutang dan asset sehingga jumlahnya sesuai dengan yang direncanakan. Demikian juga dengan

(8)

perencanaan pembayaran utang dagang, upah dan pembayaran lainnya harus dilakukan dengan cermat.

Untuk memudahkan pengelolaan modal kerja dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan modal kerja. Modal kerja (working capital) dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting bagi aktivitas perusahaan karena harus terus menerus ada dalam menompang kegiatan perusahaan. Setiap modal kerja dalam perusahaan pastinya berbeda-beda dikarenakan berbeda bentuk dan jenis usaha yang akan dilakukan. Modal kerja masuk kedalam investasi modal dalam asset jangka pendek yang jangka waktu paling lama satu tahun dapat dicairkan menjadi uang kembali seperti kas, piutang, persediaan dan lainnya.

S.Misbah (2015) berpendapat bahwa “Manajemen modal kerja terdiri dari komponen dari siklus konversi kas, seperti hutang akun, akun dan persediaan piutang serta unsur likuiditas yang merupakan sub-variabel yang harus dikelola untuk memastikan sumber daya dari perusahaan yang digunakan dalam cara efektif karena ini sub-variabel memiliki hubungan langsung dengan profitabilitas perusahaan”. Dengan menggunakan komponen dari manajemen modal kerja, itu akan membantu perusahaan untuk mengatasi masalah. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui hubungan antara manajemen modal kerja dan dampaknya terhadap profitabilitas. Brigham dan Houston (2013:257) mengatakan bahwa

(9)

manajemen modal kerja melibatkan penentuan tingkat kas, efek yang dapat diperjual belikan, piutang usaha, serta persediaan yang optimal dan mendanai asset-aset tersebut semurah mungkin.

B.Bagchi. (2012) mengemukakan bahwa bagian penting dalam manajemen modal kerja terletak dalam menjaga likuiditas di hari-hari operasi untuk memastikan kelancaran bisnis dan memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari berbagai komponen manajemen modal kerja, seperti hutang account, piutang, persediaan, siklus konversi kas dan rasio likuiditas, pada profitabilitas perusahaan diukur sebagai pengembalian asset, laba atas ekuitas dan laba atas penjualan.

DSO (Days of sales outstanding) yaitu jumlah hari penjualan belum tertagih. Brigham dan Houston (2013:260) mengatakan bahwa periode penerimaan rata-rata (average collection period) adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang perusahaan menjadi kas, atau untuk menagih kas setelah terjadi penjualan. DSO sangat berkaitan terhadap profitabilitas, karena apabila terjadi piutang tak tertagih maka sangat mempengaruhi laba yang di dapat perusahaan dan juga mempengaruhi perputara asset. Akibat piutang tak tertagih akan menimbulkan permasalahaan pada modal kerja yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu diharuskan pihak manajemen harus

(10)

memperhatikan betul permasalahan yang terkait dengan manajemen piutang agar permasalahan piutang tak tertagih dapat dihindari.

DSI (Days of sales in inventory) yaitu rasio yang digunakan untuk mengevaluasi persediaan perusahaan (melihat perputaran persediaan yang ada di perusahaan). James C dan John M (2016:320) mengatakan bahwa persediaan membentuk hubungan antara produksi dengan penjualan suatu produk. DSI sangat berpengaruh dengan profitabilitas karena tanpa adanya persediaan bahan baku tidak akan mungkin terjadi proses pembuatan suatu produk. Dengan adanya persediaan bahan baku ini proses operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar dan akan menghasilkan produk yang siap untuk dijual. Dari penjualan tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang nantinya akan diputarkan lagi menjadi modal kerja. Namun, persediaan bahan baku yang berlebihan tidaklah baik untuk perusahaan sebab bisa saja bahan baku tersebut rusak, kadaluarsa, bahkan hilang dan bukan hanya itu saja apabila gudang yang dipakai untuk menyimpan bahan baku tersebut menyewa maka akan menambah pengeluaran beban sewa gudang. Oleh karena itu pihak manajemen harus mampu mengolah persediaan seefektif dan seefisiensi mungkin.

DPO (Days Payable Outstanding) menunjukkan rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar faktur atau hutang kepada kreditor. Brigham dan Houston (2013:260) mengatakn bahwa periode penangguhan utang (payables deferral period) adalah berapa lama

(11)

waktu yang diberikan oleh pemasok kepada perusahaan untuk membayar pembeliannya. Terkait dengan modal kerja, hutang dimaksud adalah hutang jangka pendek yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun dan hanya terkait dengan produk atau jasa perusahaan. DPO sangat berkaitan dengan laba karena dengan adanya DPO ini pihak perusahaan bisa membeli bahan baku dari pemasok dengan cara berhutang. Misalnya perusahaan tidak memiliki modal yang cukup untuk membuat suatu produksi hal ini dapat ditangani dengan cara berhutang. Setelah produksi selesai barang tersebut dijual dan akan memperoleh laba. Dari laba ini pihak perusahaan bisa membayar utangnya kepada pemasok.

CCC (Cash convertion cyle) merupakan sebuah metric yang menghitung kemampuan perusahaan untuk mengubah kas yang mereka miliki menjadi barang/inventory untuk dijual atau diubah menjadi kas kembali. Brigham dan Houston (2013:259) mengatakan CCC yaitu berapa lama waktu dana terikat dalam modal kerja, atau berapa lama waktu antara pembayaran untuk modal kerja dan penagihan kas dan penjualan modal kerja tersebut. Perhitungan CCC meliputi berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjual inventory perusahaan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menagih hutang dan berapa lama waktu yang dimiliki perusahaan untuk membayar hutangnya. Untuk memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expense) atas pendapatan. Hal itu berarti

(12)

manajemen harus memperluas pangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai tambah. CCC sangat berpengaruh dengan profitabilitas karena apabila semakin cepat perputaran kas maka semakin baik dan laba yang diperoleh semakin banyak.

Penulis menemukan beberpa penelitian terdahulu yang membahas topik yang sama dengan penelitian. Penelitian yang dilakukan R.rr Ken Berlian melakukan penelitian tentang Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2011. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat negative antara periode perputaran persediaan, periode piutang, dan periode konversi kas. Periode utang tidak berpengaruh signifikan terhadap return on asset perusahaan. Oktary Budiansyah et al 2015 melakukan penelitian tentang Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan Manufaktur Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2-14. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antra perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Kemudian secara parsial, perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hanya perputaran persediaan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan

(13)

manufaktur basic industry and chemicals yang terdaftar di BEI. S. Misbah et al 2015 melakukan penelitian tentang Hubungan antara Capital Management Kerja dan Profitabilitas Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Kuala Lumpur Malaysia Periode 2002-2011. Temuan ini menunjukkan bahwa akun hari piutang, perputaran hari persediaan, hari utang, dan siklus konversi kas memiliki hubungan negative yang signifikan dengan profitabilitas perusahaan. Made Sri Utami et al 2016 melakukan penelitian tentang Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Dengan melihat uraian di atas menarik perhatian penulis untung mengetahui “PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BEI PERIODE 2010 -2015)”.

(14)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian di atas, maka dapat ditemukan rumusan masalah dalam permasalahn ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh DSO (Days of sales outstanding) terhadap profitabilitas perusahaan?

2. Bagaimana pengaruh DSI (Days of sales in inventory) terhadap profitabilitas perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh DPO (Days of payable outstanding) terhadap profitabilitas)?

4. Bagaimana pengaruh CCC (Cash convertion cyle) terhadap profitabilitas?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Menguji pengaruh Days of sales outstanding terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Menguji pengaruh Days of sales in inventory terhadap profitabilitas perusahaan.

3. Menguji pengaruh Days of payable outstanding terhadap profitabilitas perusahaan.

(15)

4. Menguji pengaruh Cash convertion cycle terhadap profitabilitas perusahaan.

D. Kontribusi Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, anatara lain :

1. Memberikan manfaat bagi pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham yang ingin mengetahui pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas agar mereka mudah memahami apa yang harus mereka lakukan ketika diterapkan pada perusahaan.

2. Memberikan refrensi penelitian bagi para akademisi yang sedang menyusun skripsi atau meneliti pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan.

3. Memberikan pengetahuan baru terhadap penulis tentang pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan

Pengambilan keputusan kriteria majemuk pada prinsipnya adalah sebagai berikut : Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatif dengan menggunakan dua atau

Selanjutnya dalam konteks perlindungan dan pelestarian, maka perlu dibuat dalam sebuah dokumen Rencana Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Pulau Taliabu Periode 2013-2022 yang

Saran yang dapat penulis ajukan berkenaan dengan penelitian ini adalah guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dan

Rencana mereka adalah bergerak dengan sangat cepat, mengelakkan atau melewati perlawanan agar dapat memberikan pukulan mematikan terhadap pemerintah Iraq.. Ini sesuai dengan

Isilah kolom yang tersedia dengan nama asli Anda, nama yang Anda inginkan untuk login pada OS Ubuntu (yang disebut juga dengan “ username ” yang dibutuhkan

Dalam pendidikan formal dan non formal, guru (1) harus terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu melakukan interaksi dengan siswa dalam mendiskusikan materi pembelajaran, (2)

Kaitannya dengan judul penelitian ini, maka peneliti memberikan pengertian persepsi adalah sebagai tanggapan, pandangan, atau pemahaman masyarakat terhadap empat pilar