• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

Perkembangan perwakilan rakyat di Indonesia dapat ditelusuri sejak terbentuknya Volkstraad pada masa Hindia Belanda, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.Dalam setiap tahap perkembangan, model hubungan rakyat dan perwakilannya berubah-ubah seiring dengan perkembangan dan perubahan politik Indonesia.

Volkstraad merupakan awal perkenalan bangsa Indonesia pada demokrasi perwakilan. Wakil-wakil rakyat yang berasal dari partai- partai politik dan kelompok-kelompok fungsional duduk dalam Volkstraad.Tetapi Volkstraad tidak dirancang untuk sepenuhnya berfungsi sebagai dewan perwakilan rakyat (pribumi), melainkan dimaksudkan bagi Pemerintah Belanda sebagai konsesi untuk dukungan popular dari rakyat di tanah jajahan terhadap keberadaan pemerintahan Hindia Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, sesuai aturan peralihan UUD 1945 memberi kekuasaan kepada presiden untuk menjalankan kekuasaan Negara dengan dibantu oleh sebuah komite nasional, yang kemudian dikenal dengan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

(2)

Sidang KNIP yang pertama tanggal 29 Agustus 1945, berhasil memilih Pimpinan KNIP, yaitu :

Ketua : Mr. Kasman Singodimedjo Wakil Ketua I : M. Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary

Wakil Ketua III : Adam Malik

Tanggal 29 Agustus 1945 inilah yang kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi DPR RI. Berdasarkan Maklumat Wakil Presiden Nomo X tanggal 16 Oktober 1945, menyatakan bahwa KNIP memiliki tugas di bidang legislasi dan ikut menetapkan garis-garis besar haluan Negara.Dengan demikian, KNIP mengalami pergeseran fungsi dari dewan penasehat pemerintah menjadi dewan yang mempunyai kekuasaan legislative serta ikut menetapkan GBHN. Perubahan peran KNIP ini tidak saja memaksa presiden untuk berbagi kekuasaan (sharing of power) dengan parlemen tetapi juga membuka peluang baru bagi dinamika perpolitikan Indonesia.59

Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan perubahannya, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik.Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar.

Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.Sebagai salah satu lembaga Negara DPR RI mempunyai hubungan dan kedudukan yang sejajar dengan lembaga negara

59 Sekretariat Jenderal DPR RI Biro Humas dan Pemberitaan, Selayang Pandang Mekanisme Kerja Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia,2014 hal 3

(3)

lainnya.Bekerja sama satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati kedudukan, tugas dan wewenangnya masing-masing. Kedudukan DPR RI kuat, karena tidak dapat dibubarkan oleh Presiden dan dapat senantiasa mengawasi Presiden.

DPR RI mempunyai tiga fungsi utama yaitu : 1. Fungsi Legislasi (membentuk Undang-Undang)

2. Fungsi Anggaran (menetapkan APBN bersama Presiden dengan pertimbangan DPD)

3. Fungsi Pengawasan (melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, APBN, serta Kebijakan Pemerintah)

4.1.2 Tentang Sekretariat Jenderal DPR-RI

Sekretariat Jenderal DPR RI merupakan unsur penunjang DPR, yang berkedudukan sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pimpinan DPR.Sekretaris Jenderal dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris Jenderal

(4)

dan beberapa Deputi Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Pimpinan DPR.DPR dapat mengangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan kebutuhan, dan dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Jenderal dapat membentuk Tim Asistensi.Susunan organisasi dan tata kerja Sekretaris Jenderal ditetapkan dengan keputusan Presiden.

4.1.3 Visi dan Misi Sekretariat Jenderal DPR RI Visi

Menjadikan Sekretariat Jenderal yang profesional dan akuntabel Misi

- Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang efisien dan efektif

- Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara yang akuntabel dan transparan

- Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang transparan dan efektif - Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif, responsif, dan

akomodatif

4.1.4 Kedudukan dan Tugas Sekretariat Jenderal DPR RI

Kedudukan Setjen DPR – RI adalah sebagai unsur penunjang DPR yang berkedudukan sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara.

(5)

Tugas Sekretariat Jenderal antara lain :

1. Memberikan bantuan teknis,administrative, dan keahlian kepada DPR. 2. Melaksanakan kebijakan kerumahtanggan DPR yang telah ditentukan oleh

Pimpinan DPR, termasuk kesejahteraan anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal.

3. Membantu pimpinan DPR dalam menyiapkan penyusunan rancangan anggaran DPR.

4. Memberikan penjelasan dan data yang diperlukan oleh BURT. 5. Melaksanakan hal lain yang ditugaskan oleh Pimpinan DPR dan

6. Melaporkan secara tertulis pelaksanaan tugasnya selama Tahun sidang yang lalu kepada Pimpinan DPR pada setiap permulaan tahun sidang dengan memberikan tembusan kepada Badan Musyawarah dan BURT.

Sekretarias Jenderal dengan persetujuan Pimpinan DPR dapat menjadi anggota organisasi internasional yang menghimpun para Sekretarias Jenderal Parlemen dan memberikan laporan tertulis serta pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatannya dalam organisasi tersebut kepada Pimpinan DPR.60

60 Sekretariat Jenderal DPR RI Biro Humas dan Pemberitaan, Selayang Pandang Mekanisme Kerja Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia,2014 hal 78

(6)

4.1.5 Struktur Organisasi Kesekretariat Jenderal DPR RI Sumber : www.dpr.go.id SEKRETARIS JENDERAL DEPUTI BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN Biro perancangan Undang-undang Bidang Politik, Hukum, HAM dan

Kesra

Biro Perancangan Undang-undang Bidang

Ekonomi, Keuangan, Industri & Perdagangan

Biro Hukum dan Pemantauan Pelaksanaan Undang-undang DEPUTI BIDANG ANGGARAN DAN PENGAWASAN

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN

Biro Pengawasan Legislatif DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN DAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN Biro Persidangan Biro Kesekretariatan Pimpinan

Biro Kerjasama Antar Parlemen Biro Hubungan Masyarakat dan Pemberitaan DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

Biro perencanaan dan Pengawasan

Biro Keanggotaan dan Kepegawaian

Biro Keuangan

Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi

(7)

4.1.6 Gambaran Umum Humas SETJEN DPR RI

Pada mulanya HUMAS berada dibawah Deputi Persidangan, tetapi sejak akhir tahun 2015 HUMAS berada di Biro Pemberitaan Parlemen dengan memiliki dua Sub Bagian, yaitu : Sub Bagian Penerangan dan Sub Bagian Pelayanan Informasi Publik. Di bawah ini adalah uraian mengenai HUMAS SETJEN DPR RI.

Pada susunan dalam satu naskah Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 2 tahun 2016, menjelaskan bahwa :

Paragraph 5, pasal 232 yaitu Biro Pemberitaan Parlemen mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan pemberitaan, pelayanan informasi, kehumasan, pengelolaan televise dan radio, serta pengelolaan urusan penerbitan. Pasal 234; Biro Pemberitaan Parlemen terdiri atas : (a) bagian media cetak dan media sosial, (b)

bagian hubungan masyarakat, (c) bagian televise dan radio parlemen, dan (d) bagian penerbitan.

Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penerangan kepada masyarakat dan pelayanan informasi publik.Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud Bagian Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

(8)

a. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran Bagian Hubungan Masyarakat.

b. Penyusunan bahan kegiatan di bidang hubungan masyrakat. c. Pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan masyarakat.

d. Penyiapan bahan materi dan pelaksanaan penerangan tentang keparlemenan.

e. Pelayanan informasi publik f. Pelaksanaan kehumasan

g. Pelaksanaan tata usaha bagian hubungan masyarakat

h. Pelaksanaan kegiatan lain yang ditugaskan oleh Kepala Biro Pemberitaan Parlemen, dan

i. Pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi kepada Kepala Biro Pemberitaan Parlemen.

Bagian Hubungan Masyarakat terdiri atas :

1. Sub Bagian Penerangan, mempunyai tugas penyiapan bahan materi dan pelaksanaan penerangan kepada masyarakat mengenai Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia.

2. Sub Bagian Pelayanan Informasi Publik, mempunyai tugas pemberian layanan informasi publik kepada masyarakat dan pelaksanaan tata usaha Bagian Hubungan Masyarakat.61

61Satu Naskah Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

(9)

4.1.7 Struktur Humas SETJEN DPR RI

4.1.8 Undang- Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), untuk memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh Informasi Publik Undang-Undang No. 14 Tahun 2008

BIRO PEMBERITAAN PARLEMEN

BAGIAN MEDIA CETAK DAN MEDIA

SOSIAL SUBBAG MEDIA SETAK SUBBAG MEDIA SOSIAL DAN WEBSITE SUBBAG ANALISIS MEDIA BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT SUBBAG PENERANGAN SUBBAG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAGIAN TELEVISI DAN RADIO PARLEMEN SUBBAG PROGRAM DAN PRODUKSI TELEVISI SUBBAG TEKNIK TELEVISI SUBBAG RADIO BAGIAN PENERBITAN SUBBAG PRODUKSI SUBBAG DISTRIBUSI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Sumber:bag_humas@dpr.go.id

(10)

Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) diundangkan pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku dua tahun setelah diundangkan.

Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, merupakan hasil gagasan dari Indonesia center for Environmental Law (ICEL), sebuah lembaga swadaya masyarakat masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang kebijakan lingkungan. Undang-Undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap badan publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi tertentu yang dikecualikan.

Secara umum tujuan dibentuknya UU No. 14 Tahun 2008 Tentang KIP, yang pada intinya menjamin hak publik akan akses informasi publik badan publik. Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 ini bertujuan untuk :62

1. Menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik

2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik

3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik

4. Mewujudkan penyelenggaraan Negara yang baik, yaitu yang transparan,m efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan

5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak

6. Mengambangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/ atau

62Transparansi dan keterbukaan informasi publik Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

(11)

7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan badan publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

Menurut kategorinya informasi publik terdiri atas: 1) informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; 2) informasi yang wajib disediakan setiap saat dan; 3) informasi yang dikecualikan. Jenis informasi di DPR yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala meliputi informasi yang berkaitan dengan: a) organisasai DPR; b) administrasi keanggotaan DPR; c) fungsi DPR; d) program DPR; e) kegiatan dan kinerja DPR; f) laporan keuangan DPR yang telah diaudit;dan g) informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Informasi publik di SETJEN DPR RI yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala meliputi informasi yang berkaitan dengan: 1) struktur organisasi DPR; 2) program SETJEN DPR; 3) kegiatan dan kinerja SETJEN DPR yang telah diaudit; 4) laporan keuangan SETJEN DPR yang telah diaudit; 5) laporan akses informasi publik; 6) tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat SETJEN DPR; dan 7) pengumuman barang dan jasa yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi publik di DPR yang dikecualikan meliputi : a)informasi public DPR dari hasil rapat-rapat di DPR yang bersifat tertutup yang dinyatakan rahasia; b) surat DPR yang bersifat rahasia; c) surat atau dokumen DPR yang substansinya menurut peraturan perundang-undangan harus dirahasiakan; d) surat atau dokumen yang diterima oleh DPR yang substansinya dinyatakan rahasia oleh pemberi surat atau dokumen; e) informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan undang-undang; f) informasi yang berkaitan dengan rahasia pribadi; dan

(12)

g) informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi atau berupa wasiat seseorang.63

Informasi publik di DPR yang dikecualikan sebagaimana yang dimaksud dapat diumumkan apabila sudah ada keputusan dari DPR untuk membuka sebagian dan atau seluruhnya.

Kewajiban menyebarkan informasi publik dilakukan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa mudah dipahami dan ditentukan/ diberikan oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dibadan publik terkait.

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislative,dan yudikatif dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggara Negara, yang sebagian dan seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan atau belanja Negara (APBN) atau organisasi non-pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan belanja daerah, sumbangan masyarakat dan/ atau luar.64

Pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik disebut Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

63Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No. 1 Tahun 2010 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik Di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, hal 14

(13)

Informasi Publik di DPR adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh DPR dan SETJEN DPR serta yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan tugas dan fungsi DPR dan SETJEN DPR. Dalam memenuhi kewajiban memberikan informasi publik, DPR mendelegasikan kepada Sekretaris Jenderal DPR untuk melakukan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan informasi publik kepada pemohon informasi melalui Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) adalah pejabat yang bertugas melakukan pelayanan informasi dan dokumentasi terhadap para pemohon informasi publik.Pemohon informasi Publik yang selanjutnya disebut Pemohon Informasi adalah warga Negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam peraturan ini.65 4.2 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini guna mendapatkan hasil yang relevan, data dan informasi yang terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran humas Setjen DPR RI dalam implementasi Undang-Undang keterbukaan informasi publik no. 14 tahun 2008 di PPID SETJEN DPR RI. Maka peneliti menggunakan pengumpulan data dengan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah tersebut, yakni : Ade Effendi,selaku Kepala Sub Bagian Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Bagian HUMAS SETJEN DPR RI, Andam

65Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No. 1 Tahun 2010 Tentang Keterbukaan

(14)

Perwita Sari, selaku Pranata Humas yang menjadi petugas pelayanan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) SETJEN DPR RI, dan Saiful, selaku Kepala Bagian Humas PPID SETJEN DPR RI, wawancara ini dilakukan peneliti di kantor Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat RI yang bertempat di Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta 10270, Gedung Nusantara III. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif sesuai metode penelitian Deskriptifserta Paradigma Post Positivisme.

Menurut Ade Effendi,selaku Kepala Sub Bagian Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Bagian HUMAS SETJEN DPR RI, pendapat bapak mengenai undang-undang keterbukaan informasi publik pada badan publik.

“Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik no.14 tahun 2008 itu luar biasa buat bangsa Negara Indonesia, dimana kita sekarang ini di era keterbukaan, di era semua orang harus tau jargoannya. Daripada suatu institusi publik.Jadi, bukan saja lembaga DPR tapi juga lembaga-lembaga lain kalo dimintakan informasi harus tersedia kenapa, karena ada sanksinya. Sanksinya apa, sanksi hukum atau sanksi pidana tentang kalo kita tidak memberikan informasi sedetilnya-detilnya, seluas-luasnya sebagai pemenuhan informasi ,kecuali bangsa asing.” 66

Andam Perwita Sari, selaku Pranata Humas Setjen DPR berpendapat bahwa pelayanan keterbukaan informasi publik yang ada di SETJEN DPR RI sudah cukup baik. Berikut pernyatannya.

“Seiring berjalan cukup baik,karena sejak awal, jadi Undang-undang itu kan diketuknya 2008 yaa. DPR dan Lembaga Publik lainnya punya waktu

66 Hasil wawanacara dengan Ade Effendi,selaku Kepala Sub Bagian Pejabat Pengelola Informasi dan

(15)

2 tahun untuk persiapan, 2010 April itu sudah mulai diterapkan di DPR itu ditahun pertama dan kedua DPR berhasil meraih penghargaan sebagai Badan Publik terbaik dalam mengimplementasikan Undang-undang. Kemudian yang kedua juga masih masuk peringkat sebagai PPID terbaik itu artinya bahwa system keterbukaan di DPR itu sudah cukup baik karena bisa dinilai oleh LSM dan Kominfo bahwa semuanya sudah berjalan sesuai peraturan undang-undangnya..”67

Saiful, selaku Kepala Bagian Humas, menyatakan Seberapa penting keterbukaan informasi publik pada Badan Publik.

“Sangat Penting Informasi untuk dikeluarkan pada Badan Publik, tetapi sesuai dengan perintah undang-undang, mengenai informasi itu tertutup yaa memang ditutup.Tidak boleh diinformasikan, misalnya undang-undang tentang BIN itu kan memang harus tertutup (Badan Intelejen Negara) tentang Keamanan Negara itu tidak boleh, dan itu memang tertutup. Kalo memang yang terbuka dan itu memang harus disampaikan seluas-luasnya kepada masyarakat. Kalo yang tertutup itu, mungkin hanya bisa dilakukan untuk proses penelitian-penelitian ilmiah.”68

Keterbukaan informasi publik merupakan tindak lanjut dari hadirnya Undang-undang No.14 Tahun 2008.Undang-Undang tersebut mewajibkan badan publik menyampaikan informasi tentang perusahaannya untuk secara proaktif dan transparan kepada pihak penerimanya yaitu masyarakat.Ada beberapa informasi yang bersifat rahasia.

Sebagai badan publik yang berhubungan langsung dengan informasi mengenai kinerja Dewan Perwakilan Rakyat, PPID SETJEN DPR RIhanya memiliki satu layanan pintu untuk penerapan Undang-Undang KIP ini.Lalu bagaimana Humas

67 Hasil wawancara dengan Andam Perwita Sari, selaku Pranata Humas SETJEN DPR RI 68 Hasil wawancara dengan Saiful, selaku Kepala Bagian Humas SETJEN DPR RI

(16)

menerapkan Undang-Undang No 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik ini.

Dalam amanah Undang-Undang memang untuk memudahkan tujuan untuk membuat layanan satu pintu itu bukan hanya di DPR sebenernya seluruh Kementrian lembaga seperti itu. Hanya saja struktur di DPR terlalu luas tidak seperti di Kementrian yang dimana mereka memiliki cabang-cabang Dinas Daerah. Jadi tidak mungkin jika Kementrian lain hanya memiliki satu pintu PPID saja. Kalau DPR RI kan memang hanya ada satu di Jakarta. Dalam Penerapan UU no.14 Tahun 2008 di SETJEN DPR RI sudah cukup memadai yaa,, dari segi sarana dan prasarana yaitu ruangan yang memadai dan juga kita berkoordinasi dengan bagian IT dalam system permohonan publik online. Peran Humas tidak terbatas dengan melayani permohonan secara online saja, tetapi Humas juga langsung turun tangan apabila ada permohonan secara langsung oleh peminta informasi datang.”69

Humas mempunyai empat peranan yang sangat penting yaitu sebagai expert prescriber communications, communication facilitator, problem solving process facilitator dan communication technician :

1. Humas sebagai expert prescriber communication (Penasehat Ahli)

Sebagai staff ahli, humas SETJEN DPR RI dianggap sebagai seorang praktisi humas yang ahli atas wewenang mengenai Undang-Undang KIP di DPR RI.Humas memiliki kemampuan tinggi untuk membantu mencarikan solusi dalam menangani keluhan maupun penyelesaian masalah dengan publiknya mengenai permintaan informasi yang ditujukan kepada SETJEN DPR RI. Hal ini sesuai

(17)

dengan tanggapan kepala sub bagian pelayanan informasi SETJEN DPR RI, Bapak Ade Effendi :

“DPR konsisten terhadap membuka layanan informasi publik , pertama adalah DPR itu sebagai Institusi pembuat Undang-undang, oleh karena pembuat UU harus menjadi sampling, harus menjadi contoh terhadap pemerintah. Walaupun pemerintah sebagai pelaksana.Undang-undang dibawah kementrian kominfo yang membidanginya untuk mengkoordinasikan tentang kepentingan informasi publik ini.”70

Mengenai kendala permasalahan struktur organisasi menyatakan PPID difungsikan kedalam fungsi humas yang berada di bawah sekretariat jenderal yang bertanggung jawab pada pimpinan DPR. Humas harus mampu menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Dewan Perwakilan Rakyat termasuk sesuai dengan pernyataan,Bapak Ade Effendi :

“Kebetulan saya pernah pejabat disana pernah menjadi staff biro tiga generasi, 3 generasinya dimana pertama dulu biro humasnya pak yado simanjuntak,pak helmijar,pak djaka dwi winarko. Di era pak yado awal berdirinya Pelayanan Informasi Publiknya itu di era Bapak yado simanjuntak di 2009.ketua PPID itu sesungguhnya ada ditingkat SETJEN.Karena diwakilkan oleh eselon II maka oleh Kepala Biro. Kepala Bironya yang lalu tidak ada.Sekarang regulasinya ada kepala sub pelayanan, sebetulnya tidak ada lagi kewenangannya ada di bawah SETJEN. Semua institusi Lembaga Negara Kementrian dan KL itu adanya di SETJEN.Formator tentang fungsi

70 Hasil wawanacara dengan Ade Effendi,selaku Kepala Sub Bagian Pejabat Pengelola Informasi dan

(18)

dan kehumasan, sebetulnya desk pelayanan itu memberikan orang memahami informasi disampaikan,Sumber Daya Manusianya cukup tidak kepada yang spesifik,karena apa, karena tim kami.”71

Sebagai badan publik yang ikut menerapkan Undnag-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini banyak yang humas lakukan dalam pengimplementasiannya, berikut pernyataan dari Ibu Andam Perwita Sari :

“Penyediaan sarana prasarana yaitu ruangan yang memadai untuk menerima kedatangan publik saat mengajukan permohonan informasi.Ruangannya sendiri ada di Biro Humas dan Pemberitaan, membuat permintaan informasi secara online melalui website PPID ,menyediakan nomor telepon yang dapat dihubungi jika permintaan informasi masih dilakukan prosesnya sejauh mana, itu ajah sih ya perannya.”72

2. Humas sebagai Communication Facilitator (Fasilitator komunikasi)

Dalam hal ini, praktisi humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu organisasi dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya.

Peran humas sebagai fasilitator komunikasi adalah menjadikan praktisi sebagai pendengar yang baik, dan juga dituntut untuk mampu menjelaskan informasi atau sebagai mediator antara organisasi dengan publik, mengelola

71 Hasil wawanacara dengan Ade Effendi,selaku Kepala Sub Bagian Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID) Bagian HUMAS SETJEN DPR RI.

(19)

informasi yang dapat menimbulkan komunikasi timbal balik untuk mendapatkan saling pengertian dan pemahaman antara publik dan organisasi.

Peran humas dalam implementasi Undang-Undang KIP ini adalah membantu permintaan informasi untuk mendapatkan informasi mengenai DPR RI. Humas juga menyediakan berbagai cara mekanisme untuk memperoleh informasi publik yang ada di SETJEN DPR RI. Sistem permohonan informasi dapat dilakukan secara datang langsung ke Sub pelayanan informasi publik Bagian Humas SETJEN DPR RI, bisa melalui website, email, dan juga telepon.

“Iya.Bahkan sejak Undang-undangnya diberlakukan DPR langsung singgap membuat peraturan internal itu peraturan No. 1 tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR,yang jadi acuaan tugas Pejabat PPID itu sendiri, jadi semuanya sudah tertata baik dari segi informasi maupun SDMnya ini sistemnya berjalan efektif karena sudah ada peraturan internal kemudian Standard Operasional Prosedur sudah ada. Standard layanan juga sudah ada semuanya sudah tertata rapi secara hukum dan administrative.Jadi kalau ditanya sudah dapat memenuhi kebutuhan publik atau belum, sudah. Dan aksesnya pun luas jadi bukan hanya datang langsung tapi akses online juga sudah dibuka ditahun 2011 itu sudah sangat memenuhi kebutuhan publik bukan hanya Rakyat Indonesia yang ada di Indonesia tapi yang ada di Luar Negeripun yang butuh akan informasi itu sudah bisa dilayani oleh DPR.”

3. Humas sebagai problem solving facilitator

Hal yang paling dominan yang terdapat dalam peran humas ini adalah humas bekerja sama dengan organisasi dalam menyelesaikan masalah organisasi dari tahap awal sampai dengan evaluasi.

(20)

Humas harus melibatkan diri dan dilibatkan dalam hal proses pemecahan persoalan dalam pengimplementasian Undang-Undang KIP ini. Sebagai problem solving process facilitator, humas harus terlibat dalam penanganan masalah atau hambatan yang ditemui dalam upaya implementasi Undang-Undang KIP. Hambatan yang ditemui PPID Humas SETJEN DPR RI dalam upaya mencapai impelementasi Undang-Undang KIP adalah : hambatan yang ada di dalam masalah Sumber Daya Manusia dan Koordinasi. Seperti yang dikatakan Ibu Andam Perwita Sari ;

“Hambatan..jelas ada beberapa hambatan dan kendala. Hhmm….terutama SDM yang sangat terbatas karena selama sifatnya masih tim maka eee…..SDM nya tidak akan sesempurna struktural. Kalau dia dibentuk satu bagian tersendiri, pasti dia akan lebih fokus untuk menangani permintaan informasi publik ini, tapi karena ini sifatnya tim lintas bagian bukan eee…tugas dan fungsi pokok dari pegawainya jadi eee… konsentrasi si pegawai ini masih terpecah antara tuk poksinya dia, tugas, pokok, fungsi dia dibagian lain itu misalnya sebagai Arsiparis pasti dia punya tugas pokok dan fungsinya sendiri. Tapi kemudian, konsentrasinya harus dipecah eee…memenuhi layanan informasi ini sama dengan bagian hukum yang punya tugas pokok fungsi sendiri. Tapi konsentrasinya juga dibagi dua dengan menyusun dasar-dasar hukum untuk pemenuhan informasi termasuk untuk proses keberatan di Komisi Informasi itu satu kendalanya kendala di sdm kurang. Minimnya jumlah sdm karena mereka masih ditempelkan pada unit-unit kerja karena sifatnya tim tadi kemudian eee.. kedua apa yaaaa….sarana prasarana udah ada si, koordinasi karena luasnya struktur di DPR dia tidak seperti Kementrian lembaga lain, ini kordinasi menjadi satu kendala yang cukup sulit cukup butuh strategi seperti itu.”73

(21)

Untuk mengatasi hambatan yang dihadapi, pada saat ini humas SETJEN DPR RI sudah memiliki sub pelayanan informasi publik yang difokuskan untuk menangani permintaan informasi publik.Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasinya juga sudah terdapat pejabat Eselon II yang kini difokuskan untuk menjabat PPID SETJEN DPR RI.

“Sekarang banyak jabatan fungsional lain,kompetesi jabatan pranata kehumasan bukan dalam kontek memberikan layanan atau penataan sebetulnya. Kalo sekarang ini ada unitnya.Jadi , regulasi tentang sktrukutur organisasi itu penguatan tentang tugas dan fungsi. Bahwa desk layanan itu utama didepan sebagai operator saja, yang mengkaji nanti adalah bagian Armus (Arsip dan Museum) , karena disana punya jabatan yang namanya Arsiparis , apa itu jabatan Arsiparis, jabatan yang dapat memberikan sebuah informasi yang dapat diberikan atau tidak dapat diberikan irisannya sesuai undang-undang kearsipan. Karena mereka yang punya angka kreditnya, mana yang boleh di blok mana yang tidak, ada ketentuan mereka yang mensumpang dari ketentuan yang dapat diberikan. Jadi tidak ada masalah sebetulnya hanya tinggal penguatan saja tentang memberikan layanan yang baik seperti apa, dengan 3S kah, Senyum, Sapa dan Salam dan seterusnya itu normative saja.”74

Selain permasalahan mengenai Sumber Daya Manusia, Hambatan yang ditemui oleh Humas SETJEN DPR RI dalam menjalankan tugasnya sebagai Pelayanan Informasi Publik yaitu mengenai informasi yang berkaitan dengan permasalahan keberatan atau gugatan dari pemohon informasi yang merasa

74 Hasil wawanacara dengan Ade Effendi,selaku Kepala Sub Bagian Pejabat Pengelola Informasi dan

(22)

permohonannya tidak terpenuhi atau permohonannya dipenuhi tapi tidak sesuai dengan harapan mereka, Ibu Andam Perwita Sari :

“Tugas humas sebagai problem solving fasilitator biasanya menyampaikan jawaban dari pihak SETJEN, mengkomunikasikan jawaban dari SETJEN kepada si pemohon informan seperti contoh dulu pernah ada kasus permintaan dokumen studi banding dari Indonesia Corruption Watch ke DPR, itu pemilik informasinya kan Komisi ya. Jadi bukan si Humasnya sendiri yang punya yang mengelola informasi itu sebetulnya Komisi. Tapi, karena komisi belum siap memberikan itu dan LSM yang bersangkutan sudah mengajukan gugatan sudah protes maka disini Humas sebagai fasilitator berfungsi untuk memediasi antara SETJEN DPR dengan LSM. Jadi, mengkomunikasikan alasan-alasan sebelum maju ke tahap persidangan di Komisi informasi jadikan sebenernya tahapannya itu, saat publik mengajukan gugatan ada mediasi kemudian ada ajudikasi. Keduanya itu dilakukan di Komisi Informasi sifatnya persidangan formal, nah sebelum melangkah kearah situ DPR membuka peran mediasi dulu, jadi diadakan secara informal di DPR mereka di undang terus di komunikasikan ke LSM yang meminta alasannya seperti apa belum dapat dipenuhi akhirnya berhenti sampai disitu jadi tidak sampai ke tahap pengadilan di Komisi informasi.”75

4. Humas sebagai technician communications

Humas sebagai pelaksana teknisi komunikasi yang menyediakan layanan bidang teknis baik kepada pemohon informasi dan juga kepada

(23)

media.Serta melakukan komunikasi dan kemampuan jurnalistik dan melaksanakan keputusan yang telah dibuat oleh pimpinan.

Salah satu bentuk kegiatan humas dalam upaya mengimplementasikan Undang-Undang KIP ini adalah pembuatan leaflet yang diperuntukkan untuk masyarakat yang berkunjung ke DPR RI, leaflet disini berupa Informasi Publik yang dikecualikan dan Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. Dalam Peran Humas ini Bagian Humas SETJEN DPR RI menyediakan sarana dan juga prasarana sebgai bentuk kegiatan humas dalam upaya mengimplementasikan Undang-Undang KIP untuk menerima masyarakat yang datang langsung dan juga ini tidak hanya dilakukan pada mekanisme secara langsung tetapi juga melalui website PPID Bagian Humas SETJEN DPR. Upaya yang dilakukan Humas akan dijelaskan oleh Ibu Andam Perwita Sari.

“Upaya humas?jadimemang sesuai amanah Undang-undang itu kan yang melakukan menerapkan system keterbukaan informasi publik ini kan lebih lekat kepada tugas pokoknya Humas yaa meskipun di DPR itu sifatnya masih lintas bagian tidak hanya dipegang humas semata tetapi melibatkan unit kerja lain seperti, Arsiparis dan Dokumentasi. Kemudian dan bagian hukum serta unit-unit kerja lainnya.Jadi, humas membentuk tim itu rumahnya ada di humas, tuan rumahnya di Humas, Humas yang membentuk untuk unit-unit kerja lain karena tidak bisa ditangani Humas sendiri. Soalnya informasi itu kan tersebar dia sifatnya tersebar di berbagai unit kerja, jadi Humas yang mengkoordinasi, Humas yang menarik informasi-informasi itu dari unit kerja lain. Upayanya, sejauh mana upayanya ?ya itu tadi, membentuk tim terus mengajukan surat usulan surat keputusan SETJEN. Yang menaungi Tim itu dan mengkoordinasikan unit-unit kerja lain untuk mengumpulkan data atau

(24)

memusatkan data ke Humas dan menyalurkannya ke Publik yang membutuhkan.”76

4.3 Pembahasan

Proses menganalisa hasil penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari hubungan antara teori dan konsep yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang dijabarkan diatas, kemudian penelitian melakukan analisa untuk mengetahui Peran Humas SETJEN DPR RI Dalam Implementasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik No.14 Tahun 2008.

Analisa Penelitian ini sampai pada tahap wawancara dengan metode triangulasi, yaitu wawancara dengan narasumber yaitu Ade Effendi selaku Kepala Sub Pelayanan Bagian Humas SETJEN DPR, Andam Perwita Sari selaku Pranata Humas SETJEN DPR RI, Saiful selaku Kepala Bagian Humas SETJEN DPR RI.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa peran humas SETJEN DPR RI yaitu sebagai Jembatan yang menghubungi antara publik atau masyarakat Indonesia DPR RI melalui informasi-informasi yang berkaitan dengan hubungan kegiatan di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Republik Indonesia. Humas SETJEN DPR RI adalah gerbang utama bagi publik untuk mendapatkan informasi.

Peran Humas SETJEN DPR RI Dalam Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik No. 14 Tahun 2008 dapat dilihat dari empat tahapan

(25)

yang bertujuan membantu Peran Humas SETJEN DPR RI Dalam Implementasi Undang-Undang KIP No.14 Tahun 2008.

1. Humas sebagai Expert Prescriber Communication (Penasehat Ahli)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan para narasumber yang merupakan data primer penulis, dapat dilihat dari beberapa tugas dan wewenang yang dilakukan HUMAS SETJEN DPR RI yakni penyiapan dan pelaksanaan informasi kepada publik melalui sarana dan prasarana saat permintaan informasi berlangsung, pelayanan informasi kepada publik melalui media online seperti Website PPID, dan juga pendokumentasian yang telah bekerja sama dengan pihak pemilik informasi dan dokumentasi yaitu Ardok (Arsip dan Dokumentasi)

Peran HUMAS SETJEN DPR RI Dalam Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik No.14 Tahun 2008 ditunjuk sebagai gerbang utama informasi, yang memiliki wewenang atas berbagai permasalahan yang terjadi di DPR RI, bertanggung jawab langsung kepada SETJEN DPR RI. Kepala Sub Pelayanan Informasi harus mampu menjelaskan dalam segala hal mengenai DPR RI, baik melalu media massa maupun permintaan informasi yang datang langsung. PPID HUMAS SETJEN DPR RI yang ditugaskan dan diberi tanggung jawab untuk mengelola semua informasi yang ada di DPR RI.

Sehingga, bisa dikatakan PPID HUMAS SETJEN DPR RI dalam Pengimplementasian Undang-Undang KIP ini tidak bisa disebut sebagai humas

(26)

(expert prescriber) yang ahli dalam mengimplementasikan Undang-Undang KIP ini karena, segala sesuatu yang terjadi tidak sepenuhnya di tangani langsung oleh PPID HUMAS SETJEN DPR RI, Mengingat posisi Humas jauh dari Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat RI. Dalam hal ini Peran Expert prescriber bukan tidak dijalankan tetapi tidak sepenuhnya peran ini dapat langsung dilakukan oleh PPID HUMAS SETJEN DPR RI, yang dilakukan oleh HUMAS SETJEN DPR RI untuk menjalankan Peran Expert Prescriber ini hanya menangani permasalahan yang masih bertaraf melayani informasi yang memang dapat diberikan bukan sebagai seorang yang ahli yang apabila ada masalah yang sangaat tidak memungkinkan apabila Humas SETJEN DPR RI mengambil keputusan sendiri.

2. Humas sebagai Communications Facilitator ( Fasilitator Komunikasi)

Humas sebagai fasilitator komunikasi berperan sebagai komunikator atau mediator, bisa dikatakan sebagai jembatan komunikasi antara organisasi dengan publiknya.Dalam komunikasi yang tidak mendapatkan timbale balik Humas lah yang menjadi mediatornya.Humas sebagai mediator antara publik internal maupun publik eksternal.Mediator yang dilakukan humas terhadap publik internal adalah dengan melakukan komunikasi pada bagian-bagian yang ada di lembaga yang diwakilinya, publik eksternal disini adalah masyarakat luas yang mengajukan permintaan permohanan informasi.

(27)

Komunikasi yang dilakukan Humas dengan publik internal sangat penting. Karena, Peran Humas dalam menjadi mediator dengan publik internal sangat dibutuhkan untuk melancarkan dan melaksanakan program-program yang telah direncanakan oleh organisasi. Terutama dalam hal pendokumentasian yaitu berhubungan langsung dengan bagian Ardok. Untuk itulah Humas harus menciptakan komunikasi dengan bagian lain agar terciptanya suatu kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan organisasi.

Upaya mencapai terwujudnya Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini, PPID Humas SETJEN DPR RI melibatkan seluruh bagian-bagian satuan kerja yang ada di DPR RI. Bagian-bagian yang terlibat meliputi : Arsip dan Dokumentasi,Kesekretariatan Komisi I- XI DPR RI, Hukum, Risalah, dan seluruh elemen satuan kerja yang ada Di SETJEN DPR RI. Humas sebagai communications facilitator, berperan untuk menjembatani antar publik dan manajemen SETJEN DPR RI dalam upaya pelaksanaan keterbukaan informasi publik. PPID HUMAS SETJEN DPR sebagai bagian yang paling mengetahui untuk pelaksanaan dari keterbukaan informasi publik di lingkungan DPR RI. Sebagai komunikator yang paling penting dalam komunikasi, humas lebih memahami bagaimana melakukan strategi untuk berkomunikasi dengan berbagai bagian satuan kerja di DPR RI.

Dalam Pengimplementasian Undang-Undang KIP ini, Humas mampu menangani permasalahan yang terjadi selama ini, humas masih bisa

(28)

menghandle kritik ataupun komentar dari masyarakat dengan cara strategi komunikasi sebagai mediator yang mampu menciptakan pengertian yang sama untuk menyelesaikan permintaan informasi yang ada di PPID SETJEN DPR RI.Strategi yang dilakukan oleh PPID HUMAS SETJEN DPR melalui mekanisme pelaksanaan yang dilakukan yaitu membantu masyarakat untuk mengajukan permohonan secara langsung apabila ada masyarakat yang membutuhkan informasi terbaru.Apapun permintaan informasi yang diajukan oleh masyarakat dapat langsung dimediatori atau dilayani sesuai dengan jenis informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Fasilitas yang diberikan oleh PPID HUMAS SETJEN DPR RI juga tidak sebatas hanya datang langsung, tetapi bisa dilakukan dengan permohonan permintaan data melalui online yaitu Website PPID HUMAS SETJEN DPR RI, melalui mekanisme yang sangat efisien ini dapat mempermudah masyarakat luas yaitu masyarakat dari dalam negeri maupun luar negeri untuk memperoleh data informasi yang diinginkan terutama mengenai Rapat-Rapat yang ada di DPR RI. Dalam permohonan permintaan informasi ini, pihak pemohon dapat mengetahui sejauhmana proses informasi yang diminta itu dilakukan oleh PPID HUMAS SETJEN DPR RI. Selain itu, mekanisme yang ada di PPID, bisa melalui telepon dan juga email.

3. Humas sebagai Problem Solving Process Fasilitator (Proses Pemecahan Masalah)

(29)

Peran humas dalam proses pemecahan masalah ini mengenai persoalan kehumasan. Humas PPID SETJEN DPR RI harus terlibat atapun dilibatkan langsung dalam penanganan masalah yang ada, untuk poksi anggota tim atau menjadi tim penanganan masalah. Dalam upaya mencapai keterbukaan informasi publik ini pasti menemukan hambatan dan juga masalah.

PPID HUMAS SETJEN DPR RI menemukan beberapa masalah dalam upaya implementasi keterbukaan informasi publik.Hambatan yang ditemui mengenai Sumber Daya Manusia yaitu pejabat yang piket di PPID SETJEN DPR RI. Walaupun PPID SETJEN DPR RI difungsikan kedalam fungsi Humas SETJEN DPR RI, masih belum bisa dikatakan struktur yang sempurna, struktur yang tidak hanya kerja pada satu bagian saja tetapi masih menempel pada unit kerja lainnya.

Kemudian HUMAS SETJEN DPR RI bersama SETJEN DPR RI melakukan upaya dengan mengkoordinir jabatan fungsional dengan mengubah struktural yang ada, dimana PPID kini memiliki bagian tersendiri dan tidak hanya sebagai fungsi humas tetapi sudah sebagai Sub Pelayanan Informasi Publik yang ada di DPR RI, tetapi masih dijabat oleh pejabat eselon II.

Selain permasalahan mengenai Sumber Daya Manusia, PPID SETJEN DPR RI juga menerima complain dari masyarakat atas keberatan permohonan informasi yang diajukan oleh pemohon yaitu LSM mengenai studi banding

(30)

dari Indonesia Corruption Watch ke DPRRI. Dalam Peran Problem Solver ini dapat berkaitan dengan Peran Humas sebagai Fasilitator komunikasi, dimana HUMAS SETJEN DPR RI berfungsi untuk mediasi antara SETJEN dengan LSM. Informasi tersebut bukan tidak ada, tetapi kewenangannya tidak ada pada Humas melainkan pada Komisi yang bersangkutan, PPID HUMAS SETJEN DPR RI menjalankan peran humasnya dengan melakukan mediasi dengan mengkomunikasikan perihal ketentuan yang ada, selanjutnya proses mediasi berlanjut didalam persidangan formal dimana pertemuan antara LSM dan SETJEN berlangsung.

Menurut hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama observasi, Peran Humas sebagai problem solving facilitator di dalamnya ada sedikit peran humas facilitator komunikasi diperankan oleh HUMAS SETJEN DPR RI dalam penanganan masalah,tetapi Peran Humas Problem solving tidak hanya melibatkan Humas saja melainkan banyak pihak yang ikut serta dalam penanganan masalah terkait upaya mencapai Implementasi Undang-Undang KIP ini.

4. Humas sebagai Communications Technician (Teknisi Komunikasi)

Berbeda dengan tiga fungsi diatas, peran humas ini biasanya tidak melibatkan berbagai pihak dalam mencari solusi untuk mencairkan masalah.Dalam peran humas ini lebih dilibatkan sebagai penyediaan komunikasi dalam menerapkan program dan menjalankan komunikasi.Keputusan teknis komunikasi yang digunakan juga bukan

(31)

sepenuhnya keputusan humas tetapi keputusan organisasi, humas hanya menjalankan.

Peran Humas dalam Implementasi Undang-Undang KIP ini adalah menyediakan layanan berupa sarana dan prasarana untuk memberikan pelayanan informasi publik berupa ruangan yang memadai, informasi tersedia dengan cepat.Membuat siaran pers, membuat foto dokumentasi, mengupdate informasi di website PPID secara online.

Leaflet atau brosur yang dibuat oleh humas memiliki penjelasan mengenai informasi publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, dan juga informasi publik yang dikecualikan mengenai ruang lingkup yang ada di DPR RI.

Maka dengan melihat pemetaan dari peran humas dalam implementasi Undang-Undang KIP, PPID HUMAS SETJEN DPR RI sudah menggunakan keempat peran tersebut yaitu :

1. Expert Prescriber, merupakan Seorang Praktisi PR yang ahli, tetapi Humas SETJEN DPR RI mempunyai batasan dalam hal kewenangan pengambilan keputusan.

2. Communications Facilitator, sebagai mediasi antara organisasi dan publik. Humas SETJEN DPR RI lebih berperan dalam peran ini.

(32)

3. Problem Solving Process Fasilitator, yaitu sebagai pemecah masalah apabila terjadi didalam organisasi sampai ketahap evaluasi. Humas SETJEN DPR RI masih memiliki kewenangan terbatas dalam pemecahan masalah organisasi.

4. Communications Technician, humas sebagai teknisi komunikasi yang menyiapkan segala hal bersifat teknis, seperti menjalin hubungan baik dengan media massa.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa semua peran humasmenurut Dozier & Broom pernah dilakukan oleh HUMAS SETJEN DPR RI, hanya saja ada perbedaan dalam pengimplementasiannya.Hal ini penulis dapatkan dari hasil wawancara mendalam dengan tiga narasumber dari Pihak Humas SETJEN DPR RI.

Dari empat peran humas tersebut, PPID HUMAS SETJEN DPR RI mengenai Implementasi Undang-Undang KIP ini lebih dominan memerankan Peran Communication Facilitator dan Communications Technician. Berdasarkan hasil penelititian Peran Communication Facilitator sebagai berikut, Humas lebih berkontribusi memediasi antara organisasi dengan publiknya dan sebagai jembatan penghubung antara publik dengan organisasi. Humas yang mengkomunikasikan apabila informasi atau data masih ada dibagian lain, humas yang menjalankan atau mengkoordinir agar komunikasi berjalan dengan lancar dalam pengimplementasian Undang-Undang KIP ini.

(33)

Peran Communications Technician, Humas menjalin hubungan baik dengan media massa. Membuat leaflet untuk mengetahui informasi yang boleh di ketahui dan informasi yang dikecualikan untuk umum, informasi yang berkaitan dengan DPR RI.

Tabel 4.3.1

Peran HUMAS SETJEN DPR RI Dalam Implementasi Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Di PPID

SETJEN DPR RI

No. Peran Humas dan Pola Peran Humas Activity (Implementasi peran 1 Expert Prescriber,

Humas dianggap sebagai orang yang ahli yang mampu memberikan solusi untuk organisasi dan juga memiliki kemampuan tinggi bertanggung jawab

dalam kewenangan permintaan

informasi.

 PPID SETJEN DPR RI dianggap memiliki kewenenangan bertanggung jawab dalam hal penelitian-penelitian apapun yang berkaitan dnegan informasi publik yang ada di DPR RI.  Kewenangan disini adalah HUMAS

SETJEN DPR RI memiliki bagian penelitian yang berwenang

merekomendasi apabila ada hal-hal yang diajukan dari pemohon. Selain itu hal-hal terkait mengenai perihal diatas menjadi tanggung jawab PPID Tetapi, Sebagai seorang Ahli yang mampu menyelesaikan atau

mencarikan solusi apabila ada masalah manajamen organisasi, Humas

SETJEN DPR RI melalui PPID belum bisa dikatakan sebagai ahlinya, karena semua masalah apabila menyangkut keseluruhan DPR bukan kewenangan HUMAS SETJEN DPR RI.

2 Communication Facilitator,

-peran humas ini berfungsi sebagai

 PPID HUMAS SETJEN DPR RI merupakan frontliner dan sebagai pintu utama yang ada di DPR RI untuk masyarakat yang meminta permohonan informasi langsung ke

(34)

pendengar yang baik dan mediator antara organisasi dan publiknya. -mengelola komunikasi dua arah dengan memfasilitasi untuk tetap berjalannya komunikasi dengan baik agar tujuan organisasi tercapai.

DPR RI.

 Humas yang lebih mengetahui apa saja informasi yang diminta oleh publik/sumber informasi yang ada di DPR RI.

 Humas yang menerima permintan informasi publik melalui website, telepon dan juga email.

3 Problem Solver,

-humas dianggap sebagai fasilitator

dalam proses permasalahan.

Bekerjasama dengan bagian lain untuk

mencari solusi dalam pemecahan

masalah sampai tahap evaluasi.

 PPID HUMAS SETJEN DPR yang menerima surat keberatan ataupun kritik dari publik, dan bisa memberikan pengertian atas hal itu, sehingga tidak sampai ke jenjang pengadilan.

 Humas terlibat dan dilibatkan langsung dalam penanganan masalah ataupun hambatan dalam Implementasi Undang-Undang KIP ini 4 Communication Technician,

-humas yang menyediakan sarana dan prasarana dalam komunikasi dengan publik terhadap permintaan informasi data di Badan Publik.

-menyediakan pelayanan permohonan informasi dan juga mengembangkan atau mengupdate informasi yang ada di website.

 Humas menjalin hubungan baik dengan media massa.

 Membuat leaflet untuk mengetahui informasi yang boleh di ketahui dan informasi yang dikecualikan untuk umum, informasi yang berkaitan dengan DPR RI.

 Mengisi atau mengupdate informasi yang ada di Website PPID untuk kepentingan permohonan informasi yang memohon data melalui online.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa pada pasien yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sekret

Mulai mengomunikasikan kepada pimpinan atau rekan-rekan kerja tentang masa cuti yang akan diambil dan rencana menyusui saat bekerja sehingga ibu membutuhkan waktu dan

Sistem pakar ini dapat digunakan dan membantu ahli pertanian, petani maupun orang awam untuk proses diagnosa hama dan penyakit pada tanaman padi dengan cara

Pada tahun 2016, Tim Manajemen BOS Kementerian Agama juga dipisahkan antara Bidang Pendidikan Madrasah dengan Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, dari tingkat pusat

seafood Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat.. Imelda, analisis risiko pada usaha penangkapan kepiting... dipenuhi karena

Apabila dilihat dari hasil khi- kuadratnya, keenam faktor risiko tersebut juga memang menunjukkan hasil bahwa belum ada cukup bukti yang signifikan untuk menunjuk- kan

Penelitian ini dibagi menjadi 2 bahasan utama yaitu kajian keekonomian dan teknis. Ke keekonomian dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah layak atau

Bagainana antara cara berlaku jujur terhadap diri sendiri. Sama seperti yang kami ungkapkan sebelumnya. Berikut cara bersikap jujur. 1) Lakukanlah sejak masih