• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri dengan sesuatu dari luar diri. Pendapat ini menunjukkan bahwa minat adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri dengan sesuatu dari luar diri. Pendapat ini menunjukkan bahwa minat adalah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Minat Siswa

Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri, dengan sesuatu dan dengan luar, semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Slameto (2010:180) mendefinisikan minat sebagai penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri. Pendapat ini menunjukkan bahwa minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan menikmati beberapa kegiatan.

Mahmud (dalam Alfonso,2010:1), mengemukakan bahwa minat dalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas. Shaleh dan Wahab (2004:26) mendefinisikan minat sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa minat merupakan kemampuan untuk memberikan stimulus yang mendorong untuk memperhatikan seseorang, suatu barang atau kegiatan. Dalam hal ini minat merupakan kecondongan merasa terbaik pada bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang-bidang itu.

Hurlock (dalam Mighwar, 2006:101) mengemukakan bahwa minat tidak bersifat universal. Minat pada usia remaja biasanya tergantung pada seks, intelegensi, lingkungan

8 8

(2)

terapan, kesempatan untuk mengembangkan minat. Sepanjang remaja minat yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang.

Whitherington (2007:135) mendefinisikan minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Dan minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, jika tidak demikian minat tidak mempunyai arti sama sekali.

Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas seseorang. Jika seseorang menaruh minat pada sebuah pelajaran maka ia akan melaksanakan tugas dengan baik, sekalipun menyita waktu sehingga tanpa disadari ia bekerja melebihi batas waktu maupun kesehatannya. Dengan kata lain, minat erat hubungannya dengan rasa suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu tindakan.

Nasution (2009:85) menyatakan bahwa minat dapat ditingkatkan dengan cara:

a) Bangkitkan suatu kebutuhan, kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya.

b) Hubungan dan masa lampau.

c) Beri kesempatan untuk mendapatkan yang terbaik.

d) Gunakan berbagai bentuk belajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi dan sebagainya.

Berdasarkan timbulnya minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman dan seks. Sedangkan minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya keinginan untuk memiliki hobi,

kekayaan dan lain-lain.

9

(3)

Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat instrinsik dan minat ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ia merupakan minat yang asli dan mendasar. Sebagai contoh, seorang belajar karena memang senang membaca bukan karena ingin dipuji. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut. Misalnya, seseorang yang belajar dengan tujuan agar

menjadi juara kelas atau lulus ujian.

Shaleh dan Wahab, (2004: 25) mengemukakan bahwa:

“Berdasarkan cara mengungkapkannya, minat dapat dibedakan menjadi empat yaitu: expressed interest, manifest interest, tested interest dan inventoried interest. 1). Expressed Interest (minat yang diekspresikan) Adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan yang paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapat diketahui minatnya. 2). Manifest Interest (minat yang diwujudkan) Adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan

mengetahui hobinya. 3). Tested Interest

Adalah minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan dari jawaban hasil tes obyektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu obyek biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. 4). Inventoried InterestAdalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarkan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subyek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah obyek yang ditanyakan.”

Dari konsep di atas, dapat diketahui perkembangan minat siswa dari rasa senang pada pelajaran yang diikutinya, dalam aplikasinya siswa akan senang mengerjakan tugas yang terkait dengan pelajaran tersebut.

2.2 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata guide berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer). Terkait dengan pengertian bimbingan banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli

(4)

diantaranya Natawidjaya (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2006:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan lepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya bahwa dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti lepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Depdiknas (2004:4) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan dan bukan layanan pengajaran, sehingga ketika guru pembimbing masuk ke kelas fokus utama adalam memberikan pelayanan secara langsung.

Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau

layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Oemar Hamalik, (2000:193) mengartikan bimbingan sebagai penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya

Bimbingan pun dapat diartikan sebagai adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self

(5)

direction), dan merealisasikan dirinya (self realization). Terkait dengan pengertian konseling Yusuf dan Nurihsan, (2006:6) mengemukakan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialaminya dalam kehidupannya

Prayitno, 2007:106 mengartikan konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu: (1) adanya bantuan dari seorang ahli,

(2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,

(3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan

(6)

terampil serta sehat jasmani dan rohani. Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan kepada siswa sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas perilakunya serta sebagai strategi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

2.3 Fungsi-Fungsi Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling mempunyai sejumlah fungsi. Dalam implementasinya di sekolah bimbingan dan konseling mempunyai sejumlah fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyo dkk (dalam Rustantiningsih,2006:1) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu: a. Fungsi penyaluran (distributif), b. fungsi penyesusian, dan c fungsi adaptasi (adaptif)

Sugiyo, dalam Rustantiningsih,2006:1) merinci Ketiga fungsi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

“a) Fungsi Penyaluran, fungsi bimbingan ini berfungsi dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain, b) fungsi Penyesuaian (Adjustif ), fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan

masalah-14

(7)

masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal, c) fungsi adaptasi (adaptif), fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.”

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa kegiatan bimbingan dan konseling mempunyai sejumlah fungsi. Fungsi bimbingan dan konseling tersebut sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program ini. Mencermati hal ini, maka pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling harus mengacu sepenuhnya pada setiap fungsi yang ada sehingga pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan optimal.

2.3 Asas Bimbingan dan Konseling

Keberhasilan Bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf dan Nurihsan, 2006:22) sebagai berikut: a) rahasia, b) sukarela, c) terbuka, d) kegiatan, e) mandiri, f) kini, g) dinamis, h) terpadu, i) harmonis, j) ahli, dan j alih tangan

Asas-asas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Rahasia

Asas Rahasia mengandung makna bahwa bimbingan dan konseling menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan, sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.

b) Sukarela

(8)

Asas sukarela mengandung makna bahwa bimbingan dan konseling menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti, menjalani layanan kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

c) Terbuka

Asas terbuka menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait dengan terlenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada peserta didik yang menjadi sasara layanan kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, maka guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d) Kegiatan

Asas kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.

e) Mandiri

Asas mandiri menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling yakni peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan cirri-ciri mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan , mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing

(9)

hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

f) Kini

Asa kekinian yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “ masa depan” atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

g) Dinamis

Asas dinamis yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak menoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

h) Terpadu

Asas terpadu berupa asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

i) Harmonis

Asas harmonis yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adapt istiadat, ilmu

(10)

pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak didasarkan nilai atau norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j) Ahli

Asas ahli menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini agar para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k) Alih Tangan kasus

Asas alih tangan kasus menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara cepat dan tuntas mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli

l) Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani yaitu berupa asas bimbingan dan konseling yang menghedaki agar bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi mengembangkan keteladanan memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik atau klien untuk maju.

Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa Bimbingan dan Konseling memiliki asas yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.

19

(11)

Adanya asas bimbingan dan konseling ini menjadikan bimbingan dan konseling sebagai bentuk layanan yang memberikan bimbingan serta bantuan kepada individu atau kelompok sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara baik.

2.4 Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling

Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 2007:219). Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling sebagai berikut: a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat. b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu. c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri. d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai banyak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing. e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli. f. Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing. g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya. h. Program bimbingan dan

(12)

konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat. j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno,2007:219).

2.5 Minat Siswa terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004:2) ) dinyatakan bahwa:

“Kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni: a) layanan dasar bimbingan, layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa, b) layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah: (1) bidang pendidikan; (2) bidang belajar; (3)bidang sosial; (4) bidang pribadi; (5) bidang karir; (6) bidang tata tertib SMK; (7) bidang narkotika dan perjudian; (8) bidang perilaku sosial, dan (9) bidang kehidupan lainnya, c) layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri, d) dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan

(13)

meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan. Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK, yakni: (1) layanan pengumpulan data, (2) layanan informasi, (3) layanan penempatan, (4) layanan konseling, (5) layanan referal/melimpahkan ke pihak lain, dan (6) layanan penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).

Peran Guru Mata Pelajaran dalam Kegiatan BK di Sekolah Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu: a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain. c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. d. Direkctor, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan. g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar. h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

(14)

Untuk dapat melaksanakan program bimbingan dan konseling dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan manajemen bimbingan dan konseling seperti yang dikemukakan oleh Nurihsan (2005:39) yang mencakup: 1) perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling, 2) Implemetasi tugas guru pembimbing, 3) Pengorganisasian bimbingan dan konseling, 4) Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling, 5) pengadaministrasian kegiatan bimbingan dan konseling, 6) Pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut perlu diikuti sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling mencapai hasi yang optimal.

2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat Siswa Dalam Memanfaatkan Layanan Bimbingan Konseling di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo

Minat siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi minat siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut:

Faktor internal yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Motivasi untuk memecahkan masalah pribadi

Motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu

.

Uno, (2007:1) mengemukakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam

(15)

dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan aras motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Morgan (dalam Sumardi, 2007:1) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut(goals or ends of such behavior). McDonald (dalam Sumardi, 2007:2) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).

Sumardi (Sumardi, 2007:2) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang

menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu

dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

Motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi salah satu faktor yang menentukan munculnya minat untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Siswa yang

25

(16)

termotivasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya akan selalu melakukan konsultasi dan memanfaatkan layanan bimbingan konseling yang disiapkan oleh sekolah.

2. Kemauan menyelesaikan masalah pribadi

Kemauan untuk menyelesaikan masalah pribadi menjadi faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (2007:12) siswa yang memiliki kemauan untuk menyelesaikan masalah pribadi maka tidak akan segan-segan untuk mengkonsultasikan masalah yang dihadapinya pada layanan bimbingan dan konseling. Mereka secara terbuka akan mengemukakan masalah yang dihadapinya dan berharap mereka akan menemuan solusi atas permasalahan yang dihadapinya tersebut.

3. Faktor kepribadian siswa

Kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik seseorang yang menentukan bagaimana individu dapat menyesuaikan diri secara unik dengan lingkungannya (Allport dalam Hurlock, 1978). Kepribadian dapat berubah dan dimunculkan dalam bentuk tingkah laku. Organisasi adalah hubungan antar traits yang selalu berubah dan diwujudkan dalam bentuk traits-traits yang dominan. Sedangkan sistam psikofisik adalah kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, keadaan emosi dan dorongan-dorongan.

Sistem inilah yang akan mendorong seseorang untuk menentukan penyesuaian dirinya sebagai hasil belajar atau pengalaman.

Sementara itu faktor eskternal yang mempengaruhi minat siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Dorongan guru bimbingan dan konseling

(17)

Guru bimbingan dan konseling memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam membantu meningkatkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Adanya dorongan dari guru bimbingan dan konseling maka akan memotivasi siswa untuk selalu memanfaatkan layanan yang disediakan melalui bimbingan dan konseling.

2. Kepercayaan Terhadap Guru Bimbingan Dan Konseling

Kepercayaan siswa bahwa guru pembimbing akan membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Rasa kepercayaan tersebut menjadi salah satu factor yang akan memotivasi siswa untuk secara rutin mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling serta selalu berupaya untuk terbuka kepada guru terkait masalah yang dihadapinya.

3. Kondisi lingkungan sekolah

Menurut Hakim (2000:18), kondisi lingkungan sekolah yang mempengaruhi minat anak untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Dalam konteks ini jumlah bidang studi, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil sekolah, adanya disiplin dan tata tertib yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Menurut Tu’u (2004:84), sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Di sekolah nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan ketrampilan ditabur, ditanam, disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan minat seorang siswa. Sekolah dapat menciptakan suasana kondusif bagi proses pendidikan

(18)

asalkan manajemen sekolah dikembangkan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik. Disiplin sekolah diorganisasikan oleh kepala sekolah bekerja sama dengan para guru dan mendapat dukungan orangtua. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan tempat terjadinya proses belajar mengajar antara siswa dan guru. Lingkungan sekolah yang berkualitas, dengan sarana dan prasarana yang memadai dapat menumbuhkan semangat dan minat belajar yang tinggi.

2.7 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang layanan bimbingan konseling telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya di antaranya:

1. Yahya Mandures tahun 2011, dalam penelitiannya yang berjudul factor-faktor penyebab siswa sering bolos dan upaya guru mengatasinya di SMP Negeri 1 Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: 1) factor yang paling dominan menjadi penyebab siswa sering bolos sekolah adalah factor yang bersumber dari lingkungan sekolah, 2) factor yang paling kecil mempengaruhi siswa sering bolos sekolah adalah factor yang bersumber dari lingkungan keluarga.

2. Hasnawati Pongolingo tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Faktor penyebab drop

out siswa pada inpres Bonedaa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tingkat drop out di SD Inpres Bonedaa tergolong tinggi karena selama 2 tahun ini terdapat 10 anak yang drop out. Penyebab terjadinya drop out adalah factor ekonomi keluarga, faktor tingkat pendidikan orang tua, serta factor kepribadian siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan yang

Fenomena ketiga yang dapat diambil adalah adanya lihuta lo polopalo sebuah kompetisi memainkan bunyi polopalo yang memberikan kontribusi terhadap modal ekonomi dan budaya

partisipasi (peran serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang

menghimpun data tentang karakteristik petani, kelayakan usahatani padi dan kesediaan membayar (Willingness to Pay, WTP). Data dan informasi usahatani padi

Luas tanah berdasarkan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 11, dimana tabel tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang berada pada ketinggian 25 – 100 meter di atas permukaan

Bahasa Inggris di SMP Negeri 4 Singaraja.(Materi Introducing All About Human, Animals, and Places.. Adapun tujuan penelitian ini untuk 1) mendeksripsikan rancang

Bergaul bebas, berhubungan dengan lawan jenis melalui surat-menyurat, telepon, media sosial, maupun bentuk komunikasi yang lain serta mengirim barang atau perbuatan sejenisnya

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung, yang merupakan salah satu institusi pendidikan yang tentunya memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan