• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF TB PATIENTS TOWARDS PREVENTION OF TB TRANSMISSION IN REGION PUSKESMAS KEBUN HANDIL IN JAMBI CITY 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF TB PATIENTS TOWARDS PREVENTION OF TB TRANSMISSION IN REGION PUSKESMAS KEBUN HANDIL IN JAMBI CITY 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015

Dewi Riastawaty

STIKes Prima Program Studi D III Kebidanan

Korespondesi penulis : dewiriastawaty@stikesprima-jambi.ac.id

ABSTRAK

Data Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+) di Provinsi Jambi Tahun 2012 sebesar 72,04% dengan perkiraan penderita TB paru sebanyak 5.108 dan megalami penurunan ditahun 2013 sebesar 63,72%. Peneiltian merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan motivasi penderita TB Paru tentang pencegahan penularan TB, dengan menggunakan lembar kuesioner.

Populasi penelitian ini adalah penderita TB Paru yang berjumlah 55 orang, dengan sampel 35 responden. Penelitian ini menggunakan analisa univariat. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi pada tanggal 7 – 14 Agustus 2015.

Hasil penelitian menunjukan 37,1% penderita TB Paru berpengetahuan baik dan 28,6% penderita TB Paru memiliki motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit TB.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat luas terutama bagi penderita TB Paru untuk meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi dari berbagai media atau pelayanan kesehatan untuk menanyakan tentang penyakit TB serta menerapkan apa yang diketahui tentang pencegahan penularan penyakit TB dalam kehidupan sehari-hari dan tidak perlu malu untuk mengatakan dirinya menderita TB. Penanggulangannya perlu dilakukan segera melalui kerja sama Dinas Kesehatan dengan petugas pelayanan kesehatan.

Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi, Penderita TB paru

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF TB PATIENTS TOWARDS PREVENTION OF TB TRANSMISSION IN REGION PUSKESMAS KEBUN HANDIL IN JAMBI CITY 2015

ABSTRACT

According to data Case Detection Rate (CDR) pulmonary tuberculosis (TB) with BTA (+) in Jambi Province in 2012 was about 72.04% with estimated about 5,108 people get infected by TB and this was decreasing in 2013 to 63.72%. This research is using descriptive method which aim to describe of knowledge and motivation of TB patients towards prevention of TB transmission, by using a questionnaire.

Population in this study were patients with TB disease with total 55 people, and the sample are 35 respondents. The analysis of the research was using univariate. This research conducted in region Puskesmas Kebun Handil in Jambi City from 7 – 14 of August 2015.

As the result shows, 37.1% patients who have TB disease have good knowledge and 28.6% patients with TB disease have high motivation to do prevention of TB transmission.

Therefore this research can be use as a input and information for the health care facility and specially for community who have TB disease. However, to give this information it might help by using media such as leaflet and posters about prevention of TB transmission and cooperate with the health care center.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara pertama di antara negara-negara beban tinggi (HBC) di wilayah WHO Asia Tenggara yang berhasil mencapai target TB global untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan sejak tahun 2006. Pada tahun 2010, sebanyak 302.861 kasus TB yang diberitahu dan diobati dan 183.366 kasus BTA positif. Oleh karena itu, Pemberitahuan nilai kasus untuk TB BTA positif adalah 78/100, 000 (Case Detection Rate 78,3%). Ditingkat keberhasilan pengobatan rata-rata selama empat tahun terakhir adalah 90% dan untuk kelompok 2009, tingkat keberhasilan pengobatan adalah 91%. Pencapaian ini target global adalah tonggak penting dalam program pengendalian TB nasional (Kemenkes RI, 2012).

Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Dalam laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 hingga saat ini menempati peringkat keempat terbanyak penderita TB setelah negara cina, India, dan Afrika Selatan. Estimasi prevalensi semua jenis kasus TB adalah 690.000 dan kejadian diperkirakan adalah 450.000 kasus baru per tahun (WHO, 2011). Perkiraan jumlah kematian akibat TB adalah 64.000 kematian per tahun (WHO, 2011). Di antara negara-negara Asia, Indonesia memiliki kenaikan tertinggi jumlah epidemi HIV. Epidemi HIV terkonsentrasi, kecuali di Papua dimana prevalensi HIV telah mencapai 2,5%

(generalized epidemic). Estimasi nasional prevalensi HIV di antara populasi orang dewasa adalah 0,2% (Kemenkes RI, 2012).

Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang mengusulkan adanya strategi baru untuk mengendalikan TB yang mampu menahan laju infeksi baru, mencegah kematian TB, mengurangi dampak ekonomi akibat TB dan mampu meletakkan landasan ke arah eliminasi TB. Pada sidang WHO yang ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015 yang bertujuan menghentikan epidemi global TB pada tahun 2015 yang ditandai dengan penurunan angka

kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015 dan penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014).

Meskipun pelaksanaan program pengendalian TB di tingkat nasional menunjukkan kemajuan positif dalam deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan, prestasi di tingkat provinsi menggambarkan kesenjangan antar daerah. Berdasarkan pencapaian pada tahun 2010, 25 (dua puluh lima) provinsi di Indonesia belum mencapai 70% CDR dan hanya 8 provinsi yang mampu memenuhi target CDR 70% dan keberhasilan pengobatan 85%. Saat ini masalah yang dihadapi cukup besar mengingat setiap tahunnya masih terdapat 450.000 kasus baru dan masih tingginya angka kematian akibat TB yaitu 64.000 per tahun atau 175 orang perhari. Strategi nasional sejalan dengan petunjuk internasional (WHO dan strategi baru Stop TB), serta konsisten dengan Rencana Global Pengendalian TB yang diarahkan untuk mencapai Target Global TB 2015 dan Tujuan Pembangunan Millenium 2015 (Kemenkes RI, 2012).

Penyakit TB paru merupakan masalah yang besar bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagaimana dikebanyakan negara sedang berkembang lainnya. Hampir semua penduduk dewasa sudah pernah mengalami infeksi oleh Basil TB pada masa mudanya, karena sebagian besar penyakit TB paru pada negara ini ditimbulkan oleh Basil yang mengalami reaktivasi (Danusantoso, 2013).

Permasalahannya prevalensi dan insiden tuberculosis paru masih sangat tinggi dan sulit diturunkan. Hal ini disebabkan karena adanya masalah medik dan non medik. Yang termasuk masalah nonmedik yaitu, kemiskinan masyarakat yang menyebabkan keadaan gizi rendah, higiene yang rendah, dan kesulitan membeli obat. Serta pendidikan yang rendah tidak menimbulkan kesadaran tentang perlunya berobat dan keterlambatan dalam mendapatkan diagnosa. Salah satu masalah medik yaitu, pasien sering berada didalam keadaan imunodepresi sehingga sistem

(3)

pertahanan tubuh tidak berhasil mengeradikasi kuman tuberkulosis (Djojodibroto, 2012). Penyakit TB paru menyerang lebih dari 75% penduduk usia produktif, 20-30% pendapatan keluarga hilang pertahunnya akibat penyakit TB paru. Selain itu, seorang penderita aktif TB Paru akan menularkan kepada 10-15 orang sekitarnya pertahun, dan tanpa pengobatan yang efektif, 50-60% penderita TB paru akan meninggal dunia (laban, 2008).

Penyakit TB paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita TB paru kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit TB paru terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruangan kerja yang sama (Djojodibroto, 2012).

Penderita TB paru sangat rentan terhadap resiko terjadinya penularan kepada orang di sekitar penderita. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang harus diketahui oleh penderita TB paru seperti tidak membuang dahak sembarangan, memakai masker jika diperlukan, dan memisahkan peralatan makan dari anggota keluarga lainnya (Laban, 2008).

Pengobatan TB Paru dilakukan secara bertahap dan teratur, tahapan pengobatan TB Paru diantaranya tahap intensif dan tahap lanjutan. Untuk itu para penderita harus mengenal, memahami, bagaimana cara pencegahan, tanda gejala dan penatalaksanaan dari TB Paru. Regimen Terapeutik TB Paru merupakan pengobatan yang bertahap dan di lakukan secara teratur, dan di lakukan sesuai dengan penjelasan yang standar (Misnadiarly, 2006).

Pelaksanaan survei dilaksanakan langsung ke puskesmas Kebun Handil dan mendapatkan data Penderita TB Paru yang sudah mendapatkan pengobatan dari tahun 2012-2015 yaitu, pada tahun 2012 sebanyak 17 orang, pada tahun 2013 sebanyak 23 orang, pada tahun 2014 sebanyak 29 orang, dan pada tahun 2015 bulan januari-april sebanyak 5 orang, kemudian penulis melakukan wawancara langsung terhadap 4 penderita tentang pencegahan penularan TB paru,

dengan menanyakan apakah saat berbicara menggunakan masker penutup mulut? dan apakah saat batuk membuang dahak di tempat khusus?, hasilnya penderita tidak pernah membuang dahak saat batuk di tempat khusus (di sembarang tempat), tidak pernah menggunakan masker penutup mulut dalam kesehariannya, artinya masih kurangnya pengetahuan penderita TB tentang pencegahan terhadap resiko penularan penyakit TB dari penderita TB ke orang sekitar dan juga kurangnya motivasi penderita TB mencari informasi tentang pencegahan terhadap resiko penularan penyakit TB (Puskesmas Kebun Handil, 2015).

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk diketahuinya gambaran pengetahuan dan motivasi pada penderita Tuberkulosis (TB) paru tentang pencegahan penularan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain survei yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi mengenai gambaran pengetahuan dan motivasi pada penderita Tuberculosis (TB) paru tentang pencegahan pada penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015.

Penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.

Populasi menurut Riyanto (2011) merupakan keseluruhan subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan. Berdasarkan pengertian di atas populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah penderita TB paru pada tahun 2014 sebanyak 55 orang yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini meggunakan

total sampling yaitu seluruh populasi menjadi sampel. Dengan kriteria inklusi sampel responden dapat membaca dan menulis dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi.

(4)

Kerangka konsep penelitian merupakan konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Karena konsep tidak dapat langsung diamati maka konsep dapat diukur melalui variabel (Riyanto, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di

Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari 35 responden sesuai dengan pertanyaan kusesioner. Variabel pertanyaan responden menggunakan 10 item pertanyaan positif. Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan penderita TB paru untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini berdasarkan pertanyaan sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas, sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita

TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015

(n=35)

Pertanyaan Benar Salah

Pengertian Penyakit TB yaitu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman dan bakteri 33 94,3 2 5,7 Penularan Penyakit TB melalui udara 8 22,9 27 77,1 Salah satu gejala khas penyakit TB Paru adalah batuk

berdahak lebih dari 2 minggu 35 100 0 0 Yang termasuk Pencegahan terhadap penderita TB adalah

dengan memakai masker penutup mulut 12 34,3 23 65,7 Lingkungan yang baik untuk penderita TB paru adalah

lingkungan yang bersih dan mendapatkan cahaya matahari 17 48,6 18 51,4 Tindakan pencegahan pada keluarga penderita TB paru dapat

dilakukan dengan cara membuka jendela setiap hari 15 42,9 20 57,1 Yang termasuk cara penularan penyakit TB paru adalah dari

percikan air liur 29 82,9 6 17,1

Cara melakukan pencegahan pada balita agar tidak tertular penyakit TB paru ialah dengan memberikan imuisasi dasar lengkap terutama vaksin BCG

32 91,4 3 8,6 Memisahkan peralatan makanan penderita TB dari anggota

keluarga lainnya merupakan salah satu bentuk pencegahan penularan penyakit TB

35 100 0 0 Dampak dari penyakit TB paru ialah kematian 22 62,9 13 37,1

Dari data tabel diatas didapatkan bahwa responden yang berpengetahuan baik mayoritas mengetahui jika batuk berdahak lebih dari 2 minggu termasuk salah satu gejala khas penyakit TB paru yaitu sebanyak 100%, responden juga mayoritas mengetahui jika memisahkan peralatan makanan penderita TB dari anggota keluarga lainnya merupakan salah satu bentuk pencegahan penularan penyakit TB paru yaitu sebanyak 100%, responden juga mayoritas mengetahui pengertian dari penyakit TB paru yaitu sebanyak 94.3%, dan responden juga

mengetahui cara melakukan pencegahan pada balita agar tidak tertular penyakit TB paru dengan memberikan imunisasi dasar lengkap dan vaksin BCG sebanyak 91.4%.

Namun masih ada responden yang masih menjawab salah dari pertanyaan pengetahuan tersebut yaitu 77.1% responden belum mengetahui kalau penularan penyakit TB melalui udara, kemudian 65.7% responden belum mengetahui jika dengan memakai masker penutup mulut termasuk pencegahan terhadap penyakit TB paru, dan 57.1%

(5)

responden tidak melilih ataupun tidak mengetahui jika dengan membuka jendela setiap hari termasuk tindakan pencegahan pada keluarga penderita TB paru.

Penghitungan pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu pengetahuan baik dan

pengetahuan kurang baik berdasarkan cut of point ≥76% untuk pengetahuan baik

dan < 76% untuk pengetahuan kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Diagram 1. Distribusi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun

Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35)

Dari diagram diatas diketahui bahwa dari 35 penderita TB Paru yang menjadi respoden dalam penelitian ini, 37,1% memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan penularan penyakit TB dan 62,9% memiliki pengetahuan kurang baik tentang pencegahan penularan penyakit TB.

Gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari 35 responden sesuai dengan pertanyaan di kuesinoner. Variabel motivasi menggunakan 10 item pertanyaan dengan 9 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif. Hasil penelitian berdasarkan motivasi responden ada 2 kategori yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah. Kategori motivasi tinggi diperoleh bila point mean dan dikategorikan motivasi rendah bila point < mean dengan hasil nilai mean adalah (6,50).

BAIK

(6)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja

Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35)

Pertanyaan Ya Tidak

N % N %

Jika batuk berdahak, saya meludah atau membuang dahaknya pada tempat khusus yang sudah saya siapkan seperti di lubang wc/lubang tanah dan ditimbun

16 45,7 19 54,3 Jika beraktivitas diluar rumah / berkomunikasi dengan orang

lain, saya selalu menutup mulut atau menggunakan penutup mulut (masker) ?

24 68,6 11 31,4 Saat batuk atau bersin saya menutup mulut dengan tisu atau

sapu tangan 32 91,4 3 8,6

Alat-alat makan (piring, gelas, sendok) sama dengan keluarga

lainnya dan tidak ada pemisahan 32 91,4 3 8,6 Saya rutin menjemur kasur setiap 2 minggu sekali atau setiap

bulannya 22 62,9 13 37,1

Saya melakukan pemeriksaan dahak setiap 6 bulan untuk memastikan ada atau tidaknya bakteri TB guna untuk

mengantisipasi penularan 17 48,6 18 51,4 Saya mencuci tangan dengan sabun setelah tangan

digunakan untuk menutup hidung/mulut pada saat batuk/bersin 29 82,9 6 17,1 Untuk menjaga daya tahan tubuh saya mengkonsumsi

makanan bergizi (seperti sayuran,buah-buahan,daging tanpa lemak, biji-bijian)

28 80,0 7 20,0 Saya membuka pintu dan jendela rumah pada setiap pagi agar

cahaya matahari masuk kedalam 25 71,4 10 28,6 Saya mencari informasi seputar penyakit Tuberkulosis (TB

Paru) dari media massa dan pelayanan kesehatan 19 54,3 16 45,7 Dari tabel diatas dapat dilihat

mayoritas responden yang memiliki motivasi menjawab “Ya” pada pertanyaan saat batuk atau bersin responden menutup mulut dengan tisu atau saputangan sebanyak 32 responden (91.4%), kemudian 82.9% responden ada motivasi untuk mencuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup hidung/mulut pada saat batuk/bersin, dan 80% responden juga ada motivasi untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi (seperti sayuran, buah-buahan, daging tanpa lemak, biji-bijian). Masih ada responden yang menjawab “ya” pada

pertanyaan negatif yaitu sebanyak 91.4% responden tidak memisahkan alat-alat makan (seperti piring, gelas, sendok,dll).

Untuk melihat kategori gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 ada 2 kategori yaitu Motivasi Rendah dan Motivasi Tinggi. Kategori Motivasi tinggi diperoleh bila skor jawaban ≥ mean dan dikategorikan motivasi rendah bila skor

jawaban < mean. Hasil mean adalah (6.50). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut :

(7)

Diagram 2. Distribusi Responden Tentang Gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun

Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35)

Dari diagram diatas diketahui bahwa dari 35 penderita TB Paru yang menjadi respoden dalam penelitian ini dapat disimpulkan 71.4% memiliki motivasi rendah tentang pencegahan penularan penyakit TB dan 28.6% memiliki motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit TB.

SIMPULAN

Sebanyak 37.1% responden mempunyai pengetahuan baik tentang pencegahan penularan penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 62.9% responden mempunyai pengetahuan kurang baik tentang pencegahan penularan penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 28.6% responden mempunyai motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit Tb di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 71.4% responden mempunyai motivasi rendah tentang pencegahan penularan penyakit Tb di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso, Halim. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : EGC.

Djojodibroto, Darmanto. 2012. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC.

Kemenkes RI, 2012. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia. Kemenkes RI, 2014. Pediman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis.

Laban, Yoanes. 2008. TBC. Yogyakarta : Kanisis.

Misnadiarly. 2006. Pemeriksaan Laboratorium Tuberkulosis dan Mikobakterium Atipik. Jakarta : Dian Rakyat.

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Gambar

Diagram  1. Distribusi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru  Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Diagram  2. Distribusi Responden Tentang Gambaran Motivasi Penderita TB Paru  Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun

Referensi

Dokumen terkait

Andario Randy, Peranan PPATK (Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan) Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang, Vol.. 2 NHT Siahaan, Money Laundering &amp;

For example, the word mǎhu ( 马虎 ) is a morpheme with a phonological form mǎhu which means „not serious‟. This is a combination form of phonemes with a meaning, and cannot

Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting pada daun teh karena dapat menentukan kualitas daun teh dimana dalam pengolahannya, perubahannya selalu dihubungkan dengan semua

Abstrak — Bacillus thuringiensis merupakan bakteri gram positif berspora penghasil protein toksin yang bersifat insektisidal, salah satunya terhadap Spodoptera litura

 Setelah tidak timbul endapan di cuci menggunakan tap water selama 120 menit.  Di cuci menggunakan larutan ammonia (aquadest 10 ml + ammonia 37 % 5

Akibat-akibat lain yang ditimbulkan oleh badai katrina, yaitu jaringan listrik yang mati, tiang-tiang listrik yang berjatuhan, saluran pipa, kilang minyak serta jalan raya dan

volume pelarut yang terbaik terhadap proses ekstraksi pada pembuatan pupuk cair. dari daun

Hasil interpretasi kualitatif dan kuantitatif dari pemodelan zona Sesar Opak di daerah Pleret, Bantul, Yogyakarta dengan metode gravitasi didapatkan adanya dugaan