• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. LANDASAN TEORI A."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6

Varietas Max pada Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum L) Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Usahatani Petani di Kabupten Sragen, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani cabai varietas Max (Rp 12.349.208,27/Ha/MT) lebih tinggi daripada rata – rata pendapatan pendapatan usahatani varietas Biola (Rp 8.232196,16/Ha/MT). Nilai R/C ratio untuk usahatani cabai varietas Max sebesar 1,33 sedangkan usahatani cabai varietas Biola sebesar 1,22. Apabila dihitung pendapatan per usahatani, diperoleh pendapatan Rp 2.359.644,47/UT untuk usahatani cabai varietas Max sedangkan usahatani cabai varietas Biola diperoleh pendapatan sebesar Rp 1.491.941,24/UT.

Hasil analisis penelitian budidaya cabai merah dari Huq dan Arsyad (2010) di Distrik Jamalpur, Bangladeshyang berjudul Technical Efficiency of Chili Productionmenunjukkan bahwa pendapatan bersih dari budidaya cabai adalah Tk 73.164 ha-1 sedangkan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 1,93. Namun, semua petani belum menghasilkan output yang maksimum (tingkat efisiensi antara 11-96% dan efisiensi rata-rata mereka adalah 77%). Rata-rata, inefisiensi teknis 23% muncul yang menunjukkan bahwa output per pertanian dapat ditingkatkan pada rata-rata sebesar 23% melalui produksi cabai dengan menggunakan teknologi yang ada tanpa menimbulkan biaya produksi tambahan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi yang berupa varietas unggul, pengendalian hama dan penyakit serta manajemen yang dapat meningkatkan produksi cabai merah.

Berdasarkan penelitian dari Jagtap dkk. (2012), cabai merah (Capsicum annuum L.) rempah rempah yang sering digunakan di India. Penelitian yang dilakukan di Achalpur Tahsil kabupaten Amravati dari Maharashtra di India ini mengambil sampel di empat desa dan dua puluh petani dari setiap desa, total 80 petani dipilih secara acak sebagai sampel.

(2)

Data yang digunakan adalah yang berkaitanuntuk periode 2009-2010. Data analisis ekonomi menunjukkan bahwa dengan biaya pada budidaya tanaman cabai sebesar Rs. 40.541,72, Rs. 42.811,07dan Rs. 53.421,29 per acre untuk masing petani kecil, petani menengah dan petani besar. Pendapatan bersih yang didapat adalah Rs. 19.329,52, Rs. 24.114,79 dan Rs. 21.400,51 per acre dan rasio input-output sebesar 1: 1,48, 1: 1,56 dan1: 1,40 untuk masing – masing petani kecil, petani menengah dan petani besar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilastinova (2012) yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usahatani Semangka (Citrullus vulgaris) pada Lahan Pasir di Pantai Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa besarnya penerimaan usahatani semangka pada lahan pasir di kawasan pesisir adalah sebesar Rp 20.403.262,00/Ha/MT, sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani semangka pada lahan pasir di kawasan pesisir adalah sebesar Rp 12.444.940,00/Ha/MT atau sebesar 60,99% terhadap penerimaan. Pendapatan usahatani semangka sebesar Rp 7.958.322,00/Ha/MT atau sebesar 39% terhadap penerimaan.

Hasil penelitian dari Triwidiyaningsih (2011) tentang Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Cabai Merah di Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa dengan rata-rata luas lahan 0,11 Ha. Biaya usahatani cabai merah sebesar Rp. 84.547.518,51/Ha/MT, dengan produksi 13.191,67 kg/Ha/MT menghasilkan penerimaan usahatani sebesar Rp. 136.291.717,00/Ha/MT dan pendapatan usahatani cabai merah sebesar Rp. 51.744.918,49/Ha/MT.

B. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Cabai

Menurut Nawangsih dkk. (2000) berdasarkan klasifikasi botaninya tanaman cabai merah termasuk ke dalam :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Class : Metachlamydae

(3)

Famili : Solaneceae

Genus :Capasicum

Spesies : Capsicum annum L

Pada dasarnya keluarga C. Annum batangnya tegak dengan ketinggian antara 50 – 90 cm. Tangkai daunnya horizontal atau miring, panjangnya 1,5 – 4,5 cm. Sedangkan daunnya memiliki panjang antara 4 – 10 cm, lebar antara 1,5 – 4 cm. Posisi bunganya menggantung, mahkotanya putih. Mahkota ini memiliki “cuping” sebanyak 5 – 6 helai, panjangnya 1 – 1,5 cm, lebar kira – kira sekitar 0,5 cm. Sedangkan tangkai bunganya sepanjang 1 – 2 cm. Bentuk buahya sendiri memanjang atau kebulatan dan biji buahnya berwarna kuning-kecoklatan (Setiadi, 1987)

Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang menarik. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan kondisi tanah yang berstruktur remah atau gembur, subur, kaya akan bahan organik dan pH tanah antara 6–7. Proses budidaya cabai merah meliputi penyemaian benih pada media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama, lalu bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu. Panen dapat dilakukan pertama kali pada umur 70–75 hari setelah tanam di dataran rendah dan pada umur 4–5

bulan di dataran tinggi, dengan interval panen 3–7 hari (Puslitbang Hortikultura, 2013).

Tanaman cabai tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi, dan pada berbagai jenis tanah. Tanah yang banyak mengandung bahan organik baik bagi pertumbuhan tanaman cabai. Oleh karena itu penambahan bahan organik, seperti pupuk kandang atau kompos, sangat diperlukan utntuk budidaya cabai. Cabai memiliki arti penting yaitu sebagai bumbu masak. Disamping itu cabai juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman serta

(4)

sebagian kecil digunakan sebagai penghasil minyak astiri (Pranomo, 1994).

Secara umum buah cabai mempunyai banyak kandungan gizi dan kandungan masing masing cabai berlainan. Tabel 3. bisa menunjukkan kandungan yang dimaksud sekaligus kelainan kandungan dari masing - masing jenis.

Tabel 3. Kandungan Zat Gizi Cabai Segar dan Kering Per 100 Gram Bahan Kandungan Segar Kering Cabai hijau besar Cabai merah besar Cabai rawit Cabai hijau besar Cabai merah besar Cabai rawit Kalori (kal) 23 31 103 - 311 -Protein (g) 0,7 1,0 4,7 - 15,9 15 Lemak (g) 0,3 0,3 2,4 - 6,2 11 Karbohidrat (g) 5,2 7,3 19,9 - 61,8 33 Kalsium (mg) 14 29 45 - 160 150 Fosfor (mg) 23 24 85 - 370 -Besi (mg) 0,4 0,5 2,5 - 2,3 9 Vit. A (SI) 260 470 11,050 - 576 1000 Vit. B1 (mg) 0,05 0,24 - 0,40 ± 0,5 Vit. C (mg) 84 18 70 - 50 10 Air (g) 93,4 90,9 71,2 - 10 8(ml) b.d.d (%) 82 85 85 - 85 -Sumber : Setiadi, 1987. 2. Lahan Sawah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilahumum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan.

(5)

Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak yang

memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara alami (Agus et al., 2004).

Tekstur tanah berarti komposisi antara bermacam – macam fraksi tanah yaitu fraksi pasir, debu dan lempung. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur. Lumpur adalah butir - butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi oleh air, sehingga pada tanah sawah diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan butir tanah dapat mengikatnya (AKK, 1990).

Areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :

a. Sawah Irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen Pekerjaan Umum

b. Sawah Irigasi Desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran/ bandar-bandar/ parit-parit yang diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/ petani di suatu daerah tertentu

c. Sawah Irigasi Hilir, atau di luar Jawa dan Madura disebut “sawah berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan (Siregar, 1981)

3. Lahan Pasir di Kawasan Pesisir

Lahan pasir adalah lahan yang memiliki tekstur pasiran (regosol pantai), sangat sulit menahan air, kandungan bahan organiknya rendah dan tingkat kesuburannya rendah. Dengan demikian lahan ini kurang dapat menyediakan lingkungan tumbuh dengan baik bagi pertumbuhan tanaman. Untuk itu perlu diupayakan agar kesuburan dapat di tingkatkan sehingga produktivitas lahan tersebut menjadi lebih baik (Satyarini, 2009)

Tanah pasir yang halus kurang baik untuk tanaman padi karena mempunyai porositas yang tinggi dan tidak bisa diolah menjadi lumpur. Tanah seperti ini jelas tidak bisa menahan air lama dan tergenang sehingga

(6)

kurang baik untuk tanaman padi di sawah. Tetapi untuk tanaman palawija seperti cabai, semangka, jenis tanah ini sangat ideal dan dapat diharapkan memberikan produksi yang lebih baik (Daniel, 2002).

Dalam penelitian Saptuti dan Setyawati (2013) untuk usahatani bawang merah pada lahan pasir memerlukan perlakuan khusus antara lain : 1. Lahan berpasir air mudah meresap, sehingga petani melakukan

pemulsaan tanah dengan menggunakan jerami diatas pasir serta pupuk kompos sehingga air tidak mudah meresap.

2. Lahan pasir miskin unsur hara dan bahan organik, Petani memberikan pupuk kandang karena bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara didalam tanah dan merupakan zat perekat yang dapat memperbaiki struktur tanah.

3. Pada lahan pasir kekuatan angin lebih besar, sehingga petani membuat pemecah angin seperti menanam tanaman cemara laut serta membuat pemecah angin buatan dari anyaman daun kelapa.

4. Pada lahan berpasir suhu permukaan tanah tinggi, untuk mengatasinya petani melakukan penyiraman secara rutin, dalam sehari dua kali yaitu pagi dan sore.

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki kawasan lahan pasir di kawasan pesisir seluas ± 8.250 ha yang membentang sepanjang ± 110 km. Kawasan tersebut tadinya kurang produktif, namun berkat kerja keras berbagai pihak, kini pemerintah DIY telah dapat mengembangkannya menjadi lahan pertanian produktif yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberi sumbangan bagi perekonomian daerah. Lahan yang didominasi oleh partikel pasir dengan kandungan bahan organik rendah mengakibatkan tanah berstruktur remah dan porus air. Rendahnya kemampuan tanah untuk memegang air dan menyimpan hara menyebabkan tanah kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Dibanding lahan normal, usahatani di lahan pasir memang membutuhkan input yang cukup tinggi. Setiap hektar tanaman membutuhkan sekitar 50 m2 air/hari, sehingga untuk mengatasi

(7)

keterbatasan air pemerintah DIY membangun sumur dan bak-bak penampungan air (sumur renteng). Untuk mengatasi keterbatasan air pemerintah DIY membangun sumur dan bak-bak penampuingan air (sumur renteng) (Setyono dan Sri, 2007).

4. Usahatani

Usahatani adalah kegiatan untuk mengusahakan dan mengkoordinir faktor faktor produksi berupa alam dan sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik – baiknya. Usahatani mencakup cara cara petani untuk mengkoordinasi dan menentukan faktor-faktor produksi di masa yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2011).

Usahatani adalah bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sumberdaya yang dimaksud ini berupa faktor-faktor produksi dalam kegiatan usaha tani. Faktor-faktor produksi dapat diorganisasi dan dikoordinasi dalam mencapai tujuan keuntungan. Usahatani dapat dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Efisien apabila pemanfaatan sumberdaya menghasilkan keluaran (output) yang melebihi pemasukan (input) (Soekartawi 2001).

5. Produksi dan Produktivitas

Produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa yangdisebut input diubah menjadi barang dan jasa lain yang disebut output.Hubungan antara input dan output ini dapat diberi ciri dengan menggunakan suatu fungsi produksi (Bishop dan Taussaint, 1979).

Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Pengukuran luas usaha tani dapat diukur dengan berdasarkan hal – hal berikut :

(8)

a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya.

b. Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan.

c. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat. (Suratiyah, 2011).

Menurut Daniel (2002), produktivitas adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari pengusahaan sebidang tanah dalam setahun. Produktivitas tanah ini akan memberikan gambaran dari penggunaan tanah pada suatu wilayah.Pengertian produktivitas ini secara matematis dapat dituliskan :

Produktivitas Lahan = ? ????? ?? ? ? ? ????? ??? ????????? ? ??? ??? ?? Æ? ? ? ? ? ? ????? ??????? ??????? ?? ???Æ? ?

6. Biaya, Peneriman dan Pendapatan Usahatani a. Biaya Usahatani

Menurut Daniel (2002) dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti pupuk, bibit, obat – obatan, dan bawon panen. Kadang – kadang juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian air dan irigasi, pembayaran zakat, dan lain sebagainya.

Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2011) biaya dapat dibedakan menjadi :

1) Biaya alat – alat luar

Biaya alat – alat luar merupakan semua korbanan yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan kotor kecuali upah tenaga keluarga, bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk pengusaha sendiri (Rp).

(9)

Biaya = biaya saprodi + biaya tenaga kerja luar + biaya lain – lain yang berupa pajak (PBB), iuran air, penyusutan alat – alat.

2) Biaya mengusahaakan

Biaya mengusahakan merupakan biaya alat – alat luar ditambah upah tenaga keluarga sendiri diperhitungkan berdasarkan upah pada umumnya (Rp)

3) Biaya menghasilkan

Merupakan biaya mengusahakan ditambah bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani.

Biaya Usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini biasanya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperolah banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap biayasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2006).

b. Penerimaan Usahatani

Menurut Bishop dan Toussaint (1979), sekali suatu fungsi produksi fisik diperoleh, jumlah penerimaan yang akan diterima dari suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan harga produksi tersebut. Menurut Soekartawi (2006), penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : TR = Y x Py

Keterangan :

TR : total penerimaan (total revenue)

Y : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py : harga produksi

(10)

c. Pendapatan Usahatani

Pendapatan kotor usaha tani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar (Soekartawi et all, 1986).

Menurut Soekartawi (2001) pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pd : TR – TC Keterangan:

Pd : pendapatan usahatani

TR : total penerimaan (total revenue) TC : biaya mengusahakan

7. Efisiensi Usahatani

Efisiensi pada umumnya menunjukkan perbandingan antara nilai-nilai output terhadap nilai-nilai-nilai-nilai input. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien daripada yang lain apabila metode itu menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk per kesatuan input yang digunakan. Dari sudut pandang ekonomi efisiensi itu dikehendaki (Bishop dan Toussaint, 1979).

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

R/C Ratio =

?

(11)

Keterangan :

R : Besarnya penerimaan usahatani

C : Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan

Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi. Namun dengan adanya biaya usahatani yang kadang kadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan peneliti; misalnya R/C yang lebih dari satu, bila usaha tani itu menguntungkan (Soekartawi, 2006)

C. Kerangka Teori

Usaha tani merupakan kegiatan untuk mengusahakan dan mengkoordinir faktor faktor produksi berupa alam dan sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik – baiknya. Usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usahatani cabai merah pada lahan sawah dan lahan pasir di kawasan pesisir. Kedua usahatani tersebut sama – sama bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Besarnya pendapatan yang diterima petani dari kegiatan usahatani dipengaruhi oleh besarnya biaya yang ditanggung atau dikeluarkan dan penerimaan petani dalam waktu tertentu.

Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar seperti biaya untuk pembelian benih, pupuk, obat-obat kimia, upah tenaga kerja luar, pajak, iuran irigasi, operasi pompa air, penyusutan dan selamatan ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar. Input dalam usaha tani akan menghasilkan output atau jumlah produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi produktivitas lahan. Produktivitas lahan adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari pengusahaan sebidang tanah atau produksi dalam satu kali musim tanam.

(12)

Produksi dari hasil usahatani selanjutnya dijual oleh petani, sehingga petani akan memperoleh penerimaan. Penerimaan yang dimaksud adalah keseluruhan nilai produk dari usahatani cabai merah yang diterima oleh petani. Besarnya penerimaan yang diperoleh dari usahatani cabai merah pada lahan sawah serta lahan pasir dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi cabai merah dengan harga jual produk per kilogram yang berlaku pada saat penelitian berlangsung.

Setalah diketahui biaya usahatani cabai merah serta penerimaan yang diperoleh petani selanjutnya dapat diketahui pendapatan yang deiperoleh petani serta efisiensi dari usahatani tersebut. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi selama satu musim tanam. Selanjutnya penerimaan juga digunakan untuk mengetahui efisiensi dari usahatani. Efisiensi usahatani cabai merah pada lahan sawah dan cabai merah pada lahan pasir dapat dihitung menggunakan R/C rasio. R/C rasio R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Apabila nilai dari R/C rasio lebih dari satu, maka usahatani tersebut sudah efisien.

(13)

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan masalah D. Hipotesis

1. Diduga terdapat perbedaan produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan sawah dengan lahan pasir di kawasan pesisir.

2. Diduga terdapat perbedaan pendapatan usahatani cabai merah lahan sawah dengan lahan pasir di kawasan pesisir.

Luas Lahan Penerimaan Usahatani Biaya Mengusahakan Biaya Mengusahakan Penerimaan Usahatani 1. Pendapatan 2. Efisiensi 1. Pendapatan 2. Efisiensi 1. Perbedaan pendapatan 2. Perbedaan efisiensi Usahatani Cabai

Merah Pada Lahan sawah

Produksi Cabai Merah

Usahatani Cabai Merah Pada Lahan

pasir di kawasan Produksitivitas Lahan Harga Produksi Cabai Merah Luas Lahan Produktivitas Lahan Harga Perbedaan Produktivitas Usahatani Cabai Merah di Kabupaten Kulon Progo

(14)

3. Diduga terdapat perbedaan efisiensi usahatani cabai merah lahan sawah dengan lahan pasir di kawasan pesisir.

E. Asumsi – asumsi

1. Petani pada usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir bersifat rasional, artinya petani selalu berusaha untuk memperoleh pendapatan yang maksimal dengan keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya.

2. Hasil produksi usahatani cabai merah lahan sawah maupun lahan pasir di kawasan pesisir terjual semua.

F. Pembatasan Masalah

1. Data penelitian yang digunakan yaitu selama musim bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2015.

2. Penelitian dilakukan pada usahatani cabai merah lahan sawah dan pasir pantai di Kabupaten Kulon Progo.

3. Harga sarana produksi serta hasil produksi sesuai dengan harga yang berlaku di lokasi penelitian pada saat penelitian berlangsung.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani cabai merah adalah budidaya cabai merah pada lahan sawah atau pasir pantai secara monokultur dalam satu musim tanam.

2. Lahan sawah adalah lahan yang berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase.

3. Lahan pasir di kawasan pesisir adalah lahan yang memiliki tekstur pasiran (regosol pantai), sangat sulit menahan air, kandungan bahan organiknya rendah dan tingkat kesuburannya rendah.

4. Luas lahan adalah luas garapan pada lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir untuk usahatani cabai merah selama satu musim tanam yang dinyatakan dengan hektar (Ha)

5. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang mengusahakan dan membudidayakan tanaman cabai merah secara monokultur di lahan sawah atau di lahan pasir di kawasan pesisir.

(15)

6. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani cabai merah lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar dalam satu musim tanam. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan diukur dalam satuan HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah per HKP (Rp/HKP). Konversi tenaga kerja wanita ke tenaga kerja pria sebagai berikut :

HKP = ? ? ???? ???? ????? ?? ??? ? ? ???? ???? ????? ???

7. Benih adalah benih yang digunakan untuk mengusahakan usahatani cabai merah pada lahan sawah maupun pada lahan pasir di kawasan pesisir. Jumlah benih yang digunakan dalam usahatani cabai merah pada lahan sawah dan lahan pasir di kawasan pesisir dinyatakan dalam satuan bungkus (10 gram) dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp).

8. Pupuk adalah jumlah maupun jenis pupuk yang digunakan dalam usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp).

9. Pestisida adalah jumlah maupun jenis pestisida yang digunakan dalam usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir, yang dinyatakan dalam satuan (l) ataupun dalam satuan kilogram (Kg).

10. Produktivitas lahan adalah hasil produksi usahatani cabai merah pada lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir yang dihasilkan dalam satu musim tanam dibagi luas lahan garapan dan dinyatakan dalam satuan kwintal per hektar per musim tanam (Kw/Ha/MT).

11. Biaya mengusahakan adalah nilai dari semua masukan atau input untuk mengusahakan usahatani yang merupakan biaya alat – alat luar (pembelian benih, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja luar, dan biaya lain-lain berupa pajak (PBB), iuran air, penyusutan alat – alat.) ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang

(16)

dibayarkan kepada tenaga luar. Biaya mengusahakan dalam satu musim tanam dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). Menurut Prawirokusumo (1990), biaya penyusutan dihitung menggunakan cara straight decline dengan rumus sebagai berikut :

D = (HAw-HAk) / WP Keterangan :

D : depresiasi Haw : nilai barang awal Hak : nilai barang akhir WP : umur ekonomis

12. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dari kegiatan usahatani cabai merah lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir dalam satu kali musim tanam (Kw/MT)

13. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima oleh petani cabai merah lahan sawah atau lahan pasir di kawasan pesisir selama satu musim tanam. Penerimaan dihitung dengan mengalikan jumlah produksi (Kw) dengan harga jual produk per kilogram (Rp/Kw) yang dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

14. Pendapatan usahatani adalah pendapatan bersih yang diterima oleh petani dari hasil usahatani cabai merah pada lahan sawah dan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir selama satu musim tanam. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya mengusahakan selama satu musim tanam yang dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT)

15. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani cabai merah pada lahan sawah maupun usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir. Terdapat tiga kriteria R/C ratio yaitu:

a. R/C ratio = 1 maka usahatani tersebut dalam keadaan impas b. R/C ratio >1 maka usahatani dikatakan efisien

(17)

16. Analisis komparatif adalah analisis perbandingan antara usahatani cabai merah pada lahan sawah dengan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan pesisir guna mengetahui usahatani mana yang dapat memberikan produktivitas, pendapatan dan efisiensi lebih tinggi dengan menggunakan uji t.

Gambar

Tabel 3.  Kandungan  Zat  Gizi  Cabai  Segar  dan  Kering  Per  100  Gram  Bahan Kandungan Segar KeringCabai  hijau  besar Cabai  merah besar Cabai rawit Cabai hijau besar Cabai  merah besar Cabai rawit Kalori (kal) 23 31 103 - 311  -Protein (g) 0,7 1,0 4,
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan masalah D. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

The study analyzed denotative and connotative meaning of the texts appears in the advertisement by using semiotic analysis purposed by Pierce and Rolland Barthes in interpreting

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa

Rasio Alokasi Piutang Murobahah Terhadap Alokasi Pembiayaan PLS Bedasarkan data statistik perbankan syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tabel 2.3 di bawah,

Hasil penelitian yang dapat disimpulkanbahwa pengaruh kualitas fisik silase batang pisang sangat baik, sedangkan pengaruh palatabilitas pada ternak domba ekor gemuk tidak

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan Kelurahan Bhayangkara umumnya didominasi oleh peruntukan perumahan dan pemukiman dengan luas lebih kurang

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar materi peristiwa sekitar proklamasi melalui teknik Quiz Team. Jenis penelitian

Apabila dalam Masa Uji diketahui oleh Penanggung bahwa keterangan yang diberikan dalam Surat Permintaan Asuransi (SPA) serta keterangan lainnya yang berhubungan

1. Total penerimaan yang diterima petani dari usahatani cabai merah per musim tanam dengan luas lahan rata-rata 0,09 di daerah penelitian sebesar Rp. Biaya produksi