BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan secara fakta dan fenomena serta mencari keterangan-keterangan secara faktual. Rancangan penelitian ini dilakukan untuk menguji pengeruh fakta dan fenomena investment opportunity set berbasis pada harga saham terhadap real growth perusahaan real estate dan property.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2006;72). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia yang telah menyajikan laporan keuangan dari tahun 2009-2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Kriteria- kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil merupakan perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai tahun 2011.
2. Perusahaan real estate dan properti mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang diaudit secara konsisten dari tahun 2009 sampai tahun 2011 karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan 2009-2011. Perusahaan real estate dan properti yang memiliki harga penutupan saham minimal 3 tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2011
3. Perusahaan yang mencatat laba selama 3 tahun berturut – turut dari tahun 2009 sampai tahun 2011
Sesuai dengan keempat Kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011, seperti ditunjukkan pada table 3. 1 berikut ini.
Tabel 3.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di BEI 40
2
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit mulai tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 (1)
3
Perusahaan yang tidak memiliki harga penutupan saham berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
dan tidak mencatat laba selama 3 tahun berturut - turut (5)
4
Perusahaan yang tidak mencatat laba selama 3 tahun
berturut – turut (6)
Jumlah sampel penelitian 28
Berikut adalah daftar sampel perusahaan Manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini setelah melalui tahap penyeleksian kriteria sampel:
Tabel 3.2
Daftar sampel penelitian
No Kode Nama Kriteria Sampel
1 2 3 4
1 ADHI Adhi Karya √ √ √ √ 1
3 ASRI Alam Sutera Realty Tbk √ √ √ √ 2
4 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √ √ √ √ 3
5 BCIP Bhuwanatala Indah Permai Tbk √ √ √ √ 4
7 BKSL Sentul Cit y (formerly Bukit Sentul) Tbk √ √ √ √ 5
8 CTRP Ciputra Property Tbk √ √ √ √ 6
9 CTRS Ciputra Surya Tbk √ √ √ √ 7
11 DUTI Duta Pertiwi Tbk √ √ √ √ 8
12 ELTY Bakrieland Development Tbk √ √ √ √ 9
15 GMTD Gowa Makassar Tourism Development
Tbk
√ √ √ √ 10
17 JIHD Jakarta Int'l Hotel & Development Tbk √ √ √ √ 11
18 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk √ √ √ √ 12
19 JRPT Jaya Real Property Tbk √ √ √ √ 13
20 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk √ √ √ √ 14
21 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ √ √ √ 15
23 LPCK Lippo Cikarang Tbk √ √ √ √ 16
24 LPKR Lippo Karawaci Tbk √ √ √ √ 17
25 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk √ √ √ √ 18
26 MKPI Metro Politan Kentjana Tbk √ √ √ √ 19
28 MTSM Metro Realty Tbk √ √ √ √ 20
29 OMRE Indonesia Prima Property Tbk √ √ √ √ 21
31 PWON Pakuwon Jati Tbk √ √ √ √ 22
34 RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ √ √ 23
35 SCBD Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ √ 24
37 SMRA Summarecon Agung Tbk √ √ √ √ 25
38 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk √ √ √ √ 26
39 TOTL Total Bangun Persada Tbk √ √ √ √ 27
40 WIKA Wijaya Karya Tbk √ √ √ √ 28
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat ( Situmorang, dkk, 2020:1). Beberapa macam data antara lain ; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2003 : 124). Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, 20010 dan 2011. Data ini merupakan data sekunder yaitu data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2005:122). Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Bursa Efek Indonesia.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel – variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat didefinisikan dan diukur dengan dua variabel yaitu: variabel dependen dan variabel independen. Real growth (realisasi pertumbuhan) diperlakukan sebagai variabel dependen dan investment opportunity set (IOS) berbasis harga saham diperlakukan sebagai variabel independen.
A. Variabel Real Growth (Y)
Real growth perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pertumbuhan asset dan pertumbuhan ekuitas yang ditunjukkan dalam pertumbuhan nilai buku aktiva dan nilai buku perusahaan. Menurut mardiyah (2001) pertumbuhan asset merupakan perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari total aktiva. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Variabel pertumbuhan asset dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan asset dari suatu periode ke periode berikutnya. Pertumbuhan ekuitas merupakan akumulasi dari laba yang diperoleh. Laba bersih yang tidak dibagikan sebagai dividen akan menjadi tambahan terhadap nilai ekuitas. Jika perusahaan dapat terus menghasilkan keuntungan, terlebih apabila terus meningkat, nilai ekuitas pun akan terus bertambah. Variabel pertumbuhan ekuitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan ekuitas dari suatu periode ke periode berikutnya.
B. Variabel Investment Opportunity Set (X)
Investment Opportunity Set (IOS) adalah set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan perusahaan, dengan alternatif proksi yaitu proksi berbasis harga. Proksi berbasis harga, didasari pada pemikiran bahwa harapan pertumbuhan perusahaan dinyatakan paling tidak secara parsial dalam harga saham, sehingga perusahaan bertumbuh akan memiliki nilai pasar lebih tinggi relatif terhadap asset yang dimiliki (asset in place). Proksi berdasarkan harga ini
berbentuk rasio sebagai suatu ukuran asset yang dimiliki dengan nilai pasar perusahaan. Proksi berbasis harga terdiri dari:
1. Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikian bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. Pasar menilai perusahaan yang sedang tumbuh lebih besar dari nilai bukunya.
2. Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya.
3. Rasio Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) menunjukkan adanya investasi pada aktiva tetap yang produktif sebagai asset in place.
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Jenis Variabel
Nama Variabel
Definisi Pengukuran Skala Dependen Pertumbuhan Asset Pertumbuhan asset merupakan perubahan tahunan dari total aktiva yang dimiliki perusahaan PA = (Total asset - total asset tahun sebelumnya) : total asset tahun sebelumnya Rasio Dependen Pertumbuhan Ekuitas Peningkatan jumlah nilai kapitalisasi laba yang dihasilkan dari pengelolaan asset plus nilai sekarang neto (NPV) dari pilihan investasi di masa datang. PE = Total ekuitas – total ekuitas tahun sebelumnya) : total ekuitas tahun sebelumnya Rasio
Independen Market to Book Value of Equity (MVEBVE) Proksi ini mencerminkan besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan. MVEBVE = (Lembar saham yang beredar x Harga penutupan saham) : Total ekuitas Rasio Independen Value to Depreciation Expense (VDEP) Rasio ini menunjukkan besarnya pengurangan asset in place. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan investasi. VDEP = [Total Asset-Total ekuitas+(saham yang beredar x harga penutupan saham)]: Biaya Depresiasi Rasio
Independen Firm Value to Book Value of property, plant, and equipment (VPPE) Rasio ini merupakan Rasio yang dapat menunjukkan adanya aktiva tetap yang produktif. Rasio ini menunjukkan investasi masa lalu pada Plant, Property dan Equipment (PPE) yang ditunjukkan pengurangan asset in place.
VPPE = [Total Asset – Total ekuitas + (saham yang beredar x harga penutupan
saham)] : Total
aktiva Net
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, dengan cara membaca buku akuntansi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan pasar modal dan investment opportunity Set. Pada tahap yang kedua, pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan cara mengunduh melalui situs www.idx.co.id untuk memperoleh laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan metode analisis statistik dan menggunakan program SPSS 16. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi : uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskesdasitas serta uji autokorelasi.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis, model tersebut harus diuji terlebih dahulu apakah memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala multikolonieritas, gejala heteroskedastisitas, dan gejala autokorelasi. Untuk mendapatkan parameter-parameter estimasi dari model dinamis yang dipakai, dalam penelitian ini digunakan metode penaksiran OLS (Ordinary Least Square). Penggunaan metode
ini disertai dengan asumsi-asumsi yang mendasarinya. Asumsi - asumsi tersebut yaitu :
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Zhitung dengan Ztabel dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika angka signifikan > taraf signifikansi (a) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal,
2) Jika angka signifikan < taraf signifikansi (a) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain (Erlina, 2007:108). Model Regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokesdasitisitas. Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, di mana bila ada titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Cara memprediksi pola gambar Scatterplot adalah dengan: 1) titik - titik menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,
3) penyebaran titik - titik tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar, 4) penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola.
c. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghazali (2005:91-92) Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk deteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari permasalahan multikolinearitas dapat dilihat dari :
1. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance, dimana nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1
2. Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (<0.70) 3. Nilai R2 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari pada koefisien korelasi
simultan (R)
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghazali (2005:95) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk melihat adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson.
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu: 1) Tidak ada autokorelasi positif jika 0 < DW < dl 2) Tidak ada autokorelasi positif jika dl ≤ DW ≤ du 3) Tidak ada autokorelasi negatif jika 4 - dl < DW < 4 4) Tidak ada autokorelasi negatif jika 4-du≤ DW ≤ 4 – dl
3.7 Uji Hipotesis
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan persamaan sebagai berikut.
Y1 = α+β1X2+β2X2+β3X3 + e Y2 = α+β1X2+β2X2+β3X3 + e Dimana: Y1 : Pertumbuhan Asset Y2 : Pertumbuhan Ekuitas a : intersep (konstansta)
X1 : firm value to book value of PPE (VPPE)
X2 : market value to book value of equity (MVBVE) X3 : value to depreciation expense (VDEP)
e : standar error
β1,2,3 = Koefisien masing-masing variabel independen
3.7.2 Uji Parsial (t – tes )
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ha : b1 ≠ 0 : ada pengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua arah) adalah:
a. Ha diterima atau H0 ditolak apabila -t tabel > t hitung > t tabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
b. Ha ditolak atau H0 diterima apabila -t tabel < thitung < t pada tabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
3.7.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% dengan derajat pembilang V1 = k dan derajat penyebut atau kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha : b0 = b1 = b2≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh
H0 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen tidak berpengaruh Kriteria yang digunakan dalam menerima dan menolak hipotesis yaitu :
1. Jika Fhitung < Ftabel maka Hipotesis ditolak, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel yang teliti.
2. Jika Fhitung > Ftabel maka Hipotesis diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel yang diteliti.
3.8 Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi membahas derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Untuk menentukan besarnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel bebas secara simultan maka koefisien korelasi multiple tersebut dikuadratkan yaitu R2, yang merupakan koefisien determinasi variabel di atas. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas -1≤ R≤1
Tabel 3.4
Interpretasi Nilai Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang akan dianalisis dalam penelitian ini baik itu variabel dependen maupun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yang mencakup nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata – rata (mean), dan penyimpangan (standar deviasi). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah real growth perusahaan yang terdiri dari pertumbuhan asset dan pertumbuhan ekuitas, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah investment opportunity set (IOS) berbasis harga saham perusahaan yang terdiri dari rasio market value equity to book value equity (MVEBVE), rasio value to depreciation expense (VDEP) dan rasio firm value to book value of plan, property and equipment (VPPE). Adapun statistik deskriptif dari masing – masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PA 84 -.77 7.75 .3166 .84356 PE 84 -.82 10.26 .3963 1.11927 VPPE 84 1.07 629.41 34.5899 78.61775 MVEBVE 84 .19 4.92 1.4131 .98705 VDEP 84 1.75 583.28 46.1189 88.38664 Valid N (listwise) 84
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 dari 28 perusahaan real estate dan
property yang terpilih menjadi sampel dan diteliti dalam periode tahun 2009 - 2011. Variabel – variabel yang terdapat pada tabel 4.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Asset
Rasio yang menunjukkan adanya perubahan asset perusahaan. Peningkatan asset berimplikasi terhadap kemampuan perusahaan untuk mengelola asset yang dimiliki. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap pertumbuhan asset menunjukkan nilai minimum sebesar –0,77 yang terdapat pada PT. Lippo Cikarang Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Cikarang Tbk memiliki pertumbuhan asset terendah dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya dan nilai maksimum sebesar 7,75 yang terdapat pada PT. Lippo Karawaci Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki pertumbuhan asset tertinggi dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property yang mengalami pertumbuhan asset. Nilai rata – rata dari pertumbuhan asset adalah 0,3166. Statistik deskriptif diatas menunjukkan bahwa secara garis besar pertumbuhan asset perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 – 2011 relatif rendah. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.84356 berarti selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel pertumbuhan asset adalah sebesar 0.84356.
b. Variabel pertumbuhan ekuitas
Rasio yang menunjukkan adanya perubahan nilai buku ekuitas perusahaan. Peningkatan nilai buku ekuitas perusahaan dapat dikategorikan sebagai
salah satu indikator realisasi pertumbuhan perusahaan. . Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas , statistik deskriptif terhadap pertumbuhan ekuitas menunjukkan nilai minimum sebesar -0.82 yang terdapat pada PT. Lippo Cikarang Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Cikarang Tbk memiliki pertumbuhan nilai buku ekuitas terendah dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya dan nilai maksimum sebesar 10,26 yang terdapat pada PT. Lippo Karawaci Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki pertumbuhan nilai buku ekuitas tertinggi dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya yang mengalami pertumbuhan nilai buku ekuitas. Nilai rata – rata dari pertumbuhan ekuitas adalah 0,3963. Nilai negatif menunjukkan adanya penurunan nilai buku ekuitas perusahaan sampel. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 1,11927 berarti selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel pertumbuhan ekuitas adalah sebesar 1,11927. c. Rasio firm value to book value of plan, property and equipment (VPPE)
VPPE merupakan rasio yang menunjukkan adanya investasi pada aktiva tetap yang produktif sebagai asset in place. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap VPPE menunjukkan nilai minimum sebesar 1.07 yang terdapat pada Roda Vivatex Tbk dan nilai maksimum sebesar 629,41 yang terdapat pada Bekasi Asri Pemula Tbk. Nilai rata – rata dari rasio VPPE adalah 34,5899 dan standar deviasinya sebesar 78,61775. Rasio VPPE yang tinggi disebabkan oleh naiknya harga saham suatu perusahaan sedangkan nilai tetap aktiva net nya tidak berubah.
Komposisi PPE yang besar dan struktur aktiva dapat menunjukkan adanya potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
d. Rasio market value equity to book value equity (MVEBVE).
Rasio MVEBVE menunjukkan besarnya perbandingan antara nilai pasar saham dengan besarnya ekuitas perusahaan. Perusahaan dengan rasio MVEBVE yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang besar dan akan memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap MVEBVE menunjukkan nilai minimum sebesar -1,7 yang terdapat pada Surya Semesta Internusa Tbk dan nilai maksimum sebesar 1,59 yang terdapat pada PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Nilai rata – rata dari rasio MVEBVE sebesar 0,1233 dan standar deviasinya adalah 0,68496. Nilai MVEBVE yang tinggi disebabkan oleh naikknya harga saham suatu perusahaan sedangkan total ekuitasnya tetap.
e. Rasio value to depreciation expence (VDEP)
Rasio VDEP menunjukkan besarnya pengurangan asset in place. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan investasi. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap VDEP menunjukkan nilai minimum sebesar 1,75 yang terdapat pada PT. Danayasa Arthatama dan nilai maksimum 583,28 yang terdapat pada PT. Alam Sutera Realty Tbk. Nilai rata – rata dari rasio VDEP adalah 46,1189 dengan standar deviasi sebesar 88,38664. Nilai VDEP yang tinggi
disebabkan oleh naiknya harga saham suatu perusahaan sedangkan biaya depresiasi perusahaan tetap. Salah satu faktor yang menyebabkan harga saham naik adalah tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan cenderung menurun, begitu pula sebaliknya jika tingkat suku bunga turun maka harga saham akan naik.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis, model tersebut harus diuji terlebih dahulu apakah memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala heterokedastisitas, multikolinieritas, dan gejala autokorelasi.
4.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya.
Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows Gambar 4.1 Dependen Variabel PA
Normal P-P Plot
Pada gambar 4.1 berdasarkan hasil uji normalitas terhadap varibel depen pertumbuhan asset dengan pendekatan grafik terlihat bahwa titik – titik yang tersebar memotong sumbu diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal karena tidak mengikuti arah garis diagonal. Untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Kolmogorov Smirnov (1 Sample KS) yakni dengan melihat data residualnya apakah distribusi normal atau tidak dengan asumsi normalitas dapat dipenuhi jika nilai Z Kolmogorov-Smirnov dibawah 1,97 dan nilai Asym.sig (2-tailed) > taraf nyata (α = 0.05) maka data residual berdistribusi normal. Hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Pada Variabel Dependen PA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 84
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .83945236
Most Extreme Differences Absolute .369
Positive .369
Negative -.320
Kolmogorov-Smirnov Z 3.381
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asym.sig (2-tailed) adalah 0.000 lebih kecil dari 0.005 (0.000 < 0.005).
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan variabel dependen pertumbuhan ekuitas seperti yang terlihat gambar 4.2 di bawah menunjukkan bahwa titik-titik yang tersebar tidak mengikuti arah garis diagonal. Hal ini mencerminkan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows Gambar 4.2
Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melakukan uji Kolmogorov Smirnov yakni dengan melihat data residualnya apakah distribusi normal atau tidak dengan asumsi normalitas dapat dipenuhi jika nilai Z Kolmogorov-Smirnov dibawah 1,97 dan nilai Asym.sig (2-tailed) > taraf nyata (α = 0.05) maka data residual berdistribusi normal. Hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Pada Variabel Dependen PE
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 84
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.11690317
Most Extreme Differences Absolute .358
Positive .343
Negative -.358
Kolmogorov-Smirnov Z 3.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Asymp. Sig (2-tailed) adalah sebesar 0,000 (lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data residual tidak berdistribusi normal.
Masalah data yang tidak normal harus diperbaiki untuk mendapatkan model regresi yang baik. Salah satu cara untuk mengatasi masalah data yang tidak normal adalah dengan menggunakan logaritma natural (Ln) pada semua variabel. Perbaikan dari masalah normalitas ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 berikut :
Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows Gambar 4.3
Normal P-P Plot LN_PA
Dari gambar 4.3 diatas terlihat bahwa titik – titik tersebar mengikuti sumbu diagonal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data pada variabel dependen pertumbuhan asset telah berdistribusi normal.
Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows Gambar 4.4
Pada gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa titik-titik mengikuti garis diagonal, hal ini mencerminkan bahwa data pada variabel dependen pertumbuhan ekuitas telah berdistribusi normal.
Untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorov Smirnov dengan asumsi normalitas dapat dipenuhi jika nilai Z Kolmogorov-Smirnov dibawah 1,97 dan nilai Asym.sig (2-tailed) > taraf nyata (α = 0.05) maka data residual berdistribusi normal.
Tabel 4.4
Uji Normalitas Pada Variabel Dependen LN_PA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 83
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .89422393
Most Extreme Differences Absolute .139
Positive .093
Negative -.139
Kolmogorov-Smirnov Z 1.269
Asymp. Sig. (2-tailed) .080
a. Test distribution is Normal.
Pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai Asym.sig (2-tailed) sebesar 0,080 lebih besar dari taraf nyata (α = 0.05) dan nilai Z Kolmogorov-Smirnov
dibawah 1,97. Hal ini menunjukkan bahwa berdistribusi normal.
Pada tabel 4.5 di bawah dapat dilihat bahwa nilai Z Kolmogorov-Smirnov
dibawah 1,97 yaitu sebesar 1,322 dan nilai Asym.sig (2-tailed) sebesar 0,061 lebih besar dari taraf nyata (α = 0.05).
Tabel 4.5
Uji Normalitas Pada Variabel Dependen LN_PE
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 83
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .73023206
Most Extreme Differences Absolute .145
Positive .145
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z 1.322
Asymp. Sig. (2-tailed) .061
4.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi denga melihat penyebaran plot melalui gambar
scatterplot sebagai berikut :
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Gambar 4.5
Pada gambar 4.5 untuk variabel dependen pertumbuhan asset terlihat bahwa titik-titik yang menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Pada gambar 4.6 untuk variabel dependen pertumbuhan ekuitas menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini dapat dilihat pada titik-titik yang menyebar secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Gambar 4.6
4.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2005:95). Metode regresi yang baik apabila tidak terdapat autokorelasi. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1) Tidak ada autokorelasi positif jika 0 < DW < dl 2) Tidak ada autokorelasi positif jika dl ≤ DW ≤ du 3) Tidak ada autokorelasi negatif jika 4 - dl < DW < 4 4) Tidak ada autokorelasi negatif jika 4-du≤ DW ≤ 4 – dl
5) Tidak ada autokorelasi positif dan negatif jika du < DW <4 – du
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .431a .186 .155 .91104 2.235
a. Predictors: (Constant), LN_VDEP, LN_MVEBVE, LN_VPPE b. Dependent Variabel: LN_PA
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Pada Tabel 4.6 di atas memperlihatkan bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,220 Sedangkan hasil pengujian menurut tabel adalah sebagai berikut : n = jumlah sampel = 83
k = jumlah variabel bebas = 3
du < DW < 4-du = 1,7187 < 2,220 < 2,281
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pasitif atau negatif untuk variabel dependen LN_PA pada model regresi penelitian ini.
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .128a .016 -.021 .74397 2.279
a. Predictors: (Constant), LN_VDEP, LN_MVEBVE, LN_VPPE b. Dependent Variabel: LN_PE
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Tabel 4.7 di atas memperlihatkan bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,210 Sedangkan hasil pengujian menurut tabel adalah sebagai berikut : n = jumlah sampel = 83
k = jumlah variabel bebas = 3
pada tingkat signifikansi α = 0,05 diperoleh dl = 1,5693 dan du =1,7187 du < DW < 4-du = 1,7187 < 2,279 < 2,281
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pasitif atau negatif untuk variabel dependen LN_PE pada model regresi penelitian ini.
4.2.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan variance inflation factor dan nilai
tolerance. Mult ikolinearitas terjadi jika VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance
lebih kecil dari 0,10. Model regresi linier berganda harus terbebas dari gejala multikolinearitas agar dapat digunakan dalam penelitian. Hasil pengujian multikolinearitas dijelaskan dalam tabel sebagai berikut
Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -2.460 .274 -8.975 .000
LN_VPPE -.161 .111 -.227 -1.451 .151 .422 2.370
LN_MVEBVE .215 .164 .147 1.312 .193 .815 1.226
LN_VDEP .385 .129 .490 2.980 .004 .380 2.629
a. Dependent Variabel: LN_PA
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Pada tabel 4.8 di atas berdasarkan uji multikolinearitas untuk variabel dependen pertumbuhan asset menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini dilihat dari nilai tolerance untuk semua variabel dalam penelitian ini lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF untuk semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai lebih kecil dari 10.
Pada tabel 4.9 di bawah berdasarkan uji multikolinearitas untuk variabel dependen pertumbuhan ekuitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai tolerance untuk semua variabel lebih besar dari 0,10. dan nilai VIF untuk semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai lebih kecil dari 10.
Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas Coefficientsa sModel Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.466 .224 -6.548 .000
LN_VPPE -.033 .091 -.062 -.361 .719 .422 2.370
LN_MVEBVE .114 .134 .105 .853 .396 .815 1.226
LN_VDEP .044 .106 .075 .415 .679 .380 2.629
a. Dependent Variabel: LN_PE
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Dari hasil uji asumsi klasik diatas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal setelah semua variabel menggunakan logaritma natural (Ln). Analisis desktiptif untuk variabel yang menggunakan Logritma natural dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Statistik Deskriptif (Ln)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LN_PA 83 -5.23 2.05 -1.6778 .99116 LN_PE 83 -2.63 2.33 -1.4000 .73625 LN_VPPE 84 .07 6.44 2.4900 1.39377 LN_MVEBVE 84 -1.67 1.59 .1233 .68496 LN_VDEP 84 .56 6.37 2.9962 1.25582 Valid N (listwise) 83 a. Pertumbuhan Asset
Rasio yang menunjukkan adanya perubahan asset perusahaan. Peningkatan asset berimplikasi terhadap kemampuan perusahaan untuk mengelola asset yang dimiliki. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap pertumbuhan asset menunjukkan nilai minimum sebesar –5,23 yang terdapat pada PT. Adhi Karya Tbk yang berarti bahwa PT Adhi
Karya Tbk memiliki pertumbuhan asset terendah dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya dan nilai maksimum sebesar 2,05 yang terdapat pada PT. Lippo Karawaci Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki pertumbuhan asset tertinggi dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property yang mengalami pertumbuhan asset. Nilai rata – rata dari pertumbuhan asset adalah -1,6778. Statistik deskriptif diatas menunjukkan bahwa secara garis besar pertumbuhan asset perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 – 2011 relatif rendah. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.99116 berarti selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel pertumbuhan asset adalah sebesar 0.99116.
b. Variabel pertumbuhan ekuitas
Rasio yang menunjukkan adanya perubahan nilai buku ekuitas perusahaan. Peningkatan nilai buku ekuitas perusahaan dapat dikategorikan sebagai salah satu indikator realisasi pertumbuhan perusahaan. . Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas , statistik deskriptif terhadap pertumbuhan ekuitas menunjukkan nilai minimum sebesar -2,63 yang terdapat pada PT. Modernland Realty yang berarti bahwa PT.Modernland Realty memiliki pertumbuhan nilai buku ekuitas terendah dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya dan nilai maksimum sebesar 2,33 yang terdapat pada PT. Lippo Karawaci Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki pertumbuhan nilai buku ekuitas tertinggi dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya
yang mengalami pertumbuhan nilai buku ekuitas. Nilai rata – rata dari pertumbuhan ekuitas adalah -0,14000. Nilai negatif menunjukkan adanya penurunan nilai buku ekuitas perusahaan sampel. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0,73625 berarti selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel pertumbuhan ekuitas adalah sebesar 0,73625. c. Rasio firm value to book value of plan, property and equipment (VPPE)
VPPE merupakan rasio yang menunjukkan adanya investasi pada aktiva tetap yang produktif sebagai asset in place. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap VPPE menunjukkan nilai minimum sebesar 0.07 yang terdapat pada Roda Vivatex Tbk dan nilai maksimum sebesar 6,44 yang terdapat pada Bekasi Asri Pemula Tbk. Nilai rata – rata dari rasio VPPE adalah 2,4900 dan standar deviasinya sebesar 1,39377. Rasio VPPE yang tinggi disebabkan oleh naiknya harga saham suatu perusahaan sedangkan nilai tetap aktiva net nya tidak berubah. Komposisi PPE yang besar dan struktur aktiva dapat menunjukkan adanya potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
d. Rasio market value equity to book value equity (MVEBVE).
Rasio MVEBVE menunjukkan besarnya perbandingan antara nilai pasar saham dengan besarnya ekuitas perusahaan. Perusahaan dengan rasio MVEBVE yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang besar dan akan memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap MVEBVE menunjukkan nilai
minimum sebesar -1,7 yang terdapat pada Surya Semesta Internusa Tbk dan nilai maksimum sebesar 1,59 yang terdapat pada PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Nilai rata – rata dari rasio MVEBVE sebesar 0,1233 dan standar deviasinya adalah 0,68496. Nilai MVEBVE yang tinggi disebabkan oleh naikknya harga saham suatu perusahaan sedangkan total ekuitasnya tetap.
e. Rasio value to depreciation expense (VDEP)
Rasio VDEP menunjukkan besarnya pengurangan asset in place. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan investasi. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap VDEP menunjukkan nilai minimum sebesar 0,56 yang terdapat pada PT. Roda Vivatex Tbk dan nilai maksimum 6,37 yang terdapat pada PT. Bakrieland Development Tbk. Nilai rata – rata dari rasio VDEP adalah 2,9962 dengan standar deviasi sebesar 1,25582. Nilai VDEP yang tinggi disebabkan oleh naiknya harga saham suatu perusahaan sedangkan biaya depresiasi perusahaan tetap. Salah satu faktor yang menyebabkan harga saham naik adalah tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan cenderung menurun, begitu pula sebaliknya jika tingkat suku bunga turun maka harga saham akan naik.
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal dan terbebas dari multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Sehingga uji hipotesis yang meliputi model regresi linear berganda, koefisien determinasi, uji signifikan parsial, dan uji signifikan simultan dapat dilakukan.
4.3.1 Model Regresi Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan regresi linier berganda yaitu:
Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :
Y : Variabel terikat (dependen) a : intersep (konstansta)
X1 : firm value to book value of PPE (VPPE) X2 : market to book value of equity (MVBVE) X3 : value to depreciation expense (VDEP) e : standar error
4.3.1.1Pengujian Hipotesis 1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Invesment Opportunity Set (IOS) Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Pertumbuhan Asset.
Berdasarkan hasil pengujian statistic dengan bantuan SPSS 16.00 for windows maka dapat dilihat hasil analisis regresi linier berganda Invesment Opportunity Set (IOS) berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan asset pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Hipotesis 1
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -2.460 .274 -8.975 .000
LN_VPPE -.161 .111 -.227 -1.451 .151 .422 2.370
LN_MVEBVE .215 .164 .147 1.312 .193 .815 1.226
LN_VDEP .385 .129 .490 2.980 .004 .380 2.629
a. Dependent Variabel: LN_PA
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Berdasarkan tabel 4.10 di atas maka persamaan regresinya adalah : PA = a + b1VPPE + b2MVEBVE + b3VDEP + e
Ln_PA = -2,460 – 0,161 Ln_VPPE + 0,215 Ln_MVEBVE + 0,385 Ln_VDEP Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefisien regresi variabel firm value to book value of PPE (VPPE) sebesar -0,161 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan firm value to book value of PPE (VPPE) mengalami kenaikan 1 %, maka pertumbuhan aset turun sebesar 16,1%. Koefisien bernilai negatif artinya jika rasio firm value to book value of PPE (VPPE) naik maka Pertumbuhan asset turun dan sebaliknya.
2. Koefisien regresi variabel market value to book value of equity (MVEBVE) sebesar 0,215 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan market value to book value of equity (MVBVE) mengalami kenaikan 1 %, maka pertumbuhan asset naik sebesar 21,5 %. Koefisien bernilai positif artinya jika rasio market value to book value of equity (MVEBVE) naik, maka pertumbuhan asset juga naik, dan jika MVEBVE turun maka pertumbuhan asset juga mengalami penurunan.
3. Koefisien regresi variabel value to depreciation expense (VDEP) sebesar 0,385 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan value to depreciation expense (VDEP) mengalami kenaikan 1 %, maka pertumbuhan asset naik sebesar 38,5 %. Koefisien bernilai positif artinya jika rasio value to depreciation expense (VDEP) naik maka pertumbuhan asset juga naik dan jika VDEP turun maka pertumbuhan asset juga akan turun.
4.3.1.2Pengujian Hipotesis 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Investment Opportunity Set (IOS) Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Pertumbuhan Ekuitas.
Hasil uji regresi IOS berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan ekuitas yang dihasilkan dari olah statistik SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Analisis Regresi Hipotesis 2
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.466 .224 -6.548 .000
LN_VPPE -.033 .091 -.062 -.361 .719 .422 2.370
LN_MVEBVE .114 .134 .105 .853 .396 .815 1.226
LN_VDEP .044 .106 .075 .415 .679 .380 2.629
a. Dependent Variabel: LN_PE
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Berdasarkan tabel 4.11 di atas maka persamaan regresinya adalah : PE = a + b1VPPE + b2MVEBVE + b3VDEP + e
Ln_PE = -1,466 – 0,033 Ln_VPPE + 0,114 Ln_MVEBVE + 0,044 Ln_VDEP Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefisien regresi variabel Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) sebesar -0,033 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Firm value to book value of property, plant and equipment
(VPPE) mengalami kenaikan 1 %, maka pertumbuhan ekuitas turun sebesar 3,3%. Koefisien bernilai negatif artinya jika rasio VPPA naik maka pertumbuhan asset akan turun, dan sebaliknya jika rasio VPPA turun maka pertumbuhan asset akan naik.
2. Koefisien regresi variabel market value to book value of equity
(MVEBVE) sebesar 0,114 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan market value to book value of equity (MVEBVE) mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan asset naik sebesar 11,4 %. Koefisien bernilai positif artinya Jika rasio MVEBVE naik maka pertumbuhan asset juga naik. Jika rasio MVEBVE turun maka pertumbuhan asset juga akan mengalami penurunan.
3. Koefisien regresi variabel value to depreciation expense (VDEP) sebesar 0,044 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan value to depreciation expense (VDEP) mengalami kenaikan 1 %, maka pertumbuhan asset naik sebesar 4,4 %. Koefisien bernilai positif artinya jika rasio value to depreciation expense (VDEP) naik maka pertumbuahan asset akan naik dan jika VDEP turun maka pertumbuhan asset juga akan turun.
4.3.2 Koefisien Determinasi (R2)
4.3.2.1Analisis Koefisien Determinasi Hipotesis 1
Nilai yang digunakan untuk melihat uji koefisien determinasi adalah nilai
adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam hal ini adjusted
R2digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE), variabel market value to book value of equity (MVEBVE), dan variabel value to depreciation expense
(VDEP) terhadap pertumbuhan asset.
Tabel 4.13
Hasil analisis Koefisien Determinasi Hipotesis 1
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .431a .186 .155 .91104 2.235
a. Predictors: (Constant), LN_VDEP, LN_MVEBVE, LN_VPPE b. Dependent Variabel: LN_PA
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh angka R sebesar 0,431. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara IOS berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan asset.
Dari hasil analisis linier berganda diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,155 atau 15,5% . Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel firm value to book value of PPE (VPPE), market value to book value of equity (MVEBVE), dan value to depreciation expense (VDEP) adalah sebesar 15,5%. Sedangkan sisanya sebesar 84,5 % adalah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3.2.2Analisis Koefisien Determinasi Hipotesis 2
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan nilai R sebesar 0,128. Hal ini mencerminkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara IOS berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan ekuitas.
Dari hasil analisis linier berganda diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,021 atau 2,1% . hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel independen, yaitu firm value to book value of PPE (VPPE), market value to book value of equity (MVEBVE), dan
value to depreciation expense (VDEP) memberikan pengaruh hanya sebesar 2,1% terhadap pertumbuhan ekuitas. Sedangkan besarnya variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini adalah sebesar 97,9 %.
Tabel 4.14
Hasil analisis Koefisien Determinasi Hipotesis 2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .128a .016 -.021 .74397 2.279
a. Predictors: (Constant), LN_VDEP, LN_MVEBVE, LN_VPPE b. Dependent Variabel: LN_PE
4.3.3 Uji Signifikan Parsial (t- tes)
4.3.3.1Uji Signifikan Persial (t – tes) Hipotesis 1
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ha : b1 ≠ 0 : ada pengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua arah) adalah:
c. Ha diterima atau H0 ditolak apabila -t tabel > t hitung > t tabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
d. Ha ditolak atau H0 diterima apabila -t tabel < thitung < t pada tabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
Dengan melihat t tabel dengan a = 0,025 karena dalam penelitian ini menggunakan uji dua arah sehingga a/2 (0,05/2) maka Nilai ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,99006. Untuk uji dua arah maka titik kritis distribusi yang digunakan yaitu -1,99006 dan 1,99006.
Tabel 4.15 Uji Parsial (t-tes)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -2.460 .274 -8.975 .000
LN_VPPE -.161 .111 -.227 -1.451 .151 .422 2.370
LN_MVEBVE .215 .164 .147 1.312 .193 .815 1.226
LN_VDEP .385 .129 .490 2.980 .004 .380 2.629
a. Dependent Variabel: LN_PA
Berdasarkan tabel 4.14 dapat terlihat bahwa variabel VPPE memiliki signifikan 0,151 yang berarti nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,151 > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Varibel VPPE memiliki nilai thitung sebesar -1,451 dan lebih besar dari ttabel negatif (-1,451 > -1,99006) maka dapat disimpulkan bahwa variabel VPPE dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan asset. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel VPPE mempunyai hubungan yang berlawanan arah (negatif) dengan pertumbuhan asset. Maka disimpulkan bahwa secara parsial variabel VPPE tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan asset.
Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa variabel MVEBVE memiliki signifikan yang lebih besar dari nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,193 (0,193 > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Varibel MVEBVE memiliki nilai thitung sebesar 1,312 dan lebih kecil dari ttabel (1,312 < 1,99006) maka dapat disimpulkan bahwa variabel MVEBVE dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan asset. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel MVEBVE mempunyai hubungan yang searah dengan pertumbuhan asset sehingga secara parsial variabel MVEBVE tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan asset.
Pada tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel VDEP sebesar 0,004 yang berarti nilai signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,004 < 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Varibel VDEP memiliki nilai thitung sebesar 2,980 dan lebih besar dari ttabel (2,980 > 1,99006) maka dapat disimpulkan bahwa variabel VDEP dalam penelitian ini memiliki kontribusi
terhadap pertumbuhan asset. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel VDEP mempunyai hubungan yang searah dengan pertumbuhan asset sehingga secara parsial variabel VDEP memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan asset.
4.3.3.2Uji Signifikan Persial (t – tes) Hipotesis 2 Tabel 4.16 Uji Parsial (t-tes)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.466 .224 -6.548 .000
LN_VPPE -.033 .091 -.062 -.361 .719 .422 2.370
LN_MVEBVE .114 .134 .105 .853 .396 .815 1.226
LN_VDEP .044 .106 .075 .415 .679 .380 2.629
a. Dependent Variabel: LN_PE
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Berdasarkan tabel 4.15 dapat terlihat bahwa variabel VPPE memiliki signifikan 0,719 yang berarti nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,719>0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Varibel VPPE memiliki nilai thitung sebesar -0,361 dan lebih besar dari ttabel negatif (-0,361 > -1,99006) maka dapat disimpulkan bahwa variabel VPPE dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekuitas. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel VPPE mempunyai hubungan yang berlawanan arah (negatif) dengan pertumbuhan ekuitas sehingga secara parsial variabel VPPE tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan ekuitas.
Pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai variabel MVEBVE memiliki signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 yaitu sebesar 0,396 (0,396 > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Varibel MVEBVE memiliki nilai thitung sebesar 0,853 dan lebih kecil dari ttabel (0,853 < 1,99006) maka dapat disimpulkan bahwa variabel MVEBVE dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekuitas. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel MVEBVE mempunyai hubungan yang searah dengan pertumbuhan ekuitas sehingga secara parsial variabel MVEBVE tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan ekuitas.
Pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa variabel VDEP memiliki signifikan sebesar 0,679 yang berarti nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,679 > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Varibel VDEP memiliki nilai thitung sebesar 0,415 dan lebih kecil dari ttabel (0,415 > 1,99006) maka dapat disimpulkan bahwa variabel VDEP dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekuitas. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel VDEP mempunyai hubungan yang searah dengan pertumbuhan ekuitas sehingga secara parsial variabel VDEP memiliki tidak pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan ekuitas.
4.3.4 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
4.3.4.1Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan bantuan SPSS 16.00 for windows maka dapat dilihat hasil pengujian simultan terhadap Invesment
Opportunity Set (IOS) berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan asset pada tabel 4.15 di bawah ini :
Tabel 4.17 Hasil Uji F hipotesis 1
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 14.987 3 4.996 6.019 .001a
Residual 65.570 79 .830
Total 80.557 82
a. Predictors: (Constant), LN_VDEP, LN_MVEBVE, LN_VPPE b. Dependent Variabel: LN_PA
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : : investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham berpengaruh terhadap pertumbuhan asset perusahaan property dan real estate .
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis yaitu : 1. Jika Fhitung < Ftabel maka Hipotesis ditolak
2. Jika Fhitung > Ftabel maka Hipotesis diterima
Nilai F hitung pada tabel 4.16 di atas adalah 6,019. Dengan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) = 3, dan df 2 (n-k-1) atau (83-3-1) = 79. Hasil diperoleh untuk nilai F tabel sebesar 2,72. Maka persamaannya sebagai berikut:
Fhitung > Ftabel (6,019 > 2,72)
Oleh karena F hitung lebih besar dibandingkan F tabel , maka hipotesis diterima atau investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham yang
diukur dengan rasio VPPE, rasio MVEBVE, rasio VDEP berpengaruh terhadap pertumbuhan asset perusahaan real estate dan property.
4.3.4.2Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan bantuan SPSS 16.00 for windows maka dapat dilihat hasil pengujian simultan terhadap Invesment Opportunity Set (IOS) berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan ekuitas pada tabel 4.15 di bawah ini :
Tabel 4.18 Hasil Uji F hipotesis 2
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .724 3 .241 .436 .728a
Residual 43.726 79 .553
Total 44.450 82
a. Predictors: (Constant), LN_VDEP, LN_MVEBVE, LN_VPPE b. Dependent Variabel: LN_PE
Sumber : Hasil olahan data SPSS 16.00 for windows
Nilai F hitung pada tabel 4.17 di atas adalah 0,436. Dengan tingkat keyakinan 95%, α=5%, df 1 (jumlah variabel-1) = 3, dan df 2 (n-k-1) atau (83-3-1) =79. Hasil diperoleh untuk nilai F tabel sebesar 2,72. Maka persamaannya sebagai berikut:
Fhitung < Ftabel (0,436 < 2,72)
Oleh karena F hitung lebih kecil dibandingkan F tabel , maka hipotesis ditolak atau investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham yang diukur dengan rasio VPPE, rasio MVEBVE, rasio VDEP tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekuitas perusahaan real estate dan property.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam penelitian ini yaitu Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE), variabel market value to book value of equity (MVEBVE), dan variabel value to depreciation expense (VDEP) berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap pertumbuhan asset dan pertumbuhan ekuitas. Dengan melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2009 -2011 dimana jumlah populasi sebanyak 40 perusahaan dan terpilih sebanyak 28 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling.
Besarnya uji koefisien determinasi hipotesis 1 nilai adjusted R2
berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh sebesar 0,155 atau 15,5%. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen dalam penelitian ini (VPPE, MVEBVE, dan VDEP) terhadap pertumbuhan asset (PA) adalah sebesar 15,5%. Sedangkan sisanya sebesar 84,5% adalah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Menurut hasil uji simultan (F – test ) yang dilakukan terhadap hipotesis 1 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,72 dan nilai F hitung 6,019 maka Fhitung > Ftabel (6,019 > 2,72) maka Ha diterima, sedangkan tingkat signifikannya adalah lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Menurut hasil uji parsial terhadap hipotesis 1 menggunakan t-test, variabel
Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE), memiliki nilai thitung -1,451 dan lebih besar dari ttabel negatif -1,99006 ( -1,99962 < -1,451) dan memiliki nilai signifikansinya sebesar 0,151 dan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,151 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa VPPE secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan asset. Dari hasil nilai koefisien regresi variabel firm value to book value of property, plant and equipment sebesar –0,161 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel firm value to book value of property, plant and equipment dengan pertumbuhan asset adalah negatif, artinya setiap kenaikan firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) satu satuan akan diikuti oleh penurunan pertumbuhan asset sebesar 0.429. Rasio ini berpengaruh negatif disebab karena semakin besar perusahaan memanfaatkan investasinya semakin kecil pertumbuhan asset yang diterima perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Prasetyo (2009) dan Kusuma (2008) yang menunjukkan bahwa Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan asset. Namun hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irene (2008) yang menunjukkan bahwa Firm value to book value of property, plant and equipment
(VPPE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan asset. Pengaruh signifikan Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE)
menunjukkan bahwa perusahaan dengan investment opportunity set lebih menyukai menggunakan dana internal sebagai sumber pendanaan. Perusahaan
yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan memanfaatkannya untuk mengembangkan perusahaan guna meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Tabel 4.14 hasil perhitungan uji-t untuk untuk variabel MVEBVE diperoleh nilai t hitung sebesar 1,312 dengan nilai signifikansi sebesar 0,193 dan dengan nilai koefisien 0,215. Dari hasil nilai koefisien regresi variabel MVEBVE sebesar 0,215 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel MVEBVE dengan pertumbuhan asset adalah positif, artinya setiap kenaikan MVEBVE satu satuan akan diikuti oleh kenaikan pertumbuhan asset sebesar 0,215. Nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0,193 maka Market to book value of equity (MVEBVE) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan aset. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2008) dan Irene (2008) yang menunjukkan bahwa market value to book value of equity
(MVEBVE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan asset. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Prasetyo (2009) yang menunjukkan bahwa market value to book value of equity (MVEBVE) tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan asset. Sehingga nilai dari kesempatan tumbuh bergantung pada investasi di masa akan datang, sedangkan nilai dari asset di tempat tidak berdasarkan nilai di masa yang akan datang.
Variabel value to depreciation expense (VDEP) memiliki nilai thitung 2,980 dan lebih besar dari ttabel 1,99006 (2,980 > 1,99006) dan memiliki nilai signifikansinya sebesar 0,004 dan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,05 >
0,004) serta memiliki nilai koefisien 0,385. Maka dapat disimpulkan bahwa maka dapat disimpulkan bahwa VDEP secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan asset. Dari hasil nilai koefisien regresi variabel VDEP sebesar 0,385 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel VDEP dengan pertumbuhan asset adalah positif, artinya setiap kenaikan VDEP satu satuan akan diikuti oleh kenaikan pertumbuhan asset sebesar 0,385. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan untuk berinvestasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009) yang menunjukkan bahwa value to depreciation expense (VDEP) tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pertumbuhan asset.
Berdasarkan hasil uji parsial terhadap hipotesis 1 dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan asset perusahaan lebih dipengaruhi variabel lain seperti kebijakan perusahaan apakah akan memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk asset tetap atau berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi sehingga kebijakan yang diambil akan mempengaruhi struktur aktiva perusahaan tersebut maupun kebijakan penentuan biaya depresiasi atau revaluasi atas asset perusahaan.
Dari hasil analisis linier berganda terhadap hipotesis 2 diperoleh nilai R sebesar 0,128. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang rendah antara IOS berbasis pada harga saham terhadap pertumbuhan ekuitas dan nilai adjusted
R2 sebesar 0,021 atau 2,1% . Adjusted R2 sebesar 0,021 menunjukkan bahwa ketiga variabel independen, yaitu firm value to book value of PPE (VPPE), market value to book value of equity (MVEBVE), dan value to depreciation expense
(VDEP) menjelaskan 2,1% variasi yang terjadi pada pertumbuhan ekuitas. Sedangkan besarnya variabel dependen dijelaskan oleh variabel lain seperti return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER), dan retention rate (RR) , basic earning power, plowback ratio, tingkat bunga, pajak, serta return on investment dan lain –lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini sebesar 97,9 %.
Menurut uji signifikan F yang dilakukan terhadap hipotesis 2 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,72 dan nilai F hitung 0,436 maka Fhitung < Ftabel (0,436 < 2,72) maka Ha ditolak, sedangkan tingkat signifikannya adalah 0,728 lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,728 > 0,05). Oleh karena F hitung lebih kecil dibandingkan F tabel , maka hipotesis ditolak atau investment opportunity set
(IOS) berbasis pada harga saham yang diukur dengan rasio VPPE, rasio MVEBVE, rasio VDEP tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekuitas perusahaan real estate dan property.
Dari hasil uji parsial (t – test) yang dilakukan terhadap hipotesis 2 menunjukkan bahwa pada tabel 4.15 hasil perhitungan uji-t terhadap variabel
Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) diperoleh nilai t hitung sebesar -0,361 dengan nilai signifikansi sebesar 0.719 dan dengan nilai koefisien -0.033. Nilai signifikansi 0,719 lebih besar dari 0.05 maka Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekuitas. Dari hasil nilai koefisien regresi variabel sebesar -0.033 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel VPPE dengan pertumbuhan asset adalah negatif, artinya setiap kenaikan VPPE satu satuan akan diikuti oleh penurunan pertumbuhan ekuitas sebesar 0.033 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel VPPE dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekuitas. Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) berpengaruh negatif terhadap perutumbuhan ekuitas.
Firm value to book value of property, plant and equipment (VPPE) menunjukkan adanya investasi pada aktiva tetap yang produktif sebagai asset in place (aset yang dimiliki).
Pada Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji-t untuk untuk variabel MVEBVE diperoleh nilai t hitung sebesar 0,853 dengan nilai signifikansi sebesar 0,396 dan dengan nilai koefisien 0,114. Nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0,853. Maka Ha ditolak dan H0 diterima Sehingga Market to book value of equity (MVEBVE) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekuitas. Dari hasil nilai koefisien regresi variabel MVEBVE sebesar 0,114 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel MVEBVE dengan pertumbuhan ekuitas adalah positif, artinya setiap kenaikan MVEBVE satu satuan akan diikuti oleh kenaikan pertumbuhan ekuitas sebesar 0,114. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gaver & Gaver (2003), Kusuma (2008), dan Prasetyo (2009) yaitu gabungan antara asset ditempat dan kesempatan investasi mempengaruhi struktur modal perusahaan. Perbedaan hasil uji ini disebabkan karena perbedaan periode dan sampel perusahaan serta model penelitian dari para peneliti terdahulu.
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa variabel value to depreciation expense (VDEP) memiliki signifikan 0,679 yang berarti nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,679 > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima.