• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Hybrid Control sebagai Kendali pada High Ratio Boost Converter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Hybrid Control sebagai Kendali pada High Ratio Boost Converter"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN: 978-602-70570-5-0

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017

© 2017 ITP Press. All rights reserved. DOI 10.21063/PIMIMD4.2017.291-295

Penerapan Hybrid Control sebagai Kendali pada High Ratio

Boost Converter

Andi M. Nur Putra*, Rahmat Rizki A. Putra, Fauzan Ismail, Asnal Effendi

Institut Teknologi Padang

Jl. Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang, Indonesia

*Korespondensi dialamatkan melalui emailandimnurputra@itp.ac.id

Abstrak

Pembangunan sumber pembangkit listrik yang bersumber dari EBT terus meningkat. Namun rendahnya voltase keluaran pembangkit EBT seperti PV merupakan kendala saat harus dihubungkan secara langsung dengan sistem jala-jala. Penggunaan konverter daya merupakan langkah sederhana dibandingkan dengan menghubung sel PV secara paralel dalam jumlah yang sangat besar. High ratio boost converter merupakan konverter daya yang aplikasinya banyak dipakai untuk menaikkan voltase keluaran sel PV. Konverter ini bekerja dengan membagi beban kerja komponen saklar ke setiap saklar yang terdapat pada rangkaian konverter sehingga tidak perlu bekerja pada kondisi duty cycle yang sangat ekstrim. Untuk mengendalikan proses penyaklaran diterapkan hybrid control yang merupakan kendali non linier. Kendali ini dapat mengoptimalkan keluaran konverter dengan meminimalkan riak dan menurunkan frekuensi penyaklaran. Untuk melihat kinerja hybrid kontrol dalam mengendalikan proses penyaklaran pada high ratio boost konverter dilakukan simulasi pada perangkat lunak PSIM. Verifikasi dilakukan dengan mengubah ukuran boundary untuk melihat perubahan yang terjadi pada keluaran konverter. Dari hasil yang disertakan menunjukkan bahwa hybrid control bekerja dengan baik dimana diperoleh keluaran konverter yang diinginkan dengan riak yang sebesar 2,8% pada frekuensi penyekalran 8 kHz. hasil ini juga menujukkan bahwa meungkinkan untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut terhadap topologi konverter dengan pendekatan hybrid control sebagai kendali proses penyaklarannya.

Kata kunci: Hybrid control, high ratio, boost converter, PV systems.

1.

Pendahuluan

Saat ini, pembangunan pembangkit listrik yang bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT) terus meningkat, dimana sekitar 25% atau 8800 MW dari 35 ribu MW rencana pembangunan yang ditargetkan pemerintah Indonesia diupayakan dari EBT terutama energi surya (PV) [1]. Namun, voltase keluaran yang dapat dihasilkan oleh PV masih rendah sehingga dalam aplikasinya dibutuhkan jumlah sel yang banyak untuk memperoleh voltase keluaran yang tinggi agar bisa dihubungkan ke sistem jala-jala. Cara lain untuk menaikkan voltase keluaran PV adalah penggunaan konverter daya tipe boost [2].

Pada boost converter voltase keluaran yang lebih besar dibandingkan masukan diperoleh dengan mengendalikan duty cycle (D) komponen saklar selama berlangsungnya proses penyaklaran. Dengan mengubah-ubah besaran D maka akan diperoleh keluaran yang bervariasi. Penggunaan boost converter

konvensional menjadi tidak efektif pada aplikasi PV karena rasio keluaran yang terbatas menyebabkan komponen saklar harus bekerja

dalam kondisi ekstrim ketika dituntut untuk memberikan keluaran dengan rasio yang tinggi. Akibatnya dapat menurunkan efisiensi keluaran dan menurunkan umur komponen saklar. Untuk alasan itu, dalam [2–6] telah dikembangkan topologi boost converter yang dapat menghasilkan keluaran dengan rasio yang tinggi tanpa menyebabkan saklar harus bekerja dengan kondisi yang ekstrim. kondisi ini diibaratkan seperti dua buah konverter yang terpisah bekerja bersamaan sehingga beban penyaklaran dibagi kepada masing-masing konverter [7]. Konverter ini tidak hanya dikembangkan untuk aplikasi PV namun juga pada aplikasi fuel cell [8–9].

Pemilihan tipe kontrol menjadi sangat penting dalam pengoperasian high ratio boost

converter agar diperoleh keluaran yang

diinginkan. Hybrid control merupakan salah satu jenis predictive control yang saat ini mulai banyak dikembangkan. Kontrol ini merupakan kontrol non linier yang bekerja sesuai prinsip penyaklaran dan mempunyai kelebihan seperti tidak memerlukan rumusan matematika yang sulit, tidak terpengaruh oleh perubahan

(2)

frekuensi, dan riak yang dihasilkan jauh lebih kecil [10]. Selain itu, kontrol ini dapat memberikan keluaran yang optimal saat digunakan sebagai kendali pada boost converter [11].

Dalam makalah ini, hybrid control

diaplikasikan sebagai kendali pada high ratio

boost converter. Kontrol dioperasikan dengan

meminimalkan riak pada keluaran dan menurunkan frekuensi penyaklaran. Untuk meminimalkan riak pada keluaran, kontrol melakukan proses penyaklaran dengan selalu memilih state yang arah vektornya paling dekat ke titik referensi. Sedangkan untuk menurunkan frekuensi penyaklaran, kontrol hanya melakukan proses penyaklaran ketika state yang dipilih mempunyai arah vektor menjauh dari titk referensi dan keluar dari batas aman yang ditetapkan. Sebagai validasi kinerja kontrol, hasil simulasi disertakan pada bagian akhir makalah ini.

2.

Automasi Hibrida

Hybrid control bekerja berdasarkan interaksi

antara dinamika kontinu dan state diskrit yang terdapat pada boost converter. Rangkaian konverter menghasilkan dinamika kontinu (arus dan voltase) dari komponen pasifnya seperti induktor dan kapasitor pada setiap state diskrit (konfigurasi ON/OFF) komponen saklarnya. Model hibrida high ratio boost converter

diperoleh dengan menurunkan persamaan state space untuk setiap mode kerjanya seperti dijelaskan pada bagian selanjutnya.

A.Model Hibrida Boost Converter

Model topologi konverter yang telah diperkenalkan oleh [12] seperti ditunjukkan pada gambar 1 akan dikendalikan dengan

hybrid control. Konverter tersebut bekerja

secara komplementer antara S1 dengan D1 dan

S2 dengan D2. Pada konverter terdapat

kumpulan state diskrit yakni q1 (S1ON; S2OFF),

q2 (S1OFF; S2ON), q3 (S1OFF; S2OFF), dan

q4 (S1 ON; S2 ON). Dalam hal ini, konverter dioperasikan sebagai penaik voltase sehingga

q4 merupakan state yang tidak mungkin terjadi pada konverter. Dengan demikian konverter mempunyai tiga himpunan state diskrit 𝑄 = {𝑞1, 𝑞2, 𝑞3} dengan transisi E = {(q1,q2), (q1,q3), (q2,q1), (q2,q3), (q3,q1), dan (q3,q2)} seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Saat konverter berada pada mode kerja q1 arus akan mengalir melalui S1 dan D2,

sebaliknya mode kerja q2 arus mengalir melalui D1 dan S2 seperti gambar 3a dan 3b. Pada kedua

mode ini diperoleh

𝑑𝑖𝐿 𝑑𝑡 = 𝑉𝑖 𝐿; 𝑑𝑣𝐶 𝑑𝑡 = − 𝑉𝑜 𝑅 (1)

Pada mode kerja q3 yakni ketika kedua saklar dalam keadaan OFF terjadi penyaluran enerbi ke beban dimana arus mengalir melalui D1 dan D2 seperti terlihat pada gambar 3c. Kondisi ini memberikan

𝑑𝑖𝐿 𝑑𝑡 = 𝑉𝑖− 𝑉𝑜 𝐿 ; 𝑑𝑣𝐶 𝑑𝑡 = 𝑖𝐿 𝐶− 𝑉𝑜 𝑅𝐶 (2)

Dari persamaan (1) dan (2), maka besarnya medan vektor lipschitz dari setiap state diskrit adalah

Gambar 1. Diagram high ratio boost converter

q2 σ - σ 2 q1 σ - σ 1 x ϵ G21 x ϵ G12 q3 σ - σ3 x ϵ G23 x ϵ G32 x ϵ G13 x ϵ G31 q2 ẋ(t) – f2(x(t)) ẋ ϵ i2 q1 ẋ(t) – f1(x(t)) ẋ ϵ i1 σ ϵ σ1 σ ϵ σ2 q3 ẋ(t) – f3(x(t)) ẋ ϵ i3 σ ϵ σ2 σ ϵ σ3 σ ϵ σ1 σ ϵ σ3 x ϵ X σ ϵ Σ q2 σ - σ 2 q1 σ - σ 1 x ϵ G21 x ϵ G12 q3 σ - σ3 x ϵ G23 x ϵ G32 x ϵ G13 x ϵ G31 q2 ẋ(t) – f2(x(t)) ẋ ϵ i2 q1 ẋ(t) – f1(x(t)) ẋ ϵ i1 σ ϵ σ1 σ ϵ σ2 q3 ẋ(t) – f3(x(t)) ẋ ϵ i3 σ ϵ σ2 σ ϵ σ3 σ ϵ σ1 σ ϵ σ3 x ϵ X σ ϵ Σ

Gambar 2. Model hibrida high ratio boost converter

Gambar 3. Rangkaian ekivalen

S1 Vin L D2 S2 D1 C Vo R_beban S1 Vin L D2 S2 Vin L D1 Vin L D1 D2 C R_beban C R_beban C R_beban Vo Vo Vo (b) (a) (c) S1 Vin L D2 S2 Vin L D1 Vin L D1 D2 C R_beban C R_beban C R_beban Vo Vo Vo (b) (a) (c)

(3)

𝑓1(𝑥) = [ 0 0 0 − 1 𝑅⁄ ] [ 𝑖𝐿 𝑉𝑜] + [ 1 𝐿 0 ] 𝑉𝑖 𝑓2(𝑥) = [ 0 0 0 − 1 𝑅⁄ ] [ 𝑖𝐿 𝑉𝑜] + [ 1 𝐿 0 ] 𝑉𝑖 𝑓3(𝑥) = [10 − 1 𝐿⁄ 𝐶 ⁄ − 1 𝑅𝐶⁄ ] [ 𝑖𝐿 𝑉𝑜] + [ 1 𝐿 0 ] 𝑉𝑖 (3) (4) (5) B.Metode Pengontrolan

Didalam hybrid control, perubahan terhadap waktu pada dinamika kontinu merupakan akibat dari perubahan state diskrit saat proses penyaklaran yang mana dilakukan ketika kondisi yang ditetapkan oleh guard telah terpenuhi. Guard merupakan suatu fungsi yang akan mengatur kapan perlu dilakukan perpindahan dari state diskrit satu ke lainnya. Agar diperoleh keluaran dengan riak yang kecil, maka kendali akan memilih guard dari suatu vektor lipschitz yang memiliki arah paling mendekati titik referensi yakni vektor yang mempunyai sudut paling kecil terhadap vektor galat.

Sedangkan untuk menjaga frekuensi penyaklaran agar tidak terlalu tinggi maka kendali hanya akan melakukan proses penyaklaran ketika arah vektor lipschitz telah terlalu jauh dari titik referensi atau keluar dari

boundary yang ditetapkan sebagai batas aman

pergerakan state trajectory. Dalam [11] dijelaskan bahwa ukuran boundary yang paling baik ada di rentang 50 – 65 persen dari ukuran maksimalnya yang dapat dipakai. Proses ini dapat dilihat pada gambar 2 dan 4 dengan guard

dari state diskrit satu ke lainnya adalah

G (q1, q2) = σ2, G (q2, q1) = σ1, G (q1, q3) = σ3, G

(q3, q1) = σ1, G (q2, q3) = σ3, G (q3, q2) = σ2.

3.

Simulasi PSIM

Penerapan hybrid control sebagai kendali pada high ratio boost converter gambar 1 disimulasikan pada perangkat lunak PSIM dengan parameter seperti tabel 1. Keluaran yang diinginkan pada konverter ini adalah 110 V dengan riak sebesar 5%. Referensi arus induktor diperoleh dengan menerapkan kendali PID dimana masukannya adalah galat antara referensi tegangan dengan tegangan keluaran konverter dc-dc boost. Diagram blok kontrol PID dengan anti wind-up ditunjukkan oleh gambar 5.

Konstanta Kp dan Ki ditala dengan menggunakan metode Ziegler-Nichols. Apabila konstanta Kp yang dipilih menghasilkan nilai tegangan puncak yang jauh dengan nilai puncak tegangan referensi, maka nilai Kp diperbesar sampai terjadi osilasi di sekitar referensi. Saat terjadi osilasi, konstanta Kp diperkecil dan dipilih konstanta Ki yang memberikan galat yang kecil. Konstanta Kp yang digunakan dalam simulasi adalah 10 dan Ti sebesar 0,1. Dengan demikian, titik referensi yang akan dicapai oleh vektor lipschitz di atur pada F =

(33,33 𝐴, 110 𝑉).

4.

Hasil Simulasi

Simulasi high rasio boost converter

menggunakan PSIM dilakukan pada time Kp Td s Kc 1 Ti 1 s Umax Umin Ref Fdb e + -+ + + + + Ui Ud Up U Esat -+ Upresat

Gambar 5. Diagram kontrol PID

Tabel 1. Parameter boost converter

Parameter Unit

Resistansi beban 6 ohm

Induktor 150 uH

Kapasitor 110 uF

Voltase masukan 50 volt Voltase keluaran 110 volt Xd X1(k) X1(k+1) X2(k+1) 0 e θ1 θ2 Xd X1(k) X1(k+1) X2(k+1) 0 e θ1 θ2 θ3 X3(k+1) Xd X1(k) X1(k+1) X2(k+1) 0 e θ1 θ2 θ3 X3(k+1)

Gambar 4. Ilustrasi proses pengendalian hybrid control

(4)

sampling 2.5µs. Analisis dilakukan dalam kondisi tunak selama 1ms pada rentang waktu 0,199s – 0,2s seperti ditunjukkan pada gambar 5. Terlihat bahwa konverter dapat menaikkan voltase hingga diperoleh keluaran yang diinginkan dengan riak sebesar 2,5% pada frekuensi penyaklaran 19 kHz. Selain itu, dari gambar juga ditunjukkan bahwa beban komponen saklar selama terjadinya proses penyaklaran juga terbagi pada kedua saklar. Untuk memverifikasi kinerja kendali, maka dilakukan simulasi dengan menggunakan ukuran boundary (safe ball) yang lebih kecil dari sebelumnya. Diperoleh hasil bahwa perubahan ini dapat mengoptimalkan kinerja konverter dimana frekuensi penyaklaran turun hingga 8 kHz dan riak sebesar 2,8%.

5.

Kesimpulan

Penerapan hyrid control sebagai kendali penyaklaran pada high ratio boost converter

telah disimulasikan. Dengan menggunakan topologi ini komponen saklar tidak harus bekerja dalam kondisi yang ekstrim karena proses penyaklaran dilakukan oleh dua buah saklar secara bergantian. Hybrid kontrol dapat mengotimalkan kinerja konverter dengan menurunkan frekuensi penyaklaran dan menghasilkan riak yang kecil pada keluaran. Ini memungkinkan bahwa pengembangan model topologi yang lebih sempurna dapat dibuat dengan menggunakan pendekat hybrid control

sebagai kendalinya.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Institut Teknologi Padang melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang telah mendukung kegiatan penelitian ini .

Referensi

[1] DEN, “Outlook Energi Indonesia 2016,” 2016.

[2] P. Muthukrishnan and R. Dhanasekaran, “Dc-Dc Boost Converter for Solar Power Application,” Journal of Theori

Application Information and

Technology., vol. 31, no. 683, pp. 630–

636, 2014.

[3] B. Gu, J. Dominic, J. S. Lai, Z. Zhao, and C. Liu, “High boost ratio hybrid transformer DC-DC converter for photovoltaic module applications,”

IEEE Trans. Power Electronics., vol. 28,

no. 4, pp. 2048–2058, 2013.

[4] R. Basak, P. Nishita, Z. Elias, and S. Sreejith, “High gain Boost Converter with reduced switching stress,” 4th IEEE Spons. Int. Conf. Comput. Power,

Energy, Inf. Commun. ICCPEIC 2015,

pp. 393–399, 2015.

[5] Z. Chen and J. Xu, “High boost ratio DC – DC converter with ripple-free input current,” vol. 50, no. 5, 2014.

[6] A. S. Musale and E. Engineering, “Three Level DC-DC Boost Converter For High Conversion Ratio,” pp. 643–647, 2016.

(5)

[7] F. Sasongko, P. A. Dahono, and A. Rizqiawan, “Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost,” J.

Eng. Sci., no. 10, pp. 1–6, 2009.

[8] H. Hatsuyado and N. Hoshi, “A High Boost Ratio DC-DC Converter for Low Voltage Fuel Cell,” pp. 674–679, 2014. [9] Dang Bang Viet, Y. Lembeye, J. P.

Ferrieux, J. Barbaroux, and Y. Avenas, “New high power - high ratio non isolated DC-DC boost converter for Fuel cell applications,” 37th IEEE Power

Electron. Spec. Conf., pp. 1–7, 2006.

[10] T. D. Rachmildha and Y. Haroen, “Power Electronic Circuit Control Using Hybrid Approach,” no. August, 2015.

[11] A. M. N. Putra, T. D. Rachmildha, Y. Haroen, and A. P. Sadono, “The Effect of Safe Ball Size Changes on Boost,” in

The 3rd IEEE Conference on Power Engineering and Renewable Energy

(ICPERE), 2016, pp. 19–23.

[12] A. Purwadi, K. A. Nugroho, A. Rizqiawan, and P. A. Dahono, “A New Approach to Synthesis of Static Power Converters,” no. August, pp. 627–633, 2009.

Gambar

Gambar 2. Model hibrida high ratio boost converter
Gambar 5. Diagram kontrol PID

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diberikan usulan perbaikan sebagai berikut, melakukan perekrutan tour leader dengan melalui mekanisme

Nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,781 atau 78,1% artinya variabel kepuasan nasabah (Y) dapat dijelaskan oleh variabel pelayanan yang terdiri dari bukti fisik,

Bahwa dalam rangka mewujudkan Tertib Administrasi Penyelenggaraan Pemerintaban dan Pembangunan serta sebagai bentuk Pcrtanggungjawaban Akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Pacitan

Untuk membuktikan lagi atas teori-teori dan hasil - hasil penelitian sebelumnya, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukan bahwa kebijakan dividen ada pengaruh dari

[r]

Mengetahui Kondisi optimum elektroda wolfram yang telah diimmobilisai enzim urease sebagai biosensor pada analisis urea secara potensiometri meliputi jenis larutan

Senyawa terpenoid adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang bersifat aromatis, sebagian terpenoid mengandung

Dengan kata lain, manajemen atau pengelolaan modal kerja ini berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan (rentabilitas). Perusahaan