• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL

BERBASIS IT BAGI GURU-GURU SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B

KABUPATEN TABANAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Oleh:

Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si./NIP. 19710611 199702 2 001 Komang Dharmawan, M.Math., Ph.D./NIP.19620218 198803 1 001

Drs. Ketut Jayanegara, M.Si./NIP.19650302 199203 1 001 Ni Made Asih, S.Pd., M.Si. / NIP.19770314 200604 2 001

Kartika Sari, S.Si., M.Sc./NIP.19700711 200312 2 001 Ir. I Putu Eka N. Kencana, MT./NIP.19650614 199203 1 004

Dibiayai dari DANA DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014, dengan Kontrak

Nomor: 219.37/UN.14.2/PKM.01.03.00/2014, Tanggal 5 Mei 2014

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)
(5)

ABSTRAK

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, adalah: (1) Mengenalkan cara-cara pembuatan dan pengembangan media pembelajaran audiovisual dengan menggunakan software Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya bagi Guru-guru di SLB/B Tabanan untuk Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran yang inovatif bagi siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan; (3) Menghasilkan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk mata pelajaran matematika dan IPA untuk siswa tuna rungu; dan (4) Menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi ajar secara lebih optimal.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan pengembangan media pembelajaran audiovisual untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audio visual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok. Dalam pelatihan, guru-guru akan dibantu mulai dari merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio visual, dan pengembangan media audiovisual tesebut. Evaluasi dari kegiatan pengabdian ini meliputi pemberian pre test dan post test. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan guru peserta pelatihan tentang pengembangan media pembelajaran audiovisual. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor pengetahuan peserta pada pre test dan post test, serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta pelatihan.

Hasil pelaksanaan kegiatan diperoleh bahwa pemberian pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan. Rata-rata nilai pre test adalah 60, Rata-rata-Rata-rata hasil post test adalah 83,33, dan Rata-rata-Rata-rata persentase peningkatan sebesar 42,21%, Media audiovisual dapat digunakan untuk pembelajaran di SLB.B untuk siswa tuna rungu yang masih memiliki sisa pendengaran (Hard of Hearing), sedangkan untuk kasus dimana siswa hilang total pendengarannya (deaf) lebih optimal menggunakan media visual saja.

Kata kunci: Media pembelajaran, media audiovisual, pembelajaran siswa tuna rungu, SLB/B

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena atas perkenan-Nya kegiatan “Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis IT bagi Guru-Guru Sekolah Luar Biasa Bagian B Kabupaten Tabanan” dengan melalui upaya pelatihan, dapat dilaksanakan dengan baik dan laporan hasil kegiatan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas dukungannya dalam kegiatan pengabdian ini.

2. Bapak Prof. Dr. Drs. A.A.Ngurah Anom Kumbara, MA, yang bertindak untuk dan atas nama LPPM Universitas Udayana selaku penangung jawab kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, atas dukungan dalam kegiatan pengabdian ini. 3. Ir. A.A.G. Raka Dalem, M.Sc. (Hons), selaku dekan FMIPA, atas dukungannya. 4. Bapak Kepala Sekolah SLB.B Tabanan serta guru-guru peserta pelatihan, yang

telah mengikuti pelatihan dengan tekun dan serius.

5. Teman-teman sejawat di FMIPA Unud atas sumbang sarannya, serta semua pihak yang turut membantu demi kelancaran kegiatan pengabdian ini.

Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan dimasa mendatang.

Denpasar, 25 November 2014

(7)

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v I. PENDAHULUAN ... 1 A. Analisis Situasi... 1 B. Perumusan Masalah ... 4

II. TUJUAN DAN MANFAAT ... 6

A. Tujuan ... 6

B. Manfaat ... 6

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 8

A. Realisasi Pemecahan Masalah ... 8

B. Khalayak Sasaran ... 9

C. Metode Kegiatan ... 9

IV. HASIL KEGIATAN ... 11

A. Persiapan Kegiatan ... 11

B. Pelaksanaan Kegiatan ... 12

C. Hasil Pelaksanaan Kegiatan ... 16

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 19

A. Simpulan ... 19

B. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(8)

I.

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Hak penyandang cacat dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Pasal 11, yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai jenis dan derajat kecacatan, dan Pasal 12 menekankan bahwa setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, dan jenis pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya. Sehingga hak para penyandang cacat memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan, dimana hal ini dijamin oleh undang-undang.

Menurut Hansen (1980), Sekolah Luar Biasa adalah salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melasanakan pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Sekolah luar biasa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 merupakan sekolah khusus yang diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental cacat.

Anak tuna rungu pada umumnya memerlukan fasilitas pendidikan yang relatif sama dengan anak normal. Namun, karena anak tuna rungu mempunyai hambatan dalam mendengar dan berbicara maka mereka memerlukan alat bantu khusus seperti

audiometer, hearing aids, audiovisual (berupa film, video tape, dan televisi), tape recorder, spatel, cermin, dan gambar-gambar. Penggunaan media audio visual sangat bermanfaat bagi siswa tuna rungu, karena melalui media audio visual siswa tuna rungu dapat memperhatikan sesuatu yang ditampilkan, walaupun dalam kemampuan mendengar yang terbatas.

Kesulitan guru dalam penyampaian materi pelajaran disebabkan karena siswa tuna rungu mengalami masalah dalam pendengaran, disamping itu keterbatasan siswa dalam kosa kata turut menjadi kendala dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini berlaku bagi seluruh mata pelajaran termasuk matematika dan IPA. Seorang guru luar biasa dalam penyampaian materi ajarnya harus jelas dan konsisten dalam menggunakan kosa kata, karena latar belakang anak tuna rungu yang sangat kekurangan kosakata dalam berkomunikasi. Menurut Khaer (2008), pengajaran akan lebih efektif apabila objek pengajaran dapat divisualisasikan secara realistis menyerupai keadaan

(9)

sebenarnya. Melalui visualisasi, materi/isi ajar akan lebih mudah dipahami sehingga akan meningkatkan kuantitas perolehan belajar siswa.

Pemanfaatan media pembelajaran untuk mengajaran siswa tuna rungu merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk menunjang proses belajar di sekolah luar biasa. Penelitian Effendi, et. al (2006) mengenai ”Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tuna Rungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang” menjelaskan penggunaan media cerita bergambar melalui komunikasi total dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak tuna rungu. Dalam memahami informasi dari lingkungannya, anak tuna rungu sebagian besar mengandalkan kemampuan indera penglihatannya, sehingga hal ini membuat para peneliti menggunakan media cerita bergambar dalam neningkatkan kemampuan bahasa anak tuna rungu. Penggunaan media gambar yang dikombinasikan dengan komunikasi total dalam pelajaran bahasa anak tuna rungu, berpeluang memberikan hasil yang baik. Pemberian materi pembelajaran yang menggunakan ilustrasi gambar yang relevan sangat membantu anak tuna rungu dalam meningkatkan kemampuan bahasa, terutama memahami kosa kata yang terdapat dalam materi ajarnya.

Khaer (2008) dalam penelitiannya mengenai ”Video Pembelajaran untuk Siswa Berkebutuhan Khusus Upaya Menemukan Suaru Model”. Visualisasai hasil video pembelajaran tersebut berisi tentang materi ajar, berupa visualisasai teks, drama yang menggunakan bahasa isyarat, animasi dan teks, sehingga lebih mudah dipahami siswa. Selama proses pemutaran, guru yang mengendalikan video tersebut berperan serta menjelaskan isi dari video dengan menggunakan bahasa isyarat.

Penelitian mengenai ”Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tuna Rungu Melalui Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” yang dilakukan oleh Nugroho (2009), menjelaskan hasil hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga pada pelajaran matematika. Pada saat kegiatan belajar mengajar matematika, alat peraga digunakan agar dapat menghasilkan gambaran atau bentuk yang mendekati nyata, sehingga para siswa dapat memahami dengan jelas tentang materi yang dijelaskan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, media pembelajaran yang mendukung proses belajar sangat berperan

(10)

SLB/B Tabanan terletak di Jalan Pulau Batam No. 40, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Sekolah Luar Biasa SLB/B ini terdiri dari satuan pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB. Karakteristik Sekolah Luar Biasa ini berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya, yaitu guru-guru pengampu mata pelajaran mempunyai tugas mengajar untuk semua satuan pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB. Siswa-siswa yang bersekolah di SLB/B ini merupakan Siswa-siswa-Siswa-siswa tuna rungu yang memiliki kemampuan akademik yang bervariasi serta berasal dari beragam latar belakang keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan beberapa orang guru dan Kepala Sekolah SLB/B Tabanan, diperoleh bahwa sebagian besar guru-guru di sekolah ini kurang memanfaatkan media audio visual dalam proses pembelajaran, yang disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan ketrampilan guru-guru dalam pembuatan media pembelajaran audio visual tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan selama ini adalah metode ora-aural, dimana anak-anak dibimbing untuk sedapat mungkin berkomunikasi dengan cara berbicara dan menangkap pembicaraan orang lain, tidak dengan isyarat/memakai keduanya (Komtal). Selain itu, guru-guru mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi dari buku pelajaran yang digunakan dari bahasa verbal ke dalam bentuk visual. Kurangnya alat peraga visual, membuat guru-guru mengambil inisiatif lain dengan menunjuk pada benda-benda yang ada di kelas secara apa adanya, sehingga pembelajaran menjadi tidak optimal.

Mengingat kondisi terbatasnya penguasaan inovasi pembelajaran berbasis IT yaitu media pembelajaran audio visual di satu sisi dan pentingnya penguasaan media audio visual tersebut di sisi lain, maka perlu dikembangkan inovasi metode pembelajaran matematika dan IPA dengan media audio visual yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, agar pembelajaran menjadi optimal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengabdian masyarakat ini bermaksud untuk mengatasi permasalahan mengenai kurangnya penguasaan guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual, khususnya untuk pengajaran matematika dan IPA di SLB/B Tabanan.

(11)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dari para guru adalah masalah terbatasnya media alat bantu yang tepat untuk mengajar anak tuna rungu. Standar kurikulum yang disetarakan dengan siswa normal, tetapi tidak menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak tuna rungu dalam memahami materi suatu pelajaran, turut menjadi kendala dalam penyampaian materi ajar. Menjelaskan suatu materi pelajaran pada anak tuna rungu membutuhkan metode dan media penyampaian yang berbeda dengan anak normal, karena jika dibandingkan dengan anak normal maka siswa tuna rungu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyerap dan memahami materi yang diajarkan.

Disamping itu, keterbatasan alat peraga dan tidak adanya penjelasan gambar-gambar yang memadai sangat menyulitkan guru-guru untuk menjelaskan materi-materi yang ada pada pelajaran tersebut. Bagi guru yang dapat menggambar hal tersebut tidak menjadi masalah, namun tidak bagi guru-guru yang tidak dapat menggambar, sehingga penjelasan materi hanya dijelaskan dalam bentuk tulisan dan dalam bentuk verbal (oral). Visualisasai kata-kata sangat dibutuhkan pada mata pelajaran yang membutuhkan banyak penjelasan materi berupa gambar, terutama pada mata pelajaran Matematika dan IPA yang sangat membutuhkan alat yang lebih kearah visual.

Kurangnya alat peraga dan adanya kesulitan guru-guru di SLB/B Tabanan dalam menjelaskan materi dari buku pelajaran yang digunakan dari bahasa verbal ke dalam bentuk visual, serta terbatasnya penguasaan guru dalam inovasi media pembelajaran berbasis IT merupakan kendala bagi guru-guru dalam pengajaran Matematika dan IPA pada siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kegiatan pengabdian masyarakat ”Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis IT bagi Guru-Guru Sekolah Luar Biasa Bagian B Kabupaten Tabanan”, sangat penting untuk dilakukan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk: (1) menunjang guru-guru dalam rangka memperlancar proses belajar mengajar; (2) meningkatkan kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran berbasis IT, dalam hal ini media audio visual; (3) mengembangkan kemampuan profesionalisme guru khususnya SLB/B Tabanan; (4) menyajikan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk anak tuna rungu; dan (5) menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi ajar secara lebih optimal.

(12)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka permasalahan yang sangat memerlukan penanganan adalah: Bagaimana mengenalkan cara-cara mengembangkan media pembelajaran audio visual berbasis IT bagi guru-guru di SLB/B Tabanan untuk pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan yang menjadi sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini.

(13)

II.

TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Kegiatan

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, adalah: 1. Mengenalkan cara-cara pembuatan dan pengembangan media pembelajaran audio

visual dengan menggunakan software Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya bagi Guru-guru di SLB/B Tabanan untuk Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);

2. Meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran yang inovatif bagi siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan;

3. Menghasilkan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk mata pelajaran Matematika dan IPA untuk siswa tuna rungu; dan

4. Menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi ajar secara lebih optimal.

B. Manfaat Kegiatan

Hasil kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peserta Didik

Peningkatan kemampuan guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran yang lebih inovatif akan memperlancar guru dalam penyampaian materi yang diajarkan kepada siswa, yang berdampak positif pada peningkatan kualitas mengajarnya dan akhirnya bermuara pada peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

2. Guru-guru

Menunjang guru-guru dalam rangka memperlancar proses belajar mengajar, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalismenya, dan guru dapat menyajikan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan anak tuna rungu dalam menyerap informasi yang ada dalam media pembelajaran tersebut.

(14)

3. Sekolah

Peningkatan kemampuan guru-guru didalam pengembangan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk siswa tuna rungu, serta peningkatan penguasaan ilmu yang diajarkan akan berdampak secara langsung kepada peningkatan mutu institusi tempatnya bekerja.

(15)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Realisasi Pemecahan Masalah

Tahapan pemecahan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan draft materi pelatihan yang merupakan ringkasan atau rangkuman dari isi materi pada buku-buku yang menjadi buku pegangan guru dalam pengajaran matematika dan IPA di SLB/B Tabanan.

2. Dari ringkasan/rangkuman materi ajar tersebut kemudian menjadi bahan dalam pembuatan media pembelajaran audio visual. Dalam ringkasan yang merupakan materi ajar ini diberikan catatan-catatan khusus hal-hal/materi-materi mana yang seringkali menjadi kendala siswa dalam memahami sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus ketika menuangkannya ke dalam media audio visual (merupakan hasil kesepakatan antara pelaksana kegiatan dengan guru-guru sasaran kegiatan). 3. Tahap selanjutnya adalah tahap menuangkan konsep verbal yang ada dalam

ringkasan materi pelajaran tersebut ke dalam bentuk media pembelajaran audio visual, dengan memanfaatkan sofware Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya.

4. Mempersiapkan beberapa media audio visual untuk pembelajaran matematika dan IPA sebagai contoh-contoh yang akan dijadikan bahan dalam pemberian pelatihan bagi guru-guru di SLB/B Tabanan.

5. Memperkenalkan cara-cara pembuatan media pembelajaran audio visual dengan memanfaatkan beberapa sofware yang telah disebutkan di atas, menggunakan metode ceramah dan demonstrasi untuk mendemonstrasikan tahapan-tahapan dari pembuatan media pembelajaran tersebut.

6. Melakukan evaluasi peningkatan pemahaman guru-guru SLB/B Tabanan tentang cara-cara pembuatan media pembelajaran audio visual untuk mata pelajaran Matematika dan IPA, dengan praktik secara mandiri maupun berkelompok oleh peserta pelatihan, sampai pada tingkat tuntas.

7. Jika masih terdapat kekurangan dalam kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual ini, maka semaksimal mungkin pelaksana kegiatan akan mengupayakan untuk memberikan supervisi klinis bagi guru-guru yang masih kurang pemahamannya.

(16)

B. Khalayak Sasaran Strategis

Khalayak sasaran kegiatan ini adalah guru-guru pengampu mata pelajaran Matematika dan IPA di Sekolah Luar Biasa Bagian B yang terpilih sebagai sasaran kegiatan, serta sangat membutuhkan pelatihan ini dan sesuai dengan tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu guru-guru SLB/B Kabupaten Tabanan.

C. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan pengembangan media pembelajaran audio visual dengan memanfaatkan beberapa

software seperti Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya, untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audio visual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok. Dalam pelatihan, guru-guru akan dibantu mulai dari merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio visual, dan pengembagan media audiovisual tesebut. Supervisi klinis akan diberikan untuk guru-guru yang memerlukan penangan lebih, sehingga diharapkan materi pelatihan dapat dipahami oleh semua guru sasaran kegiatan sampai pada tingkat tuntas.

Evaluasi dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, meliputi:

- Pemberian pre test tentang pengetahuan awal peserta pelatihan mengenai media pembelajaran audio visual berbasis IT serta pengembangannya, pemanfaatan

software untuk pembuatan media pembelajaran audio visual, media yang biasa dipergunakan sebelumnya dalam pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu.

- Setelah diberikan pelatihan, akan diberikan evaluasi berupa post test mengenai kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual tersebut.

- Sebagai indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio visual, dan pengembagan media audiovisual untuk pengajaran siswa tuna rungu. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor pengetahuan peserta pada

pre test dan post test, serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta pelatihan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskritif kualitatif terhadap data yang diperoleh dari hasil observasi, sedangkan analisis data kuantitatif dilakukan terhadap data-data yang diperoleh dari hasil pre test dan post test. Analisis kuantitatif

(17)

menggunakan analisis statistika, yaitu statistif deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif dipergunakan untuk melihat sebaran data semua variable penelitian, sedangkan statistik inferensial dipergunakan untuk melihat keterkaitan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Hipotesis tindakan diuji dengan uji t (t test), dengan ditetapkan taraf signifikansi sebesar 5%. Hipotesis yang diajukan adalah: Pemberian pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual berbasis IT untuk pengajaran siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan.

(18)

IV. HASIL KEGIATAN

A.

Persiapan Kegiatan

Persiapan kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi: Pembuatan materi pelatihan yang merupakan ringkasan atau rangkuman dari isi materi pada buku-buku yang menjadi buku pegangan guru dalam pengajaran matematika dan IPA di SLB/B Tabanan. Sebagai program rintisan, materi yang diambil adalah Mata Pelajaran matematika dan IPA untuk SD kelas 4.

Pemilihan materi khusus yang seringkali menjadi kendala siswa dalam memahami, atau menjadi kendala guru dalam menjelaskan, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menuangkannya ke dalam media audio visual. Dalam hal ini, materi yang dipilih adalah Pecahan Senilai untuk mata pelajaran matematika, dan untuk pelajaran IPA dipilih materi Daur Hidup Hewan.

Pada tahapan persiapan ini dilakukan penyusunan panduan cara-cara pembuatan media pembelajaran audio visual dengan bantuan Microsoft Power Point dan pembuatan materi pelatihan tentang teori-teori dan konsep dasar perancangan media audio visual. Sedangkan penggunaan software Macromedia Flash, dan software

lainnya tidak diberikan pada pelatihan, karena disesuaikan dengan kondisi guru-guru di lokasi kegiatan. Sebagian besar guru menyatakan bahwa penguasaan terhadap satu software saja sudah cukup, asal bisa dimanfaatkan secara optimal.

Menuangkan konsep verbal yang ada dalam ringkasan materi pelajaran tersebut kedalam bentuk media pembelajaran audio visual. Pada kegiatan ini, telah dibuat beberapa media audio visual untuk pembelajaran matematika dan IPA sebagai contoh-contoh yang akan dijadikan materi dalam pemberian pelatihan bagi guru-guru di SLB/B Tabanan. Contoh-contoh media audio visual untuk materi pelatihan mengambil materi pecahan senilai untuk mata pelajaran matematika dan materi daur hidup hewan untuk mata pelajaran IPA.

Persiapan untuk evaluasi kegiatan, dibuat kuesioner untuk pre test dan post test. Pre test tentang pengetahuan awal peserta pelatihan mengenai media pembelajaran audio visual berbasis IT serta pengembangannya, pemanfaatan software untuk pembuatan media pembelajaran audio visual, media yang biasa dipergunakan sebelumnya dalam pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu. Post test

(19)

mengenai kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual tersebut.

B. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 27 September 2014, bertempat di SLB.B Tabanan. Pelatihan diikuti oleh 15 orang guru. Pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audiovisual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok, serta pemberian pre test dan post test untuk evaluasi kegiatan. Rangkaian kegiatan selama pelatihan berlangsung didokumentasikan pada gambar-gambar berikut:

(20)

Gambar 3. Peserta pelatihan sedang mendengarkan pemaparan materi

(21)

Gambar 5. Penyajian contoh media audiovisual mata pelajaran biologi

(22)

Gambar 7. Pembukaan Pelatihan oleh Wakil Kepala Sekolah SLB.B Tabanan

Gambar 8. Guru-guru Sedang Mengerjakan Post Test

Materi pelatihan yang diberikan tentang teori-teori dan konsep dasar perancangan media audiovisual serta contoh media untuk mata pelajaran matematika, dengan mengambil materi pecahan senilai. Contoh media untuk mata pelajaran IPA mengambil pokok bahasan dauh hidup hewan.

(23)

C. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Pengetahuan awal peserta pelatihan tentang media audiovisual dilihat dari jawaban peserta pelatihan terhadap pre test yang diberikan. Pengetahuan awal peserta pelatihan mengenai perlunya dikembangkan inovasi metode pembelajaran untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas khususnya SLB.B. Seluruh peserta pelatihan menjawab “perlu” dengan alasan-alasan antara lain: (1) karena siswa mengalami kekurangan audionya sehingga perlu inovasi metode pembelajaran; (2) karena hasil belajar siswa akan lebih baik dan lebih optimal jika dilakukan inovasi metode pembelajaran; (3) karena anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus lebih cepat menyerap dengan metode pembelajaran yang inovatif; (4) inovasi metode pembelajaran perlu untuk meningkatkan pemahaman siswa yang mengalami keterbatasan; (5) agar siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru dan karena ilmu pengetahuan itu berkembang seiring kemajuan teknologi; (6) perlu karena inovasi metode pembelajaran memudahkan siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar; (7) karena siswa akan lebih semangat belajar jika metodenya inovatif, dan juga anak tidak akan cepat bosan; (8) dengan inovasi metode pembelajaran akan mempermudah pencapaian pembelajaran sesuai karakteristik kekhususan siswa.

Jawaban peserta pelatihan pada pre test mengenai pertanyaan “apakah inovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar menjadi optimal?”. Seluruh peserta pelatihan menjawab “ya”, dengan alasan-alasan yang dikemukakan sebagai berikut: (1) sebab dengan melihat, siswa dapat mengingat sebagian pengetahuan yang diberikan; (2) karena dengan audiovisual model pembelajaran bisa dibuat lebih menarik sehingga siswa bisa berkonsentrasi dan lebih memahami maksud dari materi pembelajaran yang disampaikan; (3) audiovisual sangat membantu anak memahami konsep-konsep pembelajaran; (4) karena siswa SLB tidak bisa memahami materi secara abstrak; (5) dengan dengan media audiovisual anak akan lebih cepat mengerti materi yang disampaikan oleh guru; (6) siswa, khususnya yang bagian B tidak mampu berimajinasi, jadi sangat diperlukan media audiovisual disamping melatih pendengaran dan melihat materi; (7) media audiovisual membantu siswa menerima informasi melalui indera yang masih berfungsi normal; dan (8) untuk kasus dimana siswa total hilang pendengarannya lebih optimal menggunakan media visual saja.

(24)

Soal pre test untuk pertanyaan apakah pernah memanfaatkan media audiovisual untuk proses pembelajaran di kelas dan pada pembelajaran apa diberikan, sebagain besar peserta pelatihan menyatakan tidak dan sebagian kecil saja menjawab “ya”. Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak pernah memanfaatkan media audiovisual, mereka menggunakan media kartu gambar untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dan matematika, media gambar, dan software paint dalam pembelajaran . Sedangkan untuk sebagian kecil peserta yang menyatakan pernah menggunakan media audiovisual, mereka memanfaatkan Microsoft powerpoint untuk: (1) penjelasan materi mengenal huruf, benda, dan angka; (2) menjelaskan tentang bagian-bagian tubuh hewan & manusia;

Post test diberikan pada akhir kegiatan, setelah pemberian materi pelatihan selesai diberikan. Beberapa pertanyaan yang diberikan hampir sama dengan pretest, dan ditambah dengan pertanyaan baru mengenai minat para guru kedepannya untuk menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran siswa di SLB.B. Skor jawaban peserta pada pre test dan post test disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Skor Peserta Pelatihan pada Pre Test dan Post Test

No. Peserta Pelatihan Skor Pre Test Skor Post Test Persentase Peningkatan (%) 1 Ni Wayan Yuliani, S.Pd 50 75 50 2 Sri Purwanti 50 75 50

3 Ni Nyoman Sukri Priani, S.Pd. 50 75 50

4 Ni Luh Kadek Sri Ernayani, SE 50 75 50

5 Ni Ketut Asrini, S.Kom. 100 100 0

6 Ni Kadek Kurniani, S.Pd.B 50 75 50

7 I Made Yoga Astawa, S.Pd. 75 100 33,3

8 Sri Minarti, S.Pd., M.Si. 75 100 33,3

9 I Komang Agus Sugiarthawan, S.Pd. 50 75 50

10 I Made Widyantara, S.Sn. 50 75 50

11 I Nyoman Gede Adhi Dharmawan, S.Pd. 50 75 50

12 I Made Adhi Yuniarta, S.S 75 100 33,3

13 I Wayan Wijana 50 75 50

14 I Wayan Ceger, S.Pd. 50 75 50

15 Gede Sukaca, S.Pd 75 100 33,3

Rata-rata 60 83,33 42,21

Hasil analisa skor pre test dan post test diperoleh nilai rata-rata pre test adalah 60 dan rata-rata hasil post test adalah 83,33. Persentase peningkatan sebesar 42,21%.

(25)

Persentase peningkatan tersebut menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan memberikan manfaat bagi peningkatan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk pengajaran Matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan.

(26)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka beberapa hal dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1. Rata-rata nilai pre test adalah 60, rata hasil post test adalah 83,33, dan rata-rata persentase peningkatan sebesar 42,21%, menunjukkan bahwa pemberian pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk pengajaran Matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan.

2. Berdasarkan hasil jawaban peserta pelatihan pada soal pre test maupun post test, sebagian besar peserta pelatihan berpendapat bahwa perlu dikembangkan inovasi metode pembelajaran untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas khususnya SLB.B. Beberapa alasan yang mendasari adalah: karena siswa SLB.B mengalami kekurangan dalam audionya; karena siswa yang berkebutuhan khusus lebih cepat menyerap dengan metode pembelajaran yang inovatif; inovasi metode pembelajaran perlu untuk meningkatkan pemahaman siswa yang mengalami keterbatasan serta mengoptimalkan hasil belajar siswa; agar siswa tidak cepat bosan dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa; serta memudahkan siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga memudahkan dalam pencapaian pembelajaran sesuai karakteristik kekhususan siswa.

3. Sebagian besar jabawan peserta pelatihan pada pre test dan post test berpendapat bahwa inovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas. Beberapa alasan yang mendasari karena dengan visualisasi materi ajar, siswa akan dapat mengingat sebagian pengetahuan yang diberikan. Dengan audiovisual model pembelajaran bisa dibuat lebih menarik sehingga siswa bisa berkonsentrasi dan lebih memahami maksud dari materi pembelajaran yang disampaikan, dan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep dari materi ajar. Disamping itu karakteristik siswa khususnya bagian B tidak mampu berimajinasi dan kelemahan dalam pemahaman materi secara abstrak, sehingga sangat diperlukan media audiovisual disamping melatih pendengaran dan melihat materi

(27)

pembelajaran. Media audiovisual membantu siswa menerima informasi melalui indera yang masih berfungsi normal.

4. Media audiovisual dapat digunakan untuk pembelajaran di SLB.B untuk siswa tuna rungu yang masih memiliki sisa pendengaran (Hard of Hearing), sedangkan untuk kasus dimana siswa hilang total pendengarannya (deaf) lebih optimal menggunakan media visual saja.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, disarankan bagi pihak sekolah untuk melaksanakan pelatihan serupa secara rutin dan terprogram kedalam program sekolah, sehingga perkembangan media pembelajaran berbasis IT yang berkembang sangat pesat dapat selalu diikuti oleh guru-guru, untuk menunjang peningkatan kompetensi guru dan mengoptimalkan pencapaian target pembelajaran.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Mohammad, Esni Triaswati, Hariyanto & Pujiati. 2006. Penggunaan Media Ceritera Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk

Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang, (Diunduh dari

http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/sari_penelitian_ppkp_pips.pdf, tgl 2 Desember 2012). Hansen, B. 1980. Aspects of Deafness and Total Communication in Denmark.

Copenhagen: The Center for Total Communication.

Khaer, Abu. 2008. Video Pembelajaran untuk Siswa Berkebutuhan Khusus Upaya Menemukan Suatu Model, (Diunduh dari

http://ssmkn2.dispendik.surabaya.go.id/download.php?id=35, tgl 12 Januari 2013)

Nugroho, Topiq. 2009. Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tunarungu Melalui Komputer untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa, (Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/3437/2/A410050094.pdf, tgl 25 Desember 2012)

Suryadi, A. dan Wiana. 1993. Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Cordimas Metropole

(29)

PENGEMBANGAN MEDIA

PEMBELAJARAN AUDIO

VISUAL BERBASIS IT BAGI

GURU-GURU SEKOLAH LUAR

BIASA BAGIAN B KABUPATEN

TABANAN

by

Desak Putu Eka Nilakusmawati

FILE

T IME SUBMIT T ED 23- JAN- 2016 08:52PM WORD COUNT 3764 BANGANMEDIAPEMBELAJARANAUDIOVISUAL- SLB-B_ABANAN_PERPUST AKAAN.DOC (2.32M)

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

15

%

SIMILARIT Y INDEX

15

%

INT ERNET SOURCES

0

%

PUBLICAT IONS

2

%

ST UDENT PAPERS

1

8

%

2

2

%

3

1

%

4

1

%

5

1

%

6

1

%

7

<

1

%

8

<

1

%

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL

BERBASIS IT BAGI GURU-GURU SEKOLAH LUAR BIASA

BAGIAN B KABUPATEN TABANAN

ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

majour.maranatha.edu

Int ernet Source

sugar-science.blogspot.com

Int ernet Source

www.docstoc.com

Int ernet Source

12104mafp.blogspot.com

Int ernet Source

etd.eprints.ums.ac.id

Int ernet Source

ericha-wardhani.blogspot.com

Int ernet Source

www.ditplb.or.id

Int ernet Source

Submitted to Surabaya University

(52)

10

<

1

%

11

<

1

%

12

<

1

%

13

<

1

%

14

<

1

%

15

<

1

%

EXCLUDE QUOT ES OFF EXCLUDE

BIBLIOGRAPHY

OFF

EXCLUDE MAT CHES OFF

arifuddin-proposalptk.blogspot.com

Int ernet Source

sipil.ft.unand.ac.id

Int ernet Source

bbkpmska.com

Int ernet Source

staff.uny.ac.id

Int ernet Source

www.abdimadrasah.com

Int ernet Source

www.mitrariset.com

Gambar

Gambar 3. Peserta pelatihan sedang mendengarkan pemaparan materi
Gambar 6. Penyajian contoh media audiovisual mata pembelajaran matematika
Gambar 7.  Pembukaan Pelatihan oleh Wakil Kepala Sekolah SLB.B Tabanan
Tabel 1. Skor Peserta Pelatihan pada Pre Test dan Post Test

Referensi

Dokumen terkait

Peubah yang digunakan dalam analisis ini adalah hasil perumusan dari indikator penentuan kriteria kawasan yang layak dicadangkan untuk kawasan produksi beras dan

Ponpes Satu Atap (PSA) Nurul Amal Kenteng Bandungan Kabupaten Semarang merupakan pondok yang didirikan oleh seorang ulama bernama H. Beliau memiliki jalinan kerjasama

Asabri (Persero), yang telah memberikan kesempatan kepada Saya untuk menjadi narasumber pada pelatihan Financial Forecasting dalam meningkatkan kinerja

Laporan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan Judul BERBAGI ILMU YANG BERMANFAAT UNTUK GENERASI MUDA (Pembelajaran Ilmu-ilmu Komunikasi terhadap Pelajar

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai tempat buang air besar

• Klik tombol properties yang ada pada control toolbox, kemudian pada tampilan properties klik pada bagian Movie kemudian isikan nama file flash yang ingin

(3) Manfaat yang diperoleh setelah membaca puisi pendek yaitu menjadi merasa lebih senang, jika menemukan puisi yang sesuai dengan suasana hati dapat ditangkap layar

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih bab zakat pada peserta didik kelas VIII di MTsN 3 Kota Banjarmasin