• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN MELAKUKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA SISWA BOARDING DAN NON BOARDING KELA X MIA MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN MELAKUKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA SISWA BOARDING DAN NON BOARDING KELA X MIA MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 (11500054)

Pembimbing : Lydia Ersta K Prodi BK FKIP UNSIRI

ABSTRAK

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah menegetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan salam melakukan hubungan Interpersonal antara siswa boarding dan non boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.Dalam penelitian ini, populasinya adalah siswa kelas X MIA MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 111 siswa.Sampel diambil dengan Disproportionate Stratified Random Sampling sejumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik kuesioner untuk mengumpulkan data tentang variabel kemampuan melakukan hubungan interpersonal antara siswa boarding dan non boarding dandokumentasi untuk memperoleh data terkait nama, kelas, dan jumlah siswa kelas X MIA MAN 2 Surakarta. Teknik analisis data menggunakan t-Test

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh t hitung yaitu sebesar 3,179 selanjutnya nilai t hitung dikonsultasikan dengan t tabel t-test dengan d.b = 30 dan taraf signifikansi 5% = 2,042 dan 1% = 2,750. Berarti t hitung > t tabel atau 2,040 < 3,179 > 2,750.Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan kemampuan melakukan hubungan interpersonal antara siswa boarding dan non boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya.

Kata kunci: kemampuan melakukan hubungan interpersonal siswa boarding, non boarding

(2)

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut mengandung arti bahwa sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut salah satunya adalah berkomunikasi. Berkomunikasi dengan baik memang tidak semudah yang kita bayangkan ketika sedang berbicara dengan lawan, kita harus mengetahui dengan siapa kita berkomunikasi. Menurut Dewa Ketut (2010: 2) didalam konteks pembangunan manusia seutuhnya keluarga, sekolah, dan masyarakat akan menjadi pusat-pusat pendidikan yang akan menumbuhkan mengembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan religius. Hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun.

Di zaman yang modern ini model sekolah boarding menjadi pilihan orang tua dalam menempatkan pendidikan anak. Pada dasarnya sekolah Boarding sama dengan sekolah reguler, namun boarding lebih mengarah ke keagamaan dan diwajibkan tinggal di Asrama, sehingga di harapkan mereka yang yang sekolah di boarding maupun nonboarding mampu mnenjalin hubungan dengan orang lain secara baik.

Pada dasarnya siswa SMA merupakan remaja yang sedang berkembang sehingga mempunyai sikap yang ingin menang sendiri. Remaja dalam hal ini ingin merasa bebas sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa ada yang mengganggu, remaja biasanya ingin melakukan hal-hal yang baru bagi kehidupannya. Sehingga banyak terjadi kenakalan remaja yang di pengaruhi karena rendahnya kompetensi hubungan interpersonal dan spiritual/ ilmu agama yang mereka miliki. Kurangnya kontrol diri pada individu juga mempengaruhi munculnya sikap acuh dan seenaknya sendiri dalam berperilaku seperti biacara kotor, membolos, berpacaran, dan masih banyak lainnya. Dalam masa remaja terdapat tugas pengembangan yang harus dipenuhi, antara lain memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih baik dan dewasa antar teman sebaya, kepada yang lebih dewasa/ lebih muda baik laki-laki maupun perempuan.

(3)

interpersonal adalah hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling tergantung satu sama lain menggunakan pola interaksi yang konsisten. Tentu saja hubungan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap satu dengan lainnya. Berdasar hasil pengamatan bahwa siswa kelas X MIA MAN 2 Surakarta banyak siswa nonboarding berperilaku seenaknya sendiri terhadap teman maupun guru, cara berbicara kurang sopan terlontar begitu saja tanpa ada rasa malu sekalipun itu dihadapan Bapak Ibu Guru. Tata krama yang sangat kurang dalam diri individu di pengaruhi pula lingkungan sekitar, tak heran jika mereka yang masuk non boarding lebih sulit di kontrol. Sedangkan mereka yang masuk Boarding kelihatan lebih bertata bicaranya dibanding non boarding karena sebelumnya sudah mempunyai bekal spiritual yang di ajarkan dalam sekolah berasrama. Siswa Boarding lebih mudah di kontrol daripada siswa nonboarding. Namun bukan berarti siswa non boarding tidak bisa menjalin hubungan interpersonal yang baik, tetapi antara siswa boarding dan nonboarding adanya perbedaan dalam melakukan Hubungan Interpersonal, terlihat ketika mereka sedang berbicara dengan teman maupun guru.

Berdasarkan penjelasan di atas perlu diteliti tentang, Perbedaan Kemampuan Melakukan Hubunga Interpersonal antara Siswa Boarding dan Non Boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta Pada Tahun Pelajaran 2014/2015.

KAJIAN PUSTAKA dan TUJUAN Teori

Menurut Deddy Mulyana (dalam Suranto: 2011: 3) mengatakan, komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun secara nonverbal. Menurut Arni Muhammad (dalam Suranto, 2011: 3) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses petukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang kurang seorang lainnya atau biasanya di

(4)

antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya (komunikasi langsung).

Pada komuikasi antarpribadi para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Contoh mengenai hubungan komunikasi antarpribadi meliputi sahabat dan dan kebanyakan suami istri. Dalam situasi ini, para komunikator memiliki banyak informasi mengenai keinginan, kebutuhan, dan nilai-nilai pribadi satu sama lain serta dapat mengembangkan gaya komunikasi yang cocok bagi kedua pihak.

Komunikasi diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial. Maksudnya komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi.Artinya komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Keduanya memliki peran yang sangat penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan.

Menurut Encyclopedia dari wikipedia yang dikutip oleh Khamdiyah, Boarding School adalah lembaga pendidikan di mana para tidak hanya belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup dan menyatu di lembaga tersebut. Boarding School mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajran beberapa mata pelajaran.Menurut Fuad Ihsan (2005: 20) sekolah bukan sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan.Pembangunan tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersediannya tenaga kerja yang memadai sebagai produk pendidikan.Karena itu perlu dirancang dan dikelola dengan baik.

Di dalam, pengelolaan pendidikan islam dengan sistem madrasah merupakan terobosan kultural atas cara pembelajaran individual melalui sistem sorongan dan wetonan. Pengelolaan gaya baru tersebut tampak jelas. Menurut islam tanggung jawab pendidikan islam merupakan tugas tiga institusi pokok pendidikan, yatu orang tua, sekolah, dan masyarakat. Proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan ini dapat disimpulkan bahwa secara mental

(5)

konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan anak didik semakin terarah.

Istilah madrasah diartiakan sebagai sebuah nama dari lembaga pendidikan yang mengajarkan pengetahuan Islam. Madrasah mengandung arti tempat atau wahana anak mengenyam proses pembelajaran. Secara teknis, madrasah menggambarkan proses pembelajran yang formal tidak berbeda dengan sekolah.Pesantren sebagai lembaga Pendidikan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidak perbedaan kemampuan dalam melakukan komunikasi interpersonal antara siswa boarding dan nonboarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta tahun 2014/2015

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Surakarta.Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari pertengahan sampai februari awal 2015

Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012 : 80). Adapun populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA MAN 2 Surakarta 2014/2015, dengan jumlah siswa sebanyak 111 siswa boarding dan non-boarding. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ditentukan dengan tehnik tertentu sehingga mempunyai sifat yang sama dengan populasi (Purwanto, 2008: 95). Dari pengertian tersebut sampel yang di ambil 32 responden, yang terdiri 16 responden siswa boarding dan 16 responden siswa non boarding. Menurut Sugiono (2009: 118) bahwa yang dimaksud sampling adalah tehnik pengampbilan sampel, sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknk disproportionate stratified random sampling.

(6)

Variabel dan Metode Penelitian

Variabel ada dua macam yaitu, Variabel bebas (X) dan Variabel Terikat dimana variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah sistem sekolah (Boarding dan Nonboarding), sedangkan variabel terikat (Y) adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah “kemampuan melakukan hubungan interpersenol”. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket dan dokumentasi. Menurut Husein Umar ( 2003: 49) angket merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden Menggunakan angket untuk mengungkapkan dan mengumpulkan data tentang kemampaun melakukan Hubungan Interpersonal. Untuk mengukur valid tidaknya item angket dapat dilakukan dengan rumus Product Moment, sedangkan untuk menguji reliabilitas butir soal menggunakan rumus Product Moment Angka Kasar kemudian dimasukan dalam rumus Spearman-Brown.

Hasil Uji Coba Instrumen dan Teknik Analisis Data

Hasil uji coba angket Hubungan Interpersonal, terdiri dari 31 item pernyataan, semuanya valid. Hasil uji reliabilitas variabel Hubungan Interpersonal diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,964 lebih besar dari 0,60 maka dinyatakan reliabel. Setelah data-data terkumpul dalam menganalisis data ini digunakan rumus Product Moment angka kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data

Hasil analisis angket Komunikasi Interpersonal Siswa Boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta, diperoleh nilai tertinggi 136 dan nilai terendah 109, dengan nilai Mean = 125,19 Median =126,00, Modus = 126, dan Standart Devisian = 6,645. Sedangkan hasil analisis angket Komunikasi Interpersonal Non Boarding kelas X MIAMAN 2 Surakarta, diperoleh nilai tertinggi 124 dan nilai

(7)

Standart Deviasi = 18,587. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil analisi data tentang perbedaan kemampuan melakukan hubungan interpersonal antara sisiwa boarding dan non boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta, dianalisis dengan statistic t-test diperoleh nilai thitung

yaitu 3,179 selanjutnya nilai thitung tersebut dikonsultasikan dengan ttabel pada d.b =

N-2 (32-2) 30 dengan taraf signifikansi 5% dan 1% yaitu 2,042 dan 2,750. Tdan diperoleh hasil analisis 2,042< 3,179> 2,750. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa “Ada Perbedaan Kemampuan dalam Melakukan Hubungan Interpersonal antara Siswa Boarding dan Non Boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya.

Pembahasan Hasil Analisis Data

Hasil penelitian analisis data menunjukan bahwa ada perbedaan siswa boarding dan siswa non-boarding dalam melakukan hubungan Interpersonal. Perbedaan komunikasi interpersonal ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 3,179

> nilai t tabel (2,042 dan 2,750). Perbedaan yang terjadi pada siswa boarding dan non boarding dalam melakukan komunikasi interpersonal, dikarenakan siswa yang boarding dalam kesehariannya selalu menerapkan peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam asrama. Di samping itu bagi siswa boarding senantiasa bersama dengan guru pengasuh yang memberikan pengajaran guna membantu proses pengembangan.

Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitianini dimungkinkan akan berbeda jika penelitian dilakukan dengan sampel, waktu dan tempat yang berbeda

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang perbedaan siswa boarding dan siswa non boarding dalam melakukan hubungan interpersonal pada siswa kelas

(8)

X MIA MAN 2 Surakarta tahun 2014/2015, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan, hal ini dapat diketahui dari nilai thitung sebesar 3,179 dengan p-value

0,003 dan 0,005. Nilai t hitung 3,179 tersebut, kemudian dikonsultasikan dengan

ttabel pada d.b = N – 2 (32-2) = 30, dengan taraf signifikan 5% = 2,042 dan taraf

signifikan 1% = 2,750, yang menunjukkan nilai thitung lebih besar daripada ttabel,

atas dasar taraf signifikansi 5% maupun 1%. atau (2,042 < 3,179 > 2,750). Dengan demikian hipotesis yang diajukan yaitu: “Ada perbedaan kemampuan melakukan hubungan interpersonal anatara siswa boarding dan siswa non-boarding kelas X MIA MAN 2 Surakarta 2014/2015”, terbukti kebenarannya.

Saran

Kepada Guruhendaknya selalu memberikan contoh kepada siswa-siswinya terutama dalam hal melakukan komunikasi interpersonal yang baik, mengingat guru adalah suri toladan bagi siswa-siswinya serta memberikan perhatian lebih kepada siswa-siswi yang di anggap masih kurang baik dalam hal Komunkasi Interpersonal.Kepada Sepihak sekolah senantiasa memberikan masukan-masukan ataupun pengarahan-pengarahan bagi guru dan para murid secara jelas terutama dalam hal komunikasi interpersonal.Kepada Siswa hendaknya mampu mencontoh dan memperhatikan teguran dari guru serta menerima masukan-masukan maupun saran-sarannya, agar komunikasi interpersonalnya dapat terjalin lebih baik

(9)

Dewa Ketut Sukardi. 2010. Pengantar Pelakasanaan Program Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Dian dan Fatmawati. 2012. Hubungan Intrpersonal. Jakarta: Salemba Husada

Fuad Ihsan. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Husein Umar. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Khamdiyah. 2013. Sistem Boarding School dalam Pendidikan Berkarakter Siswa Kelas VII MTS Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta.

Purwanto. 2008 Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

__________2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini , penulis membuat Aplikasi Kuis Interaktif Untuk Anak Mengenal Satwa Dalam Bahasa Inggris Dengan Menggunakan Macromedia Authorware 6 program ini dibuat

[r]

Dengan mencari informasi penting dan menuliskan kata-kata kunci yang ditemukan dalam tiap paragraf, siswa mampu membuat kesimpulan dari suatu bacaan.. Dengan membuat peta pikiran

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana (ADD) (Suatu Studi Di Desa Bukumatiti Kecamatan Jailolo Kabuapten Halmahera Barat). Sumber

berdisiplin tinggi, dan memperbesar produktivitas kerja. 4) Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasinya promosi kepada karyawan dengan dsar pada waktu yang

Nah, jika Anda memiliki bakat teknis, berkomitmen untuk belajar dan mengasah keterampilan merangkai kode, serta tak henti-hentinya memikirkan ide dan penciptaan, maka Anda bisa

Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa minyak atsiri dari kulit buah jeruk Pontianak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan

Unlike the previous studies which deal with gender identity and androgynous theme in novels which set on Earth, this present study examines the issue of gender