• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku wirausaha (Sudjana, 2004).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku wirausaha (Sudjana, 2004)."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kewiraushaan

Kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku wirausaha (Sudjana, 2004). Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko, dan berorientasi laba. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Dalam hubungan dengan bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah prionir dalam bisnis, inovator, penanggung risiko, yang memiliki visi kedepan, dan keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha.

Menurut Meredith wirausaha adalah individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses, pola sikap, perilaku, dan pandangan mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkan dalam usaha yang nyata. Mereka yang tidak memilki kepercayaan diri, tidak memilki gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang sukses dan kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi wirausaha yang berhasil (Widjajanta dkk, 2007:94). Ini berarti

(2)

kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, mengambil resiko dan berorientasi laba.

Winarto (2004) menjelaskan kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat.Menurut Mulyasa (2011: 189) kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif. Pengertian ini memberikan arti bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja keras serta berpikir kreatif dan inovatif.

Kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi, perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif (Kuratko,2009:21). Tidak semua orang memiliki kapabilitas kewirausahaan. Hanya orang yang memiliki jiwa kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional (Echdar, 2013:19).Menurut Suryana (2006: 3) ciri-ciri orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan adalah:

1. Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab

2. Memilki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif

(3)

3. Memilki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawsan kedepan

4. Memilki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak, dan

5. Berani menggambil risiko dengan penuh perhitungan.

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Kreatifitas (creativity) adalah kemampuan mengembang ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (doing new things) (Suryana, 2006: 2).

2.1.2 Orientasi Kewirausahaan

Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan, berdaya saing tinggi, berperan dalam pencapaian kesuksesan, meningkatkan kinerja usaha, dan pendekatan baru dalam pembaruan kinerja (Suryanita, 2006).

Seorang pemilik atau pengelola usaha harus menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha akan dilakukan, kapan modal digunakan, bagaimana pembelanjaan dilakukan, dan siapa saja yang terkait dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen yang menjadi sasaran . Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan karena orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis (Knight, 2000:14).Porter (2008) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai

(4)

strategi benefit perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang sama.

Orientasi Kewirausahaan merupakan suatu fenomena organisasi yang mencerminkan kemampuan manajerial mereka, sebagaimana perusahaan memulai untuk berinisiatif dan mengubah tindakan kompetitif mereka sehingga dapat menguntungkan bisnis yang dijalaninya (Avlontis & Salavou, 2007).Orientasi kewirausahaan menciptakan keterampilan komplek, tak berwujud, tak diucapkan, yang memungkinkan perusahaan menghasilkan gagasan baru untuk penciptaan produk baru, inovatif, dan memiliki keberanian untuk menghadapi risiko (Frishammar dan Horte 2007; Becherer dan Maurer, 1997).

Menurut Miller (1983) orientasi kewirausahaan merupakan suatu orientasi untuk berusaha menjadi yang pertama dalam inovasi produk pasar, berani mengambil risiko dan melakukan tindakan proaktif untuk mengalahkan pesaing. Peranan orientasi kewirausahaan adalah metode, praktik, dan pengambilan keputusan manajer dalam berwirausaha dan sebagai orientasi strategis perusahaan untuk bersaing. Orientasi kewirausahaan terbagi dalam lima dimensi (Lumpkin dan Dess, 1996), yaitu :

1. Inovatif

Inovatif mencerminkan kecenderungan seorang entrepreneur untuk memunculkan dan merealisasikan ide–ide baru, mencoba cara – cara baru yang berbeda dari yang ada sebelumnya serta antusiasme untuk mengadopsi ide–ide baru atau metode baru untuk bisnis mereka, lalu

(5)

menerapkan inovasi tersebut dalam operasional bisnis mereka (Lumpkin & Dess, 2001; Wiklund & Shepherd, 2005).

2. Proaktif

Sikap Proaktif seorang pengusaha mencerminkan proses dalam mencari peluang baru yang muncul dengan mengembangkan, memperkenalkan, serta membuat perbaikan terhadap produk ataupun jasa yang dipasarkannya (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich, 2010; Kreiser et al, 2002). Sikap Proaktif juga menyangkut sebagaimana pentingnya inisiatif dalam proses kewirausahaan. Dalam usaha menjadi sebuah bisnis yang Proaktif, di perlukan beberapa faktor penunjang sebagai indikator, bahwa bisnis tersebut telah memiliki dimensi Proaktif dalam Orientasi Kewirausahaan.

3. Risk Taking

Risk Taking atau pengambilan resiko merupakan suatu tindakan seorang entrepreneur yang memiliki kesediaan atau kemauan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan walaupun tanpa adanya kepastian hasil yang akan didapat. (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich, 2010).

4. Keagresifan bersaing (Competitive Aggressiveness)

Keagresifan bersaing adalah harapan-harapan dari perusahaan untuk menantang dan mengungguli pesaing dan ditandai oleh sikap atau tanggapan atau respon agresif terhadap tindakan-tindakan pesaing dalam

(6)

upaya menetrasi pasar dan memperbaiki posisi dipasar (Lumpkin dan Dess, 1996).

5. Otonomi (Autonomy)

Otonomi merupakan kegiatan independent individual (mandiri) atau tim dalam menjabarkan ide-ide atau visi, membuat keputusan dan mengambil tindakan yang bertujuan untuk memajukan konsep bisnis dan membawanya pada penyelesaian. Secara umum otonomi berarti kemampuan berinisiatif dalam mengeksploitasi peluang (Lumpkin dan Dess, 1996).

Pada literatur lain, sebuah model orientasi kewirausahaan yang diambil dari faktor psikologi dipresentasikan oleh Lee dan Tsang (dalam Sinarasri, 2013). Faktor psikologi yang dimaksud adalah:

1. Need for Achievement (Kebutuhan Berprestasi)

Kebutuhan berprestasi adalah faktor psikologi yang kuat memicu seseorang melakukan aktivitas sepanjang tujuannya belum tercapai (Lee dan Tsang, 2000). Need for Achievement mengacu pada dorongan yang kuat pada seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan. Individu yang memilki Need for Achievement yang tinggi umumnya selalu ingin menghadapi tantangan baru. Individu dengan kebutuhan ini akan cenderung lebih mengejar prestasi pribadi dibandingkan reward terhadap keberhasilan. Ciri-ciri seseorang yang memiliki Need for Achievement adalah berusaha melakukan sesuatu dengan kreatif dan inovatif dan menggambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.

(7)

2. Internal locus of control (Keyakinan Diri)

Internal locus of control merupakan keyakinan bahwa keberhasilan itu adalah karena usaha dari diri sendiri. Individu yang mempunyai internal locus of control menunjukkan motivasi yang lebih besar, menyukai hal-hal yang bersifat kompetitif, suka bekerja keras, merasa dikejar waktu dan ingin selalu berusaha lebih baik dari kondisi sebelumnya, sehingga mengarah pada pencapaian pretasi yang lebih tinggi (Falikhatun,2003). 3. Self Reliance (Kepercayaan Diri)

Kepercayaan diri adaah modal utama gerakan. Tanpa kepercayaan diri suatu gerakkan akan kehilangan daya hidup dan dinamikanya.

4. Extroversion (Keterbukaan)

Kecenderungan orang untuk bersosialisasi, suka berteman, suka berbicara, aktif, dan memilki interaksi sosial yang tinggi.

Berbagai literatur diatas sangat menekankan bahwa seorang wirausaha yang memiliki orientasi kewirausahaan yang baik yang akan memperbaiki sistem-sistem mereka hingga produktif.

2.1.3 Keunggulan Bersaing Berkelanjutan

Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa,2005:53).

(8)

Perusahaan mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa perusahaan yang bersaing terlibat dalam tindakan serupa (Barney,2010:9). Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding penawaran kompetitor (Kotler et al., 2005:461).

Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta melanjutkan kelangsungan hidup suatu usaha (Saiman,2014:128).Untuk mempertahakan kelangsungan hidupnya dari situasi persaingan yang tidak dinginkan seperti berikut ini :

1. Banyaknya usaha yang bersaing

2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing

3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing 4. Penurunan permintaan produk industri

5. Turunnya harga produk/ jasa di industri

6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah 7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi 8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah

9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing 10. Saat produk dapat dihancurkan

11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas 12. Ketika permintaan konsumen turun

13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan 14. Ketika saingan menjual produk / jasa serupa, dan

(9)

Untuk kelangsungan keberadaannya, keunggulan bersaing perusahaan tersebut juga harus berkelanjutan (sustainable) karena pada dasarnya perusahaan ingin melanggengkan keberadaannya. Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan akhirnya, untuk mengasilkan keuntungan (profit) tinggi. Artinya, keunggulan bersaing berkelanjutan bukanlah akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir perusahaan.

Keunggulan bersaing berkelanjutan didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kemampuan yang memungkinkan secara berkelanjutan usaha kecil sektor perdagangan untuk dapat menghasilkan tingkat penjualan dan laba yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya. Menurut Day & Wensley (1988) keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan bentuk-bentuk strategi untuk membantu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan jika perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai yang tidak dimiliki kompetitor dan perusahaan-perusahaan lain tidak mampu meniru kelebihan strategi ini. Keunggulan bersaing berkelanjutan diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan berdasarkan pendapat Barney (1991) yang terdiri dari:

1. Nilai-nilai dari perusahaan yang langka 2. Imitability, sulit ditiru

3. Durability, yaitu daya tahan perusahaan terhadap persaingan 4. Transferability, yaitu tingkat kemudahaan untuk menyalurkan.

(10)

2.1.4 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6).

Sementara menurut Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa usaha kecil adalah milik Warga Negara Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan mempunyai omzet atau nilai output penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri.

1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri.beberapa kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM adalah sebagai berikut:

1. Daya Tahan

Motivasi pengusaha kecil sangat kuat dalam mepertahunkan kelangsungan usahanya karena usaha tersebut merupakan satu-satunya sumper penghasilan keluarga.Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha.

2. Padat Karya

Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih

(11)

memanfaatkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada penggunaan mesin-mesin sebagai alat produksi.

3. Keahlian Khusus

UMKM di Indonesia banyak membuat produk sederhana yang membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal.Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara turun-menurun.Selain itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia mumpanyai kandungan teknologi yang sederhana dan murah.

4. Jenis Produk

Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa kultur ,yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat di masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu atau rotan, dan ukir-ukiran kayu.

5. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian

UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skali kecil tanpa harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi.

6. Permodalan

Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang (tabungan) sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk kebutuhan modal kerja (Tambunan, 2002:166). Kelemahan-kelemahan UMKM tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha tersebut. Kendala yang umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya

(12)

keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM (pendidikan formal) yang rendah, manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya pembagian tugas yang jelas serta sering mengandalkan anggoa keluarha sebagai pekerja tidak dibayar (Tambunan,2002:169).

2. Krieteria UMKM

Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut:

- Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal Rp. 300 juta per tahun.

- Usaha Kecil memiliki aset maksimal > Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan omset maksimal > Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.

- Usaha Menengah memiliki aset maksimal > Rp. 500 juta- Rp. 10 Milyar dan omset maksimal > Rp 2,5 Milyar- Rp. 50 Milyar per tahun. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Cynthia Vanessa Djodjobo dan Hendra N. Tawas (2014) Pengaruh Orientasi Kewirausahaan , Inovasi Produk dan Keunggulan Bersaing terhadap 1. Orientasi kewirausahaan 2. Inovasi Produk 3. Keunggulan Bersaing 4. Kinerja Pemasaran Analisis Jalur Orientasi kewirausahaa n dan inovasi produk secara simultan berpengaruh positif terhadap

(13)

Kinerja Pemasaran Usaha Nasi Kuning di Kota Manado keunggulan bersaing pada usaha nasi kuning di Manado Azlin Shafina Arsyad, et al (2014) The Impact of Entrepreneuria l Orientation on Business Performance: A Study of Technology- Based SMEs in Malaysia 1. Orientasi Kewirausahaan 2. Kinerja Bisnis Analisis Deskriptif Dimensi orientasi kewirausahaa n : inovasi, proaktif, pengambilan risiko dan agresifitas kompetitif yang berpengaruh pada kinerja bisnis Muzakar Isa (2013) Analisis Kompetensi Kewirausahaan , Orientasi Kewirausahaan , dan Kinerja Industri Mebel 1. Kompetensi Kewirausahaan 2. Orientasi Kewirausahaan 3. Kinerja Confirmat ory Factor Analysis (CFA) Orientasi kewirausahaa n berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja,dan variabel orientasi kewirausahaa n terbukti memediasi hubungan antara kompetensi kewirausahaa n dan kinerja usaha mebel di Klaten Arasy Alimudin (2011) Pengaruh Orientasi Wirausaha Terhadap Keunggulan Bersaing Berkelanjutan dan Kinerja 1. Orientasi Wirausaha 2. Keunggulan Bersaing Berkelanjutan 3. Kinerja Pemasaran Analisa Cross Tab dan Analisis Jalur Orientasi Wirausaha berpengaruh signifikan terhadap keunggulan Bersaing Berkelanjuta

(14)

Pemasaran Usaha Kecil Sektor Perdagangan di Kota Surabaya n Sdan Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Sektor Perdagangan di Surabaya Perminas Pangeran (2011) Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Keuangan Terhadap Pengembangan Produk Baru Usaha Mikro dan Kecil 1. Orientasi Kewirausahaan 2. Kinerja Keuangan 3. Pengembangan Produk Baru Analisis Regresi Berganda Keproaktifan dan Pengambilan Resiko berpengaruh terhadap kinerja pengembanga n produk baru dan mengindikasi kan adanya peningkatan kecepatan pengembanga n produk baru. Rudi Hartono Soegianto, Enny Noegraheni (2011) Analisis Pengaruh Modal Sosial dan Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Kewirausahaan Pada PT. Mentari Esa Cipta 1. Modal Sosial 2. Orientasi Kewirausahaan 3. Kinerja Perusahaan Analasis deskriptif dan Analisis Kuantitatif Modal sosial dan orientasi kewirausahaa n memilki pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja kewirausahaa n Andreas Rauch, Johan Wiklund, and G.T Lumpkin (2004) Entrepreneuria l Orientation and Business Performance : an Assessment of Past Research and 1. Orientasi Kewirausahaan 2. Kinerja Bisnis Meta Analysis Orientasi kewirausahaa n dan kinerja bisnis memilki pengaruh positif dan

(15)

Suggestions for the Future

cukup besar.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Alimudin (2011) orientasi kewirausahaan menempati posisi strategis dalam mengembangkan keunggulan bersaing berkelanjutan usaha kecil sektor perdagangan (consumer goods) menjadi lebih baik, perlunya pemilik usaha kecil sektor perdagangan untuk berkomitmen terhadap inovatif, proaktif, risk taking.

Menurut Metekohy (2013) orientasi kewirausahaan dalam hal sikap inovatif, proaktif pengambilan resiko dapat meningkatkan daya saing usaha kecil dan mikro. Orientasi kewirausahaan berpengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan (Reswanda, 2011).

Menurut Yulius dan Kusumadmo (2012) membukti bahwa intensitas inovasi organisasi berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan. Sesuai dengan penelitian Weerawardena (2003) peningkatan pada intensitas inovasi pada UKM kerajinan gerabah dan kulit dapat meningkatkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan dalam usahanya. Selain itu, hasil hasil penelitian Djodjobo dan Tawas (2014) berlawanan dengan hasil penelitian diatas dimana orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan dikarenakan pengelola usaha belum sepenuhnya memahami bagaimana cara menggunakan tahapan atau proses orientasi kewirausahaan.

Rusman (2008) upaya UKM dalam membangun keunggulan bersaing pada UKM sektor pertambangan batubara di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan

(16)

menemukan bahwa untuk membangun keunggulan bersaing berkelanjutan perusahaan perlu menerapkan strategi yang tepat secara konsisten dan berkesinambungan dan menciptakan strategi yang sukar ditiru.

Pada intinya seorang wirausahawan apabila menerapkanorientasi kewirausahaan, maka wirausahawan tersebutmengarahkan untuk dapat meraih tujuan yaitu keunggulan bersaing berkelanjutan. Karena orientasi kewirausahaan memilki hubungan positif dan signifikan terhadap keungulan bersaing berkelanjutan.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Medan. Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah: Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Keunggulan Bersaing Berkelanjutan pada UMKM.

Orientasi Kewirausahaan

Keunggulan Bersaing Berkelanjutaning

Referensi

Dokumen terkait

Mempertimbangkan adanya pengaruh beberapa vegetasi yang tumbuh di suatu lahan maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat fisika yang meliputi tekstur tanah, bahan

Zato sta javno nastopanje in obvladovanje komunikacijskih spretnosti v današnjem času pomembni (in celo dobičkonosni) spretnosti. Dober retorik ali govorec je tisti, ki

Individu yang memiliki self efficacy tinggi memilih strategi coping yang berfokus pada masalah untuk memperbaiki situasi dalam bekerja, sedangkan individu dengan

Salah satu tanaman yang dapat dijadikan alternatif obat herbal adalah putri malu ( Mimosa pudica Linn), tanaman ini mengandung senyawa mimosin, asam pipekolinat, tannin,

a) Pemilik tambak, adalah mereka yang menguasai sejumlah tertentu tambak yang dikerjakan oleh orang lain dengan system bagi hasil. b) Pemilik yang juga sebagai

Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Letak Kecamatan Jetis 10 Km sebelah utara dari pusat Pemerintahan Kabupaten Mojokerto.

Dinding dan lantai Harus rata dan tahan terhadap pantulan bola Harus rata dan tahan terhadap pantulan bola Lantai tidak boleh terlalu licin Harus rata dan tahan terhadap pantulan

Dasar hukum pelaksanaan program penyediaan jasa akses telekomunikasi perdesaan KPU/USO Tahun 2009 umumnya juga mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan yang