• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan I - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan I - 1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

Pendahuluan

I.1 LATAR BELAKANG

Upaya revitalisasi pusat kota seringkali menjadi permasalahan apabila kawasan revitalisasi tersebut memiliki bangunan cagar budaya, khususnya pada negara berkembang seperti Indonesia. Ada kecenderungan bahwa negara dunia ketiga kurang memberi perhatian terhadap warisan-warisan budayanya. Pada umumnya, rencana revitalisasi pada negara berkembang malah menjadi alasan bagi pihak-pihak tertentu untuk membongkar bangunan cagar budaya untuk digantikan bangunan modern yang lebih menguntungkan. Hal ini dapat dimungkinkan terjadi akibat perangkat pengendalian yang kurang memadai dalam hal perlindungan cagar budaya.

Adakalanya revitalisasi kawasan bersejarah dilakukan tanpa pendekatan konservasi, sehingga upaya pencarian solusi dalam permasalahan yang terjadi akan menarik untuk dikaji. Sebaiknya konsep pelestarian yang akan diarahkan tidak menuju pada menjaga dan mempertahankan (protectionist), melainkan lebih kepada konsep simultan antara preservasi dan pengembangan yang terpadu (integrated development).

Kawasan yang menjadi objek studi adalah Kawasan Perdagangan Johar yang terletak beberapa ratus meter sebelah timur-selatan Kota Lama Semarang. Kawasan ini memiliki dua buah bangunan cagar budaya yakni Masjid Besar Kauman yang dibangun pada tahun 1890 dan bangunan Pasar Johar karya Herman Thomas Karsten, yang selesai dibangun pada tahun 1936. Pada waktu itu, Pasar Johar merupakan pasar terbesar dan termodern di Asia Tenggara. Pada era 1980an, pasar ini sempat menjadi sentra perdagangan di Jawa Tengah. Walaupun kini bangunan Pasar Johar telah menjadi cagar budaya berskala internasional, namun saat ini keadaannya sangat buruk dan tidak terpelihara.

(2)

Tabel I.1. Timeline Rencana Revitalisasi Pasar Johar

(3)

Kawasan Perdagangan Johar sendiri mulai mengalami penurunan vitalitas sejak tahun 1990an (Nainggolan dalam Susiyanti, 1995). Oleh karena itu, sejak tahun 2000an, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mulai melaksanakan program revitalisasi kawasan perdagangan tersebut, yang meliputi revitalisasi kawasan Alun-Alun, Masjid Kauman, serta Pasar Johar.

Pada awal tahun 2002, mulai dilakukan revitalisasi yang dilakukan secara bertahap. Kemudian pada pertengahan tahun 2005, mulai tersiar kabar bahwa rencana Revitalisasi Kawasan Perdagangan Johar akan membongkar bangunan Pasar Johar untuk digantikan dengan pasar modern lima lantai.

Dari artikel-artikel mengenai proses revitalisasi kawasan Johar, didapat keterangan bahwa alasan pembongkaran bangunan Pasar Johar berkaitan masalah rob dan genangan, kondisi tak layak fisik bangunan yang telah berusia lebih dari 60 tahun, dan habisnya masa kontrak Kanjengan (Kompas, 24 Agustus 2005). Namun menurut studi-studi yang pernah dilakukan oleh para pakar dalam Tim Pengkajian Penataan Pasar Johar Unika Soejapranata, alasan pembongkaran karena kondisi tak layak fisik tidak dapat dijadikan alasan karena kualitas konstruksi beton Pasar johar dapat dikatakan sangat baik dibandingkan dengan bangunan baru. Dari studi yang dilakukan diketahui bahwa sebenarnya bangunan ini masih memiliki kekuatan konstruksi yang amat kuat, yakni rata-rata 400 kg per sentimeter kubik. Sedangkan bangunan baru yang memiliki ukuran dan tinggi setara dengan bangunan Pasar Johar hanya memiliki kekuatan 225-250 kg per sentimeter kubik.

Asumsi mengenai adanya penurunan level tanah pada bangunan Pasar Johar pun ternyata tidak benar. Bangunan tersebut tampak ambles karena jalan dinaikkan terus (Budi Setiyadi, 2006). Pernyataan-pernyataan dari para pakar ini memperjelas bahwa asumsi bangunan Pasar Johar sudah tidak layak digunakan adalah tidak benar.

(4)

Kawasan bersejarah yang terletak di pusat kota seringkali terancam karena tingginya nilai lahan dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), tuntutan keuntungan ekonomi, serta kurangnya insentif pemerintah untuk penanganan perawatan (maintenance) bangunan bersejarah yang terdapat di dalamnya. Pada umumnya pemilik bangunan bersejarah pada pusat kota merasa keberatan atas tingginya pajak yang mereka harus bayar untuk bangunan tersebut, ditambah lagi biaya yang harus mereka keluarkan untuk perawatan bangunan tua tersebut. Seringkali karena kedua hal terakhir inilah, pemilik bangunan bersejarah secara perlahan membiarkan bangunan tua miliknya itu terlantar hingga rusak, agar mendapatkan alasan untuk membongkar bangunan tersebut.

Berhubung dua bangunan bersejarah yang terdapat pada Kawasan Johar (Pasar Johar dan Masjid Kauman) adalah milik pemerintah kota Semarang, maka alasan terakhir tersebut pun tidak relevan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa rencana pembongkaran bangunan Pasar Johar adalah karena tuntutan keuntungan ekonomi.

Solusi terbaik yang dapat diusulkan adalah mengembangkan bagian kawasan yang dapat dibongkar dan ditata ulang tanpa membongkar bangunan Pasar Johar, yakni lokasi Kanjengan dan Pasar Yaik, sehingga terdapat konsep pengembangan yang saling melengkapi.

(5)

I.2 RUMUSAN PERMASALAHAN

Upaya revitalisasi pusat kota yang dilakukan pada Kawasan Perdagangan Johar memiliki beberapa permasalahan sebagai berikut :

(1) Belum adanya aturan dan panduan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam merevitalisasi sebuah kawasan pusat kota bersejarah, sehingga bangunan cagar budaya di dalamnya tidak memiliki perlindungan hukum dalam pelestariannya,

(2) Harga lahan pusat kota pada umumnya cukup tinggi, sehingga diperlukan maksimalisasi dalam penggunaan lahan, namun perancangan kawasan tetap membutuhkan ruang terbuka sebagai ruang publik.

(3) Jumlah pemegang kepentingan (stakeholder) dalam upaya revitalisasi ini dapat dibilang cukup banyak, sehingga titik temu dalam menetapkan satu visi agak sulit untuk dicapai,

Dapat disimpulkan bahwa isu besar permasalahan yang terdapat pada kawasan Johar adalah bagaimana merevitalisasi kawasan dengan prinsip konservasi, yakni cara meningkatkan kualitas fisik kawasan dan meningkatkan ekonomi kawasan sekaligus menjaga cagar budaya yang terdapat di dalamnya.

Diperlukan adanya kajian mengenai signifikansi budaya Kawasan Johar sebagai alasan kuat mengapa kawasan Johar dan cagar budaya yang terdapat di dalamnya penting untuk dipreservasi, selain itu diperlukan pula kajian mengapa pengembangan kawasan menjadi kawasan wisata budaya dianggap paling sesuai diterapkan sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.

I.3 TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pengembangan Kawasan Perdagangan Johar sebagai Kawasan Wisata Budaya diharapkan akan dapat menggerakkan kembali roda perekonomian Kawasan Perdagangan Johar, yakni dengan :

(1) menjadikan Kawasan Perdagangan Johar sebagai salah satu destinasi wisata berkarakter budaya yang terbaik di Semarang, serta dengan

(6)

(2) menerapkan prinsip perancangan place-making Kawasan Perdagangan Johar pada ruang terbukanya sebagai sarana berwisata dan berekreasi bagi penduduk dalam kota, luar kota, maupun turis internasional, sekaligus tetap mendukung fungsi utamanya sebagai kawasan perdagangan.

Dengan demikian, studi ini bertujuan untuk menciptakan simulasi perancangan kawasan yang berupaya menghidupkan kembali vitalitas Kawasan Perdagangan Johar dengan konsep place-making yang bertema lokalitas setempat.

I.4 RUANG LINGKUP KAWASAN

Ruang lingkup kawasan perancangan adalah Kawasan Perdagangan Johar yang terletak pada Bagian Wilayah Kota I Kota Semarang. Menurut Rencana Detail Tata Ruang Kota Kota Semarang, Kawasan Perdagangan Johar ini memiliki dominansi aktivitas komersial/perdagangan dengan beberapa guna lahan permukiman.

Delineasi kawasan perancangan akan mencakup area Shopping Center Johar (SCJ), Komplek Pasar Yaik, Komplek Pasar Johar, Komplek Kanjengan, dan daerah pedestrian Masjid Kauman (gambar I.1). Batas utara kawasan perancangan adalah Jalan K. H. Agus Salim, batas timur oleh Jalan Pedamaran, batas selatan adalah Jalan Wahid Hasyim, dan batas barat adalah Jalan Kauman. Luas kawasan perancangan ini adalah 7,8 hektar.

(7)

Gambar I.1. Delineasi Kawasan Perancangan.

(8)

I.5 METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN I.5.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian meliputi (1) pengumpulan data dan (2) proses analisa data. Pengkajian potensi kawasan akan dilakukan dengan analisa data primer, data sekunder, dan kajian literatur, yakni sebagai berikut :

1) Data Primer

Pencarian data primer dilakukan secara survey lapangan, untuk menganalisa daerah-daerah potensial di sekitar Pasar Johar untuk dikembangkan sebagai titik-titik aktivitas wisata budaya dengan merancang ruang publik.

2) Data Sekunder

Pencarian data sekunder dilakukan guna mendapatkan informasi yang telah ada pada instansi-instansi terkait yaitu :

a) Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Semarang, guna mendapatkan data peta digital Kota Semarang, serta mendapatkan informasi mengenai rencana revitalisasi Pasar Johar secara menyeluruh.

b) Dinas Pasar Kota Semarang, guna mendapatkan data kondisi Pasar Johar dan Pasar Yaik.

3) Kajian Literatur

Kajian literatur akan mencakup sejarah Kawasan Perdagangan Johar dan kawasan historis di sekitarnya, konsep dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Budaya, serta penerapan strategi placemaking sebagai strategi perancangan kawasan wisata.

(9)

I.5.2 Metodologi Perancangan

Diagram I.1. Kerangka Pemikiran Tesis

“PERANCANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA SEBAGAI STRATEGI REVITALISASI BAGIAN

KOTA”

PERUMUSAN MASALAH (1) Revitalisasi dengan Pendekatan Konservasi :

Æ Signifikansi Budaya Kawasan Johar (2) Pariwisata sebagai Alat Revitalisasi :

Æ Potensi Pariwisata Kota Semarang

Æ Potensi Kawasan Johar Sebagai Kawasan Wisata Budaya

Æ Langkah-langkah Penciptaan Destinasi Wisata (3) Penataan Fisik Kawasan Wisata Budaya :

Æ Penerapan strategi placemaking pada ruang terbuka publik

STRATEGI PENGEMBANGAN & KONSEP PERANCANGAN KAWASAN VISI & MISI PENGEMBANGAN KAWASAN

STUDI BANDING

- Analisa Keunggulan Strategi Perancangan Kawasan Studi Banding (Pasar Wisata) :

Æ Faneuil Hall Marketplace

Æ Covent Garden Market

Æ Queen Victoria Market

Æ Pike Place Market

Æ Pasar Beringharjo - Analisa Penerapan Strategi Place-Making untuk Kawasan Johar

KAJIAN EKSISTING - Analisa Makro :

ÆHubungan Struktur Kota terhadap kawasan

- Analisa Potensi dan Permasalahan Kawasan :

Æ Analisa Non Fisik : Tata Guna Lahan, Aktivitas Pendukung

Æ Analisa Fisik :

Tata Ruang dan Massa Bangunan, Ruang Terbuka dan Jalur Pejalan Kaki, Sirkulasi Kendaraan dan Parkir, Catchment Area Zona Historis dan Bangunan Bersejarah KAJIAN LITERATUR

- Revitalisasi dengan Prinsip Konservasi

- Wisata Kota :

Æ Potensi Pariwisata Kota Semarang

- Wisata Budaya :

Æ Potensi Wisata Kawasan Johar

- Penataan Ruang Publik :

Æ Indikator Ruang Publik yang Ideal

Æ Kriteria Perancangan berbasis placemaking - Kebijakan dan Rencana

(10)

Penataan fisik kawasan akan menggunakan strategi placemaking. Strategi placemaking menciptakan pengembangan ruang publik yang berkualitas baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya (Tiesdell, 1996). Strategi placemaking adalah prinsip mendasar yang dibutuhkan dalam setiap perancangan ruang publik. Ruang publik yang terancang dengan baik akan menarik banyak pengunjung dan menghidupkan kawasan. Perancangan ruang publik pada kawasan Johar ini akan diarahkan ke ruang luar, yakni jalur pedestrian dan ruang terbuka.

I.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I – Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan secara garis besar mengenai latar belakang pemilihan topik, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup kawasan perancangan, serta metodologi penelitian.

BAB II – Perancangan “Place” Kawasan Wisata Budaya Johar Sebagai Upaya Revitalisasi

Bab ini akan mengkaji teori-teori yang dapat diterapkan pada kasus revitalisasi kawasan kota, yakni pengembangan kawasan wisata budaya sebagai upaya revitalisasi tersebut, kemudian juga mengkaji teori-teori penciptaan ‘place’ yang sesuai dengan prinsip perancangan revitalisasi kawasan perdagangan.

BAB III – Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan Kawasan

Bab ini akan menjelaskan mengenai gambaran kawasan secara makro dan mikro dalam kedudukannya di dalam Kota Semarang, serta mencakup analisa eksisting kawasan sebagai alat untuk menciptakan strategi pengembangan kawasan.

BAB IV – Konsep Perancangan Kawasan

Bab ini akan menjelaskan konsep perancangan kawasan yang mencakup strategi dan skenario pengembangan kawasan, konsep dasar perancangan kawasan, konsep detail perancangan, serta simulasi desain yang akan diterapkan pada kawasan perancangan.

(11)

BAB V – Simulasi Desain Kawasan Perdagangan Johar

Bab ini berisi simulasi desain, berupa kerangka rancang kota, masterplan

kawasan, gambar potongan ruang publik, serta penjabaran serial vision kawasan.

BAB VI – Penutup

Bab terakhir ini merupakan bab penutup di mana dijabarkan kesimpulan kajian tesis dan saran yang dapat diaplikasikan pada pengelolaan kawasan perancangan untuk ke depannya.

Gambar

Tabel I.1.  Timeline Rencana Revitalisasi Pasar Johar
Gambar I.1.   Delineasi Kawasan Perancangan.
Diagram I.1.  Kerangka Pemikiran Tesis

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri Melalui Alat Permainan Edukatif Balok Pada Anak Usia 4-5 Tahun RA Amaliyah Kabupaten Sekadau.Tujuan penelitian

Kecerdasan emosional diakui sebagai suatu kemampuan yang pengaruhnya terhadap individu setara dengan Inteligence Quotient(IQ), dalam pengertian bahwa setiap orang tidak

Kalau dibandingkan dengan limbah media tanam jamur tiram maka penggunaan pupuk kandang hingga dosis 15 ton/ha terbukti lebih mampu menghasilkan perubahan ginofor menjadi polong

Upaya pengelolaan terumbu karang dalam konteks pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) merupakan bagian dari Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

Fokus dari penelitian yuridis normatif ini dalam menjelaskan dan menjawab pokok permasalahan yang diajukan dengan melihat kepada perlindungan yang dapat diberikan

menginginkan bilangan acak dalam jumlah yang banyak, maka nilai m hendaknya sebesar 2 b dengan b adalah jumlah bit pada komputer yang akan digunakan...

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja secara bersama-sama tidak berpengaruh dan tidak

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan.. industri dan jasa skala nasional atau yang melayani