1
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KADAR ASAM URAT PADA STAF DOSEN DAN PEGAWAI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Linda R. Lande’eo*, Nita Momongan*, A. J. M. Rattu*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi penyakit sendi secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) yaitu 24,7%. Untuk prevalensi penyakit sendi umur ≥15 tahun berdasarkan provinsi, prevalensi untuk Sulawesi Utara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) sebesar 10,3% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) sebesar 19,1%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Jenis penelitian ini adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado pada bulan Agustus – Oktober 2014. Sampel sebanyak 45 orang ditentukan secara total sampling. Analisis hubungan antara asupan protein dengan kadar asam urat menggunakan uji fisher exact dengan α= 0,05 dan analisis hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat menggunakan uji chi square dengan α= 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan 51,1% staf dosen dan pegawai dengan kadar asam urat tinggi. Hasil uji statistik didapatkan untuk variabel asupan protein 𝜌 = 0,010 dan riwayat keluarga 𝜌 = 0,641.
Kesimpulan penelitian ini, terdapat hubungan antara asupan protein dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado dan Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kata Kunci : Asupan Protein, Riwayat Keluarga, Kadar Asam Urat
ABSTRACT
Based on results of basic health research in 2013 the prevalence of joint disease nationally based on the diagnosis of health professionals (D) is 11,9% and based on the diagnosis of health professionals or symptom (D/G) is 24,7%. For the prevalence of joint disease aged ≥15 years by province, the prevalence for North Sulawesi based on the diagnosis of health professionals (D) is 10,3% and based on the diagnosis of health professionals or symptom (D/G) is 19,1%. The purpose of this study is to determine correlation between protein intake and family history with urid acid levels in the lecturers and staff of The Faculty of Public Health Sam Ratulangi University Manado.
Types of this research is analytic observational with cross sectional design. This research was conducted in Faculty of Public health Sam Ratulangi University Manado in August – October 2014. Samples are 45 peoples determined by total sampling. Analysis of the correlation between protein intake with uric acid levels using fisher exact test with α= 0,05 and analysis of the correlation between family history with uric acid levels using chi square test with α= 0,05.
The results of research showed 51,1% the lecturers and staff with high uric acid levels. The results of statistical test obtained for the variables protein intake 𝜌 = 0,010 and family history 𝜌 = 0,641.
The conclusion of this research, there was correlation between protein intake with uric acid levels in the lecturers and staff of The Faculty of Public Health Sam Ratulangi University Manado and there was no correlation between family history with uric acid levels in the lecturers and staff of The Faculty of Public Health Sam Ratulangi University Manado.
2 PENDAHULUAN
Perhatian terhadap penyakit tidak menular, makin hari makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat (Bustan, 2007). Dewasa ini masyarakat kita banyak yang latah dengan penyakit gout dan hiperurisemia. Saat ini hasil penelitian menunjukkan hiperurisemia dan gout ditemukan pada seluruh status sosial ekonomi dan usia yang lebih muda (Suiraoka, 2012).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 menunjukkan untuk
prevalensi penyakit sendi secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) yaitu 24,7%. Untuk prevalensi penyakit sendi padaumur ≥15 tahun berdasarkan provinsi, prevalensi untuk Sulawesi Utara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) sebesar 10,3% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) sebesar 19,1% (Riskesdas, 2013).
Gout adalah penyakit kelainan
metabolisme purin dimana terjadi produksi asam urat berlebihan (hiperurisemia) atau penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan. Peningkatan produksi asam urat
menyebabkan peradangan sendi dan
pembengkakan sendi. Penyakit gout di
masyarakat lebih dikenal dengan istilah penyakit asam urat (Suiraoka, 2012). Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini biasanya akan
dikeluarkan oleh ginjal melalui urine dalam kondisi normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk kristal-kristal (Sandjaya, 2014).
Faktor yang berperan terhadap
terjadinya gout yaitu faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam keluarga, pola makan dengan tinggi protein dan kaya senyawa purin lainnya, konsumsi alkohol yang berlebihan, hambatan pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat, penggunaan antibiotika secara berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri, dan virus menjadi lebih ganas, penyakit tertentu pada darah yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme tubuh, obesitas, serta faktor lainnya seperti stress, cedera sendi, hipertensi, dan olahraga berlebihan (Suiraoka, 2012). Bagi penderita asam urat, protein dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah, terutama yang berasal dari hewan (Adib, 2011).
Penelitian dari Hidayanti dan Nur (2013) yang dilakukan pada 64 orang dosen dan karyawan Universitas Siliwangi bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan kadar asam urat(𝜌 < 0,05), serta penelitian dari Bellytra Talarima (2010) yang dilakukan di
3 Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah pada subjek sebanyak 54 orang, dimana terdapat hubungan antara riwayat gout dalam keluarga dengan kejadian gout arthritis (𝜌 < 0,05).
Berdasarkan latar belakang di atas sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antaraasupan protein dan riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado pada bulan Agustus – Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf dosen dan pegawai Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado yang berjumlah 45 orang Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling.
Adapun isntrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner identitas responden, formulir food recall 24 jam, tourniquet, alkohol 70%, kapas, jarum suntik, tabung clot activator, tabung Li-heparin, tabung Na-heparin, tabung SST (clot activator + gel), rak tabung, cobas 501, serum (darah vena), reagen asam urat, aplikasi program
komputer untuk pengolahan data, dan aplikasi computer nutrisurvey.
Data primer diperoleh melalui
pengukuran asupan protein dengan
menggunakan metode food recall 24 jam selama 2 hari yang tidak berurutan dengan cara wawancara responden yaitu staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado,
memperoleh gambaran riwayat penyakit asam urat dalam keluarga menggunakan kuesioner identitas dengan cara wawancara, serta pengukuran kadar asam urat darah pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi penelitian yang diperoleh dari data jumlah staf dosen dan pegawai yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Analisis univariat yaitu untuk
mengetahui karakteristik penelitian yang akan dilakukan dengan cara menganalisis variabel-variabel yang ada. Analisis bivariate dimaksudkan untuk mengetahui hubungan kedua variable yaitu hubungan antara asupan protein dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado dan hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Distribusi responden menurut karakteristik responden pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Karakterstik Responden n % Umur (Tahun) 30 – 34 13 28,9 35 – 39 15 33,3 40 – 44 4 8,9 ≥ 45 13 28,9 Jenis Kelamin Laki – laki 24 53,3 Perempuan 21 46,7 Pendidikan Terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA) 14 31,1
Perguruan Tinggi 31 68,9
Tingkat Pendapatan
≤ Rp. 2.500.000,- 8 17,8
> Rp. 2.500.000,- 37 82,2
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat distribusi responden berdasarkan
karakteristik responden. Berdasarkan
kelompok umur, paling banyak responden berada pada kelompok umur 35 – 39 tahun sebanyak 15 responden (33,3%), disusul terbanyak kedua yaitu pada kelompok umur ≥ 45 tahun dan kelompok umur 30 – 34 tahun yaitu masing-masing sebanyak 13 responden (28,9%), pada kelompok umur 40 – 44 tahun sebanyak 4 responden (8,9%). Distribusi responden menurut jenis kelamin, laki – laki
berjumlah 24 responden (53,3%) dan
perempuan berjumlah 21 responden (46,67%).
Distribusi responden menurut tingkat
pendidikan yang paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 31 responden (68,9%), selanjutnya untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 14 responden (31,1).
Distribusi responden menurut tingkat
pendapatan, responden yang tingkat
pendapatannya ≤ Rp. 2.500.000,- berjumlah 8responden (17,8%) dan responden yang tingkat pendapatannya > Rp. 2.500.000,-berjumlah 37 responden (82,2%).
B. Hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kadar Asam Urat Pada Staf Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Tabel 2. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kadar Asam Urat
Asupan Protein
Kadar Asam Urat
𝜌 value
Normal Tinggi Total
n % n % n %
Cukup 21 60 14 40 35 100
0,010
Lebih 1 10 9 90 10 100
Total 22 48,9 23 51,1 45 100
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa responden yang asupan proteinnya cukup berstatus kadar asam uratnya tinggi berjumlah 14 orang (40,0%) dan responden yang asupan proteinnya lebihberstatus kadar asam uratnya tinggi berjumlah 9 orang (90%).Berdasarkan hasil uji Fisher-Exact didapat nilai 𝜌 sebesar 0,010. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kadar
5 asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
C. Hubungan Antara Riwayat Keluarga Dengan Kadar Asam Urat Pada Staf Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Tabel 3. Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kadar Asam Urat
Riwayat Keluarga
Kadar Asam Urat
𝜌 value
Normal Tinggi Total
n % n % n %
Ya 13 52 12 48 25 100
0,641
Tidak 9 45 11 55 20 100
Total 22 48,9 23 51,1 45 100
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden yang mempunyai riwayat keluarga berstatus kadar asam uratnya tinggi berjumlah 12 orang (48%) dan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga berstatus kadar asam uratnya tinggi berjumlah 11 orang (55%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat nilai 𝜌 sebesar 0,641. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kadarasam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado.
1. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kadar Asam Urat
Berdasarkan hasil penelitian, untuk penelitian hubungan antara asupan protein
dengan kadar asam urat dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher-Exact didapat hasil 𝜌 = 0,010 (𝜌 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado. Penelitian dari Festy tahun 2010 yang dilakukan pada 57 wanita postmenopause di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Dr.
Soetomo Surabaya mengatakan terdapat
hubungan antara pola makan dengan kadar asam urat darah (𝜌 < 0,05). Berbeda dengan penelitian dari Choi dkk (1994) yang dilakukan di United States pada 14.809 orang bahwa asupan protein total tidak berhubungan dengan kadar asam urat darah(𝜌 > 0,05). Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian dari Adieni dan Hertanto (2008) pada 43 vegetarian di Semarang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupanprotein dengan kadar asam urat pada vegetarian(𝜌 > 0,05). Peningkatan produksi asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan kaya protein dan purin atau asam nukleat berlebihan seperti jeroan, makanan laut, kaldu kental, dan lain-lain serta hasil pemecahan sel yang rusak akibat obat tertentu (Suiraoka, 2012).
2. Hubungan Antara Riwayat Keluarga
dengan Kadar Asam Urat
Berdasarkan hasil penelitian, untuk penelitian hubungan antara riwayat keluarga
6 dengan kadar asam urat dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Squre didapat hasil 𝜌 = 0,641 (𝜌 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado. Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Kaparang (1999) yang dilakukan pada 218 penderita gout di 6 Puskesmas di Minahasa, dimana tidak terdapat hubungan antara kadar asam urat serum dengan riwayat keluarga. Produksi asam urat berlebihan karena kelainan herediter/pembawa sifat atau gen/keturunan yaitu terjadi aktivitas berlebih enzim fosforibosil pirofosfat sintetase (PRPP-sintetase) (Misnadiarly, 2007).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. 77,8% staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado yang mempunyai tingkat asupan protein yang cukup.
2. 55,6% staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado yang memiliki riwayat keluarga menderita hiperurisemia / gout. 3. 51,1% staf dosen dan pegawai Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado yang memiliki kadar asam urat tinggi.
4. Terdapat hubungan antara asupan protein dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
5. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang bisa diberikan yaitu :
1. Bagi staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado yang memiliki asupan protein lebih agar lebih memperhatikan pola makan khususnya asupan protein untuk dikurangi.
2. Perlu diadakan pemeriksaan kadar asam urat secara rutin untuk dapat mendeteksi lebih awal kejadian hiperurisemia atau gout arthritis agar dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan dini.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan Yang Paling Sering Menyerang Kita. Yogyakarta : Buku Biru
Adieni, H, dan Hertanto, W, S. 2008. Asupan Karbohidrat, Lemak, Protein, Makanan Sumber Purin dan Kadar Asam Urat
7 Pada Vegetarian. Journal of Nutrition College. Vol. 2, No. 2, Tahun 2013. Hal. 44-55.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Cakrawati, D, dan Mustika, N, H. 2011.Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan.Bandung : Alfabeta
Choi, H, K, Simin, L, dan Gary, C. 1994. Intake of Purine_Rich Foods, Protein, and Dairy Products and Relationship to Serum Levels of Uric Acid. Journal of American College of Rheumatology. Vol. 52, No. 1, Januari 2005, Hal. 283-289.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013. Profil Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado : FKM Unsrat
Festy, P, Anis, R, dan Afnan, A. 2010. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal Health Science. Vol.
7, No. 1, Februari 2011. ISSN : 1979-3812.
Hidayanti, L, dan Nur, R. 2013. Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Dosen Dan Karyawan Universitas Siliwangi. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol. 9, No. 2, September 2013.
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, dan Kasper. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Dalam editor Asdie, A. H. Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume I Edisi 13. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Kaparang, A, K, Edwar, J, dan Titos, A. 1999. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Serum Penderita Arthritis Gout Di Minahasa, Sulawesi Utara. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 1, No.1, 31 Januari 2005, Hal.12-16.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Lean, M. E. J. 2013. Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Belajar
8 Misnadiarly. 2007. Rematik : Asam Urat,
Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta : Pustaka Obor Populer
Murray, R. K, Darly, K. G, dan Victor, W. R. 2009.Biokimia Harper.Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Naga, S. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta : DIVA Press
Noor, N, N. 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Sandjaya, H. 2014. Buku Sakti Pencegah dan Penangkal Asam Urat. Yogyakarta : Mantra Books
Santjaka, A. 2011.Statistik Untuk Penelitian Kesehatan 1. Nuha Medika :Yogyakarta
Sediaoetama, A. D. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid I. Jakarta : Dian Rakyat.
Suiraoka, I. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Nuha Medika
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Talarima, B. Ridwan, A. dan Arsunan, A. 2010. Faktor Risiko Gout Arthritis Di
Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2010. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Desember 2012. Hal 89-94.
VitaHealth. 2007. Asam Urat.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Yatim, F. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian : Arthritis atau Arthralgia. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Yuniastutsi, A. 2008.Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu