• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Manajemen Sumber Daya Manusia - BAB II GALIH NOVAGITI E. MANAJEMEN'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Manajemen Sumber Daya Manusia - BAB II GALIH NOVAGITI E. MANAJEMEN'17"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan (2007), adalah ilmu

dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien

membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Manajemen sumber daya manusia adalah bidang manajemen yang khusus

mempelajari hubungan dan peranan manajemen manusia dalam organisasi

perusahaan. Unsur manajemen sumber daya manusia adalah manusia yang

merupakan tenaga kerja pada perusahaan, fokus yang dipelajari manajemen

sumber daya manusia ini hanya masalah yang berhubungan dengan tenaga

kerja manusia saja.

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

organisasi, karena manusia menjadi perencanaan, perilaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran

aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu

canggihnya. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya

bagi perusahaan. Jika peran aktif karyawan tidak diikutsertakan. Manajemen

mengatur karyawan akan sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai

pikiran, perasaan status, keinginan, dan latar belakang yang heterogen yang

(2)

Gomes (2009) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia

adalah pengembangan dan pemanfaatan personil (pegawai) bagi pencapaian

yang efektif mengenai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individual,

organisasi, masyarakat, nasional, dan internasional.

Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah untuk

meningkatkan kontribusi pegawai terhadap organisasi dalam rangka mencapai

produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami karena

semua kegiatan organisasi tergantung kepada manusia yang mengelola

organisasi yang bersangkutan. Oleh sebab itu, sumberdaya manusia tersebut

harus dikelola agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai

tujuan organisasi. Guna mencapai tujuan manajemen sumber daya manusia,

maka suatu bagian atau departemen sumber daya manusia harus

mengembangkan, mempergunakan dan memelihara pegawai (sumber daya

manusia) agar semua fungsi organisasi dapat berjalan seimbang. Kegiatan

manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dan proses manajemen

sumber daya manusia yang paling sentral dan merupakan rantai kunci dalam

mencapai tujuan organisasi. Kegiatan manajemen sumber daya manusia akan

berjalan lebih lancar, bila memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen sumber

daya manusia.

2. Kepuasan Kerja

A. Definisi Kepuasan Kerja

(3)

pekerjaannya, situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan

demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki

oleh seorang karyawan, dimana mereka dapat berinteraksi dengan

lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik

dan sesuai dengan tujuan perusahaan.Menurut Handoko (2010) Kepuasan

kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan bagaimana para karyawan memandang

pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang

terhadap pekerjaannya.Salah satu faktor yang dapat menjadi penentu bagi

kepuasan pegawai adalah pekerjaan itu sendiri (Luthans , 2006).

Robbins dan Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai

perasaan positif pada suatu pekerjaan, yang merupakan dampak atau hasil

evaluasi dari berbagai aspek pekerjaan tersebut. Sedangkan pendapat lain

dikemukakan oleh Luthans (2006), kepuasan kerja adalah keadaan emosi

seseorang yang positif maupun menyenangkan yang dihasilkan dari

penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Dari penjelasan diatas

dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah merupakan suatu sikap

dari seorang karyawan yang menggambarkan sikap terpenuhinya beberapa

keinginan dan kebutuhan mereka melalui kegiatan kerja atau bekerja.

Robbins dan Coulter dalam (Edison, 2016), menyebutkan bahwa, “job

satisfaction refers to a person` general attitude toward his or

job”.(Kepuasan keja merupakan sikap umum seseorang terhadap

(4)

kerja adalah seperangkat perasaan karyawan tentang hal-hal yang

menyenangkan atau tidak terhadap suatu pekerjaan yang mereka hadapi

B. Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja

Secara teoritis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

sangat banyak jumlahnya. Salah satunya menurut Hasibuan (2007)

kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Balas jasa yang layak dan adil

b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian

c. Berat-ringannya pekerjaan

d. Suasana lingkunagn pekerjaan

e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan

f. Sikap pemimpin dalam kepemimpinannya

g. Sikap pekerjaan monoton atau tidak

C. Motivasi Kerja

1. Definisi Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan

atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya

ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan

khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya

mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama

secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah

(5)

Chung & Megginson dalam (Gomes, 2009) menyatakan bahwa

motivation is definied as goal-directed behavior. It concerns the level

of effort one exerts in persuing a goal. It is closely related to employee

satisfaction and job performance”, (motivasi dirumuskan sebagai

perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan

tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu

tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan kerja dan

performansi pekerjaan).

Sedangkan menurut Robbins dan Judge (2009), motivasi sebagai

suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan

seseorang individu untuk mencapai tujuan . Berdasarkan pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa; (1) Motivasi kerja merupakan

bagian yang urgen dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat

untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, (2) Motivasi

kerja mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk

memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi,dan

(3) Motivasi kerja yang diberikan kepada seseorang hanya efektif

manakala di dalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau

keyakinan untuk maju dan berhasil dalam organisasi.

Menurut Robbins dan Judge (2009), ada sejumlah teori

kontemporer yang mempunyai kesamaan, setiap teori memiliki tingkat

dokumentasi pendukung valid yang layak. Beberapa teori itu adalah:

(6)

Mc. Clelland mengemukakan teorinya yaitu Mc. Clelland’s

Theory of Needs atau Teori Kebutuhan Mc. Clelland.Teori ini

berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi

potensial. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan

tergantung pada kekuatan-dorongan motivasi-seseorang dan

situasi serta peluang yang tersedia.

Hal-hal yang memotivasi seseorang menurut Mc. Clelland

adalah:

1) Kebutuhan akan prestasi (need for achievement = n

Ach)

2) Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n Af)

3) Kebutuhan akan kekuasaan (need for power = n

Pow).

b. Teori Evaluasi Kognitif

Teori evaluasi kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa

pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku

yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung

mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan.

Implikasi-implikasi utama untuk teori ini berhubungan dengan cara

individu dibayar dalam organisasi-organisasi, seperti teori

penguatan.

c. Teori Penentuan Tujuan

(7)

sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama.

Artinya, tujuan memberi tahu seorang karyawan apa yang harus

dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus di keluarkan.

Tujuan yang spesifik memperlihatkan tingkat hasil yang lebih

tinggi daripada tujuan umum.

Teori ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut :

1) Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan

oleh sifat tujuan yang hendak dicapai.

2) Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras

mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas,

dipahami dan bermanfaat.

3) Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan,

akan makin besar keengganan untuk bertingkah

laku.

Sedangkan menurut Hasibuan (2007) memberikan pengertian

motivasi secara sederhana, bahwa “motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya

untuk mencapai kepuasan”.

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi timbul dari diri sendiri untuk pemenuhan

kebutuhan individualnya dan juga bisa dikarenakan oleh dorongan

(8)

2. Tujuan Motivasi Kerja

Pemberian motivasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan baik

publik maupun bisnis harus dapat memenuhi beberapa tujuan. Tujuan

pemberian motivasi menurut Hasibuan (2007) antara lain :

a. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

b. Meningkatkan modal dan kepuasan kerja karyawan

c. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

d. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan pada

perusahaan

e. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

karyawan

f. Mengefektifkan keadaan karyawan

g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

h. Meningkatkan kreativitas dan prestasi kerja yang baik

i. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

j. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap

tugas-tugasnya

k. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

3. Faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Siagian (2009) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

seseorang dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang

(9)

a. Karakteristik biografi yang meliputi :

1) Usia

Hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat

dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya

kaitan usia dengan tingkat kedewasaan teknis yaitu

ketrampilan tugas.

2) Jenis Kelamin

Karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para

pekerja merupakan hal yang perlu mendapat perhatian

secara wajar dengan demikian perlakuan terhadap

merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga

mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya.

3) Status perkawinan

Dengan status ini secara tidak langsung dapat

memberikan petunjuk cara, dan teknik motivasi yang

cocok digunakan bagi para pegawai yang telah menikah

dibandingkan dengan pegawai yang belum menikah.

4) Jumlah tanggungan

Dalam hal ini jumlah tanggungan seorang seorang

pencari nafkah utama keluarga adalah semua orang

yang biaya hidupnya tergantung pada pencari nafkah

(10)

dan anak–anaknya.

5) Masa kerja

Dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang

karena masa kerja seseorang merupakan satu indikator

kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi

organisasional seperti ; produktivitas kerja dan daftar

kehadiran. Karena semakin lama seseorang bekerja ada

kemungkinan untuk mereka mangkir atau tidak masuk

kerja disebabkan karena kejenuhan.

b. Kepribadian

Kepribadian seseorang juga dapat dipengaruhi motivasi

kerja seseorang karena kepribadian sebagai keseluruhan cara

yang digunakan oleh seseorang untuk bereaksi dan

berinteraksi dengan orang lain.

c. Persepsi

Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai

lingkungan sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku

yang pada gilirannya menentukan faktor – faktor yang

dipandangnya sebagai faktor organisasional yang kuat.

d. Kemampuan belajar

Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup

dan tidak terbatas pada pendidikan formal yang ditempuh

(11)

satu bentuk nyata dari telah belajarnya seseorang adalah

perubahan dalam persepsi, perubahan dalam kemauan, dan

perubahan dalam tindakan.

e. Nilai – nilai yang dianut

Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan

sistem nilai sosial yang berlaku di berbagai jenis masyarakat

dimana seseorang menjadi anggota.

f. Sikap

Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang

terhadap objek tertentu, orang tertentu atau peristiwa

tertentu. Artinya sikap merupakan pencerminan perasaan

seseorang terhadap sesuatu.

g. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang

positif terhadap kehidupan organisasionalnya.

h. Kemampuan

Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu

kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan

fisik meliputi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan

tugas–tugas yang bersifat teknis, mekanistik dan repetatif,

sedangkan kemampuan intelektual meliputi cara berfikir

(12)

D. Komitmen Organisasi

1. Definisi Komitmen Organisasi

Menurut Robbins dan Judge (2009) komitmen organisasi

(organizational commitment) adalah suatu keadaan di mana seorang

karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan

keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi

tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada

pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen

organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut

individu tersebut.

Sedangkan menurut Luthans dalam (Edison, 2016) komitmen

adalah sikap yang mencerminkan loyalitas karyawan terhadap

organisasi mereka dan proses yang berkelanjutan di mana peserta

organisasi mengekspresikan kepedulian mereka terhadap organisasi,

kesuksesan, dan kesejahteraan. Seseorang individu yang memiliki

komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota

sejati organisasi. Kreitner dan Kinicki (2014) menyebutkan bahwa

komitmen organisasi (organizational commitment) mencerminkan

tingkatan dimana seseorang mengenali sebuah organisasi dan terikat

pada tujuan-tujuannya.

Luthans (2006) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai (1)

keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota dari bagian

(13)

atas nama organisasi (3) keyakinan yang dalam dan penerimaan

nilai-nilai serta tujuan organisasi. Menurut Edison (2016) manajer puncak

dituntut untuk memiliki komitmen agar setiap kebijakan memiliki arah

dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Tapi sebaliknya, komitmen

karyawan tidak dapat dituntut begitu aja namun perlu rangsangan.

Sebab komitmen karyawan sangat dipengaruhi bagaimana

kepemimpinan dan sebuah kebijakan diterapkan.

Meyer dan Allen (1997) juga menyatakan bahwa karyawan yang

memiliki komitmen organisasi akan bekerja dengan penuh dedikasi

karena karyawan yang memiliki komitmen tinggi menganggap bahwa

hal yang penting yang harus dicapai adalah pencapaian tugas dalam

organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi

juga memiliki pandangan yang positif dan akan melakukan yang

terbaik untuk kepentingan organisasi. Hal ini membuat karyawan

memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab

yang lebih menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi

tempatnya bekerja.

2. Komponen Komitmen Organisasi

Menurut Meyer dan Allen (1997, dalam Kreitner & Kinicki, 2014)

terdapat tiga komponen dalam komitmen organisasi, yaitu:

(14)

Komponen ini berkaitan dengan keinginan secara emosional

terikat dengan organisasi, identifikasi serta keterlibatan berdasarkan

atas nilai-nilai yang sama. Menurut Meyer & Allen (1997) ikatan

emonisonal karyawan dalam komitmen afektif dianggap sebagai

penentu yang penting dari dedikasi dan loyalitas. Komitmen afektif

karyawan dianggap memiliki rasa dan identifikasi yang meningkatkan

keterlibatan mereka dalam kegiatan organisasi, kesediaan mereka

untuk mengejar tujuan organisasi dan keinginan mereka untuk tetap

dengan organisasi.

b. Komponen continuance

Komitmen didasari oleh kesadaran akan biaya-biaya yang akan

ditanggung jika tidak bergabung dengan organisasi. Seorang karyawan

mungkin berkomitmen terhadap seorang yang memberi pekerjaan

karena iya dibayar tinggi dan merasa bahwa pengunduran diri dari

organisasi akan menghancurkan keluarganya.

c. Komponen normative

Komitmen berdasarkan perasaan wajib sebagai

anggota/karyawan untuk tetap tinggal karena perasaan hutang budi.

Disini terjadi juga internalisasi norma-norma

3. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi disebabkan oleh beberapa faktor menurut

Meyer dan Allen (1997, dalam Kreitner & Kinicki, 2014).

(15)

berpengaruh. Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan komitmen afektif, komitmen rasional, dan komitmen

normatif.

a. Faktor yang Menyebabkan Komitmen Afektif (Affective

Commitment)

Beberapa faktor yang menyebabkan komitmen afektif,

antara lain karakteristik organisasi, karakteristik pribadi, dan

pengalaman kerja. Pertama, karakteristik organisasi yang

mempengaruhi komitmen afektif adalah cara pengambilan

kebijakan perusahaan. Kedua, karakteristik pribadi yang

mempengaruhi komitmen afektif, antara lain variabel

demografis, seperti gener, usia, tingkat pendidikan, dan masa

kerja, serta variabel seperti kepribadian, dan nilai (value) yang

dianut. Secara keseluruhan hubungan antara variabel

demografis dan komitmen afektif tidak konsisten dan kurang

kuat. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan

bahwa wanita memiliki komitmen organisasi yang lebih tinggi

daripada pria (Meyer dan Allen, 1997)

b. Faktor yang Menyebabkan Komitmen Rasional

(Continuance Commitment)

Menurut Meyer dan Allen (1997), faktor yang

menyebabkan komitmen rasional adalah investasi yang

(16)

Komitmen rasional (continuance commitment) berkorelasi

negatif dengan jumlah alternatif pekerjaan lain serta

menariknya pekerjaan lain tersebut (Meyer dan Allen, 1997).

Investasi maupun alternatif pekerjaan ini tidak akan

berdampak apapun terhadap komitmen rasional apabila

karyawan tidak menyadari dan tidak mengetahui akibatnya.

c. Faktor yang Menyebabkan Komitmen Normatif

Menurut Meyer dan Allen (1997), faktor-faktor

menyebabkan komitmen normatif antara lain proses sosialisasi

dan investasi yang diberikan organisasi pada karyawannya.

Proses sosialisasi terjadi di lingkungan keluarga maupun

lingkungan kerja

E. Turnover intention (Intensi Keluar)

1. Definisi Turnover intention

Turnover intention dapat diartikan sebagai pergerakan tenaga kerja

keluar dari organisasi. Turnover menurut Robbins dan Judge (2009)

adalah tindakan pengunduran diri secara permanen yang dilakukan

oleh karyawan baik secara sukarela ataupun tidak secara sukarela.

Turnover dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit

organisasi, pemberhentian atau kematian anggota organisasi. Henry

Simamora (2006) menyebutkan Turnover Intentions merupakan

(17)

organisasi. perpindahan kerja dalam hal ini adalah perpindahan

secara sukarela yang dapat dihindarkan (avoidable voluntary

turnover) dan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan

(unvoidable voluntary turnover).

Keinginan berpindah kerja (turnover intention) pada karyawan

dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan kerja yang dirasakan di tempat

kerja (Abdillah, 2012). Satu aspek yang cukup menarik perhatian

adalah mendeteksi faktor-faktor motivational yang akan dapat

mengurangi niat karyawan untuk meningggalkan organisasi, karena

niat buntuk pindah sangat kuat pengaruhnya dalam menjelaskan

turnover yang sebenarnya.

Robbins dan Judge (2009) menjelaskan bahwa penarikan diri

seseorang keluar dari suatu organisasi (turnover) dapat diputuskan

secara sukarela (voluntary turnover) maupun secara tidak sukarela

(involuntary turnover). Voluntary turnover atau quit merupakan

keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara sukarela

yang disebabkan oleh faktor seberapa manarik pekerjaan yang ada

saat ini dan tersedianya alternative pekerjaan lain. Sebaliknya,

involuntary turnover atau pemecetan menggambarkan keputusan

pemberi kerja (employer) untuk menghentikan hubungan kerja dan

(18)

2. Faktor yang mempengaruhi Turnover intention

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya turnover cukup

kompleks dan saling berkaitan satu sama lain. Diantara faktor – faktor

tersebut yang akan dibahas antara lain sebagai berikut (Edison, 2016):

a. Faktor logis

Karyawan akan bertahan dalam organisasi karena melihat

adanya pertimbangan logis, misalnya memiliki jabatan

strategis dan berpenghasilan cukup atau karena faktor

kesulitan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik.

b. Faktor lingkungan

Karyawan memiliki komitmen terhadap organisasi karena

lingkungan yang menyenangkan, merasa dihargai, memiliki

peluang untuk berinovasi dan dilibatkan dalam pencapaian

tujuan organisasi.

c. Faktor harapan

Karyawan memiliki kesempatan yang luas untuk berkarier

dan kesempatan untuk meraih posisi yang lebih tinggi,

melalui sistem yang terbuka dan transparan.

d. Faktor ikatan emosional

Karyawan merasa ada ikatan emosional yang tinggi.

Misalnya, merasakan suasana kekeluargaan dalam

(19)

biasa atas kehidupannya, atau dapat juga karena memiliki

hubungan kerabat/keluarga.

Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui intensi turnover

dikembangkan dari hasil penelitian Chen & Francesco (2000) yang

meliputi:

a. Pikiran untuk keluar

b. Keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain

c. Adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam

beberapa bulan mendatang

2. Indikasi terjadinya Turnover intention

Menurut Harnoto (2002), Turnover intention ditandai oleh berbagai

hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: absensi yang

meningkat, mulai malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar

tata tertib kerja, keberanian untuk menentang atau protes kepada

atasan, maupun keseriusan untuk menyelesaikan semua tanggung

jawab karyawan yang sangat berbeda dari biasanya. Indikasi-indikasi

tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksikan

turnover intention karyawan dalam sebuah perusahaan.

a. Absensi yang meningkat

Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah

(20)

meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini

sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.

b. Mulai malas bekerja

Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah

kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini

adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu

memenuhi semua keinginan karyawan yang bersangkutan.

c. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja

Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan

pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan melakukan

turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja

ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk

pelanggaran lainnya

d. Peningkatan protes terhadap atasan

Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah

kerja, lebih sering melakukan protes terhadap

kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang

ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan

yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan.

e. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya

Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang memiliki

(21)

yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku

positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya

justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover.

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Pengarang& Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian Gabriela

Syahronica, Moechammad Soe’ed Hakan, Ika Ruhama (2015)

Pengaruh kepuasan kerja dan stres kerja terhadap turnover intention (Studi pada karyawan Departemen Dunia

Fantasi PT

Pembangunan Jaya Ancol, Tbk)

Kepuasan kerja dan

stres kerja

berpengaruh

terhadap turnover intention. Penelitian di Departemen Dunia Fantasi PT Pembangunan Jaya

Ancol, Tbk

menunjukan bahwa kepuasan kerja memiliki kontribusi besar terhadap

turnover intention. Hal ini berarti semakin baik kepuasa kerja di perusahaan maka akan menurunkan tingkat turnover intention, sebaliknya ketidakpuasan kerja

akan memicu

tingginya tingkat

turnover intention

karyawan. Sampel penelitian, jenis penelitian, kombinasi variabel bebas

Rindi Nurlaila Sari (2014)

Pengaruh kepasan kerja, stres kerja dan komitmen organisasi terhadap

turnover intention

(pada Hotel Ibis Yogyakarta)

Kepuasan Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention. Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan

Sampel penelitian, jenis penelitian, teknik

(22)

terhadap turnover intention. Komitmen organisasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention.

variabel bebas

Gusti Ngurah Berlin Bramantara, A.A. Sagung Kartika Dewi (2014)

Pengaruh Kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap

turnover intention

karyawan pada krisna oleh-oleh khas bali III

Secara simultan variabel kepuasan kerja dan komitmen organisais

mempengaruhi

turnover intention

karyawan. Secara parsial dapat diketahui bahwa variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention. Variabel komitmen organisasi merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap turnover intention. Sampel penelitian, kombinasi variabel bebas

Arin Dewi Putrianti, Djamhur Hamd, M. Djudi Mukzam (2014)

Pengaruh

kompensasi dan motivasi kerja terhadap turnover intention (Studi Pada Karyawan PT. TIKI Jalur Nugraha Ekakurir Pusat Malang)

Variabel bebas (kompensasi dan motivasi kerja) mempunyai

pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap

turnover intention.

Jenis penelitian, alat analisis data,

kombinasi variabel bebas

Rini Ratna Nafita Sari, Armanu, Eka Afnan (2016)

Pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasional terhadap intention

to leave pada

karyawan produksi mita produksi sigaret (mps)

ngoro-Varibel bebas (kepuasan

organisasi) mempunyai

pengaruh negative secara langsung terhadap intention to

leave namun

(23)

jombang pengaruh tersebut tidak signifikan. Variabel bebas (komitmen

organisasional) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap intention to quit. Siti Zulaiha Safi’i

(2015)

Pengaruh budaya organisasi dan komitmen

organisasi terhadap

turnover karyawan

pada PT.

Massiondo Sinar Pratama.Tbk

Manado

Budaya organsasi dan komitmen organisais secara simultan

berpengaruh secara signifikan terhadap

turnover karyawan. Budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap

turnover karyawan. Komitmen

organisasi

berpengaruh secara signifikan terhadap

turnover karyawan.

Sampel penelitian, kombinasi variabel bebas

G.Kerangka pemikiran

1. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Turnover Intentionu

Turnover Intention pada CV Surya Agung Motor

Banyumasmerupakan sinyal awal terjadinya turnover karyawan. Hal

tersebut perlu dijadikan perhatian bagi perusahaan karena tingginya

turnover di dalam suatu perusahaan dapat menganggu aktifitas dan

produktifitas dan dapat menciptakan ketidakstabilan dan

(24)

Pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention telah

dikemukakan dalam penelitian Syahronica (2015). Dalam

penelitiannya disebutkan bahwa semakin baik kepuasan kerja di

perusahaan maka akan menurunkan tingkat turnover intention,

sebaliknya ketidakpuasan kerja akan memicu tingginya tingkat

turnover intention karyawan. Selanjutnya dalam penelitian Putrianti

(2014), menyebutkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap turnover intention.

Penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Robbins dan Judge

(2009) yang menyebutkan bahwa kepuasan kerja juga berhubungan

secara negatif dengan perputaran karyawan, tetapi korelasi tersebut

lebih kuat daripada apa yang kita ketahui untuk ketidakhadiran.

Hal-hal tersebut membuktikan bahwa kepuasan kerja merupakan faktor

penting dalam menekan turnover intention karyawan. Secara realita

seseorang yang merasakan kepuasan kerja akan merasa nyaman

berada di lingkungannya sehingga merasa sulit untuk meninggalkan

organisasi.

2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Turnover Intention

Penelitian Putrianti (2014) menunjukkan bahwa motivasi kerja

yang baik, dapat menekan angka turnover intention. Karyawan yang

(25)

keluar. Pemberian motivasi yang tepat dapat menurunkan tingkat

turnover pada perusahaan.

3. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Turnover Intention

Penelitian Safi’i (2015) menunjukan bahwa komitmen organisasi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover karyawan

karena tingkat signifikansi yang di tunjukkan lebih kecil dari 0,05

yaitu 0,000. Hal ini berarti bahwa karyawan dengan komitmen

organisasi yang tinggi akan memiliki keinginan untuk berpindah kerja

yang lebih kecil.

Kemudian dalam penelitian Sari (2016), menyatakan bahwa

komitmen organisasi memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap turnover intention. Selanjutnya dalam penelitian Nurlaila

(2014) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap turnover intention.

Dengan adanya teori-teori yang telah dikemukakan di atas

menunjukkan adanya keterkaitan antara komitmen organisasi dengan

turnover intention. Komitmen organisasi cenderung akan memberikan

pengaruh positif terhadap karyawan dalam berpikir sehingga

komitmen organisasi akan dapat mencegah karyawan pergi

meninggalkan perusahaan untuk tetap berada dalam posisinya yang

(26)

4. Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja dan Komitmen

Organisasi Terhadap Turnover Intention

Turnover menurut Robbins dan Judge (2009) adalah tindakan

pengunduran diri secara permanen yang dilakukan oleh karyawan baik

secarasukarela ataupun tidak secara sukarela. Syahronica (2015)

berpendapat bahwa semakin baik kepuasan kerja di perusahaan maka

akan menurunkan tingkat turnover intention, sebaliknya

ketidakpuasan kerja akan memicu tingginya tingkat turnover intention

karyawan. Kemudian dari sisi Motivasi Kerja, Putrianti (2014)

menunjukkan bahwa motivasi kerja yang baik, dapat menekan angka

turnover intention.

Apabila karyawan merasakan kepuasan kerja yang rendah, motivasi

kerja yang rendah dan kurangnya komitmen organisasi maka

karyawan akan memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Karena

karyawan tidak mempunyai alasan untuk tetap berada dalam

perusahaan tersebut. Sehingga dengan adanya kepuasan kerja dan

komitmen kerja yang tinggi, serta motivasi kerja yang tinggi akan

mengurangi keinginan karyawan untuk keluar dari organisasi.

Dalam penelitian Bramantara (2015) menyatakan bahwa kepuasan

kerja dan komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan

secara bersama-sama (simultan) terhadap tunover intention. Saat

(27)

organisasinya maka diharapkan dapat menurunkan keinginan untuk

keluar karyawannya.

Hal ini mengindikasikan bahwa kepuasan kerja, motivasi kerja dan

komitmen organisasi, ketiga variabel tersebut dapat berdampak atau

menimbulkan pada peningkatan keinginan karyawan untuk

meninggalkan organisasi (turnover intention). Sehingga, dengan

adanya kesempatan promosi yang diberikan kepada karyawan,

terpenuhinya kebutuhan, serta kebanggaan terhadap organisasinya

diharapkan akan mengurani turnvoer intention karyawan CV Surya

Agung Motor Banyumas.

Berdasarkan pembahasan penelitian yang sudah dibahas diatas, maka

(28)

Gambar 2.5 Kerangka pemikiran

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk :

Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention pada

karyawan CV Surya Agung Motor Banyumas.

2. Untuk :

Motivasi kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention pada

karyawan CV Surya Agung Motor Banyumas. KEPUASAN KERJA

)

MOTIVASI KERJA

( ) TURNOVER INTENTION

KOMITMEN ORGANISASI

( )

(-)

(-)

(-)

(29)

3. Untuk :

Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap turnover intention

pada karyawan CV Surya Agung Motor Banyumas.

4. Untuk :

Kepuasan kerja, motivasi kerja dan komitmen organisasi mempunyai

pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap turnover intention pada

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.5 Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

"Pengaruh Penerapan Total Quality Management (TQM) dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Perusahaan dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Moderasi

Pada awalnya saya tidak berkomentar tentang undangan ini walaupun tidak membenarkan pendapat umat seperti yang tersirat dalam undangan diatas, misalnya saja, apa betul ada

Program ini merupakan peluang untuk dijadikan pendorong dalam mengembalikan Indonesia sebagai eksportir sapi seperti pada masa lalu, walaupun hal itu tidak mudah karena saat ini

dapat dilakukan dengan meng-update data informasi atau data produk pada website dan. memperbaiki tampilan website

(2) Tarif atas jasa layanan di bidang pendidikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kontrak kerjasama antara

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan mengenai promosi penjualan dagang kartuHalo Telkomsel dalam aktivitas event marketing dan sponsorship yang dilakukan divisi

Sehingga dapat disimpulkan bahwa stabilitas keuangan, target keuangan, tingkat kinerja, rasio perputaran aset, keahlian keuangan komite audit, dan profitabilitas