• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi Belajar a. Pengertian Partisipasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIBANTU DENGAN PERMAINAN “ULAR TANGGA BERBASIS SURAT R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi Belajar a. Pengertian Partisipasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIBANTU DENGAN PERMAINAN “ULAR TANGGA BERBASIS SURAT R"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1. Partisipasi Belajar

a. Pengertian Partisipasi Belajar

Proses pembelajaran dengan melibatkan siswa dapat berdampak baik bagi siswa itu sendiri. Keterlibatan siswa dapat menjadi lebih bermakna manakala guru sebagai fasilitator di kelas mampu mengemas pembelajaran menjadi lebih menarik. Rusman (2013: 323) menyatakan bahwa partisipasi belajar yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran (child, center/student, center) bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center). Pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

(2)

bahwa komunikasi yang berpangkal pada perkataan communicate berarti berpartisipasi, memberitahukan, dan menjadi milik bersama. Dengan demikian, secara konseptual arti komunikasi itu sendiri sudah mengandung pengertian-pengertian memberitahukan (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama. Jelaslah tujuan dari komunikasi dan interaksi, sebenarnya untuk mencapai persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun masalah yang merupakan kepentingan bersama.

Komunikasi dan interaksi yang diciptakan guru untuk melibatkan siswa saat aktivitas pembelajaran sangat penting. Hal itu penting, karena hubungan antara guru dan siswa merupakan salah satu upaya menciptakan suasana belajar yang aktif. Suryosubroto (2009: 147) menyatakan bahwa interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru (pendidik) dan peserta didik (murid), dalam suatu sistem pengajaran. Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya situasi belajar dan mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran sehingga tujuan proses mengajar dan belajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru (pendidik) yang mengajar dan peserta didik (murid) yang belajar.

(3)

belajar yang mengandung pengertian-pengertian, memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai untuk menggugah partisipasi belajar siswa. Dalam pembelajaran yang menuntut partisipasi siswa, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator agar dalam proses pembelajaran siswa mampu berperan seutuhnya dalam mengembangkan kemampuan yang ia miliki. Pembelajaran yang melibatkan siswa merupakan faktor penting demi terwujudnya situasi dan kondisi belajar yang baik, sehingga tujuan akhir dalam pembelajaran akan berhasil. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik pula antara guru dengan siswa untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung dalam proses pembelajaran di kelas.

b. Indikator Partisipasi Belajar

Partisipasi belajar sangat penting yaitu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sudjana (Taniredja, 2010: 97) mengemukakan bahwa partisipasi yang perlu diamati dalam membuat pedoman aktivitas siswa yaitu:

1) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah. 2) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang 1ain. 3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

4) Motivasi dalam mengerjakan tugas.

5) Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain 6) Mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok

(4)

dominan dari guru. Di samping itu, peran guru hanya sebagai fasilitator dan membantu siswa agar tujuan dari pembelajaran tercapai.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang siswa harus berani mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain, serta bersedia menerima pendapat dari orang lain. Partisipasi yang ditunjukkan siswa melalui indikator tersebut mendorong siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam tugas yang diberikan guru serta sebagai anggota kelompok.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

(5)

Belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sudjana dalam Ruhimat (2013:127) menyatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi untuk mewujudkan suatu usaha mengubah tingkah laku individu dalam belajar. Belajar juga berdampak pada perubahan individu yang belajar melalui berbagai macam pengalaman di sekitarnya dengan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Dalam hal ini, belajar tidak hanya mentransfer pengetahuan saja, akan tetapi belajar juga merambah dalam berbagai bentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Belajar menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang dan belajar sangatlah penting bagi siapapun yang ingin belajar, karena dengan belajar tidak hanya menambah pengetahuan saja, akan tetapi dengan belajar juga akan mengasah kemampuan kita yang lain.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

(6)

didalamnya terdapat berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar. Slameto (2010: 54) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu.

(7)

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar. Jika faktor tersebut timbul pada siswa, maka faktor tersebut dapat mengganggu siswa dalam belajar dan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan siswa peroleh. Untuk menghindarkan faktor-faktor tersebut pada siswa maka diperlukan perhatian khusus baik dari orang tua, guru, maupun lingkungan masyarakat agar belajar siswa menjadi lebih maksimal

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi belajar yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa selama ia mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, angka atau kalimat.

Prestasi belajar yang diperoleh siswa didapatkan saat ia mengikuti proses kegiatan mengajar selama satu semester dan hasil yang di peroleh menunjukkan perubahan hasil belajar siswa, tingkah laku serta pengetahuannya. Hamdani (2010: 138) mengemukakan makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya hasil yang diperoleh dari

(8)

berupa kesan-kesan yang rnengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dan belajar. Mulyasa (2013:189) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar sedangkan belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar berupa perubahan-perubahan perilaku yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik.

(9)

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cronbach (Zainal Arifin, 2013:13) bahwa:

"Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum dan untuk menentukan kebijakan sekolah".

Kegunaan prestasi belajar juga mempermudah guru dalam melihat hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh nantinya akan di evaluasi oleh guru untuk dikaji dan dianalisis lebih dalam lagi. Disamping itu prestasi belajar juga dapat mengukur tingkat keberhasilan belajar yang dicapai. Prestasi belajar yang diraih siswa juga sebagai tolak ukur untuk melihat tingkat perkembangan siswa dalam belajar. Guru juga menganalisis prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu prestasi belajar menjadi bagian yang paling penting dalam melihat keberhasilan siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Hal ini yang dapat dilakukan guru adalah

(10)

yang berdimensi karsa. Muhibbin (2014: 148) mengemukakan untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Berikut adalah indikator prestasi belajar menurut Taksonomi Bloom akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.1

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

1 Tes Lisan 2.Tes tertulis 3. Observasi 2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan

1. Tes Lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1.Dapat menjelaskan

2.Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 2 Sambutan 1. Kesediaan

berpartisipasi/terlibat

(11)

Ranah/Jenis

Prestasi Indikator

Cara Evaluasi 2. Kesediaan memanfaatkan tugas

3. Observasi C. Ranah Karsa (Psikomotor)

1. Keterampilan 3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

(12)

atau paling tidak menerjemahkannya berlandaskan persepsi tentang pengalamannya sehingga pengetahuan individu adalah sebuah fungsi dari pengalaman sebelumnya juga struktur mentalnya yang kemudian digunakannya untuk menerjemahkan objek-objek serta kejadian-kejadian baru. Teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa akan tetapi siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.

Perspektif kognitif-konstruktivis yang menjadi landasan PBL banyak meminjam pendapat Piaget. Arends (2008: 47) mengemukakan bahwa pelajar dengan umur berapa pun terlihat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.

Arends (2008: 47) menyatakan pedagogi yang baik itu:

(13)

merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi dan mempresentasikan penemuan. Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.

Model Problem Based Learning membantu dalam memecahkan suatu permasalahan dan seluruh proses tersebut juga membantu siswa untuk lebih mandiri dan percaya pada kemampuan kognitif mereka sendiri. Dalam hal ini pembelajaran menggunakan model PBL mengintegrasikan antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan pemahaman siswa dalam memecahkan masalah di lingkungannya. Selain itu terdapat faktor yang mendukung dalam model ini yaitu faktor lingkungan belajar. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru. Untuk itu pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning merupakan suatu model dengan menekankan

proses pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam belajar (Student Centred Learning) yang diharapkan dapat memberikan kesempatan

(14)

mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning merupakan salah satu model yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memunculkan masalah-masalah dan setiap siswa dengan umur berapa pun terlibat secara aktif dan diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan solusi yang ia miliki. Pembelajaran PBL juga menekankan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator serta membimbing siswa dalam kegiatan investigasi siswa ketika mereka memecahkan masalah tersebut. Pemecahan masalah yang harus dipecahkan berdasarkan dengan pengetahuan yang mereka miliki dan harus pembelajar harus mengkonstruksi sendiri realitasnya atau paling tidak menerjemahkan sesuai dengan kemampuan yang ia miliki

b. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa akan tetapi pembelajaran berbasis masalah ini membantu siswa untuk berpikir secara kritis berdasarkan masalah tertentu. Menurut Arends (2008: 43) pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan sebagai berikut:

(15)

Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau judgement yang baik. Keterampilan berpikit tingkat tinggi tidak dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide-ide dan keterampilan konkrit

2) Meniru peran orang dewasa

PBL juga bermaksud membantu siswa untuk perform di berbagai situasi kehidupan nyata dan mempelajari peran-peran orang dewasa yang penting.

3) Membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan self-regulated

Dibimbing oleh guru-guru yang senantiasa memberi semangat dan reward ketika mereka mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak siswa belajar untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri. Berdasarkan tujuan pengajaran berbasis masalah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga tujuan yaitu keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, meniru peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pembelajar yang independen dan self regulated.

c. Langkah-langkah dalam Model Problem Based Learning (PBL) Langkah dalam model PBL ini harus dilakukan oleh guru dan siswa untuk mempermudah suatu proses pembelajaran di kelas. Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama. Arends (2008: 57) kelima langkah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

(16)

2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasikan masalah secara bersama-sama. PBL juga mengaruskan guru membantu siswa untuk merencanakan tugas investigatifnya dan pelaporannya.

3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Investigasi yang dilakukan secara mandiri, berpasangan atau dalam tim-tim kecil merupakan inti PBL. Meskipun setiap masalah membutuhkan teknik investigatif yang berbeda. Kebanyakan proses pengumpulan data dan eksperimentasi, membuat hipotesis dan membuat solusi.

4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit

Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis. Artefak termasuk seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah serta solusinya. Sedangkan exhibit merupakan pekan ilmu pengetahuan dimana masing-masing siswa memamerkan hasil karyanya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Fase yang terakhir guru melibatkan kegiatan yang dimaksukan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevalusi proses berpikirnya maupun keterampilan investigatif dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Guru juga meminta siswa untuk mengkontruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai fase pelajaran.

(17)

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Dalam model pembelajaran berbasis masalah terdapat keunggulan dan kelemahan yang terdapat di dalamnya. Hamruni (2012: 114) mengatakan bahwa:

Keunggulan pembelajaran berbasis masalah yaitu:

1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran

2) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

4) Membantu siswa mentransfer pergaulan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata

5) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan

6) Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya

7) Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja

8) Menyenangkan dan disukai siswa

9) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

10) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

(18)

samping itu, model PBL ini juga membuat siswa senang dan sangat disukai oleh siswa. Untuk itu keunggulan dalam model pembelajaran berbasis masalah ini merupakan model yang tepat digunakan guru untuk membantu dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran berbasis masalah yaitu :

1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan merasa enggan untuk mencoba

2) Keberhasilan pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Permasalahan tersebut dapat diatasi oleh guru dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk ikut terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa sebaiknya masalah yang membuat siswa ingin mempelajari dan mudah untuk dipecahkan. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan waktu yang cukup sehingga diperlukan adanya persiapan yang matang baik dari guru maupun dari siswa sehingga penggunaan model ini membutuhkan pemahaman yang baik agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

(19)

Penguasaan kelas oleh guru pada saat membimbing diskusi kelas akan sangat diperlukan untuk memotivasi kemampuan komunikasi antarsiswa sehingga pertanyaan dan jawaban siswa akan lebih berkembang. Pemerataan pertanyaan sebagai upaya menghidupkan suasana juga diperlukan untuk mengaktifkan siswa dalam menjawab pertanyaan maupun berpendapat.

4. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan ini merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Soehendro (2006: 108) mengatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(20)

baik dari guru maupun dari orang tua. Bimbingan akan menjadi lebih maksimal manakala guru dan orang tua dapat bekerjasama dengan baik demi terwujudnya nilai dan karakter.

b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pembelajaran Pkn yang diajarkan di sekolah dasar merupakan salah satu upaya untuk membentuk karakteristik warga negara yang baik. Soehendro (2006: 108) mengemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

“Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi”

(21)

karena penanaman pendidikan karakter saat ini sangat kurang pada siswa disebabkan oleh minimnya guru memberikan penanamann pendidikan karakter tersebut pada siswa. Penanaman pendidikan karakter melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan wajib diajarkan sejak dini oleh guru karena karakter yang baik membuat siswa menjadi pribadi unggul yang diharapkan dapat membentuk manusia Indonesia yang berdasarkan pada pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(22)

c. Materi Pendidikan Kewarganegaraan Pengaruh Globalisasi

Dalam penelitian ini materi yang diambil berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berikut ini:

Tabel 2.2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 4.Menunjukkan jenis budaya Indonesia

yang pernah

ditampilkan dalam misi kebudayaan daerah yang ditampilkan ke luar negeri

4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya

1.Mengidentifikasi sikap dan perilaku masyarakat Indonesia

(Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 4) 5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

(23)

cukup luas meliputi lingkungan yang didesain sedemikian rupa untuk kebutuhan proses pembelajaran seperti labotarium, perpustakaan, atau mungkin apotek hidup dan lingkungan yang tidak didesain untuk kebutuhan pembelajaran akan tetapi dapat dimanfatkan untuk pembelajaran siswa seperti kantin sekolah, taman dan halaman sekolah, kamar mandi dan lain sebagainya.

Pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa akan bersemangat dalam belajar karena ada sesuatu hal yang berbeda dari biasanya. Siswa mempunyai rasa keingintahuan yang lebih jika dalam proses pembelajaran terdapat media yang menarik minat belajar siswa misalnya permainan ular tangga berbasis surat rahasia. Hamdani (2011: 260) mengemukakan bahwa media pendidikan adalah alat atau perantara yang dikemukakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar mudah dipahami dan ditangkap maknanya sehingga dapat meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar siswa pada khususnya.

(24)

materi tersebut dan mampu menangkap makna dalam pelajaransehingga diharapkan penggunaan media mampu untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dikemudian hari.

b. Permainan Ular Tangga berbasis Surat Rahasia

Proses pembelajaran di kelas akan tampak lebih menarik jika guru mampu membuat rencana pembelajaran yang dikemas dengan baik menggunakan dengan permainan. Permainan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu permainan ular tangga berbasis surat rahasia. Permainan ini melibatkan seluruh siswa yang ada di kelas dimana permainan ini digunakan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 kelompok dalam satu kelas. Dalam penelitian ini akan dipadukan dengan surat rahasia. Surat rahasia yaitu salah satu tambahan dalam permainan ular tangga dimana di dalam kotak ular tangga terdapat amplop dan terdapat beberapa pertanyaan yang beragam untuk menjawab oleh siswa dan masing-masing mempunyai skor.

Said & Budimanjaya (2015: 240) mengemukakan bahwa ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Strategi ular tangga rnerupakan jenis pemainan atraktif yang melibatkan anak berperan aktif dalam permainan ini. Permainan ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran.

(25)

media visual yang membantu siswa belajar dalam menyerap informasi dengan bantuan gambar dan menjawab pertanyaan di setiap kotak permainan tersebut. Yudha dalam (Puspita & Surya, 2017: 293) mengemukakan:

"The game of snake-ladder is a type of competition game that is directed at the ability of cooperation and sportsmanship so as to engineer the social and moral experience of children".

Pendapat ini menjelaskan bahwa ular tangga merupakan salah satu jenis permainan kompetisi yang diarahkan pada kemampuan kerjasama dan sportivitas untuk merekayasa pengalaman sosial dan moral anak-anak. Pada permainan ini dibuat semenarik mungkin agar siswa tertarik dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Berikut adalah penjelasan dari permainan ular tangga berbasis surat rahasia:

1) Alat dan Bahan:

a) Ular tangga yang terbuat dari Banner

b) Pion dari kayu dan setiap pion memiliki warna yang berbeda c) Dadu dari kayu sejumlah 5

d) Amplop

e) Kertas untuk menjawab 2) Aturan Permainan

(26)

b) Memilih satu ketua kelompok dan satu pencatat skor dan jawaban c) Semua pemain bergiliran bermain

d) Jika menjumpai gambar tangga harus naik dan mempunyai skor 1 jika bisa menjawab pertanyaan dan 0 jika tidak bisa menjawab pertanyaan dan jika menjumpai gambar ular harus turun dan mempunyai skor 1 jika bisa menjawab pertanyaan dan 0 jika tidak bisa menjawab pertanyaan

e) Satu siswa sebagai pencatat skor juga memegang kertas jawaban f) Jika siswa mendapatkan mata dadu 6 maka ia harus mengocok

kembali serta menjawab dua kali pertanyaan 3) Cara bermain

a) Langkah pertama tentukan ketua kelompok dan satu siswa sebagai pencatat skor dan pemegang kertas jawaban

b) Kemudian siswa pengocok dadu meletakkan semua pion di kotak start

c) Lalu ketua kelompok memainkan terlebih dahulu, jika ia mendapatkan mata dadu 2 maka harus melangkah 2 kotak dan ia menemukan gambar tangga berarti ia harus menjawab pertanyaan dalam amplop kemudian pencatat skor mengoreksi apakah jawaban dari ketua kelompok benar atau tidak.

(27)

d) Lalu anggota kedua memainkan. Jika ia menjumpai gambar ular ia harus turun, kemudian pencatat skor mengoreksi apakah jawaban dari anggota kedua benar atau tidak.

skor 1 : bisa menjawab pertanyaan skor 0 : tidak bisa menjawab pertanyaan

e) Begitu juga dengan anggota lain sampai mencapai garis finish f) Langkah yang terakhir yaitu mengoreksi jumlah skor yang

didapat dan menentukan salah satu siswa yang paling sering menjawab dan mendapatkan skor paling banyak

g) Kemudian menggabungkan siswa yang memiliki skor paling banyak untuk dijadikan satu kelompok untuk memainkan kembali h) Hasil akhir dari permainan ini ialah yang rnenjadi pemenang

(28)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Imanuel Lamalelang (2017 : 311) yang berjudul “Penerapan Strategi Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa dalam Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Sawit”. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa partisipasi

aktif siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan strategi pembelajaran PBL mengalami peningkatan. Dilihat dari lembar observasi partisipasi aktif siswa pada siklus 1 pertemuan 1 menunjukan bahwa partisipasi aktif siswa yang sudah mencapai ≥ 80 adalah 67% sedangkan yang belum adalah 33% sedangkan hasil observasi pada siklus II menunjukan bahwa telah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat dari hasil observasi partisipasi aktif siswa dengan presentase siswa pada pertemuan siklus I siklus II yang memperoleh nilai partisipasi aktif ≥80% adalah 76% dan pada pertemuan 2 siklus II adalah 85%.

(29)

terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 75% dari 20 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari sebelumnya adanya penerapan model pembelajaran. Model Problem Based Learning yaitu sebesar 35%. Ini menunjukan bahwa siswa lebih memahami materi pelajaran saat guru menggunakan model pembelajaran Model Problem Based Learning sedangkan siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM sebanyak 85% dari 20 siswa. Dalam siklus II siswa mulai terbiasa, paham dan mengerti dengan model pembelajaran Model Problem Based Learning yang diterapkan oleh guru sehingga jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam siklus II lebih banyak dari pada siklus I.

Penelitian yang dilakukan oleh Mustaffa, N. dkk (2016: 490) yang berjudul “The Impact of Implamenting Problem Based Learning (PBL) In

Matematic: A Review Of LiteraturerKementrian Pendidikan Malaysia,

(30)

ketahui belajar matematika melalui PBL memungkinkan untuk bekerja dalam kelompok. Dari hasil kajian menunjukan bahwa siswa memiliki dampak positif pada nilai prestasi belajar matematika kemampuan berfikir mereka melalui PBL, mampu memfasilitasi kemampuan berfikir tinggat tinggi di kalangan siswa dengan kemampuan menengah atau tinggi.

Penelitian yang di lakukan oleh Akinoglu, O, dan Ozkardes Tandongan (2007: 71) yang berjudul “The Effect of Problem Based Active Learning in

Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept

(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Widya Yanti (2013: 5) dengan judul “Penerapan Model PBL berbantuan Power Point untuk

Meningkatkan Hasil Belajar PKn”. Penelitian dilakukan dengan subyek siswa

kelas IX IPS SMA Bhaktiyasa Singaraja yang berjumlah 22 orang. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu rata-rata belajar siswa 75,90 sedangkan siklus II rata-rata sebesar 81,13. Keberhasilan dilaksanakannya model PBL ini berbantuan power point didukung dengan dilakukannya beberapa perbaikan di dalam proses pembelajaran dengan guru kembali menekankan langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran yang diterapkan kepada siswa sehingga siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang baik pula.

Tabel 2.3

Persamaan dan Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti

(32)

Peningkatan kualitatif, salah satu instrumen yang beda yaitu dengan pertanyaan terbuka

dan subyek

(33)

C. Kerangka Pikir

Prosedur dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart. Pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang satu siklus.

Berdasarkan dari uraian permasalahan latar belakang tersebut bahwa partisipasi belajar siswa masih kurang dalam pembelajaran PKn. Untuk itu dalam penelitian ini membutuhkan proses pembelajaran yang berbeda dari yang sebelumnya agar siswa tidak merasa bosan dan ikut berpartisipasi dalam pembelajaran maka penelitian ini diharapkan dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Kondisi awal sebelum melakukan penelitian yaitu partisipasi dan prestasi belajar kelas IV masih rendah. Penelitian ini dikolaborasikan antara model Problem Based Learning dengan permainan ular tangga berbasis surat rahasia. Kondisi akhir yaitu dengan diterapkannya model Problem Based Learning dibantu dengan permainan ular tangga berbasis surat rahasia dapat

meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar.

(34)

tersebut dan guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan permasalahan agar bisa memecahkan masalah.

Pembelajaran PKn dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) mengoptimalkan siswa untuk berpikir dalam sebuah fenomena yang siswa temui. Fenomena tersebut membuat siswa lebih memaksimalkan kemampuan yang mereka miliki dalam pemecahan masalah. Pembelajaran PKn menggunakan model PBL guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator saja dalam proses pembelajaran karena menuntut siswa untuk menginvestigasikan fenomena dalam pemecahan masalah.

(35)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka didapati kerangka pikir yang menjadi sebuah gambaran pada penelitian ini. Berikut ini adalah kerangka pikir penelitian.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian D. Hipotesis Tindakan

1. Penggunaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dibantu dengan permainan “ular tangga berbasis surat rahasia”

dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi Globalisasi kelas IV di SD Negeri 1 Sokaraja Tengah.

(36)

Gambar

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.3 Persamaan dan Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan hasil model kinesis dengan data hasil lapangan yang cenderung memiliki kesamaan, yaitu ikan kembung lelaki terkonsentrasi pada SPL yang sama, maka

Demikian Pengumuman ini dibuat dengan sebenarnya bagi peserta yang merasa keberatan dapat mengajukan sanggahan melalui LPSE Kabupaten Tapanuli Tengah yang ditujukan

apabila anak perempuan tidak tumbuh gemuk (langing), maka akan dianggap jelek dan miskin, sehingga orang tua terus memaksakan anaknya untuk terus makan Pemaksaan pemberian

Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang telah melaksanakan pelayanan berbasis IT, penyediaan informasi perpustakaan melalui website dengan alamat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantang larang pada masyarakat Melayu Kampar dapat dikategorikan berkaitan : (1) waktu, yaitu: waktu malam, sore menjelang

[r]

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pegawai di Lingkungan Kementerian Luar Negeri yang tidak diberikan Tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Pada hari ini Selasa tanggal Sepuluh bulan Mei tahun Dua Ribu Enam Belas selaku Panitia Pengadaan Pokja I Jasa Konsultansi Tahun 2016 berdasarkan SK Nomor :