• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asuransi 1. Pengertian Asuransi - Condro Pamungkasing Putri BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asuransi 1. Pengertian Asuransi - Condro Pamungkasing Putri BAB II"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Asuransi

1. Pengertian Asuransi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian Antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang yang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

Asuransi adalah suatu lembaga yang sengaja dirancang dan dibentuk sebagai lembaga pengambil alih dan penerima risiko. Dengan demikian perusahaan asuransi pada dasarnya menawarkan jasa proteksi sebagai produknya kepada masyarakat yang membutuhkan, yang selanjutnya diharapkan akan menjadi pelanggannya (Sri Redjeki Hartono, 2001: 194).

Kata “asuransi“ berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie, yang

(2)

2. Pengaturan Hukum Asuransi

KUH Dagang mengatur hukum asuransi dalam dua kelompok, yaitu bersifat umum dan khusus. Hukum asuransi yang bersifat umum terdapat dalam buku I bab X, buku II bab XI dan X. Buku I mengatur pada: Bab IX tentang pertanggungan pada umumnya, Bab X tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen dan tentang pertanggungan jiwa.

Buku II mengatur pada Buku IX tentang pertanggungan terhadap segala bahaya dalam pengangkutan di daratan, di sungai dan perairan darat.

Di luar KUH Dagang terdapat berbagai peraturan dan Undang-undang yang khusus mengatur tentang berbagai jenis asuransi dan berbagai aspek dari industri asuransi, antara lain:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkannya dan mempunyai daya surut sampai dengan tanggal 1 Juli 1961

b. Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

(3)

diderita karena resiko-resiko demikian. Ini merupakan suatu pemikiran sosial, Oleh karena keadaan ekonomi dan keuangan dewasa ini belum mengizinkan, bahwa segala akibat mengadakan jaminan sosial tersebut ditampung oleh Pemerintah, maka perlu usaha ini dilakukan secara gotong royong. Manifestasi dari kegotongroyongan ini adalah dengan pembentukan dana-dana yang cara pemupukannya dilakukan dengan mengadakan iuran-iuran wajib, dimana akan dianut principe bahwa yang dikenakan iuran wajib tersebut adalah hanya golongan atau mereka yang berada atau mampu saja, sedang sedang hasil pemupukannya akan dilimpahkan juga kepada perlindungan jaminan rakyat banyak.

Oleh karena itu jaminan sosial rakyatlah yang dalam pada itu menjadi pokok tujuan. Kita lebih melihat kepada rakyat banyak yang mungkin menjadi korban resiko-resiko teknik modern, dari dari pada kepada para pemilik/pengusaha alat-alat modern yang bersangkutan dan jika jaminan itu dirasakan oleh rakyat, maka akan timbullah pula kegiatan social-control.

c. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

(4)

Kepolisian, dalam tahun 1955 sampai dengan 1963 di Indonesia telah terjadi 136.490 kecelakaan lalu lintas, yang memakan korban 13.135 orang mati, 87,675 orang menderita luka-luka dan ratusan juta rupiah kerugian materiil.

Pada dasarnya,setiap warga negara harus mendapat perlindungan terhadap kerugian yang diderita karena risiko-risiko demikian. Ini merupakan suatu pemikiran sosial. Oleh karena keadaan ekonomi dan keuangan dewasa ini belum mengizinkan, bahwa segala akibat mengadakan jaminan sosial tersebut ditampung oleh Pemerintah, maka perlu usaha ini dilakukan secara gotong-royong.

Manifestasi dari kegotong-royongan ini adalah dengan pembentukan dana-dana yang cara pemupukannya dilakukan dengan mengadakan iuran-iuran wajib, di sana akan dianut principe bahwa yang dikenakan iuran wajib tersebut adalah hanya golongan atau mereka yang berada atau mampu saja, sedang hasil pemupukannya akan dilimpahkan juga kepada perlindungan jaminan rakyat banyak, yaitu para korban kecelakaan lalu lintas jalan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan kereta api. Oleh karena itu jaminan sosial rakyatnya yang dalam pada itu menjalani pokok tujuan.

(5)

Dan jika jaminan itu dirasakan oleh rakyat, maka akan timbullah pula kegairahan social kontrol.

2) Sebagai langkah pertama menuju ke suatu sistim jaminan sosial (social security) yang mengandung perlindungan yang dimaksud dapatlah diadakan iuran-iuran wajib bagi para pemilik/pengusaha kendaraan bermotor dengan menganut principe tersebut di dalam ad 1 di atas.

3) Pembentukan dana-dana tersebut akan dipakai guna perlindungan publik bukan penumpang terhadap kecelakaan yang terjadi dengan alat-alat angkutan termaksud di atas. Bagi penumpang, perlindungan demikian ditampung oleh dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang menurut Undang-undang No. 33 tahun 1964.

4) Sejalan dengan segi-segi sosial yang telah diuraikan di atas, dari iuran-iuran wajib tersebutpun dapat diharapkan terhimpunnya dana-dana yang dapat digunakan untuk tujuan pembangunan. 5) Tentu saja, dana yang akan terkumpul nanti harus diatur

(6)

tersedia bagi investasi itu, harus diatur oleh Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan. Untuk dapat mengatur penggunaan tersebut di atas secara effektif dan effisien, perlulah dana-dana yang dapat di investasikah itu, dipusatkan dalam suatu badan Pemerintah c.q. suatu Perusahaan Negara, yang harus mengadministrir dana-dana tersebut secara baik, sehingga terjaminlah kedua tujuan dari pemupukan dana-dana tersebut, yaitu:

1. untuk sewaktu

- waktu dapat menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan lalu lintas jalan;

2. tetap tersedianya "investable-funds" yang dapat dipergunakan oleh Pemerintah untuk tujuan produktif yang non

- inflatoir.

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2

Sepeda motor dan sepeda kumbang dengan isi silinder 50 cc atau kurang, dibebaskan dari

sumbangan wajib. Pasal 3

Pelaksanaan pembayaran sumbangan wajib akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan beban ekstra pada pe milik/pengusaha yang bersangkutan.

Pasal 4

(7)

demikian, bila si korban ini telah dapat jaminan berdasarkan Undang-undang tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang No. 33 tahun 1964, maka jaminan hanya diberikan satu kali, yaitu oleh dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut.

(2) Pelaksanaan pembayaran ganti rugi kepada korban/ahli waris, akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan biaya pada si berhak.

Pasal 5

Lihat penjelasan umum. Pasal 6

Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas

Pasal 8 Cukup jelas

Pasal 9 Cukup jelas

d. Keputusan Presiden RI Nomor 65 Tahun 1969 tentang Usaha Perasuransian atas Obyek-obyek Asuransi.

1) Bahwa dalam rangka meningkatkan peranan usaha asuransi kerugian perlu diberikan kesempatan lebih luas bagi para pihak yang ingin berusaha dalam bidang asuransi kerugian, dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip usaha yang sehat dan bertanggung jawab.

(8)

Tahun 1969 tentang Perasuransian atas Obyek-obyek Asuransi dan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1971 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1983.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 Tentang Ketentuan-ketentuan Dana Kecelakaan Lalu Lintas.

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan 1) “Menteri" ialah Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan

Pengawasan;

2) “Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan" ialah Dana termaksud dalam pasal 1 jo. pasal-pasal 2 ayat (1), 4 ayat (1), 5 ayat-ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan;

3) “Alat angkutan lalu-lintas jalan" ialah kendaraan bermotor dan kereta api seperti dimaksudkan dalam pasal 1 Undang-undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan;

4) “Sumbangan wajib" ialah sumbangan tahunan yang wajib dibayar oleh pengusaha/pemilik alat angkutan lalu-lintas jalan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1 jo. pasal 2 ayat-ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan;

5) “Pembayaran dana" ialah sejumlah uang yang akan dibayarkan dari Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan menurut ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini;

6) “Perusahaan" ialah Perusahaan Negara yang dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan Pemerintah ini;

7) “Ahli-waris' ialah hanya anak-anak, janda/duda, dan/atau orang-tua dari korban mati kecelakaan lalu-lintas jalan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 2

1) Tiap pengusaha/pemilik alat angkutan lalu-lintas jalan diwajibkan memberi sumbangan setiap tahunnya untuk Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan. Jumlah sumbangan wajib tersebut ditentukan oleh Menteri menurut suatu tarip yang bersifat progresif.

(9)

2) Pengusaha/pemilik sepeda motor/kumbang dengan isi silinder 50 cc atau kurang, kendaraan ambulance, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan jenazah dan kereta api dibebaskan dari sumbangan wajib.

Pasal 3

1) Sumbangan wajib untuk sesuatu tahun takwim harus sudah dibayar lunas selambat-lambatnya pada akhir bulan Juni tahun yang bersangkutan.

2) Waktu dan cara pembayaran sumbangan wajib diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 4

Sumbangan wajib dibuktikan semata-mata dengan suatu bukti yang bentuk dan hal-hal lain mengenainya ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 5

Tiada Surat nomor kendaraan bermotor, Surat-coba kendaraan bermotor dan/atau tanda nomor kendaraan bermotor boleh diberikan atau dikembalikan kepada pemegangnya, diperpanjang masa lakunya, diperbaharui atau dibalik nama oleh pejabat instansi yang berwenang, sebelum kepadanya dibuktikan tentang pembayaran sumbangan wajib untuk tahun yang berjalan menurut pasal 4 tersebut di atas.

Pasal 6

Pengemudi kendaraan bermotor wajib memperlihatkan bukti sumbangan wajib setiap kali diminta oleh pejabat polisi lalu-lintas atau pejabat lain yang berwenang, pejabat Direktorat Lalu-lintas Jalan, Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata yang bertugas, dan/atau petugas lain yang dapat ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 7

Sumbangan-sumbangan wajib yang terhimpun merupakan dana yang disediakan untuk menutup akibat keuangan korban/ahli-waris yang bersangkutan karena kecelakaan lalu-lintas jalan menurut ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 8

Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan diurus dan dikuasai oleh suatu Perusahaan Negara menurut Undang-undang No. 19 Prp tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, yang khusus ditunjuk oleh Menteri untuk itu.

Pasal 9

(10)

Pemerintah mempunyai penyertaan modal sepenuhnya atau sebagian terbesar secara langsung atau tidak langsung.

2) Pelaksanaan investasi menurut ayat (1) pasal ini diselenggarakan oleh Direksi Perusahaan menurut prinsip-prinsip lebih lanjut yang ditetapkan oleh/dengan persetujuan Menteri.

e. Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1971, tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia yang telah diubah dan ditambah dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1974.

Pasal 1

Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan : 1) Menteri adalah Menteri Keuangan.

2) Perusahaan Nasional adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan di dalam pemilikan sahamnya tidak ada unsur asing.

3) Perusahaan Patungan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Pihak Asing.

4) Obyek Asuransi adalah semua kepentingan yang menurut sifat dan macamnya dapat terancam bahaya oleh suatu peristiwa yang tidak pasti dan dapat menimbulkan kerugian yang dapat dinilai dengan uang.

Pasal 2

1) Usaha di bidang Asuransi Kerugian meliputi : a) usaha asuransi kerugian;

b) usaha reasuransi; c) usaha broker asuransi; d) usaha adjuster asuransi.

2) Usaha di bidang Asuransi Kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Broker Asuransi, dan Adjuster Asuransi dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat melakukan usaha asuransi kerugian dan/atau reasuransi kerugian;

b) Perusahaan Reasuransi hanya dapat melakukan usaha reasuransi kerugian dan/atau reasuransi jiwa.

c) Perusahaan Broker Asuransi hanya dapat melakukan usaha sebagai perantara asuransi dan/atau perantara reasuransi, bertindak untuk kepentingan tertanggung;

(11)

Pasal 3

1) Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Reasuransi atau Perusahaan Broker Asuransi atau Adjuster Asuransi dapat didirikan dalam bentuk :

a) Perseroan Terbatas yang sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang di dalamnya tidak ada unsur asing; atau

b) Koperasi, atau

c) Perusahaan patungan.

2) Khusus Adjuster asuransi dapat pula didirikan dalam bentuk usaha perorangan.

Pasal 4

Persyaratan, tatacara pendirian perusahaan dan lingkup kegiatan bidang-bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 5

Penutupan obyek asuransi kerugian meliputi :

1) Penduduk Indonesia, badan usaha Indonesia dan/ atau barang dan jasa yang ada di Indonesia;

2) Bukan Penduduk Indonesia dan/atau barang dan jasa yang dimilikinya.

Pasal 6

1) Setiap obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a yang diasuransikan, penutupannya wajib dilakukan pada perusahaan asuransi kerugian Indonesia.

2) Penutupan obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan atas dasar kebebasan memilih penanggung.

3) Dalam hal Perusahaan asuransi kerugian Indonesia tidak dapat melakukan penutupan Obyek Asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena pertimbangan teknis asuransi, penutupan asuransinya dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama reasuransi antara perusahaan asuransi kerugian Indonesia dengan perusahaan asuransi asing.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1977, tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja.

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

(12)

pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

3) Pengusaha adalah:

a) orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b) orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c) orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

4) Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara.

5) Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya.

6) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

7) Cacat adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

8) Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan.

9) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

10) Pegawai pengawas ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri.

(13)

Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2

Usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak berbentuk perusahaan diperlakukan sama dengan perusahaan, apabila mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain sebagaimana layaknya perusahaan mempekerjakan tenaga kerja.

Pasal 3

1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. 2) Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.

Pasal 4

1) Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.

2) Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3) Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 5

Kebijaksanaan dan pengawasan umum program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 6

1) Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini meliputi:

a) Jaminan Kecelakaan Kerja; b) Jaminan Kematian;

c) Jaminan Hari Tua;

d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

(2) Pengembangan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7

1) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diperuntukkan bagi tenaga kerja.

(14)

g. Beberapa keputusan dari Menteri Keuangan tentang berbagai peraturan antara lain mengenai perizinan, syarat pendirian, kewajiban deposito dan sebagainya, bagi perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia. h. Surat-surat edaran Diektur Jenderal Moneter tentang berbagai hal

petunjuk praktis mengenai pelaksanaan perijinan asuransi atau pertanggungan (untuk kepentingan pihak ketiga atau masyarakat secara tidak langsung dan secara langsung adalah demi keamanan perekonomian para nasabah).

3. Jenis-jenis Asuransi

Berikut Jenis-jenis Asuransi yang ada di Indonesia :

a. Asuransi Umum

Asuransi umum atau general insurance merupakan proteksi terhadap resiko atas kerugian atau kerugian kehilangan manfaat tanggung jawab hukum pada pihak ketiga. Jaminan asuransi umum ini sifatnya jangka pendek ( biasanya sekitar satu tahun ). Asuransi umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya :

1) Sosial Insurance ( Jaminan Sosial )

(15)

2) Voluntary Insurance ( Asuransi Suka Rela)

Asuransi in di jalankan dengan sukarela. Jenis asuransi sukarela masih bisa di bagi lagi ke dalam 2 klasifikasi yaitu Goverment Insurance dan Commercial Insurance. Government Insurance merupakan asuransi yang dijalankan oleh pemerintah, sementara Commercial Insurance merupakan asuransi yang ditujukan untuk memberikan proteksi kepada seseorang atau keluarga serta perusahaan dari resiko yang mungkin muncul akibat unexpected events.

b. Asuransi Jiwa

Jenis asuransi satu ini dikenal memberikan keuntungan keuntungan finansial pada tertanggung atas kematiannya. Sistem pembayaran untuk jenis asuransi jiwa pun bermacam-macam. Ada perusahaan asuransi yang menyediakan pembayaran setelah kematian dan yang lainnya biasa memungkinkan tertanggung untuk mengklaim dana sebelum kematiannya. Asuransi jiwa dapat dibeli untuk kepentingan diri sendiri dan atas nama tertanggung saja atau dibeli untuk kepentingan orang ketiga. Bahkan asuransi jiwa juga dikenal biasa dibeli pada kehidupan orang lain.

c. Asuransi Kesehatan

(16)

menanggung biaya proses perawatan. Umumnya, Penyebab sakit tertanggung yang biayanya dapat di tanggung oleh perusahaan asuransi adalah cedera, cacat, sakit, hingga kematian karena kecelakaan. Asuransi kesehatan juga dikenal bisa dibeli untuk kepentingan tertanggung saja atau kepentingan orang ketiga (Abdul Kadir Muhammad, 1999: 11).

d. Asuransi Kendaraan

Asuransi kendaraan yang paling populer di Indonesia adalah jenis asuransi mobil yang fokus terhadap tanggungan cedera kepada orang lain atau terhadap kerusakan kendaraan orang lain yang disebabkan oleh si tertanggung. Asuransi ini juga bisa untuk membayar kehilangan atau kerusakan kendaraan bermotor tertanggung.

Asuransi kendaraan merupakan salah satu produk asuransi umum, Jenis asuransi ini sempat menjadi booming ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 karena peristiwa tersebut membuat minat masyarakat terhadap kepemilikan proteksi untuk kendaraan pribadi meningkat secara drastis.

e. Asuransi Kepemilikan Rumah Dan Properti

(17)

tertanggung. Asuransi ini juga melindungi dan memberikan keringanan bilamana rumah atau properti tertanggung lainnya mengalami musibah seperti kebakaran (Herman Darmawi, 2000: 27).

f. Asuransi Pendidikan

Inilah asuransi yang paling popular dan menjadi favorit pemegang polis. Asuransi pendidikan merupakan alternative terbaik dan solusi menjamin kehidupan yang terutama pada aset pendidikan anak. Biaya premi yang harus di bayarkan tertanggung pada perusahaan asuransi berbeda–beda sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ingin didapatkan nantinya.

Memahami pentinganya penggunanya asuransi pendidikan untuk anak-anak ini menjadi sesuatu yang menjadi perhatian para orang tua. Tingginya biaya pendidikan dan kondisi lain yang memburuk ekonomi seperti melemahnya mata uang kita terhadap dollar Amerika berpengaruh pada biaya pendidikan anak nantinya. Menyadari bahwa hal ini jelas akan memberatkan orang tua, maka tak jarang orang tua sekarang memilih untuk mempunyai asuransi pendidikan.

g. Asuransi Bisnis

(18)

Perusahaan asuransi biasanya menawarkan berbagai macam manfaat dari asuransi bisnis seperti perlindungan terhadap karyawan sebagai aset bisnis, perlindungan investasi dan bisnis, asuransi jiwa menyeluruh untuk karyawan, hingga paket perlindungan, asuransi kesehatan bagi karyawan.

h. Asuransi Kredit

Asuransi kredit merupakan proteksi atas resiko kegagalan debitur untuk melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai seperti modal kerja, kredit perdagangan, dan lain – lain. Kaitannya erat dengan jasa perbankan terutama di bidang perkreditan. Kredit merupakan pinjaman dalam bentuk uang yang di berikan bank maupun Lembaga Keuangan selaku pemberi kredit kepada nasabahnya. Asuransi kredit ini bertujuan untuk melindungi bank atau lembaga keuangan lainnya dari kemungkinan tidak memperoleh kembali kredit yang di pinjamkan kepada nasabah dan membantu memberikan pengarahan serta keamanan perkreditan. Pengelola asuransi kredit di Indonesia dipercayakan pemerintah kepada PT. Asuransi Kredit Indonesia.

i. Asuransi Kelautan

(19)

asuransi angkatan laut merupakan pengalihan resiko baik untuk diri anda maupun bawaan anda yang merupakan jasa angkutan laut. Asuransi ini merupakan penggunaan jasa perkapalan dalam pengiriman barang. Beberapa faktor yang mempengaruhi premi asuransi angkutan laut adalah barang yang di ansurasikan, pengepakan barang, resiko yang di angsurasikan, pengangkutan, dan perjalanan (Man Suparman Sastrawidjaja, 2004: 64).

j. Asuransi Perjalanan

Asuransi perjalanan adalah membayar ganti kerugian yang diderita tertanggung selama berada diluar negeri. Pemberian ganti kerugian secara adil kepada tertanggung adalah dengan memperhatikan asas proporsionalitas yang tidak mempermasalahkan mengenai nilai matematis tetapi melalui pembagian hak dan kewajiban yang adil diantara para pihak (Gristiana Festi, 2013: 19).

k. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas

Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965 a. Korban yang berhak atas santunan

(20)

b. Jaminan Ganda

Kendaraan bermotor umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila kapal ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberikan jaminan ganda

c. Penumpang mobil plat hitam

Bagi penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai alat angkutan penumpang umum, seperti Antara lain mobil pariwisata, mobil sewa dan lain-lain, terjamin oleh UU No 33 jo No 17 Tahun 1965.

d. Korban Yang mayatnya tidak diketemukan

Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri (http://nuepoel.wordpress.com).

4. Unsur-unsur Dalam Asuransi

Berdasarkan definisi tentang asuransi yang dikemukakan oleh berbagai sumber tersebut, maka di dalam asuransi terkandung beberapa unsur, di antaranya adalah :

a. Pihak tertanggung (insured), merupakan pihak yang menjadi obyek Asuransi dan memiliki kewajiban untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung secara sekaligus atau berangsur-angsur.

(21)

tertanggung secara langsung atau berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu dikemudian hari.

c. Suatu peristiwa (accident), merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak tentu (tidak terduga sebelumnya).

d. Kepentingan (interest), yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tidak tentu.

Selain unsur-unsur yang terkandung di dalam asuransi, terdapat pula beberapa unsur yuridis dalam asuransi, di mana unsur-unsur ini bersifat mengikat dan menjadikan adanya hubungan hukum antara pihak penanggung (perusahaan asuransi) dengan pihak tertanggung (nasabah) (Abdul R. Saliman, 2005: 208), Antara lain adalah :

a. Pihak yang kepentingannya diasuransikan.

b. Pihak perusahaan asuransi yang menjamin atas pembayaran ganti rugi. c. Adanya perjanjian antara penanggung dan tertanggung.

d. Adanya pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung. e. Adanya kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang

diderita oleh tertanggung.

f. Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadi risiko langsung dan risiko tidak langsung.

(22)

adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar kehendak pihak tertanggung dan merupakan objek jaminan asuransi atau pertanggungan. Menurut (Abdul R Saliman, 2005:212-213), risiko yang terdapat dalam asuransi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, antara lain adalah :

a. Risiko Murni

Risiko murni (pure risk) adalah suatu peristiwa yang masih tidak pasti bahwa suatu kerugian akan timbul, di mana jika kejadian tersebut terjadi, maka timbullah kerugian itu, sedangkan jika kerugian itu tidak terjadi, maka keadaan sama sekali seperti sediakala (tidak untung atau tidak rugi). Melihat kepada objek yang terkena risiko, maka risiko murni tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1) Risiko Perorangan (personal risk), merupakan suatu risiko yang

tertuju langsung kepada orang yang bersangkutan, yakni yang akan mempengaruhi secara langsung terhadap penghasilannya.

2) Risiko Harta Benda (property risk), adalah suatu risiko yang tertuju kepada harta benda milik orang tersebut, yakni risiko atas kemungkinan hilang atau rusaknya harta benda tersebut.

(23)

b. Risiko Spekulasi (speculative risk)

Berbeda dengan risiko murni, maka risiko spekulasi merupakan kejadian yang akan terjadi dan akan menimbulkan 2 (dua) kemungkinan, dimana kemungkinan pertama adalah akan memperoleh keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah akan menderita kerugian.

c. Risiko Khusus

Risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak hanya terhadap seseorang tertentu saja. Misalnya, risiko berupa kebakaran pada mobil seseorang, yang tidak menyebabkan kebakaran pada mobil orang lain.

Berkaitan dengan risiko-risiko tersebut, maka dalam penanganannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Menghindari risiko (avoidance) 2) Mengurangi risiko (reduction) 3) Mempertahankan risiko (retention) 4) Membagi risiko (risk sharing) 5) Mengalihkan risiko (transfer)

(24)

1) Merupakan suatu perjanjian

Adapun yang dimaksud dengan perjanjian atau verbintenis adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan bagi pihak lain untuk menunaikan prestasi. Sebagai suatu perjanjian, asuransi memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah :

a) Perjanjian asuransi merupakan perjanjian timbal balik (wederkerige overeenkomst) adalah suatu perjanjian yang menimbulkan suatu kewajiban pokok kepada kedua belah pihak. Masing-masing pihak di dalam perjanjian asuransi memiliki hak dan kewajiban yang saling berhadapan.

b) Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat (voorwaardelike overeenkomst) karena kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung digantungkan pada terjadinya peristiwa yang dijanjikan. Apabila peristiwa yang dimaksud tidak terjadi, kewajiban penanggungpun tidak timbul. Sebaliknya, jika peristiwa terjadi tetapi tidak sesuai dengan yang disebut dalam perjanjian, penanggung juga tidak diwajibkan untuk memberi penggantian. c) Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensual (Pasal

(25)

konsensual adalah perjanjian di mana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut Pasal 1338 KUH Perdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat.

d) Asuransi merupakan perjanjian untuk mengalihkan dan membagi risiko.

e) Asuransi pada dasarnya merupakan perjanjian penggantian kerugian.

Hal ini berarti bahwa penanggung mengikatkan diri untuk memberikan ganti kerugian kepada tertanggung yang seimbang dengan kerugian yang diderita tertanggung bersangkutan. f) Salah satu unsur di dalam asuransi yaitu peristiwa yang belum

pasti terjadi, dalam Pasal 1774 KUH Perdata asuransi digolongkan menjadi perjanjian untung-untungan.

2) Adanya Pembayaran Premi

(26)

penanggung kepada tertanggung harus seimbang dengan kerugian yang diderita tertanggung, hal ini berkaitan dengan prinsip ganti kerugian atau prinsip idemnitas dalam perjanjian asuransi.

3) Kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kerugian Dengan adanya pembayaran premi dari tertanggung kepada penanggung akan menimbulkan kewajiban bagi penanggung untuk memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang kepada tertanggung. Kewajiban penanggung tersebut timbul apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi. Kewajiban penanggung ini tercermin dalam Pasal 246 KUH Dagang, yaitu pada bagian kalimat “untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.”

4) Adanya suatu peristiwa yang belum pasti terjadi

Dalam Pasal 246 KUH Dagang terkandung bahwa dalam suatu perjanjian asuransi terdapat unsur peristiwa yang tidak tentu. Menurut (Emmy Pangaribuan, 1980 : 51) “peristiwa tidak tentu adalah suatu peristiwa yang menurut pengalaman manusia normaliter tidak dapat dijadikan akan terjadinya”

5) Ketentuan tentang kewajiban pemberitaan dari tertanggung

(27)

5. Asas-Asas Hukum Asuransi

a. Asas hukum enumeratif

Asas ini menjelaskan bahwa pihak asuransi terbuka terhadap jenis asuransi di luar KUH Dagang. Subyek hukum dapat melakukan perjanjian asuransi.

b. Asas hukum limitatif

Asas ini menjelaskan bahwa pihak asuransi tebatas terhadap jenis-jenis asuransi di luar KUH Dagang.

c. Asas insurable interest

Adanya kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi dengan akibat batalnya perjanjian tersebut seandainya tidak terpenuhi.

d. Asas beritikad baik

Dalam perjanjian asuransi terdapat unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung.

e. Asas keseimbangan

Asuransi diancam batal, apabila diadakan asuransi yang kedua atas suatu kepentingan yang telah diasuransikan dengan nilai penuh. f. Asas subrogasi

(28)

6. Fungsi Asuransi

Asuransi diklasifikasikan menjadi beberapa fungsi, yaitu: a. Fungsi Utama (Primer)

1) Pengalihan Resiko

Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan risiko/kerugian (chance of loss) dari tertanggung sebagai “Original Risk Bearer” kepada satu atau beberapa penanggung (a risk transfer mechanism). Sehingga ketidakpastian (uncertainty) yang berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti (certainty) merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi.

2) Penghimpun Dana

Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun tersebut berupa premi atau biaya berasuransi yang dibayar oleh tertanggung kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana tersebut berkembang yang kelak akan dipergunakan untuk membayar kerugian yang mungkin akan diderita salah seorang tertanggung.

3) Premi Seimbang

(29)

seimbang dan wajar dibandingkan dengan risiko yang dialihkannya kepada penanggung (equitable premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarif premi (rate of premium) dikalikan dengan nilai pertanggungan.

b. Fungsi Tambahan (Sekunder)

1) Export Terselubung (invisible export)

Sebagai penjualan terselubung komoditas atau barang-barang tak nyata (intangible product) keluar negeri.

2) Perangsang Pertumbuhan Ekonomi (stimulus ekonomi) adalah untuk merangsang pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan.

3) Sarana tabungan investasi dana dan invisible earnings. 4) Sarana pencegah dan pengendalian kerugian.

(http://asuransibinagriya.blogspot.com/2011/11/disamping sebagai- bentuk-pengendalian.html).

7. Tujuan Asuransi

Tujuan dari asuransi atau pertanggungan adalah sebagai berikut: a. Tujuan Ganti Rugi

(30)

sehingga tertanggung masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian.

Jadi tertanggung hanya boleh memperoleh ganti rugi sebesar kerugian yang dideritanya, artinya tertanggung tidak boleh mencari keuntungan dari asuransi. Begitu juga dengan penanggung, penanggung, tidak boleh mencari keuntungan atas interst yang ditanggungnya, kecuali memperoleh balas jasa atau premi.

b. Tujuan Tertanggung

Tujuan dari tertanggung adalah sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh rasa tentram dan aman dari risiko yang dihadapinya atas kegiatan usahanya atas harta miliknya.

2) Untuk mendorong keberaniannya mengikatkan usaha yang lebih besar dengan risiko yang lebih besar pula, karena risiko yang benar itu diambil oleh penanggung.

c. Tujuan Penanggung

Tujuan penanggung dibagi 2 (dua), yaitu: 1) Tujuan Umum, adalah:

memperoleh keuntungan selain menyediakan lapangan kerja, apabila penanggung membutuhkan tenaga pembantu.

2) Tujuan Khusus, adalah:

(31)

b) Menciptakan rasa tentram dan aman dikalangan nasabahnya, sehingga lebih berani mengikatkan usaha yang lebih besar. c) Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul sedikit

demi sedikit dari para nasabahnya sehingga terhimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembagian Bangsa dan Negara.

(http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-asuransi-umum-tujuan.html).

8. Klaim Asuransi

Pihak tertanggung yang mengasuransikan obyek memilih risiko wajib membayar premi asuransi secara rutin kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam polis asuransi. Apabila risiko yang diasuransikan benar-benar terjadi pada diri kita, kita berhak mengajukan klaim asuransi atau tuntutan ganti rugi. Prinsip asuransi dalam pengajuan klaim asuransi, yaitu prinsip indemnity. Prinsip indemnity merupakan kompensasi kerugian yang pasti dan cukup untuk mengembalikan posisi keuangan pihak tertanggung sama seperti posisi keuangan sebelum risiko yang merugikan terjadi.

(32)

9. Pentingnya Asuransi

Sebagian orang masih merasa bahwa Sakit adalah penyebab

utama kematian atau seseorang harus di rawat di rumah sakit. Tidak jarang kecelakaan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari calon klien, padahal berdasarkan data-data kesehatan dunia menunjukkan bahwa resiko kecelakaan dan sakit memiliki resiko yang sama.

Di sebagian orang, kemampuan keuangan untuk membeli produk asuransi kesehatan atau asuransi jiwa belum mencukupi sehingga produk asuransi kecelakaan bias menjadi pilihan yang tepat saat itu.

Kecelakaan menimbulkan kerugian materi yang dapat diminimalisasi dengan adanya perlindungan Asuransi kecelakaan, untuk tertanggung dan keluarganya.

10.Manfaat Yang Anda Dapatkan Jika Memiliki Asuransi

a. Santunan meninggal dunia dan cacat tetap akibat kecelakaan 500 juta. b. Santunan Meninggal Dunia akibat Kecelakaan di transportasi umum

Rp. 1 Miliar.

c. Penggantian Biaya Medis akibat Kecelakaan hingga Rp. 50 Juta. d. Pengobatan Tradisional yang telah disertifikasi (yang memiliki ijin

praktek resmi) seperti pengobatan herbal,akupuntur dll. e. Santunan Biaya Pemakaman.

(33)

h. Penggantian Tanggung Jawab Hukum terhadap Pihak Ketiga. i. Perlindungan ATM.

(https://Aziszaenal.axa.co.id/2015/08/pentingnyaasuransi)

11.Klaim Asuransi yang ditolak

Berikut ini adalah 3 alasan yang paling umum digunakan perusahaan asuransi untuk menolak klaim jenis asuransi jiwa:

a. Bunuh Diri, Apabila tertanggung meninggal dunia akibat bunuh diri, padahal masih berada dalam masa kontestabel (satu atau dua tahun sejak polis diterbitkan), maka perusahaan asuransi berhak untuk menolak membayarkan uang pertanggungan.

b. Melukai Diri Sendiri, Pada asuransi kematian akibat kecelakaan (accidental death), biasanya terdapat klausal yang mengecualikan kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan “melukai diri sendiri”.

Perusahaan asuransi dapat menolak klaim kematian akibat kecelakaan disebabkan oleh kebut-kebutan di jalan raya dengan alasan bahwa kebut-kebutan merupakan tindakan “melukai diri sendiri”

(34)

kematian. Misalnya, bila tertanggung tidak menyatakan memiliki hobi yang berbahaya pada saat aplikasi namun ternyata kemudian meninggal dunia saat sedang melakukan hobi yang terkait dengan hobi berbahayanya itu.

Berikut adalah 5 alasan kenapa klaim asuransi kebakaran ditolak:

a. Surat pengajuan klaim sesuai dengan polis

Saat Anda akan mengajukan surat klaim kepada pihak asuransi, pastikan surat pengajuan anda sudah sesuai standar surt pengajuan klaim yang seharusnya, da nisi atau content yang ada pada surat klaimsesuai dengan polis asuransi yang sudah Anda sepakati dengan pihak asuransi, alasan ini tidak hanya berlaku untuk klaim asuransi kebakaran tapi juga jenis asuransilain.

b. Terlambat mengajukan klaim

(35)

c. Terdapat unsur kesengajaan

Sebelum pihak asuransi menyetujui klaim Andabiasanya pihak asuransi akan melakukan survei pada lokasi terjadinya kebakaran dan menyelidiki secara detail mengetahui factor-faktor yang menyebabkan kebakaran pada bangunan atau harga benda yang Anda asuransikan. Jika terdapat kecurigaan adanya unsur kesengajaan dari pihak Anda entah itu dari survei lokasi, pernyataan Anda dan orang-orang yang tinggal di lokasi sekitar kebakaran maka klaim asuransi Anda akan terancam ditolak. Oleh karena itu pastikan Anda memberi pernyataan sejujurnya mengenai terjadinya kebakaran, kalau perlu minta surat pernyataan resmi penyelidikan langsung dari polisi untuk ikut disertakan dalam surat pengajuan klaim.

d. Asuransi tidak melindungi dari kebakaran

(36)

e. Tidak membayar premi asuransi

Sebagai klien Anda seharusnya memenuhi dengan baik kewajiban Anda terhadap pihak asuransi jika Anda ingin mendapatkan Anda. Pihak asuransi pasti tidak akan sanggup memenuhi pembayaran perbaikan aset Anda dari kebakaran jika pembayaran premi asuransi dari Anda tidak sesuai dengan persyaratan.

Asuransi memang masih hal yang belum umum di kalangan masyarakat Indonesia, oleh karena itu masih banyak kesalah pahaman mengenai perusahaan asuransi, dan banyak motif kejahatan menggunakan modus asuransi juga mempengaruhi image perusahaan asuransi di mata masyarakat Indonesia. Tapi sebenarnya banyak asuransi yang memang terpercaya dan memang membantu Anda dalam mengurangi kerugian finansial dalam pembiayaan aset Anda yang rusak. Tapi memangada baiknya sebelum Anda memutuskan memakai asuransi, Anda mempelajari terlebih dahulu seluruh aturan, hak dan kewajiban terhadap perusahaan asuransi yang Anda akan pilih agar perjanjian yang Anda sepakati dengan pihak asuransi dapat terealisaikan dengan baik dan terhindar dari kesalahpahaman yang dapat merugikan kedua belah pihak

(37)

B. Tinjauan Umum Tentang Santunan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

1. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda (Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

Kendaraan adalah suatu sarana angkut dijalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor (Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan selain kendaraan yang berjalan di atas rel (Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh tenaga manusia dan hewan (Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan orang dengan dipungut bayaran (Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

(38)

Lintas Dan Angkutan Jalan, membagi kecelakaan Lalu Lintas menjadi tiga golongan yaitu:

a. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, yaitu merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.

b. Kecelakaan Lalu Lintas Sedang, yaitu merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang. c. Kecelakaan Lalu Lintas Berat, yaitu merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

Pasal 229 ayat (5) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidaklayakan jalan dan/atau lingkungan (Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

Jenis-jenis Kecelakaan Lalu Lintas

Karakteristik kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat tabrakan dapat digolongkan menjadi:

a. Kecelakaan tunggal, yaitu kecelakaan yang hanya melibatkan suatu kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pengguna jalan lain.

(39)

b. Kecelakaan ganda, yaitu kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan diwaktu dan tempat yang bersamaan.

Karakteristik kecelakaan menurut jenis tabrakan yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Head-on Collision (Tabrak depan-depan)

Head-on Collision adalah jenis tabrakan dimana tabrakan terjadi antara 2 (dua) kendaraan dari arah yang berlawanan. Kecelakaan ini terjadi karena kendaraan yang mau menyalip gagal kembali ke jalurnya atau karena jarak pandang yang tidak mencukupi di daerah tikungan.

b. Run off Road Collision (Tabrak samping-samping)

Run off Road Collision adalah jenis tabrakan dimana tabrakan terjadi hanya pada satu kendaraan yang keluar dari jalan dan menabrak sesuatu, hal ini dapat terjadi ketika pengemudi kehilangan kontrol atau salah menilai tikungan, atau mencoba untuk menghindari tabrakan dengan pengguna jalan lain atau binatang.

c. Rear-end Collision (Tabrak depan-belakang)

(40)

d. Side Collision (Tabrak depan-samping)

Side Collision adalah jenis tabrakan dimana terjadi antara dua kendaraan secara bersampingan dengan arah yang sama. Tabrakan ini sering terjadi di persimpangan Y, di tempat parkir atau ketika kendaraan menabrak dari samping suatu objek tetap.

e. Rollover (Terguling)

Rollover adalah jenis tabrakan dimana kendaraan terjungkir balik, biasanya terjadi pada kendaraan dengan profil yang lebih tinggi seperti truk. Kecelakaan rollover berhubungan langsung dengan stabilitas kendaraan. Stabilitas ini dipengaruhi oleh hubungan antara pusat gravitasi dan lebar trek (jarak antara roda kiri dan kanan). Pusat gravitasi yang tinggi dan trek yang lebar dapat membuat kendaraan tidak stabil di tikungan dengan kecepatan yang tinggi atau perubahan arah belokan yang tajam dan mendadak. Airbags maupun sabuk pengaman kurang efektif (Purnomo dkk, 2011: 32).

(41)

a. Faktor Manusia

Merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk balapan.

b. Faktor Kendaraan

Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik, telah dirancang dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan bagi pengendaranya. Kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus dipelihara dengan baik sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem kemudi, ban, lampu, kaca spion, dan sabuk pengaman. Dengan demikian pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat:

1) Mengurangi jumlah kecelakaan.

(42)

Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kecelakaan karena faktor kendaraan, antara lain:

Rem blong, kerusakan mesin, ban pecah, adalah merupakan kondisi kendaraan yang tidak layak jalan. Kemudi tidak baik, atau kopel lepas, lampu mati khususnya pada malam hari, slip dan sebagainya.

1) Over Load atau kelebihan muatan adalah merupakan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai ketentuan tertib muatan.

2) Desain kendaraan dapat merupakan faktor penyebab berat ringannya kecelakaan, tombo-tombol di dashboard kendaraan dapat mencederai orang terdorong ke depan akibat benturan, kolom kemudi dapat menembus dada pengemudi pada saat tabrakan. Demikian desain bagian depan kendaraan dapat mencederai pejalan kaki yang terbentur oleh kendaraan. Perbaikan desain kendaraan terutama tergantung pada pembuat kendaraan namun peraturan atau rekomendasi pemerintah dapat memberikan pengaruh kepada perancang.

(43)

kendaraan kepada pengamat dari segala penjuru tanpa menyilaukan.

c. Faktor Kondisi Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik merupakan elemen elektrik yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan. Kondisi jalan dan cuaca tertentu dapat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas, seperti jalan basah/licin, jalan rusak, tanah longsor, dan lain sebagainya. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004, jalan merupakan salah satu prasarana transportasi dan merupakan unsur penting dalam terciptanya keselamatan berkendara dan berlalu lintas. Jalan meliputi bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada dipermukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

Berikut akan dipaparkan lebih rinci mengenai faktor lingkungan fisik yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas: 1) Jalan berlubang

(44)

menandainya dengan pemasangan tong, ban bekas, atau tanda peringatan di tengah jalan agar pengguna jalan dapat melakukan antisipasi saat melintas jalan tersebut.

2) Jalan Rusak

Jalan rusak adalah jalan dengan kondisi permukaan jalannya tidak rata, bisa jadi jalan yang belum diaspal, atau jalan yang sudah mengalami peretakan. Pada umumnya jalan rusak tidak terdapat di jalan arteri, namun terdapat pada jalan-jalan lokal. Jalan yang rusak mempengaruhi keseimbangan sepeda motor. Untuk itu sebaiknya saat melewati jalan yang tidak rata, hendaknya mengurangi kecepatan sepeda motor, sebelum terjadi masalah.

Ketika melewati jalan yang rusak, sepeda motor cenderung untuk mengikuti jalan tersebut. Jalan rusak biasanya memiliki kontur yang naik turun, dimana tengah jalan tersebut lebih tinggi dari pada samping kanan dan kirinya. Untuk itu dibutuhkan konsentrasi dan keterampilan khusus saat melewati jalan yang rusak, namun usahakan mungkin untuk menghindari jalan yang rusak.

3) Jalan Basah/Licin

(45)

kecelakaan lalu lintas, karena keseimbangan sepeda motor akan terganggu, sepeda motor dapat tergelincir dan jatuh hingga menabrak kendaraan lain yang ada didekatnya. Pengemudi harus mengurangi kecepatan agar kendaraan tidak meluncur tak terkendali. Hal lain yang perlu diperhatikan saat melintasi jalan yang licin adalah ban. Ban akan kekurangan kemampuan menapak pada jalan basah atau permukaan jalan yang licin, sehingga sebaiknya tidak melakukan pengereman mendadak karena akan berefek pada terjadinya slip.

4) Jalan Gelap

Jalan yang gelap berisiko tinggi menimbulkan kecelakaan, hal ini karena pengguna jalan yang tidak dapat melihat secara jelas pengguna jalan lain maupun kondisi lingkungan jalan saat berkendara, sehingga keberadaan lampu penerangan yang tersedia sangatlah penting. Penerangan jalan adalah lampu penerangan yang di sediakan bagi pengguna jalan. Pada fasilitas ini harus memenuhi persyaratan ditempatkan di tepi sebelah kiri jalur lalu lintas menurut arah lalu lintas.

(46)

5) Hujan

Hujan mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, dan jarak pandang menjadi lebih pendek. Selama musim hujan, potensi kecelakaan la.lu lintas menjadi lebih besar, yang umumnya terjadi karena gangguan penglihatan saat hujan lebat, atau jalan yang tergenang air sehingga mengakibatkan efek hydroplaning, yaitu ban tidak langsung menapak ke permukaan aspal karena dilapisi air (Warpani S, 1993: 38).

2. Dana Kecelakaan Lalu Lintas

Dana Kecelakaan lalu lintas diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Pada dasarnnya Undang-undang tersebut bertujuan untuk memberikan suatu perlindungan kepada masyarakat luas terhadap kerugian-kerugian yang timbul karena adanya kecelakaan lalu lintas jalan.

(47)

3. Pengertian Dana Santunan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

Santunan adalah Dana yang dikeluarkan oleh suatu instansi untuk diberikan kepada korban/ahli waris yang mengalami kecelakaan lalu lintas jalan. Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965, dana santunan adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada korban yang dihimpun dari sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan.

(http://asep0701.files.wordpress.com/2011/02/lengkap-lagi.doc).

4. Pihak-Pihak Berhak Mendapatkan Santunan dari PT. Jasa Raharja

(Persero)

(48)

berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 1965. Ada pun fungsi Jasa Raharja adalah melaksanakan Undang-undang Nomor 33 tahun 1964 untuk menyantuni korban kecelakaan penumpang darat, laut, dan udara dan Undang-undang Nomor 34 tahun 1964 untuk menyantuni korban kecelakaan akibat tabrak dua kendaraan atau lebih, dan tertabrak kereta api.

(49)

Pelaksanaan dari Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang adalah dengan pembentukaan dana-dana dari masyarakat yang pengumpulannya dengan mengadakan iuran-iuran wajib. Untuk memungut iuran wajib dari para penumpang untuk setiap kali perjalanan ditugaskan kepada pengelola alat pengangkutan umum yang bersangkutan dan biasanya di satukan dengan harga tiket, kemudian iuran wajib yang dipungut itu dosetorkan oleh pengangkut kepada PT Jasa Raharja. Supaya penumpang mengetahui bahwa di dalam harga tiket telah termasuk iuran wajib, maka pada halaman depan tiket dicantumkan (dicap) perkataan “termasuk iuran wajib Jasa Raharja” atau cara lain untuk menunjukkan bahwa penumpang yang

bersangkutan telah membayar iuran wajib untuk satu kali perjalanan itu. Mengemban amanah pemerintah sebagai pelaksana Undang-undang Nomor 33 dan Undang-Undang-undang Nomor 34 tahun 1964 yang harus menjamin kepastian dengan pemberian jaminan dalam pemerataan perlindungan para pengguna kendaraan, baik penumpang umum maupun pribadi, tentunya perkara ringan. Semakin melonjaknya jumlah pengguna modal transportasi baik darat, laut, maupun udara di satu sisi memang merupakan peluang karena akan secara otomatis meningkatkan jumlah premi yang masuk.

(50)

sebagai ketentuan-ketentuan pelaksanaannya. Tahun 1978, Jasa Raharja mendapat tugas menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Hanya saja, penugasan ini berakhir pada 1994 sejalan diterbitkannya Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang antara lain menghapus bahwa perusahaan asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial, dilarang menjalankan asuransi lain. Atas amanat Undang-undang tersebut, maka terhitung 1 Januari 1994, Jasa Raharja melepaskan usaha non wajib menjalankan program asuransi sosial.

PT Jasa Raharja (Persero) bergerak dalam bidang usaha penyelenggaraan program asuransi sosial yang menjalankan amanat Undang-undang Nomor 33 tahun 1964 jo. PP Nomor 17 tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Undang-undang Nomor 34 tahun 1964 jo. PP Nomor 18 tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Menerima pertanggungan tidak langsung untuk ditahan sendiri oleh perseroan.

(51)

Korban yang berhak atas dana santunan, menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo PP Nomor 18 Tahun 1965, adalah pihak ketiga yaitu:

a. Setiap orang yang berada di luar alat angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan, yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut.

b. Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor dan ditabrak, di mana pengemudi kendaraan bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi.

5. Jenis-Jenis Dana Santunan Kecelakaan Lalu Lintas

(52)

a. Dalam hal korban meninggal dunia, kepada ahli waris korban dibayarkan dana santunan meninggal dunia, dan biaya perawatan/pengobatan sebelum meninggal dunia (jika ada), yang besar dan jumlahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal korban menderita luka-luka, dibayarkan dana santunan berupa penggantian biaya perawatan pengobatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk maksimum selama 365 hari terhitung hari pertama setelah terjadinya kecelakaan.

c. Dalam hal korban menderita cacat tetap, dibayarkan dana santunan cacat tetap dan biaya perawatan sebelumnya. Besar dan jumlah dana santunan cacat tetap didasarkan kepada persentase tingkat cacat tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Return on equity, Net profit margin, Debt to total assets.

Demi tuntutan zaman yang banyak menggunakan teknologi canggih dan permasalahan yang semakin kompleks dan selalu timbulnya masalah dari aplikasi manual, sehingga diperlukan aplikasi

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan teknik personal berpengaruh negatif terhadap kinerja sistem informasi akuntansi, yang ditunjukkan dari t

Berdasarkan proses analisis dari masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka akan dibangun sebuah sistem aplikasi translator bahasa Indonesia – Sunda, Sunda – Indonesia

Skripsi berjudul Hubungan Penyakit Gondok dengan Tingkat Intelegensia Pada Siswa Sekolah Dasar di (SDN) Darsono 2 Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember telah diuji

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3.5, bahwa tanah Andisol dengan tipe penggunaan lahan kebun campuran (T a L c ) memiliki nilai respirasi tertiggi yaitu 8,94

Menurut Sunita Almatsier (2009, hlm 252) diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorpsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi