• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS PADA PLASMA INDUSTRI RAMBUT DI UD. RAFI RIDHO PURBALINGGA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS PADA PLASMA INDUSTRI RAMBUT DI UD. RAFI RIDHO PURBALINGGA - repository perpustakaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat menimbulkan dampak positif

yang cukup besar terutama dalam kesejahteraan masyarakat yang dapat mengurangi

angka pengangguran.Hal ini ditandai dengan banyaknya industri-industri yang

berdiri baik di negara berkembang maupun negara maju yang berdampak pada

munculnya peluang bagi investor asing untuk menanamkan modalnya sehingga

berdampak pula pada banyaknya sumber daya manusia yang dibutuhkan. Tidak

hanya tenaga kerja laki-laki tetapi juga tenaga kerja perempuan. Bahkan ada

beberapa industri yang masih memperkerjakan anak di bawah umur.

Indonesia adalahnegara hukum yang sangat menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasa

maupun anak-anak dilindungi dari upaya-upaya memperkerjakannya pada

pekerjaan yang merendahkan harkat dan martabat manusia atau pekerjaan yang

eksploitatif karena bersifat tidak manusiawi.Hal ini sesuai dengan yang

dirumuskan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan ke

dalam batang tubuhnya. Dimana ketentuan tersebut mempunyai arti bahwa

negara dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

(2)

Mengenai investor asing dan munculnya banyak industri, salah satu

Kabupaten di JawaTengah yakni Purbalingga menjadi Kabupaten yang pro

investasi serta banyak industri kecil hingga besar yang tumbuh dan berkembang

disana.Ada ratusan industri di Purbalingga seperti industri knalpot, industri kuali

atau panci tembaga, industri sapu dari gelagah arjuna, industri rambut, bulu mata

palsu dan masih banyak industri-industri kecil lainnya yang terdapat di pelosok

desa. Akan tetapi mayoritas industri yang ada bergerak pada pengolahandan

pembuatan rambut dan bulu mata.Walaupun Purbalingga suatu Kabupaten yang

kecil tetapi industri rambut dan bulumatanyamerupakan industri terbesar kedua

di dunia setelah Guangzhou China.

Berkembangnya industri rambut dan bulu mata palsu di Purbalingga

memberikan pengaruh terhadap banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan baik di

pabrik maupun di plasma industri rambut yang tersebar di desa-desa.Buruh plasma

terdiri dari dua macam yaitu cabang dan pengepul yang di dalamnya terdapat

buruh plasma dan pekerja harian lepas.Plasma menjadi sangat familiar di

desa-desa terpencil karena bisamenaikkan perekonomian keluarga.Adapun wawancara

yang dilakukan oleh penulis (Hari Jum’at, 10 Maret 2017 pukul 09.00) dengan

Pengawas Tenaga Kerja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja,

Angkat Lujeng mengatakan bahwa Koordinator plasma bulu mata di Kabupaten

Purbalingga sudah mencapai 259 orang dengan jumlah tenaga kerja 8.587 orang.

Namun jumlah buruh plasma yang sudah cukup banyak masih kurang mendapatkan

perhatian dari pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh Angkat Lujeng selaku

Pengawas Tenaga Kerja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja

(3)

haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan hak dan kewajiban

yang ada dalam undang-undang. Buruh plasma dianggap bukan seorang tenaga

kerja karena non formal dan tidak mempunyai hubungan kerja.

Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan ada dua bentuk perjanjian, yaitu

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT); dan yang kedua Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu (PKWT) sebagaimana disebutkan dan diatur di dalam

Pasal 56 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Lebih lanjut menurut Pasal 56 ayat (2) Undang-undang Nomor

13 Tahun 2003, pelaksanaan PKWT didasarkan pada jangka waktu dan

selesainya suatu pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai PKWT diatur di dalam

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 56 sampai dengan 59 yang mana

dibagian akhir dari Pasal 59 yakni pada ayat (8) disebutkan bahwa “Hal-hal lain

yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan

Menteri”. Ketentuan inilah yang mendasari terbitnya Keputusan Menteri Nomor

100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu. Pasal 10 Keputusan Menteri Nomor 100 Tahun 2004 menjelaskan

bahwa pekerja harian lepas ditujukan untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang

berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan

pada kehadiran (Pratiwi, Fitria, Sutinah, 2006: 82).

Pekerja harian lepas merupakan pekerja dengan perjanjian waktu tertentu.

Hak-hak tenaga kerja harian lepas adalah sebagaimana juga dengan para pekerja

PKWT, yakni mendapatkan upah dan kesejahteraan.Definisi pekerja harian lepas

ini bisa disamakan dengan buruh plasma karena sama-sama bekerja dalam waktu

(4)

Ada pun perlindungan tentang pekerja harian lepas terkait jaminan sosial

belum berjalan sesuai dengan peraturan yang ada dalam Undang-undang Nomor

24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Pasal15 ayat (1)

yang menyebutkan bahwa Pemberi kerja bertahap wajib mendaftarkan dirinya

dan pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan

Sosial yang diikuti. Menurut Giuseppe Casale and Changyou Zhu (2013: 79)

Social security is a fundamental system for ensuring people’s livelihoods and

adjusting the distribution of wealth.

Terkait dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap tenaga kerja

harian lepas dan buruh plasma menurut Angkat Lujeng selaku Pengawas Tenaga

Kerja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja dalam wawancara

yang penulis lakukan (Hari Jum’at, 10 Maret 2017 pukul 09.00) tentunya sangat

berpengaruh juga terhadap tenaga kerja harian lepas terutama tenaga kerja

perempuan. Saat ini industri di Purbalingga lebih banyak membutuhkan tenaga

kerja perempuan dibandingkan laki-laki, karena banyak industri beranggapan

bahwa tenaga kerja perempuan lebih tekun dalam melakukan sesuatu terutama

untuk industri rambut dan bulu mata. Oleh karena itu ada ketentuan-ketentuan

khusus untuk perlindungan tenaga kerja perempuan agar tenaga kerja perempuan

lebih dilindungi. Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan antara lain Pasal 76, 81, 82, 83, 84 dan Pasal 93 menjelaskan

bahwa tenaga kerja perempuan dengan laki-laki berbeda dalam beberapa hal

(5)

Mengingat permasalahan tenaga kerja yang semakin kompleks memerlukan

penanganan yang lebih serius melalui penyempurnaan terhadap sistem pengawasan

ketenagakerjaan yang harus terus dilakukan supaya peraturan

perundang-undangan dapat dijalankan secara efektif baik oleh para industri ataupun

pekerjanya. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

bisa dijadikan salah satu solusi dalam perlindungan pekerja maupun pengusaha

tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hal ini dimaksudkan untuk

menjaga keselamatan dan menjalankan pekerjaan pekerja/buruh wajib

mendapatkan perlindungan terhadap tenaga kerja, untuk menjamin hak-hak

dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan, kesempatan, serta perlakuan tanpa

diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh

dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia

usaha(Rachmat Trijono, 2014: 53). Perlindungan kerja dapat dilakukan baik

dengan jalan memberikan tuntunan, santunan maupun dengan jalan

meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan sosial

ekonomi melalui norma yang berlaku dalam perusahaan (Zaeni, 2007: 77).

Mengenai perlindungan hukum berarti membahas tentang hak dan

kewajiban pekerja/buruh.UD.RAFI RIDHO Purbalingga merupakansalahsatu

industri di Kabupaten Purbalingga yang harusdiperhatikan.Berdasarkan

wawancara yang penulis lakukan dengan pemilik UD.RAFI RIDHO

Purbalingga, dalam perekrutanpekerja/buruh di UD.RAFI RIDHO Purbalingga

sangat mudah bahkantidak ada persyaratan apapun karena perekrutan tersebut

ditujukan untuk pekerja harian lepas yang pengaturannya berbeda dengan tenaga

(6)

RAFI RIDHO Purbalingga dengan pekerjanya hanya melalui perjanjian lisan

saja yang mengakibatkan pekerja/buruh berada pada posisi yang lemah. Hal ini

menjadikan hak dan kewajiban pekerja/buruh menjadi tidak jelas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan tentang tenaga kerja harian lepas dengan suatu bentuk penelitian

dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Harian Lepas Pada

Plasma Industri Rambut di UD. RAFI RIDHO Purbalingga”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas pada plasma

industri rambut di UD. RAFI RIDHO Purbalingga?

2. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa antara perusahaan/pengusaha dengan

pekerja harian lepas di UD. RAFI RIDHO Purbalingga jika terjadi sengketa

antara pemilik UD. RAFI RIDHO Purbalingga dengan pekerja/buruh?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pekerja harianlepaspada

plasma industri rambut di UD. RAFI RIDHO Purbalingga.

2. Untuk menganalisis upaya penyelesaian sengketa antara perusahaan /

pengusaha jika terjadi sengketa antara perusahaan/pengusaha dengan pekerja

(7)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu

hukum.

b. Menjadi sumber informasi dan pedoman dalam penelitian yang lain yang

sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya tentang Hukum Ketenagakerjaan.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan manfaat untuk lebih mengembangkan penalaran,membentuk

pola pikir yang dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti

dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya

berkaitan dengan penanganan terhadap pekerja harian lepas pada plasma

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan checklist GMP dan SSOP dilakukan pada tahapan observasi di Katering A, selanjutnya dilakukan penyusunan HACCP Plan, dimana dilakukan analisa bahaya,

Perubahan yang paling menonjol terjadi di sekolah ketika kebijakan diimplementasikan adalah pada strategi pembelajaran yang menggunakan bilin- gual sebagai bahasa pengantar dan

Dengan komunikasi word of mouth seseorang akan mudah percaya dengan suatu produk yang dapat membentuk suatu minat beli dan nantinya diharapkan akan berdampak pada

Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun

Di samping memiliki tempat yang ditabukan, masyarakat Kampung Naga juga memiliki adat yang khas, yaitu kepercayaan terhadap waktu.. Hal ini terwujud pada kepercayaan mereka akan

Berkenaan dengan hal tersebut, dengan hormat kami mengundang saudara untuk dapat mengikuti Rapat Negosiasi teknis Harga/Biaya, Semua kelengkapan administrasi agar

Pelayanan kepabeanan yang belum dapat diselesaikan oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada hari dan jam kerja, di luar hari dan jam kerja, atau pada hari libur

Kulit singkong memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, setelah melalui proses pengolahan kulit singkong ini dapat diberikan kepada ternak sebagai bahan pakan substitusi