• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pareto ABC indeks kritis dan Economic Order Quantity (EOQ) sediaan farmasi dengan pola penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pareto ABC indeks kritis dan Economic Order Quantity (EOQ) sediaan farmasi dengan pola penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PARETO ABC INDEKS KRITIS DAN

ECONOMIC

ORDER QUANTITY

(EOQ) SEDIAAN FARMASI DENGAN POLA

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI

RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Christina Ramya Hening

NIM : 088114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Segerombol ka

tinggi.

Tak satu pun p

berhasil menca

Terdengar sua

Katak-katak mu

Penonton teru

Lebih banyak l

Tapi ada SATU

Dia melanjutka

puncak.

Katak-katak la

“bagaimana kat

Ternyata... Kat

(Dikutip dari Modu

iv

Kupersembahkan

Ungkapan rasa hor

da

katak kecil mengadakan lomba menaiki mena

n penonton benar-benar percaya katak-kata

ncapai puncak menara.

uara “ terlalu sulit!!” “menaranya terlalu ting

mulai berjatuhan. Satu per satu..

rus bersorak “tidak ada yang bisa mencapa

k lagi katak yang lelah dan menyerah.

TU yang tak menyerah!

tkan hingga semakin tinggi dan dia berhasil

lain ingin tahu :

katak ini bisa melakukannya?”

Katak pemenang itu TULI!!!

Modul Pelatihan dan PengembanganKepribadian Mahasisw

an karya ini untuk:

Ibu-Bapakku,

hormat dan baktiku

Adikku Ria

Kekasihku Putra

dan Almamaterku

menara yang

atak tersebut

tinggi”.

pai menara”.

sil mencapai

(5)
(6)
(7)

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala

berkah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Analisis Pareto ABC Indeks Kritis dan

Economic Order

Quantity

(EOQ) Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010”

dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Unversitas Sanata Dharma Yogyakata.

2. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin

penelitian dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Djaman G. Manik, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dukungan, perhatian, dan saran yang

berharga dari awal hingga akhir kepada penulis.

4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji

(8)

vii

6. Ibu dan bapak yang sangat kucintai, atas doa, kasih sayang, perhatian,

bimbingan, nasihat, dan dukungan selama ini.

7. Adik tersayang Maria Juita, yang selalu memberi keceriaan dan semangat

kepada penulis.

8. Sukmarta Putra, atas doa, perhatian, semangat, dukungan, bantuan yang

diberikan, dan sabar dalam mendengarkan keluh kesah penulis selama ini.

9. Bapak dan Ibu Sukamto atas doa, perhatian, semangat, dan dukungan selama

ini.

10. Teman seperjuangan Kornelia Dyah Ayu Purbosari atas kerjasama dan

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik Florentina Erna, Franciska, Elizabeth Primadhani,

keluarga Tastiti, dan semua yang selalu memberi semangat dan bantuan doa.

12. Teman – teman kelas FKK A angkatan 2008 yang telah memberikan semangat

dan keceriaan di kampus, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang

bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini

bermanfaat bagi pembaca.

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... .... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .... ii

HALAMAN PENGESAHAN... .... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... .... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... .... vi

PRAKATA... .... vii

DAFTAR ISI... .... ix

DAFTAR TABEL... .... xiii

DAFTAR GAMBAR ... .... xv

DAFTAR LAMPIRAN... .... xvi

INTISARI... .... xvii

ABSTRACT... ....

xviii

BAB I PENGANTAR ... .... 1

A. Latar Belakang ... .... 1

1. Permasalahan... .... 3

2. Keaslian penelitian ... .... 4

3. Manfaat penelitian... .... 7

B. Tujuan Penelitian ... .... 8

1. Tujuan umum ... .... 8

(10)

ix

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... .... 9

A. Rumah Sakit ... .... 9

1. Definisi Rumah Sakit ... .... 9

2. Klasifikasi Rumah Sakit... .... 9

3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... .... 10

4. Rumah Sakit Panti Rapih ... .... 11

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit... .... 13

1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit... .... 13

2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih ... .... 13

C. Sediaan Farmasi ... .... 14

D. Apoteker... .... 15

E. Formularium Rumah Sakit... .... 16

F. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ... .... 17

G. Manajemen Farmasi ... .... 20

1. Manajemen logistik... .... 20

2. Manajemen perencanaan... .... 21

3. Manajemen persediaan... .... 22

H. Analisis Pareto ABC ... .... 22

I.

Analisis ABC Indeks Kritis... .... 24

J.

Economic Order Quantity ... ....

24

K.

Safety Stock

... .... 25

L.

Reorder Point

... .... 26

(11)

x

BAB III METODE PENELITIAN... .... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... .... 28

B. Variabel Penelitian ... .... 28

C. Definisi Operasional... .... 28

D. Tempat Penelitian... .... 30

E. Instrumen Penelitian... .... 30

F. Jalannya Penelitian... .... 30

G. Analisis Hasil ... .... 31

1. Analisis ABC Nilai Pakai ... .... 31

2. Analisis ABC Nilai Investasi ... .... 32

3. Analisis ABC Indeks Kritis... .... 33

4. Analisis

Economic Order Quantity

... .... 33

5. Perhitungan

Safety Stock

... .... 34

6. Analisis

Reorder Point

... .... 35

7. Analisis Perbandingan Formularium Rumah Sakit... .... 36

H. Kesulitan Penelitian ... .... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... .... 37

A. Analisis Pareto ABC ... .... 38

1. Analisis Pareto ABC Nilai Pakai ... .... 38

2. Analisis Pareto ABC Nilai Investasi ... .... 41

3. Analisis Pareto ABC Indeks Kritis ... .... 46

4. Analisis EOQ ... .... 49

(12)

xi

6. Analisis Perbandingan Formularium Rumah Sakit... ....56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... .... 60

A. Kesimpulan ... .... 60

B. Saran... .... 62

DAFTAR PUSTAKA ... .... 63

LAMPIRAN... .... 65

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I

Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut... .... 18

Tabel II

Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Seluruh Sedian Farmasi

di RSPR Tahun 2010... .... 38

Tabel III

Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Sediaan Farmasi Pola

Penyakit ISPA di RSPR Tahun 2010 ... .... 39

Tabel IV

Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Sediaan Farmasi Pola

Penyakit ISPA dibanding dengan Total Sediaan Farmasi

Di RSPR Tahun 2010... .... 40

Tabel V

Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Seluruh Sediaan

Farmasi di RSPR Tahun 2010... .... 41

Tabel VI

Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Sediaan Farmasi Pola

Penyakit ISPA di RSPR Tahun 2010 ... .... 43

Tabel VII

Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Sediaan Farmasi Pola

Penyakit ISPA dibanding dengan Total Sediaan Farmasi

Di RSPR Tahun 2010... .... 44

Tabel VIII

Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi

di RSPR Tahun 2010... .... 46

Tabel IX

Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi

(14)

xiii

Tabel X

Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi

Pola Penyakit ISPA dibanding dengan Total Sediaan

Farmasi di RSPR Tahun 2010... .... 47

Tabel XI

Hasil perhitungan EOQ Sediaan Farmasi ISPA Kelompok

Indeks Kritis A ... .... 49

Tabel XIII

Hasil perhitungan

Safety Stock

dan ROP Sediaan Farmasi ISPA

Kelompok Indeks Kritis A ... .... 53

Tabel XIV

Hasil perhitungan

Safety Stock

dan ROP Sediaan Farmasi ISPA

Kelompok Indeks Kritis A ... .... 54

Tabel XV

Hasil perbandingan dengan Formularium... .... 56

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Grafik ROP ... 27

Gambar 2

Diagram Batang Item Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis

ABC Nilai Pakai... 38

Gambar 3

Diagram Batang Item Sediaan Farmasi ISPA Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Pakai ... 40

Gambar 4

Diagram Batang Item Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis

ABC Nilai Investasi ... 42

Gambar 5

Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai

Investasi... 42

Gambar 6

Diagram Batang Item Sediaan Farmasi ISPA Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Investasi ... 45

Gambar 7

Diagram Batang Item Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis

ABC Nilai Indeks Kritis... 46

Gambar 8

Diagram Batang Item Sediaan Farmasi ISPA Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Indeks Kritis... 48

Gambar 9

Grafik Hasil Perhitungan ROP dan SS... 55

Gambar 10

Diagram Lingkaran Perbandingan dengan Formularium... 56

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1

Data Sediaan Farmasi Berdasarkan Nilai Pakai di RSPR

Th 2010 ... 65

Lampiran 2

Data Sediaan Farmasi Berdasarkan Nilai Investasi di RSPR

Th 2010 ... 99

Lampiran 3

Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis di RSPR Th 2010... 151

Lampiran 4

Perhitungan EOQ ... 184

Lampiran 5

Data Sediaan ISPA yang Sesuai dengan Formularium RSPR

Th 2010 ... 221

Lampiran 6

Data Sediaan Eksklusi... 226

(17)

xvi

INTISARI

Analisis

sediaan

farmasi

sangat

diperlukan

guna

menjamin

ketersediaan sediaan farmasi yang optimal sehingga dapat tercapai tujuan

pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perencanaan sediaan farmasi menggunakan Pareto ABC dilihat dari

nilai pakai (NP), nilai investasi (NI), dan nilai indeks kritis (NIK), serta

perhitungan

Economic Order Quantity

(EOQ) dan

Reorder Point

(ROP) sediaan

farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2010 dengan pola penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang merupakan penyakit tertinggi di Rumah

Sakit Panti Rapih pada tahun 2010.

Penelitian

ini

merupakan

jenis

penelitian

non-eksperimental.

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Data berupa pemakaian sediaan

farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih dengan pola ISPA tahun 2010. Analisis

menggunakan Pareto ABC, EOQ, ROP.

Hasil penelitian didapatkan A

NP

21,80% dari 266 item, B

NP

14,64%

dari 280 item, C

NP

14,29% dari 1106 item. A

NI

25,00% dari 264 item, B

NI

17,12%

dari 333 item, C

NI

12,70% dari 1055. A

NIK

22,59% dari 270 item, B

NIK

49% dari

239 item, C

NIK

12,86% dari 1143 item. Nilai EOQ dan ROP masing-masing.

Terdapat 86,38% sediaan farmasi yang sesuai dengan formularium dan 13,62%

sediaan farmasi yang tidak sesuai dengan formularium.

(18)

xvii

ABSTRACT

Analysis of pharmaceutical supply is needed to ensure optimum

pharmaceuticals so can achieve the health center’s purpose that effective dan

efficient. The aim is used to determine the planning of pharmaceutical supply with

ABC Pareto analysis use-value (NP), investment-value (NI), critical index (NIK),

Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) pharmaceutical supply

in Panti Rapih Hospital in 2010 with Accute Respiratory Infection (ARI) that

highest disease in Panti Rapih Hospital in 2010.

This research is non-experimental research. Data was collected

retrospectively. Data in the form of the pharmacetical supply in Panti Rapih

Hospital with ARI in 2010. Data analysis with Pareto ABC, EOQ, ROP.

Results of this research, A

NP

21,80% of 266 items, B

NP

14,64% of 280

items, C

NP

14,29% of 1106 items. A

NI

25,00% of 264 items, B

NI

17,12% of 333

items, C

NI

12,70% of 1055 items. A

NIK

22,59% of 270 items, B

NIK

49% of 239

items, C

NIK

12,86% of 1143 items. Each EOQ and ROP value. There are 86,38%

of

pharmaceutical

supply

appropriate

with

formulary

and

13,62%

of

pharmaceutical supply which not appropriate with formulary.

(19)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Menurut Permenkes RI No. 340 Tahun 2010, Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Guna mewujudkan pelayanan yang bermutu dan peningkatan

derajat kesehatan, rumah sakit perlu memberikan pelayanan yang optimal dalam

segala bidang.

Salah satu pelayanan yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah

pelayanan farmasi, yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Menurut Khasanah (2010), logistik

sediaan farmasi menyerap sekitar 60-70% dari alokasi dana untuk rumah sakit.

Untuk itu, diperlukan perencanaan logistik yang tepat untuk mencapai pelayanan

yang optimal kepada pasien.

Untuk tercapainya tujuan logistik dalam pengadaan sediaan farmasi

yang efektif dengan harga yang efisien, diperlukan pengendalian sediaan dengan

metode yang tepat. Salah satu metode analisis persediaan yang cukup ideal untuk

pengendalian persediaan adalah metode analisis ABC. Dikatakan ideal karena

dengan analisis ABC ini, dapat dibuat perencanaan seefektif mungkin dengan

biaya seefisien mungkin, yaitu dengan membagi sediaan farmasi menjadi 3

(20)

meningkatkan keefektivan perencanaan sediaan farmasi, dapat digunakan metode

kombinasi ABC Indeks Kritis. Metode tersebut merupakan metode kombinasi dari

analisis ABC nilai pakai dan nilai investasi. Nilai pakai berdasarkan pemakaian

sediaan farmasi, serta nilai investasi berdasarkan pemakaian dan harga barang

tersebut. Sedangkan untuk mengetahui jumlah pesanan ekonomis dari sediaan

farmasi kelompok Indeks Kritis A, dilakukan perhitungan

Economic Order

Quantity

(EOQ) dan

Reorder Point

(ROP) untuk mengetahui waktu pemesanan

kembali dari sediaan farmasi tersebut.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit umum swasta utama,

yang

memberikan

pelayanan

medik

bersifat

umum,

spesialistik,

dan

subspesialistik. Sehingga tidak jarang Rumah Sakit Panti Rapih menerima rujukan

dari rumah sakit lain disekitarnya, terutama bagi layanan subspesialistik yang

tersedia. Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit swasta yang

mempunyai angka kunjungan pasien yang cukup tinggi. Pada tahun 2010, total

pasien rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit Panti rapih adalah 278.583

pasien. Hal tersebut mengakibatkan pengadaan sediaan farmasi di rumah sakit

tersebut juga tinggi. Maka tepatlah dilakukan analisis ABC yang bertujuan untuk

mengefektifkan pengadaan sediaan farmasi dan mengefisienkan

biaya yang

dikeluarkan, serta metode EOQ dan ROP untuk mengetahui jumlah dan waktu

yang tepat untuk pengadaan sediaan farmasi.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab

(21)

(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Pada tahun 2010, penyakit infeksi saluran

pernafasan akut menempati peringkat tertinggi di Rumah sakit Panti Rapih

Yogyakarta dengan jumlah pasien sebesar 21.249 pasien, atau sebesar 7,61% dari

total pasien. Pola penyakit tertinggi tersebut kemungkinan memiliki pengaruh

yang cukup besar pada pengadaan seluruh sediaan farmasi di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta. Maka peneliti melakukan analisis ABC Indeks Kritis terhadap

sediaan farmasi untuk pola penyakit ISPA, untuk selanjutnya dilakukan

perhitungan EOQ dan ROP terhadapat sediaan yang terdapat di kelompok Indeks

Kritis A. Sediaan farmasi yang terdapat di kelompok Indeks Kritis A tersebut juga

dibandingkan apakah sediaan farmasi berdasarkan prioritas sediaan analisis pareto

sudah sesuai dengan yang terdapat di formularium, dengan harapan dapat

membantu rumah sakit dalam menyusun formularium rumah sakit periode

selanjutnya.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diteliti dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana nilai Pareto ABC dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi sediaan

farmasi untuk pola penyakit ISPA di RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010?

b. Bagaimana Nila Indeks Kritis (NIK) sediaan farmasi untuk pola penyakit

ISPA di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2010?

c. Bagaimana nilai EOQ dan ROP sediaan farmasi untuk ISPA kelompok Indeks

(22)

d. Bagaimana perbandingan antara hasil nilai indeks kritis sediaan farmasi untuk

pola penyakit ISPA dengan formularium Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang telah penulis lakukan, penelitian mengenai

Analisis Pareto ABC Indeks Kritis dan

Economic Order Quantity

(EOQ) dengan

Pola Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Tahun 2010 belum pernah dilakukan.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh :

a. Annisa (2008) yang berjudul Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik dengan

Metode Analisis ABC, EOQ, dan ROP di Sub Unit Apotik Rumah Sakit

Pertamina Jaya Periode Januari-Maret 2008. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa berdasarkan hasil analisis ABC untuk obat antibiotik kelompok A

mempunyai nilai investasi sebesar 80,11%. Kelompok B 15,85%. Sedangkan

kelompok C 4,03%. Untuk 11 item obat yang termasuk dalam kelompok A

didapatkan nilai EOQ yang bervariasi mulai dari 11-1045 unit, untuk obat

kelompok B mulai dari 1-691 unit, sedangkan untuk obat kelompok C mulai

dari 1-15 unit. Untuk perhitungan ROP kelompok A sebanyak 4-473 unit,

kelompok B 1-263 unit, sedangkan kelompok C dari 1-45 unit .Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian

pokok

yang

diteliti,

yaitu

mengenai

pengelolaan

sediaan

farmasi

(23)

metode analisis dan sediaan farmasi yang digunakan. Peneliti terdahulu hanya

menggunakan analisis ABC untuk obat golongan antibiotik. Sedangkan

peneliti menggunakan analisis ABC Indeks Kritis sediaan farmasi dengan pola

penyakit ISPA.

b. Awaludin (2010) yang berjudul Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan

Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru

Kutoarjo Periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan

hasil

analisis

ABC

indeks

kritis

tahun

2006-2008

direkomendasikan sebanyak 373 item sediaan (kelompok A dan B) sedangkan

sediaan lainnya yang termasuk kelompok C pengadaannya dipertimbangkan

sesuai kebutuhannya dalam jumlah terbatas. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok yang diteliti,

yaitu mengenai pengelolaan sediaan farmasi di Rumah Sakit. Perbedaannya

adalah pada metode analisis yang digunakan. Peneliti terdahulu menggunakan

analisis VEN sebagai bagian dari analisis ABC indeks kritis, sedangkan

peneliti tidak menggunakan analisis VEN. Selain itu, peneliti juga melakukan

analisis ROP, EOQ, dan perbandingan dengan formularium yang tidak

dilakukan oleh peneliti terdahulu.

c. Trismayanti (2010) yang berjudul penelitian Analisis Pareto ABC Sediaan

Farmasi Puskesmas di Kabupaten Bantul dengan Pola Penyakit Utama

Nasofaringitis

Akut

dan

Influenza

Periode

2009.

Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa terdapat 19 sediaan yang menjadi prioritas dalam

(24)

utama nasofaringitis akut dan myalgia periode 2009, dengan total nilai

investasi 19 sediaan tersebut adalah sebesar Rp 300.086.244,55. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian

pokok

yang

diteliti,

yaitu

mengenai

pengelolaan

sediaan

farmasi

menggunakan Pareto ABC dan dengan pola penyakit tertinggi. Perbedaannya

adalah pada metode analisis dan pola penyakit yang digunakan. Peneliti

terdahulu menggunakan analisis prioritas sediaan farmasi serta pola penyakit

nasofaringitis akut dan myalgia, sedangkan peneliti melakukan analisis EOQ,

ROP, dan perbandingan dengan formularium, serta pola penyakit ISPA.

d. Rahayu, 2011, Evaluasi Pengadaan Narkotika dan Psikotropika di

Apotek-Apotek Kota Yogyakarta Periode Januari-Juni 2011 Menggunakan Analisis

Pareto ABC dan

Moving Average Total

. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perkiraan jumlah pemakaian 33 sediaan kelompok A

NIK

seluruh apotek di Kota

Yogyakarta pada semester kedua, yaitu periode Juli-Desember 2011 adalah

sebanyak 496.128,40 dengan Calmlet

®

2 mg sebagai

item

sediaan dengan

jumlah pemakaian paling banyak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok yang diteliti, yaitu

mengenai pengelolaan sediaan farmasi menggunakan Pareto ABC dan EOQ,

serta asumsi biaya penyimpanan untuk perhitungan EOQ sebesar 3% dari

harga satuan sediaan farmasi. Perbedaannya adalah pada metode analisis dan

sediaan farmasi yang digunakan. Peneliti terdahulu menggunakan analisis

(25)

psikotropika, sedangkan peneliti melakukan analisis ROP, dan perbandingan

dengan formularium, serta sediaan farmasi untuk ISPA.

3. Manfaat yang diharapkan

a. Manfaat teoritis

Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

pengetahuan

mengenai perencanaan sediaan farmasi berdasarkan pola penyakit ISPA agar

pengadaan sediaan di rumah sakit dapat efisien serta pemakaian sediaan

farmasi tersebut efektif sehingga meningkatkan mutu kehidupan pasien.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

apoteker dan bagian logistik Rumah Sakit panti Rapih mengenai nilai pakai,

nilai investasi, nilai indeks kritis menggunakan analisis Pareto ABC, nilai

Economic Order Quantity,

nilai

Reorder Point

, serta perbandingan sediaan

dengan formularium rumah sakit dengan pola penyakit ISPA sehingga dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan

(26)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perencanaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta agar mendapatkan pengadaan sediaan farmasi yang efektif dan

efisien.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui nilai Pareto ABC dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi

sediaan farmasi untuk ISPA di RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010.

b. Mengetahui Nilai Indeks Kritis (NIK) sediaan farmasi untuk ISPA di Rumah

Sakit Panti Rapih tahun 2010.

c. Mengetahui nilai EOQ dan ROP sediaan farmasi untuk ISPA kelompok

Indeks Kritis A di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010.

d. Mengetahui perbandingan antara hasil nilai indeks kritis untuk sediaan farmasi

berdasarkan pola penyakit ISPA dengan formularium Rumah Sakit Panti

(27)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a).

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit mencakup

pendekatan peningkatan kesehatan (

promotif

), pencegahan penyakit (

preventif

),

penyembuhan penyakit (

kuratif

), dan pemulihan kesehatan (

rehabilitative

), yang

pelaksanaannya secara meyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar dan

Amalia, 2004).

2. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/Menkes/Per/III/2010

tentang

Klasifikasi

Rumah

Sakit,

rumah

sakit

dikelompokkan ke dalam bberapa kelas berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan.

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan

(28)

Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan

Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis, dengan

Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B;

Rumah Sakit Umum Kelas B

harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis

Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan

Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik

Subspesialis Dasar,

dengan jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C;

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis

Dasar dan

4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, dengan jumlah

tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D.

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis

Dasar, dengan jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

(Departemen Kesehatan, R.I., 2010a)

3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan

(29)

penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanaan rujukan (Aditama,

2010).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44

tahun

2009

Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai fungsi :

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan

melalui

pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

(Presiden Republik Indonesia, 2009a)

4. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit swasta

terbesar di Yogyakarta yang terletak di tengah kota, tepatnya di Jalan Cik Di Tiro

30 Yogyakarta. Rumah Sakit Panti Rapih dibuka secara resmi pada 14 Septenber

1929 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit “Onder

de Bogen”. Pada tahun 1942, Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, memberikan nama

(30)

Rumah Sakit Panti Rapih adalah sebagai rumah sakit rujukan yang memandang

pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan

kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur

kepada Tuhan (Anonim, 2012).

Berdasarkan kelasnya, Rumah Sakit Panti Rapih termasuk Rumah

sakit kelas B, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 370 buah dan beberapa

pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan Medik Umum yang terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan

Medik Mulut dan Gigi, Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana.

b. Pelayanan Medik Spesialis Dasar yangi terdiri dari Pelayanan Spesialis Bedah

Umum, Spesialis Anak, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dan Spesialis

Penyakit Dalam;

c. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yang terdiri dari Pelayanan Radiologi

(CT-Scan 64 slice, Rontgen,

Magnetic Resonance Imaging

/MRI), Rehabilitasi

Medik, Hematologi Klinis, Kimia Klinik, Urinalisa dan Patologi Anatomi;

d. Pelayanan Medik Spesialis Lainnya yang terdiri dari Pelayanan Spesialis

Mata, Spesialis THT, Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah, Spesialis Kulit, Spesialis Psikiatri, Spesialis Paru dan Asma, Spesialis

Bedah Tulang, Spesialis Bedah Urologi, Spesialis Bedah Saraf, Spesialis Bedah

Plastik, Spesialis Saluran Cerna;

e. Pelayanan Medik

Subspesialis Dasar yang terdiri dari Spesialis Bedah

Digesti, Spesialis Bedah Thorax, Spesialis Penyakit Darah, Spesialis Bedah Anak

(31)

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1.

Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau

unit atau bagian yang terdapat dalam suatu rumah sakit di bawah pimpinan

apoteker dan dibantu apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional (Siregar dan Amalia,

2004).

Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian

dan alat kesehatan yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagai

sarana pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan

kefarmasian (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih dipimpin oleh seorang

Apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi, yang merupakan bagian dari Bidang

Penunjang Medik di bawah pimpinan Direktur Pelayanan Medik. Untuk

menunjang kelancaran pelayanannya, Instalasi Farmasi di rumah sakit Panti Rapih

dibedakan menjadi dua yaitu instalasi farmasi rawat inap dan instalasi farmasi

rawat jalan yang semuanya melayani 24 jam. Sedangkan untuk instalasi farmasi

rawat jalan sendiri terdapat di 3 tempat, yaitu Instalasi Farmasi Rawat Jalan lantai

(32)

– 20.00 WIB), Instalasi Farmasi Rawat Jalan lantai 3 (pelayanan pk.08.30 – 20.00

WIB) (Anonim, 2012).

Tujuan layanan farmasi Rumah Sakit Panti Rapih adalah pemberian

obat yang rasional, efektif, dan efisien. Obat – obat yang disediakan adalah daftar

obat yang bermutu termasuk

original product

. Sedangkan dalam pengadaan

obat-obatan,

Instalasi

Farmasi

bekerjasama

dengan

Bidang

Logistik

bagian

Pergudangan Farmasi di bawah pimpinan Direktur Keuangan dan Logistik, yang

metode perencanaannya menggunakan metode konsumsi (Anonim, 2012).

C. Sediaan Farmasi

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetik. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi

dalam

rangka

penetapan

diagnosis,

pencegahan,

penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, untuk manusia (Presiden

Republik Indonesia, 2009b).

Obat tradisional adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi

atau

keadaan

patologi

dalam

rangka

penetapan

diagnosis,

pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia

(33)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 68 tahun 2010, ada

beberapa jenis obat:

1. Obat Paten, adalah obat yang masih memiliki hak paten.

2. Obat generik, adalah obat dengan nama resmi

International Non Propietary

Names

(INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar

lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang, adalah obat generik dengan nama

dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.

4. Obat Esensial, adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan bagi masyarakat mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan

tercantum dalam Daftar Obat Essensial yang ditetapkan oleh Menteri.

(Departemen Kesehatan R.I., 2010b)

D. Apoteker

PP No 51 Th 2009 pasal 1 ayat (5) tentang Pekerjaan Kefarmasian,

menyatakan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Presiden Republik

Indonesia, 2009c). Apoteker merupakan penghubung antara staf medis dan bagian

farmasi dengan bagian pembelian RS untuk menjamin bahwa pasien akan

menerima obat-obatan yang dibeli semata-mata dengan pertimbangan efektif

dalam melaksanakan pengawasan terhadap persediaan obat-obatan secara

(34)

Praktik farmasi dalam suatu rumah sakit mencakup tanggung jawab

besar terhadap keamanan dan ketepatan penggunaan obat pada penderita, antara

lain seleksi obat yang rasional, pemantauan dan pengendalian program terapi obat

menyeluruh dari penderita (Siregar dan Amalia,2004). Menurut Siregar dan

Kumolosari (2006), apoteker rumah sakit mempunyai kewajiban

profesional

untuk berpartisipasi dengan aktif dalam meningkatkan upaya penelitian yang

berkaitan dengan farmasi dan obat.

Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Praktik kefarmasiaan

yang

meliputi

pembuatan termasuk

pengendalian

mutu

sediaan

farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan

obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Presiden Republik Indonesia, 2009b).

E. Formularium Rumah Sakit

Definisi sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf

medik dari suatu rumah sakit yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan Terapi,

mengevaluasi, menilai, dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat

yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Hanya

obat yang dipilih, yang secara rutin tersedia di IFRS. Jadi, sistem formularium

adalah sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian

(35)

Formularium merupakan sarana yang kuat untuk meningkatkan

kualitas dan mengawasi biaya obat yang digunakan untuk pengobatan di rumah

sakit. Yang menjadi pokok dari pelaksanaan sistem pendataan obat ini ialah

adanya Formularium Rumah Sakit, kumpulan produk obat yang secara terus

menerus ditinjau ulang, obat-obat tersebut dipilih oleh Komite Farmasi dan Terapi

dengan adanya informasi pendukung yang penting tentang penggunaan

obat-obatan tersebut, tentang kebijakan serta prosedur farmasi yang relevan (Seto, Nita,

Triana, 2008).

Di Rumah Panti Rapih, formularium disusun oleh Panitia Farmasi dan

Terapi setiap dua tahun sekali. Sediaan farmasi disusun dalam bentuk tabel dan

diklasifikasikan berdasarkan golongan obat. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan formularium periode 2008-2011.

F. Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernapasan

atas

atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan

berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi

ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen

penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (

World Health Organization

,

2007).

Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai

mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi

(36)

mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran

infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang

kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi

(Departemen Kesehatan R.I., 2005).

Terapi infeksi saluran napas memang tidak hanya tergantung pada

antibiotika. Beberapa kasus infeksi saluran napas atas akut disebabkan oleh virus

yang tidak memerlukan terapi antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi

suportif berperan

besar dalam mendukung sukses terapi antibiotika, karena

berdampak

mengurangi

gejala,

meningkatkan

performa

pasien.

Berikut

merupakan profil obat untuk ISPA:

Tabel I. Tabel Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

GOLONGAN NAMA

OBAT DOSIS DEWASA DOSIS ANAK

Antibiotika

Penicilin V 3-4 x 125-500mg <5: 2x125mg

5-12th: 25-50mg/kg/hari Amoksisilin/

Koamoksiklav

3x250-500mg/2x1000mg

25-50mg/kg/hari dlm 3 dosis terbagi

Cefadroksil 2x500-1000mg 30mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Cefuroksim 2x250-500 mg selama

10 hari

3bln-12th

Faringitis,tonsillitis:20mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis

selama 10 hari

Otitis media akut,sinusitis: 30mg/kg/hari dlm 2 dosis Cefiksim 2x100-200mg 8mg/kg/hari terbagi dlm 1-2 dosis Eritromisin 2-4x250-500 mg

(base)

Bayi&anak:30-50mg/kg terbagi 3-4 dosis. Dosis dapat

dilipat gandakan pada infeksi berat

Azitromisin 1x500mg hari I, diikuti 1x250mg pada hari kedua-kelima

Anak> 6 bln:

CAP: 10mg/kg pada hari I diikuti 5mg/kg/hari sekali

sehari sampai hari kelima Otitis media: 1x30mg/kg; 10mg/kg sekali sehari selama 3 hari

Anak>2th :

(37)

Tabel I. Lanjutan

GOLONGAN NAMA

OBAT

DOSIS DEWASA DOSIS ANAK

Antibiotika

Klaritromisin 2x250-500mg selama 10 -14 hari (ISPA atas)

2x250-500mg selama 7-14 hari (ISPA bawah)

Anak >6 bln: 15mg/kg/hari dlm 2 dosis terbagi selama 10 hari

Doksisiklin 2 x 100mg >8tahun CAP:2x100mg Ciprofloksasin SPA bawah: 2 x500-750 mg

selama 7-14 ha

Sinusitis akut: 2x500 mg selama 10 hari

-Ofloksasin ISPA bawah 2 x400mg selama 10 hari

1-12th: Otitis Media Akut: 6x1-2 tetes selama 10 hari

Levofloksasin Eksaserbasi Bronkhitis kronik: 1x500mg selama 5 hari Sinusitis akut: 1 x500mg selama 10 hari

CAP: 1x500mg selama 7-14 hari

- Analgetik-Antipiretik

Parasetamol 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 3-4 x 1000 mg, tidak

melebihi 4g/hari

< 12 th: 10-15mg/kg setiap 4-6jam, max 2,6g/hari

>12 th: seperti dosis dewasa.

Ibuprofen 4-6 x 200-400 mg, max 3,2g/hari

CTM 4mg setiap 4-6 jam, max 24mg/hari

<1th tidak direkomendasikan 1-2th: 2x1mg 2-5th: 1mg setiap 4-6jam, max 6mg/hari 6-12th: 2mg setiap 4-6jam, max 12 mg/hari Cetirizine 1x 5-10mg 6-12 bln: 1 x 2,5 mg

12 bln-<2th: 1 x 2,4 mg 2-5th: 2 x 2,5 mg atau 1 x5 mg

(38)

Tabel I. Lanjutan

GOLONGAN NAMA

OBAT DOSIS DEWASA DOSIS ANAK

Kortiko-steroid

Deksametason 0,75-9 mg/kg/hari 0.08-0.3mg/kg/hari dalam 2 -4 dosis terbagi diberikan secara p.o./i.m./i.v Prednison 1-4 x 1 tab 0,05-2 mg/kg/hari

terbagi dalam 1-4 dosis

Dekongestan

Pseudoefedrin 30-60mg setiap 4-6jam < 2th: 4mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam 2-5th:15mg setiap 6 jam 6-12th:30mg setiap6 jam Nafazolin 1-2 tetes atau semprotkan setiap

6 jam

< 6th: tidak direkomendasikan 6-12th: 1-2 tetes atau semprotkan setiap 6 jam

Bronkodilator

Aminofilin 3-4 x 100 mg -Efedrin Oral: 25-50 setiap 3-4 jam

sesuai kebutuhan

i.m., s.c.: 25-50 mg, maks 150mg/hari

i.v. : 5-25 mg/dosis disuntikkan perlahan, diulang setiap 5-10 menit

Nasal spray: 2-3 semprot pada setiap lubang hidung, tidak lebih sering dari 4 jam

Oral,s.c.:3mg/kg/hari atau 25-100mg/m²/hari dalam 4-6 dosis terbagi

i.m., iv lambat: 0,2-0,3 mg/kg/dosis setiap 4-6jam

Nasal spray: 6-12th :1-2 semprot pada setiap lubang hidung,

tidak lebih sering dari 4 jam

Salbutamol 3-4 x 4mg <2th: 4 x 100µg/k g 2-6th: 3-4 x 1-2mg 6-12th:3-4x 2mg

Mukolitik Acetylcystein (Fluimucil®)

Akut: 3 x 200mg selama 5-10 hari

Kronik 3 x 200mg selama 1-2 bulan

3 x 1 sachet

(Departemen Kesehatan, R.I., 2005)

G. Manajemen Farmasi

1. Manajemen logistik

Manajemen adalah pengambilan keputusan, yang dapat diartikan

bagaimana pimpinan harus mengambil keputusan untuk menentukan misalnya

(39)

membuat strategi pemasaran, menerima ataupun mengeluarkan karyawan,

melakukan hubungan dengan mitra bisnisnya, juga dengan pelanggan potensial

dan berbagai pekerjaan yang lain (Seto, Nita, Triana, 2008).

Menurut Aditama (2010) manajemen logistik merupakan kegiatan

manajemen yang bertujuan untuk mencapai daya guna (efisiensi) yang optimal di

dalam memanfaatkan barang dan jasa. Tujuan logistik adalah menyampaikan

barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu

dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.

2. Manajemen perencanaan

Perencanaan

merupakan

dasar

tindakan

manajer

untuk

dapat

menyelesaikan tugas pekejaannya dengan baik. Fungsi perencanaan mencakup

kegiatan dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, garis-garis besar

apa yang akan dituju dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan

kebutuhan merupakan perincian dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua

faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan terutama

menyangkut

keterbatasan

organisasi.

dalam

penentuan

kebutuhan

adalah

menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah

kebutuhan persediaan barang/obat perjenisnya di apotek ataupun rumah sakit.

penentuan kebutuhan dapat dikatakan adalah merupakan perincian yang konkrit

(40)

3. Manajemen persediaan

Aditama (2007) mengatakan bahwa biaya rutin terbesar di rumah sakit

pada umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang meliputi:

a. Persediaan obat mencakup: obat-obat esensial, nonesensial, obat-obat yang

cepat dan obat-obat yang lama dipakai.

b. Persediaan bahan kimia mencakup: persediaan untuk kegiatan operasional

laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan non medis.

c. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU

yang membutuhkan beberapa jenis gas medik.

d. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan

perawatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang habis

pakai serta bahan tahan lama atau peralatan elektronik dan non elektronik.

H. Analisis Pareto ABC

Pareto meyakini bahwa 80% dari jumlah uang yang beredar hanya

dimiliki oleh sebagian kecil populasi yaitu sekitar 15-20% orang. Hukum Pareto

ini kemudian diaplikasikan menjadi metode Analisa ABC. Untuk menentukan

nilai tahunan dari suatu volume item tertentu, maka dalam analisis ABC dilakukan

dengan cara mengukur permintaan tahunan (D) dari setiap butir persediaan

dikalikan dengan biaya per-unit. Persediaan tipe A berisi 20% dari

total

persediaan dengan biaya total persediaan 70%-80%, persediaan tipe B berisi 30%

dari total persediaan dengan biaya persediaan 15%-20%, persediaan tipe C berisi

(41)

Analisis ABC adalah metode yang sangat berguna untuk melakukan

pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi penggunaan obat yang

rasional. Terkait dengan pemilihan obat, evaluasi obat kelompok A menjelaskan

tentang item obat yang paling banyak digunakan. Terkait dengan pendapatan dari

penyediaan obat, analisis ABC dapat digunakan untuk :

1. Menentukan frekuensi permintaan item obat

Memesan item obat kelompok A lebih sering dan dalam jumlah yang lebih kecil

akan mengurangi biaya persediaan.

2. Mencari sumber item kelompok A dengan harga yang lebih murah

Dilakukan dengan mencari item kelompok A dalam bentuk sediaan yang paling

murah atau supplier yang paling murah.

3. Memonitor status permintaan item

Hal ini untuk mencegah terjadinya kekurangan item yang mendadak dan

keharusan untuk melakukan pembayaran darurat yang biasanya lebih mahal.

4. Memonitor prioritas penyediaan

Pola

penyediaan

disesuaikan

dengan

prioritas

sistem

kesehatan

yang

menunjukkan jumlah obat jenis apa saja yang sering digunakan.

5. Membandingkan biaya aktual dan terencana

Membandingkan biaya aktual dan terencana dengan sistem penyediaan obat di

sektor publik negara yang bersangkutan

(Quick, Hume, Rankin, O’Connor, O’Connor, R.W, 1997)

Terkait dengan segi manfaat, analisis ABC digunakan untuk

(42)

kesehatan, dokter, dan tenaga medis lain untuk memberikan gambaran mengenai

obat yang jarang dan sering digunakan (Quick

et al

, 1997).

I. Analisis ABC Indeks Kritis

Menurut Suciati dan Adisasmito (2006), Analisis ABC Indeks Kritis

digunakan

untuk

meningkatkan

efisiensi

penggunaan

dana

dengan

pengelompokan obat atau perbekalan farmasi, terutama untuk obat-obatan yang

digunakan berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan. Dengan analisis ini maka

akan lebih efektif karena tidak hanya dilihat dari sisi penggunaan dana saja, tetapi

juga dilihat dari sisi penggunaan persediaan.

J.

Economic Order Quantity

(EOQ)

Untuk menentukan

Economic Order Quantity

/jumlah pesanan yang

ekonomis, harus diusahakan untuk memperkecil biaya-biaya pemesanan (

ordering

cost

) dan biaya-biaya penyimpanan (

carrying cost

) (Seto dkk, 2008).

Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan persediaan dengan

syarat harus memenuhi beberapa asumsi di bawah ini:

1. Tingkat penggunaan seragam dan diketahui (permintaannya konstan).

2. Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon).

3. Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama (tidak dalam kondisi

back

(43)

4.

Lead time

konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat pada saat

persediaan habis (minimal persediaan nol atau tidak terjadi

stockout

/persediaan

habis).

5. Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan produk lain.

6. Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk sejumlah

pesanan.

7. Struktur biaya khusus digunakan dengan cara: biaya item unit konstan dan

tidak ada diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Biaya penyimpanan

persediaan memiliki fungsi linier untuk sejumlah item.

(Zulfikarijah, 2005)

Keseimbangan biaya persediaan terjadi pada saat biaya pemesanan

sama dengan biaya penyimpanan atau yang disebut dengan EOQ dimana jumlah

pemesanan mencapai titik optimum. Untuk mencapai titik optimum tersebut dapat

ditemukan dengan terlebih dahulu menghitung biaya yang terkait di dalamnya

(Zulfikarijah, 2005).

K.

Safety Stock

(SS)

Sediaan

pengaman

adalah

jumlah

stok

yang disimpan

untuk

melindungi dari fluktuasi permintaan dan/atau pasokan yang tidak diharapkan.

Biasanya disimpan pada tingkat barang jadi. Namun demikian, terkadang sediaan

pengaman disimpan untuk mengganti bagian yang rusak dan usang (tidak bisa

dipakai lagi). Suku cadang yang sulit diperoleh disimpan sebagai sediaan

(44)

Tujuan

safety

stock

(persediaan

pengaman)

adalah

untuk

meminimalkan terjadinya

stockout

dan mengurangi penambahan biaya per

penyimpanan dan biaya

stockout

total, biaya penyimpanan disini akan bertambah

seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari

reorder point

oleh karena

adanya

safety stock

. Keuntungan adanya

safety stock

adalah pada saat jumlah

permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan

untuk menutup permintaan tersebut (Zulfikarijah, 2005).

L.

Reorder Point

(ROP)

Reorder Point

ialah saat atau titik dimana pemesanan harus dilakukan

lagi untuk mengisi persediaan.

Lead time

adalah waktu yang diperlukan sejak

dimulainya pelaksanaan usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang atau

bahan sampai barang atau bahan tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang

perusahaan (Margaretha, 2011).

Bila dilihat dari gambar 1, terdapat 4 alasan yang menyebabkan

dilakukan titik pemesanan kembali, yaitu:

1. Tingkat permintaan (biasanya didasarkan pada pengalaman)

2.

Lead Time

3. Adanya permintaan dan

lead time

yang beragam

(45)

Gambar 1. Grafik ROP

(Zulfikarijah, 2005)

M. Keterangan Empiris

Penelitian

ini

bersifat

eksploratif

untuk

mendapatkan

data

perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih

(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Kombinasi Pareto ABC dan EOQ

Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit ISPA di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2010 merupakan jenis penelitian non eksperimental karena

tidak ada perlakuan pada subyek uji dengan rancangan penelitian studi kasus yang

bersifat retrospektif karena mengambil data yang sudah ada, yang diperoleh dari

data pemakaian obat di Instalasi Farmasi.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah nilai Pakai dan nilai investasi dari sediaan farmasi

dengan pola penyakit ISPA di RS. Panti Rapih tahun 2010

2. Variabel terikat adalah nilai indeks kritis dan EOQ dari sediaan farmasi

dengan pola penyakit ISPA di RS. Panti Rapih tahun 2010

C. Definisi Operasional

1. Analisis berdasarkan data seluruh pemakaian sediaan farmasi di Rumah Sakit

Panti Rapih baik rawat jalan maupun rawat inap tahun 2010.

2. Nilai Pakai adalah nilai yang didapatkan berdasarkan jumlah pemakaian

(47)

3. Nilai Investasi adalah nilai yang didapatkan berdasarkan jumlah pemakaian

sediaan farmasi dikalikan dengan harga satuan (HNA+PPN) sediaan farmasi

dalam periode tahun 2010.

4. Nilai Indeks Kritis (NIK) merupakan penggabungan hasil analisis Pareto nilai

pakai dan Pareto nilai investasi sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2010, kemudian diberi skor, diurutkan

kembali dan diberi peringkat.

5. EOQ merupakan jumlah pemesanan ekonomis dari sediaan farmasi ISPA

kelompok NIK

A.

6. Biaya pemesanan untuk perhitungan EOQ dibuat asumsi sebesar 5% dari

harga satuan (HNA+PPN) sediaan farmasi.

7. Biaya penyimpanan untuk perhitungan EOQ dibuat asumsi sebesar 3% dari

harga satuan (HNA+PPN) sediaan farmasi.

8.

Lead Time

merupakan waktu tunggu dari mulai memesan sediaan farmasi

hingga sediaan sampai ke gudang, dibuat asumsi selama 3 hari.

9.

Safety Stock

merupakan jumlah sediaan pengaman dari sediaan farmasi ISPA

kelompok NIK

A

dibuat asumsi sebesar 1,5 kali kebutuhan selama

Lead Time

.

10. ROP merupakan waktu pemesanan kembali dari sediaan farmasi ISPA

kelompok NIK

A.

11. Kriteria inklusi: seluruh sediaan farmasi yang disediakan oleh RSPR tahun

(48)

12. Kriteri aeksklusi: sediaan farmasi yang harganya tidak terdapat di ISO

Indonesia periode 2009-2010 Vol. 44, sediaan farmasi dengan jumlah

pemakaian minus.

13. Tahun 2010 dimulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2010.

D. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi dan bagian Rekam Medis Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

E. Instrumen Penelitian

1. Data pemakaian seluruh sediaan farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat

inap di RSPR tahun 2010

2. ISO Indonesia periode tahun 2009-2010 volume 44 untuk melihat harga

satuan obat dengan nama dagang

3. Buku DPHO tahun 2010 untuk melihat harga satuan obat ASKES

4. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor:

302/Menkes/SK/III/2008 tentang Harga Obat Generik

5. Kalkulator

6. Program komputer

F. Jalannya Penelitian

Penelitian diawali dengan mencari informasi mengenai kemungkinan

(49)

data yang dibutuhkan. Menurut data bagian rekam medis RSPR yang memuat

peringkat 10 besar penyakit utama, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

menempati peringkat pertama dengan jumlah pasien pada tahun 2010 adalah

21.249 pasien.

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yang berupa data

kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari bagian Pengelolaan Sistem Informasi

(PSI) RSPR. Data tersebut hany amemuat jumlah pemakaian obat, sedangkan

untuk harga obat didapat dari ISO Indonesia tahun 2010.

Data kemudian diolah menggunakan analisis Pareto ABC nilai pakai,

nilai investasi, dan nilai indeks kritis. Setelah didapat nilai indeks kritis, dilakukan

perhitungan EOQ terhadap sediaan farmasi untuk ISPA yang terdapat di

kelompok indek kritis A. Sediaan farmasi dengan pola penyakit ISPA yang masuk

kelompok Indeks Kritis A kemudian dibandingkan apakah sudah sesuai atau

belum dengan Formularium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode

2008-2011.

G. Analisis Hasil

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis ABC Nilai Pakai

Pemakaian sediaan farmasi diurutkan dari pemakaian tertinggi sampai

terendah dan dilakukan penetapan klasifikasi menjadi kelompok A

NP

, B

NP

, C

NP

berdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Sediaan farmasi yang sudah

(50)

maka diberi nilai 3, jika masuk dalam kelompok B

NP

diberi nilai 2, dan jika masuk

dalam kelompok C

NP

diberi nilai 1. Berikut perhitungannya:

Keterangan:

y

= Persen pemakaian (%)

x

= Jumlah pemakaian sediaan

Σ

= Jumlah seluruh pemakaian sediaan

2. Analisis ABC Nilai Investasi

Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi obat dalam urutan

pemakaian biaya terbesar kemudian obat dikelompokkan menjadi klasifikasi A

NP

,

B

NI

, dan C

NI

. Adapun proses analisisnya pertama-tama dengan menghitung jumlah

penggunaan obat dan dikalikan harga satuan obat kemudian disusun sesuai dengan

urutan tertinggi hingga terendah. Penetapan klasifikasi obat menjadi A

NI

, B

NI

, dan

C

NI

berdasarkan presentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Obat yang sudah

dikelompokkan kemudian diberi skor, nilai 3 jika obat masuk dalam kelompok

A

NI

; nilai 2 untuk obat di kelompok B

NI

, dan nilai 1 untuk obat di kelompok C

NI.

Berikut cara perhitungannya:

Keterangan : JI

= Jumlah Investasi

JP

= Jumlah pemakaian

H

= Harga yang diperoleh dari harga Netto+PPN

Keterangan : PNI

= Persentasi Nilai Investasi

JI

= Nilai Investasi masing-masing sediaan

JSI

= Jumlah Investasi seluruh sediaan

y =

ݔ

ݔ

x 100

JI = JP x H

(51)

3. Analisis ABC Indeks Kritis

Untuk mendapat NIK sediaan farmasi, data kemudian dimasukkan

dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Analisis ini dilakukan dengan menjumlah skor ABC nilai pakai dan

ABC nilai investasi masing-masing sediaaan farmasi. Kemudian sediaan farmasi

diurutkan dari nilai indeks kritis paling besar ke yang paling kecil dan

diklasifikasikan menjadi kelompok A

NIK

, B

NIK

, dan C

NIK

. Nilai pakai dan nilai

investasi kelompok A diberi skor 3, kelompok B diberi skor 2, dan kelompok C

diberi skor 1. Setelah itu, dilakukan perhitungan range sebagai berikut:

Range Skor

=

ௌ௞௢௥ ்௘௥௧௜௡௚௚௜ି ௌ௞௢௥ ்௘௥௘௡ௗ௔௛

=

଺ ିଶ

= 1,33

Dari perhitungan tersebut, didapat range skor 2 - 3,33 untuk sediaan yang masuk

dalam kelompok C

NIK

, range skor 3,34 – 4,66 untuk sediaan yang masuk dalam

kelompok B

NIK

, dan range skor 4,67 – 6 untuk sediaan masuk dalam kelompok

A

NIK

.

4. Analisis EOQ (

Economic Order Quantity

)

Analisis EOQ dilakukan terhadap sediaan farmasi ISPA yang terdapat

di kelompok indeks kritis A. Adapun beberapa rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut:

(52)

a. Biaya pembelian per periode

b. Jumlah pemesanan ekonomis (EOQ)

Type equation here.

c. Frekuensi pemesanan (F), merupakan jumlah pemesanan yang dilakukan oleh

perusahaan dalam 1 tahun.

d. Siklus pemesanan (T), adalah selisih waktu yang dipergunakan untuk

melakukan pemesanan dari satu periode ke periode berikutnya.

Keterangan:

a. D: jumlah permintaan selama 1 tahun, dibuat asumsi sama dengan jumlah

pemakaian sediaan farmasi selama 1 tahun

b. Q

*

: jumlah setiap kali melakukan pemesanan

c. S: biaya setiap kali melakukan pemesanan, dibuat asumsi sebesar 5% dari

harga satuan sediaan farmasi

d. C: biaya penyimpanan per unit, dibuat asumsi sebesar 3% dari harga satuan

sediaan farmasi

e. P: harga satuan sediaan farmasi

5. Perhitungan

Safety Stock

(SS)

Dalam

menentukan

persediaan

pengaman,

seringkali

manajer

persediaa nmenentukan berdasarkan intuisi, misalnya 1,5 kali; 1,4 kali; dan

seterusnya selama

Lead

Time (Zulfikarijah, 2005). Pada penelitian ini, penulis

menggunakan asumsi 1,5 kali kebutuhan selama

Lead Time

, sedangkan untuk

Biaya pembelian per periode = D x P

EOQ atau Q

*

=

ଶ ୈୗ

F =

୕∗

T =

୎୳୫୪ୟ୦ ୦ୟ୰୧ ୩ୣ୰୨ୟ/୲୦

(53)

Lead Time

sendiri digunakan asumsi selama 3 hari. Perhitungan yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

a. D: jumlah permintaan selama 1 tahun, dibuat asumsi sama dengan jumlah

pemakaian sediaan farmasi selama 1 tahun

b. d : jumlah permintaan rata-rata selama 1 hari

c. LT:

Lead Time

6. Analisis

Reorder Point

(ROP)

Analisis ROP merupakan suatu cara untuk mengatahui jumlah

pemesanan kembali sediaan farmasi pola penyakit ISPA yang terdapat di

kelompok A

NIK

. Untuk mendapatkan jumlah pesanan kembali, dilakukan

perhitungan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

a. D: jumlah permintaan selama 1 tahun, dibuat asumsi sama dengan jumlah

pemakaian sediaan farmasi selama 1 tahun

b. d : jumlah permintaan rata-rata selama 1 hari

c. LT:

Lead Time

d. SS:

Safety Stock

ROP = d x LT + SS

SS

= 1,5

x

kebutuhanselama

Lead Time

= 1,5

x

d

x

LT

= 1,5

x

୦ୟ୰୧ ୩ୣ୰୨ୟ/୲ୟ୦୳୬

x

LT

ROP =

Gambar

Tabel IPengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut....................... ....18
Tabel XIHasil perhitungan EOQ Sediaan Farmasi ISPA Kelompok
Tabel I. Tabel Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Tabel I. Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

transfer (antar rekening dan antar bank), pembayaran dan pembelian, pembukaan rekening deposito, mATM, mAutorefill, SMS Bill Presentment SMS Transaksi Non Finansial :

Pencapaian yang optimis tersebut tentunya didukung dengan asumsi yang kuat baik kondisi perekonomian domestik maupun kondisi eksternal, termasuk di dalamnya harapan yang besar

Optimasi awal yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan mengurangi daya reaktor tanpa mengubah geometri teras serta komposisi bahan bakar desain

PR : dalam pelaksanaan UN CBT resmi yang dilakukan itu ya penyiapan komputer, sistem, ruang ujian dan pembagian tugas panitia seperti pengawas dan teknisi. AN :

(2) Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Radio Siaran Pemerintah Kabupaten Swara Murung Raya FM atau disingkat SMURA FMa. Pasal

Melalui pernyataan visi dan misi tersebut, BPS Kabupaten Takalar memiliki aspirasi untuk mencapai sejumlah tujuan strategis di tahun 2019, yaitu: (1) peningkatan kualitas

Ternak kambing yang lebih dari satu kali melahirkan dan pada setiap kelahiran memiliki anak kembar adalah hasil dari ovulasi ganda atau lebih, menyebabkan kandungan

Di dalam makalah ini akan dianalisis osilasi curah hujan musiman dan tahunan menggunakan transformasi wavelet untuk beberapa daerah di Sumatra Barat, yaitu