ANALISIS PARETO ABC INDEKS KRITIS DAN
ECONOMIC
ORDER QUANTITY
(EOQ) SEDIAAN FARMASI DENGAN POLA
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Christina Ramya Hening
NIM : 088114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Segerombol ka
tinggi.
Tak satu pun p
berhasil menca
Terdengar sua
Katak-katak mu
Penonton teru
Lebih banyak l
Tapi ada SATU
Dia melanjutka
puncak.
Katak-katak la
“bagaimana kat
Ternyata... Kat
(Dikutip dari Modu
iv
Kupersembahkan
Ungkapan rasa hor
da
katak kecil mengadakan lomba menaiki mena
n penonton benar-benar percaya katak-kata
ncapai puncak menara.
uara “ terlalu sulit!!” “menaranya terlalu ting
mulai berjatuhan. Satu per satu..
rus bersorak “tidak ada yang bisa mencapa
k lagi katak yang lelah dan menyerah.
TU yang tak menyerah!
tkan hingga semakin tinggi dan dia berhasil
lain ingin tahu :
katak ini bisa melakukannya?”
Katak pemenang itu TULI!!!
Modul Pelatihan dan PengembanganKepribadian Mahasisw
an karya ini untuk:
Ibu-Bapakku,
hormat dan baktiku
Adikku Ria
Kekasihku Putra
dan Almamaterku
menara yang
atak tersebut
tinggi”.
pai menara”.
sil mencapai
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala
berkah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Analisis Pareto ABC Indeks Kritis dan
Economic Order
Quantity
(EOQ) Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010”
dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Unversitas Sanata Dharma Yogyakata.
2. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin
penelitian dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djaman G. Manik, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan, dukungan, perhatian, dan saran yang
berharga dari awal hingga akhir kepada penulis.
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji
vii
6. Ibu dan bapak yang sangat kucintai, atas doa, kasih sayang, perhatian,
bimbingan, nasihat, dan dukungan selama ini.
7. Adik tersayang Maria Juita, yang selalu memberi keceriaan dan semangat
kepada penulis.
8. Sukmarta Putra, atas doa, perhatian, semangat, dukungan, bantuan yang
diberikan, dan sabar dalam mendengarkan keluh kesah penulis selama ini.
9. Bapak dan Ibu Sukamto atas doa, perhatian, semangat, dan dukungan selama
ini.
10. Teman seperjuangan Kornelia Dyah Ayu Purbosari atas kerjasama dan
bantuannya dalam menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat-sahabat terbaik Florentina Erna, Franciska, Elizabeth Primadhani,
keluarga Tastiti, dan semua yang selalu memberi semangat dan bantuan doa.
12. Teman – teman kelas FKK A angkatan 2008 yang telah memberikan semangat
dan keceriaan di kampus, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini
bermanfaat bagi pembaca.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... .... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .... ii
HALAMAN PENGESAHAN... .... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... .... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... .... vi
PRAKATA... .... vii
DAFTAR ISI... .... ix
DAFTAR TABEL... .... xiii
DAFTAR GAMBAR ... .... xv
DAFTAR LAMPIRAN... .... xvi
INTISARI... .... xvii
ABSTRACT... ....
xviii
BAB I PENGANTAR ... .... 1
A. Latar Belakang ... .... 1
1. Permasalahan... .... 3
2. Keaslian penelitian ... .... 4
3. Manfaat penelitian... .... 7
B. Tujuan Penelitian ... .... 8
1. Tujuan umum ... .... 8
ix
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... .... 9
A. Rumah Sakit ... .... 9
1. Definisi Rumah Sakit ... .... 9
2. Klasifikasi Rumah Sakit... .... 9
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... .... 10
4. Rumah Sakit Panti Rapih ... .... 11
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit... .... 13
1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit... .... 13
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih ... .... 13
C. Sediaan Farmasi ... .... 14
D. Apoteker... .... 15
E. Formularium Rumah Sakit... .... 16
F. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ... .... 17
G. Manajemen Farmasi ... .... 20
1. Manajemen logistik... .... 20
2. Manajemen perencanaan... .... 21
3. Manajemen persediaan... .... 22
H. Analisis Pareto ABC ... .... 22
I.
Analisis ABC Indeks Kritis... .... 24
J.
Economic Order Quantity ... ....
24
K.
Safety Stock
... .... 25
L.
Reorder Point
... .... 26
x
BAB III METODE PENELITIAN... .... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... .... 28
B. Variabel Penelitian ... .... 28
C. Definisi Operasional... .... 28
D. Tempat Penelitian... .... 30
E. Instrumen Penelitian... .... 30
F. Jalannya Penelitian... .... 30
G. Analisis Hasil ... .... 31
1. Analisis ABC Nilai Pakai ... .... 31
2. Analisis ABC Nilai Investasi ... .... 32
3. Analisis ABC Indeks Kritis... .... 33
4. Analisis
Economic Order Quantity
... .... 33
5. Perhitungan
Safety Stock
... .... 34
6. Analisis
Reorder Point
... .... 35
7. Analisis Perbandingan Formularium Rumah Sakit... .... 36
H. Kesulitan Penelitian ... .... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... .... 37
A. Analisis Pareto ABC ... .... 38
1. Analisis Pareto ABC Nilai Pakai ... .... 38
2. Analisis Pareto ABC Nilai Investasi ... .... 41
3. Analisis Pareto ABC Indeks Kritis ... .... 46
4. Analisis EOQ ... .... 49
xi
6. Analisis Perbandingan Formularium Rumah Sakit... ....56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... .... 60
A. Kesimpulan ... .... 60
B. Saran... .... 62
DAFTAR PUSTAKA ... .... 63
LAMPIRAN... .... 65
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I
Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut... .... 18
Tabel II
Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Seluruh Sedian Farmasi
di RSPR Tahun 2010... .... 38
Tabel III
Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Sediaan Farmasi Pola
Penyakit ISPA di RSPR Tahun 2010 ... .... 39
Tabel IV
Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Sediaan Farmasi Pola
Penyakit ISPA dibanding dengan Total Sediaan Farmasi
Di RSPR Tahun 2010... .... 40
Tabel V
Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Seluruh Sediaan
Farmasi di RSPR Tahun 2010... .... 41
Tabel VI
Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Sediaan Farmasi Pola
Penyakit ISPA di RSPR Tahun 2010 ... .... 43
Tabel VII
Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Sediaan Farmasi Pola
Penyakit ISPA dibanding dengan Total Sediaan Farmasi
Di RSPR Tahun 2010... .... 44
Tabel VIII
Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi
di RSPR Tahun 2010... .... 46
Tabel IX
Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi
xiii
Tabel X
Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi
Pola Penyakit ISPA dibanding dengan Total Sediaan
Farmasi di RSPR Tahun 2010... .... 47
Tabel XI
Hasil perhitungan EOQ Sediaan Farmasi ISPA Kelompok
Indeks Kritis A ... .... 49
Tabel XIII
Hasil perhitungan
Safety Stock
dan ROP Sediaan Farmasi ISPA
Kelompok Indeks Kritis A ... .... 53
Tabel XIV
Hasil perhitungan
Safety Stock
dan ROP Sediaan Farmasi ISPA
Kelompok Indeks Kritis A ... .... 54
Tabel XV
Hasil perbandingan dengan Formularium... .... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Grafik ROP ... 27
Gambar 2
Diagram Batang Item Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis
ABC Nilai Pakai... 38
Gambar 3
Diagram Batang Item Sediaan Farmasi ISPA Berdasarkan
Analisis ABC Nilai Pakai ... 40
Gambar 4
Diagram Batang Item Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis
ABC Nilai Investasi ... 42
Gambar 5
Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai
Investasi... 42
Gambar 6
Diagram Batang Item Sediaan Farmasi ISPA Berdasarkan
Analisis ABC Nilai Investasi ... 45
Gambar 7
Diagram Batang Item Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis
ABC Nilai Indeks Kritis... 46
Gambar 8
Diagram Batang Item Sediaan Farmasi ISPA Berdasarkan
Analisis ABC Nilai Indeks Kritis... 48
Gambar 9
Grafik Hasil Perhitungan ROP dan SS... 55
Gambar 10
Diagram Lingkaran Perbandingan dengan Formularium... 56
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Data Sediaan Farmasi Berdasarkan Nilai Pakai di RSPR
Th 2010 ... 65
Lampiran 2
Data Sediaan Farmasi Berdasarkan Nilai Investasi di RSPR
Th 2010 ... 99
Lampiran 3
Hasil Analisis ABC Nilai Indeks Kritis di RSPR Th 2010... 151
Lampiran 4
Perhitungan EOQ ... 184
Lampiran 5
Data Sediaan ISPA yang Sesuai dengan Formularium RSPR
Th 2010 ... 221
Lampiran 6
Data Sediaan Eksklusi... 226
xvi
INTISARI
Analisis
sediaan
farmasi
sangat
diperlukan
guna
menjamin
ketersediaan sediaan farmasi yang optimal sehingga dapat tercapai tujuan
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perencanaan sediaan farmasi menggunakan Pareto ABC dilihat dari
nilai pakai (NP), nilai investasi (NI), dan nilai indeks kritis (NIK), serta
perhitungan
Economic Order Quantity
(EOQ) dan
Reorder Point
(ROP) sediaan
farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2010 dengan pola penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang merupakan penyakit tertinggi di Rumah
Sakit Panti Rapih pada tahun 2010.
Penelitian
ini
merupakan
jenis
penelitian
non-eksperimental.
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Data berupa pemakaian sediaan
farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih dengan pola ISPA tahun 2010. Analisis
menggunakan Pareto ABC, EOQ, ROP.
Hasil penelitian didapatkan A
NP21,80% dari 266 item, B
NP14,64%
dari 280 item, C
NP14,29% dari 1106 item. A
NI25,00% dari 264 item, B
NI17,12%
dari 333 item, C
NI12,70% dari 1055. A
NIK22,59% dari 270 item, B
NIK49% dari
239 item, C
NIK12,86% dari 1143 item. Nilai EOQ dan ROP masing-masing.
Terdapat 86,38% sediaan farmasi yang sesuai dengan formularium dan 13,62%
sediaan farmasi yang tidak sesuai dengan formularium.
xvii
ABSTRACT
Analysis of pharmaceutical supply is needed to ensure optimum
pharmaceuticals so can achieve the health center’s purpose that effective dan
efficient. The aim is used to determine the planning of pharmaceutical supply with
ABC Pareto analysis use-value (NP), investment-value (NI), critical index (NIK),
Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) pharmaceutical supply
in Panti Rapih Hospital in 2010 with Accute Respiratory Infection (ARI) that
highest disease in Panti Rapih Hospital in 2010.
This research is non-experimental research. Data was collected
retrospectively. Data in the form of the pharmacetical supply in Panti Rapih
Hospital with ARI in 2010. Data analysis with Pareto ABC, EOQ, ROP.
Results of this research, A
NP21,80% of 266 items, B
NP14,64% of 280
items, C
NP14,29% of 1106 items. A
NI25,00% of 264 items, B
NI17,12% of 333
items, C
NI12,70% of 1055 items. A
NIK22,59% of 270 items, B
NIK49% of 239
items, C
NIK12,86% of 1143 items. Each EOQ and ROP value. There are 86,38%
of
pharmaceutical
supply
appropriate
with
formulary
and
13,62%
of
pharmaceutical supply which not appropriate with formulary.
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Menurut Permenkes RI No. 340 Tahun 2010, Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Guna mewujudkan pelayanan yang bermutu dan peningkatan
derajat kesehatan, rumah sakit perlu memberikan pelayanan yang optimal dalam
segala bidang.
Salah satu pelayanan yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah
pelayanan farmasi, yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Menurut Khasanah (2010), logistik
sediaan farmasi menyerap sekitar 60-70% dari alokasi dana untuk rumah sakit.
Untuk itu, diperlukan perencanaan logistik yang tepat untuk mencapai pelayanan
yang optimal kepada pasien.
Untuk tercapainya tujuan logistik dalam pengadaan sediaan farmasi
yang efektif dengan harga yang efisien, diperlukan pengendalian sediaan dengan
metode yang tepat. Salah satu metode analisis persediaan yang cukup ideal untuk
pengendalian persediaan adalah metode analisis ABC. Dikatakan ideal karena
dengan analisis ABC ini, dapat dibuat perencanaan seefektif mungkin dengan
biaya seefisien mungkin, yaitu dengan membagi sediaan farmasi menjadi 3
meningkatkan keefektivan perencanaan sediaan farmasi, dapat digunakan metode
kombinasi ABC Indeks Kritis. Metode tersebut merupakan metode kombinasi dari
analisis ABC nilai pakai dan nilai investasi. Nilai pakai berdasarkan pemakaian
sediaan farmasi, serta nilai investasi berdasarkan pemakaian dan harga barang
tersebut. Sedangkan untuk mengetahui jumlah pesanan ekonomis dari sediaan
farmasi kelompok Indeks Kritis A, dilakukan perhitungan
Economic Order
Quantity
(EOQ) dan
Reorder Point
(ROP) untuk mengetahui waktu pemesanan
kembali dari sediaan farmasi tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit umum swasta utama,
yang
memberikan
pelayanan
medik
bersifat
umum,
spesialistik,
dan
subspesialistik. Sehingga tidak jarang Rumah Sakit Panti Rapih menerima rujukan
dari rumah sakit lain disekitarnya, terutama bagi layanan subspesialistik yang
tersedia. Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit swasta yang
mempunyai angka kunjungan pasien yang cukup tinggi. Pada tahun 2010, total
pasien rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit Panti rapih adalah 278.583
pasien. Hal tersebut mengakibatkan pengadaan sediaan farmasi di rumah sakit
tersebut juga tinggi. Maka tepatlah dilakukan analisis ABC yang bertujuan untuk
mengefektifkan pengadaan sediaan farmasi dan mengefisienkan
biaya yang
dikeluarkan, serta metode EOQ dan ROP untuk mengetahui jumlah dan waktu
yang tepat untuk pengadaan sediaan farmasi.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab
(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Pada tahun 2010, penyakit infeksi saluran
pernafasan akut menempati peringkat tertinggi di Rumah sakit Panti Rapih
Yogyakarta dengan jumlah pasien sebesar 21.249 pasien, atau sebesar 7,61% dari
total pasien. Pola penyakit tertinggi tersebut kemungkinan memiliki pengaruh
yang cukup besar pada pengadaan seluruh sediaan farmasi di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta. Maka peneliti melakukan analisis ABC Indeks Kritis terhadap
sediaan farmasi untuk pola penyakit ISPA, untuk selanjutnya dilakukan
perhitungan EOQ dan ROP terhadapat sediaan yang terdapat di kelompok Indeks
Kritis A. Sediaan farmasi yang terdapat di kelompok Indeks Kritis A tersebut juga
dibandingkan apakah sediaan farmasi berdasarkan prioritas sediaan analisis pareto
sudah sesuai dengan yang terdapat di formularium, dengan harapan dapat
membantu rumah sakit dalam menyusun formularium rumah sakit periode
selanjutnya.
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diteliti dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana nilai Pareto ABC dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi sediaan
farmasi untuk pola penyakit ISPA di RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010?
b. Bagaimana Nila Indeks Kritis (NIK) sediaan farmasi untuk pola penyakit
ISPA di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2010?
c. Bagaimana nilai EOQ dan ROP sediaan farmasi untuk ISPA kelompok Indeks
d. Bagaimana perbandingan antara hasil nilai indeks kritis sediaan farmasi untuk
pola penyakit ISPA dengan formularium Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang telah penulis lakukan, penelitian mengenai
Analisis Pareto ABC Indeks Kritis dan
Economic Order Quantity
(EOQ) dengan
Pola Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Tahun 2010 belum pernah dilakukan.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh :
a. Annisa (2008) yang berjudul Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik dengan
Metode Analisis ABC, EOQ, dan ROP di Sub Unit Apotik Rumah Sakit
Pertamina Jaya Periode Januari-Maret 2008. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil analisis ABC untuk obat antibiotik kelompok A
mempunyai nilai investasi sebesar 80,11%. Kelompok B 15,85%. Sedangkan
kelompok C 4,03%. Untuk 11 item obat yang termasuk dalam kelompok A
didapatkan nilai EOQ yang bervariasi mulai dari 11-1045 unit, untuk obat
kelompok B mulai dari 1-691 unit, sedangkan untuk obat kelompok C mulai
dari 1-15 unit. Untuk perhitungan ROP kelompok A sebanyak 4-473 unit,
kelompok B 1-263 unit, sedangkan kelompok C dari 1-45 unit .Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian
pokok
yang
diteliti,
yaitu
mengenai
pengelolaan
sediaan
farmasi
metode analisis dan sediaan farmasi yang digunakan. Peneliti terdahulu hanya
menggunakan analisis ABC untuk obat golongan antibiotik. Sedangkan
peneliti menggunakan analisis ABC Indeks Kritis sediaan farmasi dengan pola
penyakit ISPA.
b. Awaludin (2010) yang berjudul Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan
Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru
Kutoarjo Periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan
hasil
analisis
ABC
indeks
kritis
tahun
2006-2008
direkomendasikan sebanyak 373 item sediaan (kelompok A dan B) sedangkan
sediaan lainnya yang termasuk kelompok C pengadaannya dipertimbangkan
sesuai kebutuhannya dalam jumlah terbatas. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok yang diteliti,
yaitu mengenai pengelolaan sediaan farmasi di Rumah Sakit. Perbedaannya
adalah pada metode analisis yang digunakan. Peneliti terdahulu menggunakan
analisis VEN sebagai bagian dari analisis ABC indeks kritis, sedangkan
peneliti tidak menggunakan analisis VEN. Selain itu, peneliti juga melakukan
analisis ROP, EOQ, dan perbandingan dengan formularium yang tidak
dilakukan oleh peneliti terdahulu.
c. Trismayanti (2010) yang berjudul penelitian Analisis Pareto ABC Sediaan
Farmasi Puskesmas di Kabupaten Bantul dengan Pola Penyakit Utama
Nasofaringitis
Akut
dan
Influenza
Periode
2009.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 19 sediaan yang menjadi prioritas dalam
utama nasofaringitis akut dan myalgia periode 2009, dengan total nilai
investasi 19 sediaan tersebut adalah sebesar Rp 300.086.244,55. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian
pokok
yang
diteliti,
yaitu
mengenai
pengelolaan
sediaan
farmasi
menggunakan Pareto ABC dan dengan pola penyakit tertinggi. Perbedaannya
adalah pada metode analisis dan pola penyakit yang digunakan. Peneliti
terdahulu menggunakan analisis prioritas sediaan farmasi serta pola penyakit
nasofaringitis akut dan myalgia, sedangkan peneliti melakukan analisis EOQ,
ROP, dan perbandingan dengan formularium, serta pola penyakit ISPA.
d. Rahayu, 2011, Evaluasi Pengadaan Narkotika dan Psikotropika di
Apotek-Apotek Kota Yogyakarta Periode Januari-Juni 2011 Menggunakan Analisis
Pareto ABC dan
Moving Average Total
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkiraan jumlah pemakaian 33 sediaan kelompok A
NIKseluruh apotek di Kota
Yogyakarta pada semester kedua, yaitu periode Juli-Desember 2011 adalah
sebanyak 496.128,40 dengan Calmlet
®2 mg sebagai
item
sediaan dengan
jumlah pemakaian paling banyak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok yang diteliti, yaitu
mengenai pengelolaan sediaan farmasi menggunakan Pareto ABC dan EOQ,
serta asumsi biaya penyimpanan untuk perhitungan EOQ sebesar 3% dari
harga satuan sediaan farmasi. Perbedaannya adalah pada metode analisis dan
sediaan farmasi yang digunakan. Peneliti terdahulu menggunakan analisis
psikotropika, sedangkan peneliti melakukan analisis ROP, dan perbandingan
dengan formularium, serta sediaan farmasi untuk ISPA.
3. Manfaat yang diharapkan
a. Manfaat teoritis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
pengetahuan
mengenai perencanaan sediaan farmasi berdasarkan pola penyakit ISPA agar
pengadaan sediaan di rumah sakit dapat efisien serta pemakaian sediaan
farmasi tersebut efektif sehingga meningkatkan mutu kehidupan pasien.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
apoteker dan bagian logistik Rumah Sakit panti Rapih mengenai nilai pakai,
nilai investasi, nilai indeks kritis menggunakan analisis Pareto ABC, nilai
Economic Order Quantity,
nilai
Reorder Point
, serta perbandingan sediaan
dengan formularium rumah sakit dengan pola penyakit ISPA sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui perencanaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta agar mendapatkan pengadaan sediaan farmasi yang efektif dan
efisien.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui nilai Pareto ABC dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi
sediaan farmasi untuk ISPA di RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010.
b. Mengetahui Nilai Indeks Kritis (NIK) sediaan farmasi untuk ISPA di Rumah
Sakit Panti Rapih tahun 2010.
c. Mengetahui nilai EOQ dan ROP sediaan farmasi untuk ISPA kelompok
Indeks Kritis A di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010.
d. Mengetahui perbandingan antara hasil nilai indeks kritis untuk sediaan farmasi
berdasarkan pola penyakit ISPA dengan formularium Rumah Sakit Panti
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a).
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit mencakup
pendekatan peningkatan kesehatan (
promotif
), pencegahan penyakit (
preventif
),
penyembuhan penyakit (
kuratif
), dan pemulihan kesehatan (
rehabilitative
), yang
pelaksanaannya secara meyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar dan
Amalia, 2004).
2. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/Per/III/2010
tentang
Klasifikasi
Rumah
Sakit,
rumah
sakit
dikelompokkan ke dalam bberapa kelas berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan.
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan
Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan
Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis, dengan
Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
Rumah Sakit Umum Kelas B
harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan
Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik
Subspesialis Dasar,
dengan jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar dan
4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, dengan jumlah
tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, dengan jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
(Departemen Kesehatan, R.I., 2010a)
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanaan rujukan (Aditama,
2010).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
tahun
2009
Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui
pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
(Presiden Republik Indonesia, 2009a)
4. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit swasta
terbesar di Yogyakarta yang terletak di tengah kota, tepatnya di Jalan Cik Di Tiro
30 Yogyakarta. Rumah Sakit Panti Rapih dibuka secara resmi pada 14 Septenber
1929 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit “Onder
de Bogen”. Pada tahun 1942, Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, memberikan nama
Rumah Sakit Panti Rapih adalah sebagai rumah sakit rujukan yang memandang
pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan
kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur
kepada Tuhan (Anonim, 2012).
Berdasarkan kelasnya, Rumah Sakit Panti Rapih termasuk Rumah
sakit kelas B, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 370 buah dan beberapa
pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan Medik Umum yang terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Mulut dan Gigi, Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana.
b. Pelayanan Medik Spesialis Dasar yangi terdiri dari Pelayanan Spesialis Bedah
Umum, Spesialis Anak, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dan Spesialis
Penyakit Dalam;
c. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yang terdiri dari Pelayanan Radiologi
(CT-Scan 64 slice, Rontgen,
Magnetic Resonance Imaging
/MRI), Rehabilitasi
Medik, Hematologi Klinis, Kimia Klinik, Urinalisa dan Patologi Anatomi;
d. Pelayanan Medik Spesialis Lainnya yang terdiri dari Pelayanan Spesialis
Mata, Spesialis THT, Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah, Spesialis Kulit, Spesialis Psikiatri, Spesialis Paru dan Asma, Spesialis
Bedah Tulang, Spesialis Bedah Urologi, Spesialis Bedah Saraf, Spesialis Bedah
Plastik, Spesialis Saluran Cerna;
e. Pelayanan Medik
Subspesialis Dasar yang terdiri dari Spesialis Bedah
Digesti, Spesialis Bedah Thorax, Spesialis Penyakit Darah, Spesialis Bedah Anak
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1.
Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau
unit atau bagian yang terdapat dalam suatu rumah sakit di bawah pimpinan
apoteker dan dibantu apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional (Siregar dan Amalia,
2004).
Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian
dan alat kesehatan yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagai
sarana pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
kefarmasian (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
2.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih dipimpin oleh seorang
Apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi, yang merupakan bagian dari Bidang
Penunjang Medik di bawah pimpinan Direktur Pelayanan Medik. Untuk
menunjang kelancaran pelayanannya, Instalasi Farmasi di rumah sakit Panti Rapih
dibedakan menjadi dua yaitu instalasi farmasi rawat inap dan instalasi farmasi
rawat jalan yang semuanya melayani 24 jam. Sedangkan untuk instalasi farmasi
rawat jalan sendiri terdapat di 3 tempat, yaitu Instalasi Farmasi Rawat Jalan lantai
– 20.00 WIB), Instalasi Farmasi Rawat Jalan lantai 3 (pelayanan pk.08.30 – 20.00
WIB) (Anonim, 2012).
Tujuan layanan farmasi Rumah Sakit Panti Rapih adalah pemberian
obat yang rasional, efektif, dan efisien. Obat – obat yang disediakan adalah daftar
obat yang bermutu termasuk
original product
. Sedangkan dalam pengadaan
obat-obatan,
Instalasi
Farmasi
bekerjasama
dengan
Bidang
Logistik
bagian
Pergudangan Farmasi di bawah pimpinan Direktur Keuangan dan Logistik, yang
metode perencanaannya menggunakan metode konsumsi (Anonim, 2012).
C. Sediaan Farmasi
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi
dalam
rangka
penetapan
diagnosis,
pencegahan,
penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia (Presiden
Republik Indonesia, 2009b).
Obat tradisional adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau
keadaan
patologi
dalam
rangka
penetapan
diagnosis,
pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 68 tahun 2010, ada
beberapa jenis obat:
1. Obat Paten, adalah obat yang masih memiliki hak paten.
2. Obat generik, adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary
Names
(INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar
lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang, adalah obat generik dengan nama
dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.
4. Obat Esensial, adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan
tercantum dalam Daftar Obat Essensial yang ditetapkan oleh Menteri.
(Departemen Kesehatan R.I., 2010b)
D. Apoteker
PP No 51 Th 2009 pasal 1 ayat (5) tentang Pekerjaan Kefarmasian,
menyatakan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Presiden Republik
Indonesia, 2009c). Apoteker merupakan penghubung antara staf medis dan bagian
farmasi dengan bagian pembelian RS untuk menjamin bahwa pasien akan
menerima obat-obatan yang dibeli semata-mata dengan pertimbangan efektif
dalam melaksanakan pengawasan terhadap persediaan obat-obatan secara
Praktik farmasi dalam suatu rumah sakit mencakup tanggung jawab
besar terhadap keamanan dan ketepatan penggunaan obat pada penderita, antara
lain seleksi obat yang rasional, pemantauan dan pengendalian program terapi obat
menyeluruh dari penderita (Siregar dan Amalia,2004). Menurut Siregar dan
Kumolosari (2006), apoteker rumah sakit mempunyai kewajiban
profesional
untuk berpartisipasi dengan aktif dalam meningkatkan upaya penelitian yang
berkaitan dengan farmasi dan obat.
Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Praktik kefarmasiaan
yang
meliputi
pembuatan termasuk
pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Presiden Republik Indonesia, 2009b).
E. Formularium Rumah Sakit
Definisi sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf
medik dari suatu rumah sakit yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan Terapi,
mengevaluasi, menilai, dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat
yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Hanya
obat yang dipilih, yang secara rutin tersedia di IFRS. Jadi, sistem formularium
adalah sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian
Formularium merupakan sarana yang kuat untuk meningkatkan
kualitas dan mengawasi biaya obat yang digunakan untuk pengobatan di rumah
sakit. Yang menjadi pokok dari pelaksanaan sistem pendataan obat ini ialah
adanya Formularium Rumah Sakit, kumpulan produk obat yang secara terus
menerus ditinjau ulang, obat-obat tersebut dipilih oleh Komite Farmasi dan Terapi
dengan adanya informasi pendukung yang penting tentang penggunaan
obat-obatan tersebut, tentang kebijakan serta prosedur farmasi yang relevan (Seto, Nita,
Triana, 2008).
Di Rumah Panti Rapih, formularium disusun oleh Panitia Farmasi dan
Terapi setiap dua tahun sekali. Sediaan farmasi disusun dalam bentuk tabel dan
diklasifikasikan berdasarkan golongan obat. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan formularium periode 2008-2011.
F. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan
atas
atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (
World Health Organization
,
2007).
Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai
mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi
mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang
kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi
(Departemen Kesehatan R.I., 2005).
Terapi infeksi saluran napas memang tidak hanya tergantung pada
antibiotika. Beberapa kasus infeksi saluran napas atas akut disebabkan oleh virus
yang tidak memerlukan terapi antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi
suportif berperan
besar dalam mendukung sukses terapi antibiotika, karena
berdampak
mengurangi
gejala,
meningkatkan
performa
pasien.
Berikut
merupakan profil obat untuk ISPA:
Tabel I. Tabel Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
GOLONGAN NAMA
OBAT DOSIS DEWASA DOSIS ANAK
Antibiotika
Penicilin V 3-4 x 125-500mg <5: 2x125mg
5-12th: 25-50mg/kg/hari Amoksisilin/
Koamoksiklav
3x250-500mg/2x1000mg
25-50mg/kg/hari dlm 3 dosis terbagi
Cefadroksil 2x500-1000mg 30mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Cefuroksim 2x250-500 mg selama
10 hari
3bln-12th
Faringitis,tonsillitis:20mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis
selama 10 hari
Otitis media akut,sinusitis: 30mg/kg/hari dlm 2 dosis Cefiksim 2x100-200mg 8mg/kg/hari terbagi dlm 1-2 dosis Eritromisin 2-4x250-500 mg
(base)
Bayi&anak:30-50mg/kg terbagi 3-4 dosis. Dosis dapat
dilipat gandakan pada infeksi berat
Azitromisin 1x500mg hari I, diikuti 1x250mg pada hari kedua-kelima
Anak> 6 bln:
CAP: 10mg/kg pada hari I diikuti 5mg/kg/hari sekali
sehari sampai hari kelima Otitis media: 1x30mg/kg; 10mg/kg sekali sehari selama 3 hari
Anak>2th :
Tabel I. Lanjutan
GOLONGAN NAMA
OBAT
DOSIS DEWASA DOSIS ANAK
Antibiotika
Klaritromisin 2x250-500mg selama 10 -14 hari (ISPA atas)
2x250-500mg selama 7-14 hari (ISPA bawah)
Anak >6 bln: 15mg/kg/hari dlm 2 dosis terbagi selama 10 hari
Doksisiklin 2 x 100mg >8tahun CAP:2x100mg Ciprofloksasin SPA bawah: 2 x500-750 mg
selama 7-14 ha
Sinusitis akut: 2x500 mg selama 10 hari
-Ofloksasin ISPA bawah 2 x400mg selama 10 hari
1-12th: Otitis Media Akut: 6x1-2 tetes selama 10 hari
Levofloksasin Eksaserbasi Bronkhitis kronik: 1x500mg selama 5 hari Sinusitis akut: 1 x500mg selama 10 hari
CAP: 1x500mg selama 7-14 hari
- Analgetik-Antipiretik
Parasetamol 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 3-4 x 1000 mg, tidak
melebihi 4g/hari
< 12 th: 10-15mg/kg setiap 4-6jam, max 2,6g/hari
>12 th: seperti dosis dewasa.
Ibuprofen 4-6 x 200-400 mg, max 3,2g/hari
CTM 4mg setiap 4-6 jam, max 24mg/hari
<1th tidak direkomendasikan 1-2th: 2x1mg 2-5th: 1mg setiap 4-6jam, max 6mg/hari 6-12th: 2mg setiap 4-6jam, max 12 mg/hari Cetirizine 1x 5-10mg 6-12 bln: 1 x 2,5 mg
12 bln-<2th: 1 x 2,4 mg 2-5th: 2 x 2,5 mg atau 1 x5 mg
Tabel I. Lanjutan
GOLONGAN NAMA
OBAT DOSIS DEWASA DOSIS ANAK
Kortiko-steroid
Deksametason 0,75-9 mg/kg/hari 0.08-0.3mg/kg/hari dalam 2 -4 dosis terbagi diberikan secara p.o./i.m./i.v Prednison 1-4 x 1 tab 0,05-2 mg/kg/hari
terbagi dalam 1-4 dosis
Dekongestan
Pseudoefedrin 30-60mg setiap 4-6jam < 2th: 4mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam 2-5th:15mg setiap 6 jam 6-12th:30mg setiap6 jam Nafazolin 1-2 tetes atau semprotkan setiap
6 jam
< 6th: tidak direkomendasikan 6-12th: 1-2 tetes atau semprotkan setiap 6 jam
Bronkodilator
Aminofilin 3-4 x 100 mg -Efedrin Oral: 25-50 setiap 3-4 jam
sesuai kebutuhan
i.m., s.c.: 25-50 mg, maks 150mg/hari
i.v. : 5-25 mg/dosis disuntikkan perlahan, diulang setiap 5-10 menit
Nasal spray: 2-3 semprot pada setiap lubang hidung, tidak lebih sering dari 4 jam
Oral,s.c.:3mg/kg/hari atau 25-100mg/m²/hari dalam 4-6 dosis terbagi
i.m., iv lambat: 0,2-0,3 mg/kg/dosis setiap 4-6jam
Nasal spray: 6-12th :1-2 semprot pada setiap lubang hidung,
tidak lebih sering dari 4 jam
Salbutamol 3-4 x 4mg <2th: 4 x 100µg/k g 2-6th: 3-4 x 1-2mg 6-12th:3-4x 2mg
Mukolitik Acetylcystein (Fluimucil®)
Akut: 3 x 200mg selama 5-10 hari
Kronik 3 x 200mg selama 1-2 bulan
3 x 1 sachet
(Departemen Kesehatan, R.I., 2005)
G. Manajemen Farmasi
1. Manajemen logistik
Manajemen adalah pengambilan keputusan, yang dapat diartikan
bagaimana pimpinan harus mengambil keputusan untuk menentukan misalnya
membuat strategi pemasaran, menerima ataupun mengeluarkan karyawan,
melakukan hubungan dengan mitra bisnisnya, juga dengan pelanggan potensial
dan berbagai pekerjaan yang lain (Seto, Nita, Triana, 2008).
Menurut Aditama (2010) manajemen logistik merupakan kegiatan
manajemen yang bertujuan untuk mencapai daya guna (efisiensi) yang optimal di
dalam memanfaatkan barang dan jasa. Tujuan logistik adalah menyampaikan
barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu
dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.
2. Manajemen perencanaan
Perencanaan
merupakan
dasar
tindakan
manajer
untuk
dapat
menyelesaikan tugas pekejaannya dengan baik. Fungsi perencanaan mencakup
kegiatan dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, garis-garis besar
apa yang akan dituju dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan
kebutuhan merupakan perincian dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua
faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan terutama
menyangkut
keterbatasan
organisasi.
dalam
penentuan
kebutuhan
adalah
menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah
kebutuhan persediaan barang/obat perjenisnya di apotek ataupun rumah sakit.
penentuan kebutuhan dapat dikatakan adalah merupakan perincian yang konkrit
3. Manajemen persediaan
Aditama (2007) mengatakan bahwa biaya rutin terbesar di rumah sakit
pada umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang meliputi:
a. Persediaan obat mencakup: obat-obat esensial, nonesensial, obat-obat yang
cepat dan obat-obat yang lama dipakai.
b. Persediaan bahan kimia mencakup: persediaan untuk kegiatan operasional
laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan non medis.
c. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU
yang membutuhkan beberapa jenis gas medik.
d. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan
perawatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang habis
pakai serta bahan tahan lama atau peralatan elektronik dan non elektronik.
H. Analisis Pareto ABC
Pareto meyakini bahwa 80% dari jumlah uang yang beredar hanya
dimiliki oleh sebagian kecil populasi yaitu sekitar 15-20% orang. Hukum Pareto
ini kemudian diaplikasikan menjadi metode Analisa ABC. Untuk menentukan
nilai tahunan dari suatu volume item tertentu, maka dalam analisis ABC dilakukan
dengan cara mengukur permintaan tahunan (D) dari setiap butir persediaan
dikalikan dengan biaya per-unit. Persediaan tipe A berisi 20% dari
total
persediaan dengan biaya total persediaan 70%-80%, persediaan tipe B berisi 30%
dari total persediaan dengan biaya persediaan 15%-20%, persediaan tipe C berisi
Analisis ABC adalah metode yang sangat berguna untuk melakukan
pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi penggunaan obat yang
rasional. Terkait dengan pemilihan obat, evaluasi obat kelompok A menjelaskan
tentang item obat yang paling banyak digunakan. Terkait dengan pendapatan dari
penyediaan obat, analisis ABC dapat digunakan untuk :
1. Menentukan frekuensi permintaan item obat
Memesan item obat kelompok A lebih sering dan dalam jumlah yang lebih kecil
akan mengurangi biaya persediaan.
2. Mencari sumber item kelompok A dengan harga yang lebih murah
Dilakukan dengan mencari item kelompok A dalam bentuk sediaan yang paling
murah atau supplier yang paling murah.
3. Memonitor status permintaan item
Hal ini untuk mencegah terjadinya kekurangan item yang mendadak dan
keharusan untuk melakukan pembayaran darurat yang biasanya lebih mahal.
4. Memonitor prioritas penyediaan
Pola
penyediaan
disesuaikan
dengan
prioritas
sistem
kesehatan
yang
menunjukkan jumlah obat jenis apa saja yang sering digunakan.
5. Membandingkan biaya aktual dan terencana
Membandingkan biaya aktual dan terencana dengan sistem penyediaan obat di
sektor publik negara yang bersangkutan
(Quick, Hume, Rankin, O’Connor, O’Connor, R.W, 1997)
Terkait dengan segi manfaat, analisis ABC digunakan untuk
kesehatan, dokter, dan tenaga medis lain untuk memberikan gambaran mengenai
obat yang jarang dan sering digunakan (Quick
et al
, 1997).
I. Analisis ABC Indeks Kritis
Menurut Suciati dan Adisasmito (2006), Analisis ABC Indeks Kritis
digunakan
untuk
meningkatkan
efisiensi
penggunaan
dana
dengan
pengelompokan obat atau perbekalan farmasi, terutama untuk obat-obatan yang
digunakan berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan. Dengan analisis ini maka
akan lebih efektif karena tidak hanya dilihat dari sisi penggunaan dana saja, tetapi
juga dilihat dari sisi penggunaan persediaan.
J.
Economic Order Quantity
(EOQ)
Untuk menentukan
Economic Order Quantity
/jumlah pesanan yang
ekonomis, harus diusahakan untuk memperkecil biaya-biaya pemesanan (
ordering
cost
) dan biaya-biaya penyimpanan (
carrying cost
) (Seto dkk, 2008).
Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan persediaan dengan
syarat harus memenuhi beberapa asumsi di bawah ini:
1. Tingkat penggunaan seragam dan diketahui (permintaannya konstan).
2. Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon).
3. Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama (tidak dalam kondisi
back
4.
Lead time
konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat pada saat
persediaan habis (minimal persediaan nol atau tidak terjadi
stockout
/persediaan
habis).
5. Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan produk lain.
6. Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk sejumlah
pesanan.
7. Struktur biaya khusus digunakan dengan cara: biaya item unit konstan dan
tidak ada diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Biaya penyimpanan
persediaan memiliki fungsi linier untuk sejumlah item.
(Zulfikarijah, 2005)
Keseimbangan biaya persediaan terjadi pada saat biaya pemesanan
sama dengan biaya penyimpanan atau yang disebut dengan EOQ dimana jumlah
pemesanan mencapai titik optimum. Untuk mencapai titik optimum tersebut dapat
ditemukan dengan terlebih dahulu menghitung biaya yang terkait di dalamnya
(Zulfikarijah, 2005).
K.
Safety Stock
(SS)
Sediaan
pengaman
adalah
jumlah
stok
yang disimpan
untuk
melindungi dari fluktuasi permintaan dan/atau pasokan yang tidak diharapkan.
Biasanya disimpan pada tingkat barang jadi. Namun demikian, terkadang sediaan
pengaman disimpan untuk mengganti bagian yang rusak dan usang (tidak bisa
dipakai lagi). Suku cadang yang sulit diperoleh disimpan sebagai sediaan
Tujuan
safety
stock
(persediaan
pengaman)
adalah
untuk
meminimalkan terjadinya
stockout
dan mengurangi penambahan biaya per
penyimpanan dan biaya
stockout
total, biaya penyimpanan disini akan bertambah
seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari
reorder point
oleh karena
adanya
safety stock
. Keuntungan adanya
safety stock
adalah pada saat jumlah
permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan
untuk menutup permintaan tersebut (Zulfikarijah, 2005).
L.
Reorder Point
(ROP)
Reorder Point
ialah saat atau titik dimana pemesanan harus dilakukan
lagi untuk mengisi persediaan.
Lead time
adalah waktu yang diperlukan sejak
dimulainya pelaksanaan usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang atau
bahan sampai barang atau bahan tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang
perusahaan (Margaretha, 2011).
Bila dilihat dari gambar 1, terdapat 4 alasan yang menyebabkan
dilakukan titik pemesanan kembali, yaitu:
1. Tingkat permintaan (biasanya didasarkan pada pengalaman)
2.
Lead Time
3. Adanya permintaan dan
lead time
yang beragam
Gambar 1. Grafik ROP
(Zulfikarijah, 2005)
M. Keterangan Empiris
Penelitian
ini
bersifat
eksploratif
untuk
mendapatkan
data
perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Analisis Kombinasi Pareto ABC dan EOQ
Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit ISPA di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 2010 merupakan jenis penelitian non eksperimental karena
tidak ada perlakuan pada subyek uji dengan rancangan penelitian studi kasus yang
bersifat retrospektif karena mengambil data yang sudah ada, yang diperoleh dari
data pemakaian obat di Instalasi Farmasi.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah nilai Pakai dan nilai investasi dari sediaan farmasi
dengan pola penyakit ISPA di RS. Panti Rapih tahun 2010
2. Variabel terikat adalah nilai indeks kritis dan EOQ dari sediaan farmasi
dengan pola penyakit ISPA di RS. Panti Rapih tahun 2010
C. Definisi Operasional
1. Analisis berdasarkan data seluruh pemakaian sediaan farmasi di Rumah Sakit
Panti Rapih baik rawat jalan maupun rawat inap tahun 2010.
2. Nilai Pakai adalah nilai yang didapatkan berdasarkan jumlah pemakaian
3. Nilai Investasi adalah nilai yang didapatkan berdasarkan jumlah pemakaian
sediaan farmasi dikalikan dengan harga satuan (HNA+PPN) sediaan farmasi
dalam periode tahun 2010.
4. Nilai Indeks Kritis (NIK) merupakan penggabungan hasil analisis Pareto nilai
pakai dan Pareto nilai investasi sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2010, kemudian diberi skor, diurutkan
kembali dan diberi peringkat.
5. EOQ merupakan jumlah pemesanan ekonomis dari sediaan farmasi ISPA
kelompok NIK
A.6. Biaya pemesanan untuk perhitungan EOQ dibuat asumsi sebesar 5% dari
harga satuan (HNA+PPN) sediaan farmasi.
7. Biaya penyimpanan untuk perhitungan EOQ dibuat asumsi sebesar 3% dari
harga satuan (HNA+PPN) sediaan farmasi.
8.
Lead Time
merupakan waktu tunggu dari mulai memesan sediaan farmasi
hingga sediaan sampai ke gudang, dibuat asumsi selama 3 hari.
9.
Safety Stock
merupakan jumlah sediaan pengaman dari sediaan farmasi ISPA
kelompok NIK
Adibuat asumsi sebesar 1,5 kali kebutuhan selama
Lead Time
.10. ROP merupakan waktu pemesanan kembali dari sediaan farmasi ISPA
kelompok NIK
A.11. Kriteria inklusi: seluruh sediaan farmasi yang disediakan oleh RSPR tahun
12. Kriteri aeksklusi: sediaan farmasi yang harganya tidak terdapat di ISO
Indonesia periode 2009-2010 Vol. 44, sediaan farmasi dengan jumlah
pemakaian minus.
13. Tahun 2010 dimulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2010.
D. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi dan bagian Rekam Medis Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
E. Instrumen Penelitian
1. Data pemakaian seluruh sediaan farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap di RSPR tahun 2010
2. ISO Indonesia periode tahun 2009-2010 volume 44 untuk melihat harga
satuan obat dengan nama dagang
3. Buku DPHO tahun 2010 untuk melihat harga satuan obat ASKES
4. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
302/Menkes/SK/III/2008 tentang Harga Obat Generik
5. Kalkulator
6. Program komputer
F. Jalannya Penelitian
Penelitian diawali dengan mencari informasi mengenai kemungkinan
data yang dibutuhkan. Menurut data bagian rekam medis RSPR yang memuat
peringkat 10 besar penyakit utama, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
menempati peringkat pertama dengan jumlah pasien pada tahun 2010 adalah
21.249 pasien.
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yang berupa data
kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari bagian Pengelolaan Sistem Informasi
(PSI) RSPR. Data tersebut hany amemuat jumlah pemakaian obat, sedangkan
untuk harga obat didapat dari ISO Indonesia tahun 2010.
Data kemudian diolah menggunakan analisis Pareto ABC nilai pakai,
nilai investasi, dan nilai indeks kritis. Setelah didapat nilai indeks kritis, dilakukan
perhitungan EOQ terhadap sediaan farmasi untuk ISPA yang terdapat di
kelompok indek kritis A. Sediaan farmasi dengan pola penyakit ISPA yang masuk
kelompok Indeks Kritis A kemudian dibandingkan apakah sudah sesuai atau
belum dengan Formularium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode
2008-2011.
G. Analisis Hasil
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis ABC Nilai Pakai
Pemakaian sediaan farmasi diurutkan dari pemakaian tertinggi sampai
terendah dan dilakukan penetapan klasifikasi menjadi kelompok A
NP, B
NP, C
NPberdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Sediaan farmasi yang sudah
maka diberi nilai 3, jika masuk dalam kelompok B
NPdiberi nilai 2, dan jika masuk
dalam kelompok C
NPdiberi nilai 1. Berikut perhitungannya:
Keterangan:
y
= Persen pemakaian (%)
x
= Jumlah pemakaian sediaan
Σ
= Jumlah seluruh pemakaian sediaan
2. Analisis ABC Nilai Investasi
Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi obat dalam urutan
pemakaian biaya terbesar kemudian obat dikelompokkan menjadi klasifikasi A
NP,
B
NI, dan C
NI. Adapun proses analisisnya pertama-tama dengan menghitung jumlah
penggunaan obat dan dikalikan harga satuan obat kemudian disusun sesuai dengan
urutan tertinggi hingga terendah. Penetapan klasifikasi obat menjadi A
NI, B
NI, dan
C
NIberdasarkan presentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Obat yang sudah
dikelompokkan kemudian diberi skor, nilai 3 jika obat masuk dalam kelompok
A
NI; nilai 2 untuk obat di kelompok B
NI, dan nilai 1 untuk obat di kelompok C
NI.Berikut cara perhitungannya:
Keterangan : JI
= Jumlah Investasi
JP
= Jumlah pemakaian
H
= Harga yang diperoleh dari harga Netto+PPN
Keterangan : PNI
= Persentasi Nilai Investasi
JI
= Nilai Investasi masing-masing sediaan
JSI
= Jumlah Investasi seluruh sediaan
y =
ݔ
ൗ
∑
ݔ
x 100
JI = JP x H
3. Analisis ABC Indeks Kritis
Untuk mendapat NIK sediaan farmasi, data kemudian dimasukkan
dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Analisis ini dilakukan dengan menjumlah skor ABC nilai pakai dan
ABC nilai investasi masing-masing sediaaan farmasi. Kemudian sediaan farmasi
diurutkan dari nilai indeks kritis paling besar ke yang paling kecil dan
diklasifikasikan menjadi kelompok A
NIK, B
NIK, dan C
NIK. Nilai pakai dan nilai
investasi kelompok A diberi skor 3, kelompok B diberi skor 2, dan kelompok C
diberi skor 1. Setelah itu, dilakukan perhitungan range sebagai berikut:
Range Skor
=
ௌ ்௧ି ௌ ்ௗଷ
=
ିଶଷ
= 1,33
Dari perhitungan tersebut, didapat range skor 2 - 3,33 untuk sediaan yang masuk
dalam kelompok C
NIK, range skor 3,34 – 4,66 untuk sediaan yang masuk dalam
kelompok B
NIK, dan range skor 4,67 – 6 untuk sediaan masuk dalam kelompok
A
NIK.
4. Analisis EOQ (
Economic Order Quantity
)
Analisis EOQ dilakukan terhadap sediaan farmasi ISPA yang terdapat
di kelompok indeks kritis A. Adapun beberapa rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Biaya pembelian per periode
b. Jumlah pemesanan ekonomis (EOQ)
Type equation here.
c. Frekuensi pemesanan (F), merupakan jumlah pemesanan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam 1 tahun.
d. Siklus pemesanan (T), adalah selisih waktu yang dipergunakan untuk
melakukan pemesanan dari satu periode ke periode berikutnya.
Keterangan:
a. D: jumlah permintaan selama 1 tahun, dibuat asumsi sama dengan jumlah
pemakaian sediaan farmasi selama 1 tahun
b. Q
*: jumlah setiap kali melakukan pemesanan
c. S: biaya setiap kali melakukan pemesanan, dibuat asumsi sebesar 5% dari
harga satuan sediaan farmasi
d. C: biaya penyimpanan per unit, dibuat asumsi sebesar 3% dari harga satuan
sediaan farmasi
e. P: harga satuan sediaan farmasi
5. Perhitungan
Safety Stock
(SS)
Dalam
menentukan
persediaan
pengaman,
seringkali
manajer
persediaa nmenentukan berdasarkan intuisi, misalnya 1,5 kali; 1,4 kali; dan
seterusnya selama
Lead
Time (Zulfikarijah, 2005). Pada penelitian ini, penulis
menggunakan asumsi 1,5 kali kebutuhan selama
Lead Time
, sedangkan untuk
Biaya pembelian per periode = D x P
EOQ atau Q
*=
ට
ଶ ୈୗେ
F =
ୈ୕∗
T =
୳୫୪ୟ୦ ୦ୟ୰୧ ୩ୣ୰୨ୟ/୲୦Lead Time
sendiri digunakan asumsi selama 3 hari. Perhitungan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
a. D: jumlah permintaan selama 1 tahun, dibuat asumsi sama dengan jumlah
pemakaian sediaan farmasi selama 1 tahun
b. d : jumlah permintaan rata-rata selama 1 hari
c. LT:
Lead Time
6. Analisis
Reorder Point
(ROP)
Analisis ROP merupakan suatu cara untuk mengatahui jumlah
pemesanan kembali sediaan farmasi pola penyakit ISPA yang terdapat di
kelompok A
NIK. Untuk mendapatkan jumlah pesanan kembali, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
a. D: jumlah permintaan selama 1 tahun, dibuat asumsi sama dengan jumlah
pemakaian sediaan farmasi selama 1 tahun
b. d : jumlah permintaan rata-rata selama 1 hari
c. LT:
Lead Time
d. SS:
Safety Stock
ROP = d x LT + SS
SS
= 1,5
x
kebutuhanselama
Lead Time
= 1,5
x
d
x
LT
= 1,5
x
ቂ
ୈ୦ୟ୰୧ ୩ୣ୰୨ୟ/୲ୟ୦୳୬