• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

72

BAB III

PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI

GO-JEK

A. Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-jek Ditinjau berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan terkait Angkutan Jalan yang Berlaku

Angkutan merupakan suatu proses atau gerakan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Definisi Angkutan menurut Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.149 Berdasarkan ulasan tersebut dapat diartikan bahwa pengangkutan mengandung pengertian suatu proses kegiatan memuat barang atau mengangkut orang, membawa barang atau penumpang sehingga terjadi perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan dibantu oleh sarana atau alat transportasi yaitu kendaraan. Terkait pengangkutan barang, proses yang terjadi adalah pemindahan barang milik pengirim dari tempat asal kepada penerima di tempat tujuan yang ditentukan. Dengan demikian, dalam hal ini terdapat tiga komponen dasar dalam pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut atau alat angkutan, dan Penerima.

(2)

73 Pengangkutan sebagai sebuah proses atau kegiatan memerlukan alat pengangkutan untuk mengangkut barang atau membawa barang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.150 Pada umumnya kegiatan pengangkutan di jalan raya menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi atau sarana angkut untuk membawa ataupun memindahkan barang. Jika kita lihat dalam Pasal 47 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa kendaraan terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan,151 sedangkan kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.152 Kendaraan bermotor dalam hal ini dikelompokan lagi berdasarkan jenisnya, yaitu: sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan khusus.153 Dalam hal pelaksanaan pengangkutan ditujukan untuk menjalankan kegitan transportasi umum, maka alat transportasi atau kendaraan yang digunakan haruslah alat transportasi umum atau dengan kata lain dalam undang-undang tersebut di atas adalah kendaraan bermotor umum.

Seluruh kegiatan pengangkutan dalam suatu negara haruslah dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, baik pengangkutan di darat, laut, maupun udara. Hal ini agar dapat menjamin kepastian dan ketertiban

150 Zainal Asikin, op. cit. hlm 154.

151 Lihat Pasal 1 angka 9 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 152 Lihat Pasal 1 angka 8 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 153 Lihat Pasal 47 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(3)

74 hukumnya. Sehingga seluruh pelaksanaan kegiatan pengangkutan dapat berfungsi dan bermanfaat dengan baik, serta terwujudnya kegiatan pengangkutan yang aman, selamat, tertib dan lancar. Begitupun halnya dengan kegiatan pengangkutan barang di darat yang dilaksanakan melalui layanan go-send haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Terdapat beberapa regulasi yang mengatur mengenai pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send. Salah satunya adalah UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila mengkaji UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maka terdapat beberapa Pasal yang terkait dengan pelaksanaan pengangkutan barang, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pasal 137 ayat (3), mengatur bahwa :

“Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil barang”.

2. Pasal 138 ayat (3), mengatur bahwa :

“Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum”.

Selain UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat juga peraturan teknis yang mengatur tentang pengangkutan barang di jalan raya yang terkait dengan pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send yaitu PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Dalam Peraturan Pemerintah ini terdapat beberapa Pasal yang memuat ketentuan terkait pengangkutan barang, yaitu sebagai berikut:

(4)

75 1. Pasal 10 ayat (1) : “Angkutan barang dengan menggunakan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a wajib menggunakan Mobil Barang”.

2. Pasal 10 ayat (2) : "Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan Mobil Penumpang, Mobil Bus, atau Sepeda Motor. 3. Pasal 10 ayat (4) : “Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) untuk sepeda motor meliputi”:

a. muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi;

b. tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus) milimeter dari atas tempat duduk pengemudi; dan

c. barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi.

4. Pasal 11 : “Angkutan barang dengan menggunakan Mobil Penumpang, Mobil Bus, atau Sepeda Motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 harus memperhatikan faktor keselamatan”.

Di era globalisasi ini hadirlah layanan go-send sebagai suatu layanan yang menawarkan jasa untuk memindahkan atau mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat tertentu yang menggunakan sepeda motor dan dengan dipungut tarif atau bayaran tertentu sebagai biaya angkut. Go-send merupakan layanan dalam aplikasi Go-jek, dimana Go-jek adalah sebuah aplikasi ciptaan PT. GO-JEK Indonesia. Dalam menjalankan kegiatan pengangkutan PT. GO-JEK Indonesia bermitra dengan Pengemudi Ojek. Melalui sistem dalam aplikasinya PT. GO-JEK Indonesia akan menghubungkan Pengguna Jasa Ojek (konsumen

(5)

76 yang akan mengirim barang) dengan Pengemudi ojek.154 Pengemudi ojek akan

mengantar atau mengirim barang milik pengirim dari suatu tempat kepada penerima di tempat tertentu.

Dalam layanan go-send ini pihak yang melaksanakan kegiatan pengangkutan adalah pengemudi ojek, sehingga pembayaran sejumlah uang tertentu sebagai biaya angkut harus diserahkan kepada pengemudi ojek. Sejumlah uang tersebut selanjutnya akan menjadi milik pengemudi ojek. Namun dengan ketentuan sekian persen akan dibagikan kepada PT. GO-JEK Indonesia sebagai komisi telah menghubungkan pengguna jasa ojek dengan pengemudi ojek melalui aplikasinya.155

Berdasarkan Pasal dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan juga pada PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan yang disebutkan di atas, maka penulis dapat menganilisis mengenai kegiatan pengangkutan barang yang dilaksanakan melalui layanan go-send sebagai berikut:

Pertama, penulis menganalisis terkait pasal-pasal dalam UU No. 22 Tahun 2009. Merujuk pada Pasal 137 ayat (3) yang menentukan bahwa kegiatan angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang. Dalam hal ini mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.156 Sedangkan layanan go-send

154Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 14 Januari 2017.

155 Hasil wawancara dengan M. Arkan Tunas sebagai pengemudi ojek di Yogyakarta, pada tanggal 20 Januari 2017.

156Lihat penjelasan Pasal 47 ayat (2) huruf d UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

(6)

77 sebagaimana telah dijelaskan di atas dalam prakteknya melakukan kegiatan angkutan barang dengan menggunakan sepeda motor dan bukan mobil barang. Dalam Pasal 137 ayat (3) tersebut terdapat kata “wajib” yang jika kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wajib berati harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksanakan (ditinggalkan).157 Sedangkan dalam norma hukum kata “wajib” biasanya mengandung konsekuensi sanksi. Sanksi memperlihatkan sisi hukum yang memaksa (dwingend recht).

Pasal sealanjutnya dalam UU No. 22 Tahun 2009 adalah Pasal 138 ayat (3), yang mengatur bahwa “Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum”. Angkutan umum merupakan angkutan untuk masyarakat umum. Angkutan umum adalah angkutan yang diperuntukan untuk masyarakat secara umum yang dilakukan dengan sistem sewa atau membayar, baik untuk mengangkut penumpang ataupun barang. Dalam hal ini intinya terjadi pemungutan sejumlah biaya tertentu yang dijadikan sebagai ongkos angkutan. Jika kita lihat dalam prakteknya pengemudi ojek melalui layanan go-send dapat dikatakan melaksankan kegiatan angkutan umum yakni angkutan umum barang.

Layanan Go-send dalam prakteknya melakukan kegiatan perpindahan barang milik pengirim dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan dan tentunya memungut bayaran. Penulis dapat menilai bahwa dari segi kegiatannya, layanan go-send termasuk kegiatan angkutan umum. Layanan go-send diperuntukan untuk

(7)

78 masyarakat umum, dan dalam layanan tersebut terjadi pengangkutan barang yang dilakukan dengan sistem membayar. Sehingga hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan angkutan umum salah satunya adalah ketentuan kendaraan atau alat angkutnya. Kendaraan yang harus digunakan untuk angkutan umum adalah kendaraan bermotor umum. Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.158

Sesuai dengan penjelasan penulis sebelumnya bahwa kendaraan yang digunakan oleh pengemudi ojek dalam layanan go-send adalah sepeda motor. Sepeda motor menurut UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bukanlah sebagai kendaraan bermotor umum yang dapat berfungsi sebagai alat transportasi umum. Jika kita lihat dalam Pasal 47 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009, tidak mengelompokan sepeda motor sebagai fungsi kendaraan bermotor umum.

Dalam Pasal 47 ayat (3) kendaraan yang dikelompokan sebagai fungsi kendaraan bermotor umum hanyalah mobil penumpang, mobil bus, dan mobil barang.159 Sehingga dalam hal menyelenggarakan kegiatan angkutan umum

kendaraan yang dapat digunakan hanyalah mobil penumpang, mobil bus, ataupun mobil barang. Dalam hal inilah menurut penulis terjadi penyimpangan. Go-jek melalui layananannya go-send melaksanakan angkutan umum tetapi tidak mengindahkan ketentuan atau syarat dalam melaksanakan angkutan umum, yakni salah satunya dari segi kendaraan yang digunakan.

158Lihat Pasal 1 angka 10 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. 159Lihat Pasal 47 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

(8)

79 Kedua, penulis menganalis terkait pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Pada Pasal 10 ayat (1) memuat ketentuan bahwa “Angkutan barang dengan menggunakan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a wajib menggunakan mobil barang”, hal ini berarti masih sesuai dengan amanat dalam Pasal 137 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang manyatakan bahwa “Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil barang”. Namun selanjutnya jika kita lihat dalam Pasal 10 ayat (2) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, menyatakan bahwa “Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan Mobil Penumpang, Mobil Bus, atau Sepeda Motor”. Hal ini berarti, sepeda motor sebagai kendaraan bermotor dapat digunakan dalam angkutan barang. Dengan memenuhi persyaratan teknis yang telah ditentukan selanjutnya melalui ayat (4), sepeda motor dapat digunakan untuk kegiatan angkutan barang.

Persyaratan teknis yang dimaksudkan adalah muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi, tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus) milimeter dari atas tempat duduk pengemudi, barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi. Berdasarkan persyaratan teknis tersebut, apabila melihat peraturan terkait pengiriman barang yang di tetapkan oleh PT. GO-JEK Indonesia juga sudah cukup baik. Melalui syarat dan ketentuan pada website

(9)

80 resminya, PT. GO-JEK Indonesia mengatur bahwa go-jek tidak memberikan layanan pengiriman untuk barang-barang sebagai berikut: 160

1. barang yang dilarang pihak berwajib untuk dimiliki dan diedarkan, pengiriman barang dari dan ke penjara,

2. pengiriman binatang peliharaan atau binatang lain,

3. pengiriman barang yang dimensinya lebih dari 70cm (panjang), 50cm (lebar), 50cm (tinggi) atau barang yang beratnya melebihi 20 kg,

4. mengangkut barang-barang ilegal atau berbahaya atau barang-barang curian, termasuk pada barang-barang yang mengandung bahan berbahaya atau beracun, obat-obatan atau material terlarang/ilegal,

5. mengangkut atau mengirimkan barang-barang berharga atau barang yang bernilai lebih dari Rp10.000.000.

Persyaratan teknis dalam layanan go-send memang sudah cukup bagus dan telah mencerminkan pesrsyaratan teknis sebagaimana yang ditentuan dalam PP No. 74 Tahun 2014. Namun Diperbolehkannya secara bersyarat penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan untuk angkutan barang sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 10 ayat (2) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan tersebut memicu adanya permasalahan baru. Bahwa dalam hal ini yang dimaksud dengan angkutan barang yang dapat menggunakan sepeda motor adalah angkutan barang dalam fungsi seperti apa. Apakah angkutan barang tersebut dalam fungsi untuk mengangkut barang pribadi saja atau juga termasuk ketika angkutan barang dilaksanakan dalam fungsi untuk menjalankan angkutan

(10)

81 umum. Terkait hal ini dalam penjelasan Pasal 10 ayat (2) juga tidak dijelaskan secara rinci.

Menurut penulis mungkin ketika kegiatan angkutan barang menggunakan sepeda motor dilaksanakan hanya sebagai fungsi untuk mengangkut barang perseorangan atau barang pribadi saja dapat diperbolehkan, namun apabila hal ini dilaksanakan dengan maksud untuk angkutan umum seperti halnya layanan go-send maka akan bertentangan dengan UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumya, bahwa pada Pasal 138 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur bahwa “Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum”.

Dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memang tidak ada Pasal yang secara tegas melarang beroperasinya angkutan umum beroda dua seperti sepeda motor. Namun pada Pasal 138 ayat (3) tersebut telah dengan jelas menetukan bahwa angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum. Penggunaan kata “hanya” dalam pasal tersebut bermakna bahwa tidak ada pilihan kendaraan lain selain menggunakan kendaraan bermotor umum. Undang-Undang telah dengan tegas mengatur bahwa jenis kendaraan yang dapat digunakan untuk angkutan umum orang dan/atau barang hanyalah jenis kendaraan yang tergolong sebagai kendaraan bermotor umum. Sehingga apabila angkutan umum barang tidak mengunakan kendaraan bermotor umum dapat dianggap melakukan pelanggaran terhadap Pasal tersebut.

(11)

82 Selain itu menurut Menteri Perhubungan RI Ignaisus Jonan, alasan atau latar belakang tidak dimasukannya kendaraan bermotor beroda dua seperti sepeda motor sebagai alat transportasi umum adalah karena alasan keselamatan. Dalam hal ini sepeda motor tidak layak untuk dijadikan sebagai alat transportasi umum. Penggunaan sepeda motor dinilai sangat berpotensi terjadinya kecelakaan.161 Fenomena ojek online seperti go-jek ini juga sebenarnya sempat

dilarang beroperasi oleh Menteri Perhubungan seperti yang tertuang dalam Surat Nomor UM.302/1/21/Phb/2015. Surat ini ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, tertanggal 9 November 2015. Surat ini ditujukan kepada Kepolisian RI, dan ditembuskan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemanaan Republik Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, serta Gubernur, Kapolda, Korlantas, Dirjen Perhubungan Darat dan Ketua Umum DPP Organda.

Surat tersebut berisikan pemberitahuan bahwa taksi maupun ojek online dinilai tidak memenuhi ketentuan atau kriteria sebagai angkutan umum karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Oleh karena itu, Menteri Perhubungan meminta segenap instansi terkait untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya sifat dari surat tersebut adalah bersifat pemberitahuan dan imbauan. Namun kemudian Menteri Perhubungan Ignasius

161 Lihat Alasan Jonan tak Mengatur Ojek Online,Tribunjambi.com, Edisi Kamis 28 April 2016, diakses melalui http://jambi.tribunnews.com/2016/04/28/alasan-jonan-tak-mengatur-ojek-online pada tanggal 12 Januari 2017.

(12)

83 Jonan membatalkan surat tersebut dan menyatakan bahwa jasa transportasi online dan layanan sejenisnya dipersilakan untuk beroperasi sebagai solusi sampai transportasi publik di Indonesia dapat terpenuhi dengan layak.

Berdasarkan penelitian penulis, sampai saat ini juga masih belum ada aturan tegas dari pemerintah yang melarang dan memberikan sanksi terkait adanya pelaksanaan angkutan umum orang dan/atau barang dengan sepeda motor. Tidak adanya aturan tegas yang mengatur tentang pelaksanaan angkutan umum dengan menggunakan sepeda motor tersebut menjadikan eksistensi layanan angkutan umum barang seperti halnya go-send ini terus ada. Walaupun dalam hal ini pelaksanaan angkutan umum menggunakan sepeda motor adalah bertentangan dengan hukum, karena sepeda motor bukanlah kendaraan untuk angkutan umum orang dan/atau barang.

Sejauh ini terkait maraknya transportasi berabis online, pemerintah baru mengeluarkan aturan yang mengatur mengenai pelaksanaan anggkutan umum orang. Aturan tersebut adalah melalui Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek.162 Aturan ini hanya terkait angkutan orang dengan menggunakan kendaraan bermotor umum seperti mobil penumpang umum atau bus umum dengan tidak mempunyai lintasan dan waktu tetap. Ruang lingkup dari aturan ini juga telah meliputi pengawasan, sanksi administratif dan peran serta masyarakat.

162 Lihat Peraturan Meteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek.

(13)

84

B. Tanggung Jawab Hukum apabila Terjadi Kerugian dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor Melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-jek

Berkaitan dengan tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek ini akan menjawab siapa pihak yang dibebani tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian. Maka untuk mendapatkan jawaban terkait pihak yang harus bertanggung jawab apabila terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send adalah pertama-tama penulis mengkaji tentang kedudukan pihak PT. GO-JEK Indonesia sebagai pemilik dan penyedia apliaksi go-jek dalam penyelenggaraan pengangkutan ini.

Melalui website resminya PT. GO-JEK Indonesia menyatakan bahwa PT. GO-JEK Indonesia adalah suatu perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia. PT. GO-JEK Indonesia adalah perusahaan teknologi dan bukanlah perusahaan transportasi atau kurir sehingga tidak memberikan layanan transportasi atau kurir. PT. GO-JEK Indonesia tidak mempekerjakan penyedia layanan sehingga tidak bertanggung jawab atas setiap tindakan dan/atau kelalaian penyedia layanan. Penyedia layanan yang dimaksud adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan jasa pelayanan dan selanjutnya bekerja sama dengan PT. GO-JEK Indonesia.163 Penyedia layanan

misalnya pengemudi ojek atau biasa disebut driver go-jek. Dengan kata lain PT.

(14)

85 GO-JEK Indonesia merupakan perusahaan jasa berbasis teknologi aplikasi yang berfungsi untuk mempertemukan masyarakat sebagai pembeli dan penjual.

Merujuk pada pernyataan resmi tersebut dimana PT. GO-JEK Indonesia menyatakan bahwa PT. GO-JEK Indonesia tidak mempekerjakan penyedia layanan (pengemudi ojek), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan pengemudi ojek bukanlah hubungan kerja sebagaimna yang terdapat dalam UU Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 1 angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mendefinisikan “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah”.

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga unsur hubungan kerja yaitu pekerjaan, upah, dan perintah. Unsur-unsur ini jika di terapkan dalam hubungan yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan Pengemudi ojek adalah sebagai berikut:

1. Unsur Pekerjaan : unsur ini terpenuhi jika pekerja dalam melaksanakan pekerjaanya adalah pekerjaan yang diberikan perusahaan, sedangkan dalam prakteknya PT. GO-JEK Indonesia tidak memberikan pekerjaan pada pengemudi ojek, melainkan yang memberi pekerjaan adalah penumpang atau pengirim yang dihubungkan oleh aplikasi go-jek. 2. Unsur Upah : unsur ini terpenuhi jika pekerja mendapatkan kompensasi

berupa sejumlah uang tertentu yang besarannya tetap atau sama dalam periode tertentu, dan juga bukan berdasarkan komisi/persentase. Dalam

(15)

86 prakteknya yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan pengemudi ojek yakni pengemudi ojek tidak mendapatkan upah langsung dari PT. GO-JEK Indonesia, melainkan mendapatkan upah atau pembayaran dari penumpang atau pengirim. Upah pengemudi ojek juga tidak tetap atau sama dalam setiap bulannya, hal ini tergantung seberapa banyak penumpang atau barang yang diantar.

3. Unsur Perintah : unsur ini terpenuhi jika terdapat perintah kerja dari perusahaan kepada pekerja, bukan atas inisiatif pekerja. Dalam praktek, perintah mengantar penumpang atau barang bukan berasal dari PT. GO-JEK Indonesia, melainkan dari penumpang atau pengirim itu sendiri yang dihubungkan oleh aplikasi go-jek.

Dengan tidak terpenuhinya unsur-unsur di atas maka hubungan yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan pengemudi ojek sudah jelas bukanlah hubungan kerja. Hubungan yang terjadi antara keduanya adalah kemitraan. Dalam majalah LKBH News menyatakan bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan para pengemudi ojek, hubungan yang terjalin antara Pengemudi ojek dengan PT. GO-JEK Indonesia adalah kemitraan.164 Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.165

164 Himsar A. Trijatmoko, et. al., Mengurai Ojek berbasis Aplikasi di Yogyakarta, LKBH News, Edisi Januari – Maret 2016, hlm 5.

(16)

87 Hafsah dalam bukunya mendefinisikan kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.166 Sehingga oleh karena hubungan yang terjadi adalah hubungan kemitraan, maka tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk bertanggung jawab atas kelalaian atau kesalahan dari pekerjanya, sebagaimna yang ada dalam hubungan kerja. Dalam hubungan kemitraan berarti setiap pelaku usaha memiliki tanggung jawab masing-masing, begitupun halnya dengan PT. GO-JEK Indonesia dan pengemudi ojek, masing-masing memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dijalankan. PT. GO-JEK Indonesia dalam hal ini juga tidak diwajibkan untuk bertanggung jawab atas kelalaian atau kesalahan pengemudi ojek.

Melihat status PT. GO-JEK Indonesia yang merupakan perusahaan aplikasi maka tanggung jawabnya yang diembannya berbeda dengan tanggung jawab perusahaan transportasi pada umumnya. Begitupun dengan izin. perusahaan aplikasi tidak wajib memilik izin usaha seperti perusahaan transportasi. Untuk mengetahui lebih rinci perbedaannya, berikut uraian perbandingan antara bentuk dan tanggung jawab hukum perusahaan penyedia aplikasi transportasi dengan perusahaan penyedia transportasi umum:167

166 Hafsah. Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategis, (Jakarta : Penebar swadaya, 2000), hlm 43.

167 Bimo Prasetio dan Sekar Ayu Primandani, Menyibak Tanggung Jawab Hukum Penyedia Aplikasi Transportasi, Strategi Hukum : 23 Desember 2015, dikases melalui http://strategihukum.net/di-balik-gojek-grabtaxi-dan-uber-menyibak-tanggung-jawab-hukum-penyedia-aplikasi-transportasi pada tanggal 15 Januari 2017.

(17)

88

Tabel 1

No. Ruang Lingkup

Perusahaan Aplikasi (Go-jek, Grab, Uber)

Perusahaan Transportasi Umum

(Taksi, Rental Mobil) 1 Bentuk Badan

Hukum

Perseroan Terbatas ( PT.) Perseroan Terbatas ( PT.)

2 Perizinan 1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 2. Surat Ket. Domisili

Perusahaan (SKDP) 3. Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP) 4. Izin Prinsip/Izin Usaha

dari BKPM (untuk PMA/perusahaan modal asing)

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 2. Surat Ket. Domisili

Perusahaan (SKDP) 3. Surat Izin Usaha Jasa

Transportasi (SIUJT) 4. Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) 5. Izin Penyelenggaraan

Angkutan Orang Dalam Trayek atau Tidak Dalam Trayek

6. Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat 7. Sertifikasi Uji Tipe

Kenderan Bermotor 8. Pengesahan Rancang

Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor 3 Tanggung Jawab 1. Terhadap Penggunaan aplikasi yang digunakan untuk 1. Terhadap penyelenggaraan jasa transportasi umum yang

(18)

89 memesan jasa

transportasi 2. Tunduk pada

ketentuan yang ada pada UU ITE

3. Tunduk pada tanggung jawab yang ada pada UU perlindungan Konsumen

diberikan kepada konsumen

2. Tunduk pada tanggung jawab yang ada pada UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta peraturan terkait lainnya.

3. Tunduk pada tanggung jawab yang ada pada UU Perlindungan Konsumen 4 Pelaku Usaha

Pesaing

Perusahaan atau badan usaha yang menjalankan dan mengembangkan teknologi aplikasi sejenis

Perusahaan atau badan usaha yang menyediakan jasa transportasi umum

5 Hubungan Perusahaan dengan Pengemudi

Hubungan Kemitraan Hubungan Kerja, dalam beberapa perusahaan ada yang hubungan mitra bedasarkan perjanjian

Berdasarkan uraian dalam tabel di atas dapat memperjelas bahwa PT. GO-JEK Indonesia sebagai perusahaan penyedia aplikasi ternyata memiliki perbedaan dengan perusahaan transportasi umum. Begitupun dengan tanggung jawab yang dimilikanya, dimana perusahaan penyedia aplikasi seperti PT. GO-JEK Indonesia hanya bertanggung jawab pada penggunaan teknologi aplikasi yang disediakannya, misalnya tanggung jawab atas data dan informasi pribadi konsumen yang menggunakan aplikasi tersebut, bukan pada penyelenggaraan

(19)

90 angkutan umumnya. Perbedaan pola tanggung jawab ini memiliki potensi terjadi masalah di masyarakat, karena terlihat bahwa perusahaan penyedia aplikasi memiliki tanggung jawab yang terbatas.

Berdasarkan penjelasan penulis di atas jadi PT. GO-JEK Indonesia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban terkait pelaksanaan pengangkutan barang. PT. GO-JEK Indonesia hanya dapat dimintai pertanggungjawaban terkait penggunaan aplikasi yang disediakan untuk menghubungkan penyedia jasa transportasi (pengemudi ojek) dengan pengguna jasa transportasi (penumpang atau pengirim). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, para pihak dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send ini antara lain adalah PT. GO-JEK Indonesia sebagai pihak penghubung, pengemudi ojek sebagai pihak pengangkut, dan konsumen sebagai pihak pengirim dan/atau penerima. Ketika PT. GO-JEK Indonesia sebagai pihak penghubung tidak dapat dimintai pertanggung jawaban terkait penyelenggaran angkutannya, maka pihak selanjutnya yang memungkinkan untuk dimintai pertanggung jawaban adalah pengangkut.

Pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan barang mulai dari tempat pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila barang yang dikirim tidak selamat yaitu barang sampai pada tujuan dalam keadaan musnah atau barang sampai pada tujuan dalam keadaan rusak. Barang musnah artinya barang telah terbakar, tenggelam, atau dicuri. Barang rusak artinya meskipun barangnya ada tetapi barang tersebut tidak dapat digunakan sebagai mestinya. Keadaan tidak selamat ini menjadi tanggung

(20)

91 jawab pengangkut sehingga harus memberikan ganti rugi atas barang yang musnah atau rusak. Hal tersebut dikecualikan apabila kerugian tersebut terjadi atas sebab-sebab seperti cacat pada barang itu sendiri, karena kesalahan atau kelalaian pengirim sendiri, keadaan memaksa.168

Cacat pada barang artinya memang adanya sifat pembawaan dari barang itu sendiri yang menyebabkan rusak atau terbakarnya barang dalam perjalanan, misalnya sifat barangnya memang mudah pecah atau terbakar, sehingga dari sifat bawaan inilah yang memudahkan terjadinya cacat pada barang. Lain halnya apabila kerusakan atau terbakarnya barang itu disebabkan karena salah penempatan atau kelalaian pengangkut, maka kerugiannya dapat dibebankan pada pengangkut.169

Kelalaian atau kesalahan dari pengirim sendiri misalnya seperti pengirim mengirim barang dengan pengepakan yang kurang baik, artinya mudah untuk terjadi kerusakan saat dalam perjalanan. Dalam hal pengangkut mengetahui kelalian atau kesalahan pengirim itu maka pengangkut harus menolak atau memperingatkan atau dapat mencatatnya dalam surat muatan bahwa memang pengepakannya kurang sempurna.170

Sebab lain yang dapat menjadi alasan pengangkut untuk tidak bertanggung jawab adalah karena keadaan yang memaksa. Keadaan memaksa ada dua jenis yaitu keadaan memaksa objektif dan keadaan memaksa subjektif. Keadaan memaksa objektif adalah adanya keadaan yang bebar-benar sama

168 H.M.N Purwosujipto, op. cit., hlm 35-34. 169Ibid., hlm 36.

(21)

92 sekali tidak dapat dihindari oleh pengangkut, sedangkan keadaan memaksa subjektif adalah adanya keadaan dimana pengangkkut sudah berusaha sebisa mungkin untuk mencegah adanya kerugian namun juga tidak berhasil.171

Pengemudi ojek sebagai pengangkut yakni sebagai penyelenggara pengangkutan barang dapat dimintai pertanggungjawaban secara perseorangan, karena pengemudi ojek dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek tidak dalam naungan sebuah perusahaan angkutan umum. Apabila melihat UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Jalan maka tanggung jawab yang ada dalam Undang-Undang tersebut sebagian besar lebih diperuntukan kepada perusahaan angkutan umum yang menjalankan kegiatan usaha pengangkutan.

Tanggung jawab perusahaan angkutan umum dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Jalan yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pasal 188, mengatur bahwa:

“Perusahaan Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh Penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan”

2. Pasal 189, mengatur bahwa:

“Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188”.

3. Pasal 191, mengatur bahwa:

“Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum dapat menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika

(22)

93 Penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan”.

4. Pasal 193, mengatur bahwa:

(1) Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.

(2) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati.

(4) Perusahaan Angkutan Umum tidak bertanggung jawab jika kerugian disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan surat muatan angkutan barang.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerugian diatur dengan peraturan pemerintah.

5. Pasal 194, mengatur bahwa:

(1) Perusahaan Angkutan Umum tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan Perusahaan Angkutan Umum.

(2) Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak ketiga kepada Perusahaan Angkutan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian.

6. Pasal 195, mengatur bahwa:

(1) Perusahaan Angkutan Umum berhak untuk menahan barang yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan.

(2) Perusahaan Angkutan Umum berhak memungut biaya tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan.

(3) Perusahaan Angkutan Umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(23)

94 Dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send, menurut penulis satu-satunya pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban apabila terjadi kerugian adalah pengemudi ojek, karena pengemudi ojek adalah pihak yang melaksanakan pengangkutan barang milik pengirim. Pengemudi ojek dalam hal ini disebut sebagai pengangkut, sehingga apabila terjadi kerugian maka pengirim dapat meminta ganti kerugian kepada pengangkut.

Pelaksanaaan pengangkutan barang melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek jika dikaji berdasarkan perspektif hukum perjanjian, maka pada dasarnya telah terjadi perjanjian antara pengemudi ojek dalam hal ini sebagai pihak pengangkut dengan konsumen sebagai pihak pengirim barang. Menurut H.M.N Purwosujipto, perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.172

Terjadinya perjanjian pengangkutan didahului oleh serangkaian perbuatan penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance) yang dilakukan oleh pengangkut dan pengirim/penumpang secara timbal balik. Cara terjadinya perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara penggangkut dan pengirim/penumpang, yakni dengan adanya penawaran dari salah satu pihak baik pengangkut maupun pengirim/penumpang. Selain itu dapat secara tidak

(24)

95 langsung dengan menggunakan jasa perantara yaitu ekspeditur atau agen perjalanan.173

Suatu perjanjian pengangkutan terjadi dan mengikat para pihak biasanya dibuktikan oleh dokumen angkutan, melalui dokumen angkutan tersebut dapat diketahui saat terjadi perjanjian pengangkutan yakni bedasarkan tempat, tanggal, dan tanda tangan yang tertulis pada dokumen angkutan.174 Pada angkutan

kendaraan umum, karcis penumpang atau surat angkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadinya perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. Dokumen pengangkutan pada dasarnya terbentuk karena adanya perjanjian pengangkutan, meskipun perjanjian pengangkutan itu sendiri pada asasnya tidak mengharuskan dalam bentuk tertulis (dokumen angkutan), karena perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan.

Berikut dapat penulis jelaskan mengenai sistem pemesanan dalam aplikasi go-jek yang dapat menetukan terjadinya perjanjian pengangkutan antara pengemudi ojek dengan pengirim. Dalam layanan go-send, hal pertama adalah calon pengirim barang mengirimkan permintaan untuk memesan layanan kepada penyedia layanan (pengemudi ojek), setelah itu sistem dalam aplikasi akan mendeteksi lokasi dari pengirim barang, dan mengirimkan informasi lokasi tersebut kepada pengemudi ojek terdekat. Pengemudi ojek memiliki kebijakan sendiri dan menyeluruh untuk menerima atau menolak setiap permintaan pengirim barang atas layanan go-send. Jika pengemudi ojek menerima

173 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 90. 174Ibid., hlm 91.

(25)

96 permintaan tersebut, aplikasi go-jek akan memberitahu pengirim barang dan memberikan informasi mengenai pengemudi ojek yang akan mengirim barang, termasuk nama pengemudi ojek, nomor polisi kendaraannya, dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Dalam aplikasi go-jek ini juga memungkinkan pengirim barang untuk melihat perkembangan pengemudi ojek menjuju titik penjemputan barang secara langsung dan nyata.175

Berdasarkan sistem yang berlaku dalam aplikasi go-jek tersebut maka ketika pengirim barang telah meminta untuk barangnya diangkut ke tempat tertentu dan penggangkut (pengemudi ojek) menerima serta menyanggupi permintaannya maka disinilah telah terjadi perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan tersebut terjadi dalam bentuk transaksi eletronik. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam perjanjian pengangkutan pada asasnya tidak mewajibkan perjanjian tersebut dibuat dalam bentuk tertulis, karena perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan, begitupun juga dapat dalam bentuk transaksi eletronik seperti halnya dalam sistem pemesanan layana go-send dalam aplikasi go-jek. Selama perjanjian tersebut sesuai dengan semua syarat sah dari suatu perjanjian maka perjanjian tersebut tetaplah sah.

Perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah akan mengikat kedua belah pihak yaitu pengangkut dengan pengirim. Berdasarkan perjanjian tersebut maka akan melahirkan kewajiban dan hak yang perlu direalisasikan melalui penyelenggaraan pengangkutan yang aman dan selamat serta ikuti pembayaran

175 Dikutip dari website resmi PT. GO-JEK Indonesia melalui https://www.go-jek.com/terms, pada tanggal 16 Januari 2017.

(26)

97 biaya angkutan. Dengan adanya kewajiban dan hak inilah yang kemudian menimbulkan tanggung jawab bagi para pihak. Dari kewajiban tersebut timbulah tanggung jawab pengangkut, maka segala sesuatu yang mengganggu keselamatan barang menjadi tanggung jawab pengangkut. Dengan demikian, berarti pengangkut berkewajiban menanggung segala kerugian yang diderita oleh pengirim barang yang diangkutnya tersebut. Wujud tanggung jawab tersebut dapat berupa ganti tugi (kompensasi).176

Bagi pengangkut wajib bertanggung jawab sejak diterimanya barang yang dimintakan kepadanya untuk dikirim sampai terlaksananya tujuan perjanjian pengangkutan tersebut, yaitu telah sampainya barang ke alamat penerima dengan selamat sesuai dengan keadaan semula pada saat diterimanya barang tersebut oleh pengangkut. Pada dasarnya pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan sejak pemuatan, pengantaran, sampai penyerahan barang kepada penerima, keculai dalam perjanjiannya diperjanjikan lain.

Dalam hal terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send maka upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat dengan jalur litigasi maupun non litigasi. Melalui jalur non litigasi para pihak dapat telebih dahulu untuk melakukan negosiasi dan/atau mediasi untuk mendapatkan ganti kerugian sehingga tercapai keadilan satu sama lain. Opsi kedua adalah melalui jalur pengadilan atau litigasi. Bagi pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan

(27)

98 gugatan secara perdata baik perbuatan melawan hukum maupun wanprestasi terkait perjanjian pengangkutan yang dibuat para pihak.

Membahas soal tanggung jawab maka akan ada pula wujud atau bentuk tanggung jawabnya. PT. GO-JEK Indonesia dalam website resminya menyatakan bersedia untuk memberikan bantuan keuangan jika pengguna mengalami kecelakaan, menderita cidera atau meninggal saat dijemput oleh Pengemudi ojek. Jumlah bantuan keuangan akan ditentukan berdasarkan kebijakan PT. GO-JEK Indonesia. PT. GO-JEK Indonesia juga memberikan biaya ganti rugi untuk kehilangan barang dalam layanan go-send sampai dengan Rp. 10.000.000, selama barang tersebut sesuai dengan informasi yang diberikan dan sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam pengiriman barang melalui layanan go-send. Nominal penggantian akan berdasarkan struk pembelian dan/atau mengacu kepada nilai wajar harga barang. PT. GO-JEK Indonesia juga telah menyatakan bahwa tidak memiliki asuransi untuk barang yang dikirimkan dan oleh karena itu jika pengirim barang ingin barang tersebut diasuransikan selama pengiriman, silahkan menyediakan asuransinya sendiri.177

Langkah yang diambil oleh PT. GO-JEK Indonesia ini menurut penulis sangatlah bagus. Walaupun pada dasarnya PT. GO-JEK Indonesia tidak wajib bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengangkutan, namun PT. GO-JEK Indonesia tetap bersedia memberikan bantuan dan santunan terhadap penumpang maupun pengirim barang yang mengalami kerugian. Dalam hal ini,

177 Dikutip dari penjelasan syarat dan ketentuan serta tanggung jawab PT. GO-JEK Indonesia, yang diakses melalui https://www.go-jek.com/terms pada tanggal 17 Januari 2016.

(28)

99 PT. GO-JEK Indonesia hanya memiliki tanggung jawab hukum terbatas yaitu hanya pada penggunaan aplikasi yang disediakan. Bentuk dari ganti kerugian ini menurut penulis merupakan langkah yang tepat bagi PT. GO-JEK Indonesia untuk tetap menjaga brand dan citra baik perusahaan serta sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pengguna apilaksi.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua pengujian tersebut di atas dilakukan menggunakan bahan spesimen Baja Silindris (BS) dan Baja Pelat (BP) sesuai standar yang umum digunakan (standarJIS), Masing-

 Membangun hubungan baik - Establishing rapport,  Menyediakan setting yang tdk mengancam –. Providing a non-threatening

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VII A SMP N 3 Sentolo, yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor keagamaan nasabah terhadap keputusan menabung, untuk mengetahui dan

Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah debt to equity secara signifikan berpengaruh terhadap

pengemudi ojek dalam jaringan, hal tersebut dapat dilihat dengan masih banyaknya pengemudi ojek dalam jaringan yang masih belum menjadi anggota Jaminan Sosial Tenaga

Dalam mobile app Go-Jek, Go-jek menawarkan 8(delapan) jasa layanan yang bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya: Go-send (pengantar barang)dapat mengantar barang ke tempat

Upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam melalui strategi kepala sekolah dalam memotivasi minat peserta didik dalam pembelajaran PAI yang telah dilakukan di SMA