• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN SANGIHE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN SANGIHE"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

59

Bab 3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA

KARYA KABUPATEN SANGIHE

3.1 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya  Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015- 2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum & sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

(2)

60 Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

(3)

61 Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat

(4)

62 berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer)

urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan.

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

(5)

63 g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

(6)

64 Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritime

(7)

65 Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN). Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

(8)

66 Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014. Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan.

(9)

67 swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

 Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak

huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

 Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan

kawasan rawan genangan;

 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam

upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman

serta bidang perkotaan dan perdesaan;

 Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

 Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan

persampahan;

 Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman

nelayan/pesisir dan pulau terluar;

 Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan

RTRW dan RDTR;

 Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan

(10)

68 3.2.1 Arahan Penataan Ruang

A. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tetuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah e. provinsi, serta keserasian antarsektor

f. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi g. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan h. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

- Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

- Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

- Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

- Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul ke-dua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN

(11)

69 - Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa Kabupaten dan/atau

- Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa Kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

- Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

- Pusast perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

- Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

- Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: - Pertahanan dan keamanan

a) Diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional

b) Diperuntukan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembangunan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan

c) Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga atau laut lepas

- Pertumbuhan Ekonomi

a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh

b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional c) Memiliki potensi ekspor

d) Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi e) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi

f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

g) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional

h) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal

- Sosial dan Budaya

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa c) Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

(12)

70 d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional

e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional

- Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c) Memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pangembangan antariksa e) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir f) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis g) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

h) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati

i) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan dilestarikan

j) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara

k) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro l) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup m) Rawan bencana alam nasional

n) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan

C. Arahan RTRW Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan oprasionalisasi dari RTRWN. a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi oprasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khsusnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Tujuan Penataan Ruang Pulau Sulawesi

a. Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut

b. Lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi

(13)

71 d. Pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi

e. Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incenive, Convention, and Exhibtion/MICE)

f. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

g. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antara wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

h. Kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

i. Kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sulawesi

1 Kebijakan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut

2 Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global

3 Strategi untuk pengembangan kawasan minapolitan dengan memperhatikan potensi lestari 4 Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi

5 Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi

6 Strategi untuk pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional

7 Strategi untuk pengembangan jaringan prasaranan sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung

8 Strategi untuk pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan

9 Kebijakan untuk mewujudkan pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi

10 Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

11 Strategi untuk pengembangan sentra-sentra perkebunan kakao dengan prinsip pembangunan berkelanjutan

12 Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi

13 Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan

(14)

72 14 Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

15 Kebijakan untuk mewujudkan pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran 16 Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

17 Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

18 Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan negara Filipina dan negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahtraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

19 Strategi untuk pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahtraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup

20 Strategi untuk pemertahanan eksistensi 14 pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Lingian, Pulau Salando, Pulau Dolangan, Pulau Bangkit (Bongkil), Pulau Mantewaru, Pulau Makalehi, Pulau Kawalusu, Pulau Kawio, Pulau Marore, Pulau Batu Bawaikang, Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakarutan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia

21 Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

22 Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah

23 Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil 24 Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

25 Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan dan wilayah pesisir yang rawan bencana

26 Strategi untuk pengembangan prasaranan dan sarana perkotaan pada kawasan rawan bencana

27 Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya 28 Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi

29 Strategi untuk pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung

(15)

73 D. Arahan RTRW Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi yaitu:

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang

Rencana Kawasan Lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara seluas 701.855 Ha meliputi: 1 Kawasan hutan lindung

2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air

3 Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air

4 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

5 Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang, kawasan rawan gerakan tanah dan rawan banjir

6 Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi dan kawasan rawan bencana alam geologi

7 Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau cakupan yang luas (DPCLS)

Arahan pengembangan Struktur Ruang terkait Keciptakaryaan

Rencana Struktur Ruang Wilayah adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan. Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Rencana Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi

Pusat-pusat kegiatan wilayah adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, permusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan merupakan daerah permukiman yang meliputi kota induk dan wilayah pengaruh di luar batas administratifnya, yaitu kawasan pinggiran kota.

1. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Selain sistem perkotaan nasional, dikembangkan pula PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. Yang dimaksud dengan “kawasan perbatasan negara” adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.

(16)

74 Pengembangan PKSN dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan yang dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan masyarakat di kawasan perbatasan, termasuk pelayanan kegiatan lintas batas antarnegara. Pengembangan PKSN dilakukan dalam kerangka sistem pusat perkotaan nasional sehingga pusat perkotaan tersebut dapat dilekati fungsi pelayanan, baik sebagai PKN, PKW, maupun PKL. Fungsi pelayanan tersebut merupakan fungsi pelayanan yang hendak dicapai dalam jangka waktu perencanaan. PKSN ditetapkan dengan kriteria: a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Mendorong Peraturan Pemerintah no 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Lampiran II, PKSN yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Utara meliputi: PKSN Melonguane dan PKSN Tahuna.

2. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) PKN ditetapkan dengan kriteria:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama trasportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Menurut Peraturan Pemerintah no 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Lampiran II, PKN yang berada di wilayah provinsi Sulawesi Utara meliputi: Kawasan Perkotaan Manado-Bitung.

3. Pusat Kegiatan (PKW)

PKW ditetapkan dengan kriteria:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten

c. Kawasan perkotaan yang brfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. Simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, antara lain, meliputi pelabuhan regional, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier, sistem skala menengah, dan terminal tipe B.

(17)

75 Menurut Peraturan Pemerintah no 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Lampiran II, PKW yang berada di wilayah provinsi Sulawesi Utara meliputi: Tomohon, Tondano, dan Kotamobagu.

Selain yang telah termuat dalam PP no 26 tahun 2008 di atas. PKW yang berada di wilayah provinsi meliputi: Boroko, Molibagu, Tutuyan, Amurang, Ratahan, Airmadidi, Ulu-Ondong dan Lolak yang merupakan ibukota-ibukota kabupaten hasil pemekaran.

4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) PKL ditetapkan dengan kriteria:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan, antara lain meliputi: pelabuhan lokal, bandara udara, bandara udara bukan pesawat penyebaran, stasiun skala kecil, dan terminal tipe C.

PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi Sulawesi Utara meliputi: Dumoga, Poigar, Inobonto (Bolaang Mongondow); Pinolosian, Mamalia (Bolaang Mongondow Selatan); Kotabunan (Bolaang Mongondow Timur); Bolang Itang, Pimpi (Bolaang Mongondow Utara); Pineleng, Kombi, Remboken, Eris, Kakas, Tanawangko, Kawangkoan, Sonder, Langowan, Tompaso (Minahasa); Tumpaan, Motoling, Tenga, Tompaso Baru (Minahasa Selatan); Belang, Tombatu, (Minahasa Tenggara); Tatelu, Likupang, Wori, Talawaan (Minahasa Utara); Enemawira, Manganitu, Manalu (Kepulauan Sangihe); Buhias (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro); dan Lirung, Esang, Beo, Rainis (Kepulauan Talaud).

E. Arahan RTRW Kawasan Strategis Nasional

RTRKSN merupakan penjabaran RTRWN yang disusun sesuai dengan tujuan penetapan masing-masing KSN. Muatan RTRKSN ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan nasional dan berisi aturan terkait dengan hal-hal spesifik di luar kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Kepentingan nasional pada KSN merupakan dasar pertimbangan utama dalam penyusunan dan penetapan RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota. RTRKSN juga menjadi acuan teknis bagi instansi sektoral dalam penyelenggaraan penataan ruang.

1. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN

Delineasi Kawasan Strategis Nasional yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara, terdiri atas: a. Kawasan Perbatasan Nasional RI; Kawasan Pulau Mantehage sebagai salah satu dari delapan belas pulau kecil terluar kawasan perbatasan yang bebatasan dengan Malaysia dan Filipina merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan keamanan

b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET); Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET Manado-Bitung) yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pengembangan ekonomi

(18)

76 c. Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai (DAS); Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan Lingkungan Hidup.

2. Arahan kepentingan penetapan KSN - Ekonomi

a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh

b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional c. memiliki potensi ekspor

d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi f. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi

g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

h. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energy nasional

i. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal

j. memiliki intensitas keterkaitan kegiatan ekonomi yang makin tinggi dengan daerah di sekitarnya

- Lingkungan Hidup

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hamir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi atau dilestarikan

c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara

d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup. f. rawan bencana alam nasional

g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan

- Sosial Budaya

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

d. melestarikan situs warisan budaya dan menjaga keasliannya untuk generasi yang akan datang.

- Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi SDA strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir.

(19)

77 b. memiliki SDA strategis nasional

c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis

g. melindungi kegiatan utama, kegiatan penunjang, dan kegiatan turunan dalam pendayagunaan teknologi tinggi.

-Pertahanan dan Keamanan

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional

b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan kawasan industri sistem pertahanan

c. merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga dan laut lepas.

F. Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Sangihe adalah sebagai berikut :

Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai simpul utama kawasan Nusa Utara selaku pintu gerbang perbatasan Indonesia dari aspek pertahanan keamanan serta mengembangkan potensi kelautan sebagai sektor unggulan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten berfungsi sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten dan sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran lebih rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

Pusat Layanan Kabupaten Kepulauan Sangihe

Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri atas : a. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN);

b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp); d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

(20)

78 e. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

G. RENCANA STRUKTUR RUANG

Rencana Sistem Perkotaan

Rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Sangihe adalah sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Sangihe

No. Klaster SPK Pusat kegiatan Lingkup wilayah Fungsi SPK

1. Pulau-pulau perbatasan, Pusat kegiatan Marore

Marore Marore Pulau : Marore,

Kawaluso, Kawio, Ehise, Memanuk, Matutuang dan Lipang.

 Lintas perbatasan negara  Pertahanan dan Keamanan Negara  Sumber daya Kelautan : perikanan

laut dan hasil laut lainnya.  Permukiman

2. Sangihe, Pusat kegiatan Tahuna

Sangihe

Barat Tahuna Kecamatan : Kendahe, Tahuna Barat, Tahuna

dan Tahuna Timur

 Permukiman  Pusat Pemerintahan  Jasa dan perdagangan  Transportasi Laut dan Darat  Kesehatan

 Pendidikan  Pertanian  Perikanan

Sangihe

Utara Petta Kecamatan : Tabukan Utara, Nusa Tabukan

dan Tabukan Tengah.

 Permukiman  Perdagangan  Transpotrasi Udara  Pertanian  Perikanan  Pariwisata Sangihe

Timur Manalu Kecamatan : Tabukan Selatan, Tabukan

Selatan Tengah dan Tabukan Selatan Tenggara  Permukiman  Pertanian  Perkebunan  Perikanan Sangihe

Selatan Tamako Kecamatan : Manganitu, Manganitu Selatan dan Tamako  Permukiman  Perdagangan  Pertanian  Perkebunan  Transportasi Laut 3. Tatoareng, Pusat

kegiatan Kahikitang Tatoareng Kahikitang Kecamatan Tatoareng Permukiman Perikanan Pariwisata 4. Siau,

Pusat kegiatan Ulu

Siau Timur Ulu Kecamatan : Siau Timur

dan Siau Timur Selatan

 Permukiman  Transporasi Laut  Jasa dan Perdagangan  Pertanian

 Perkebunan  Pariwisata

Siau Barat Ondong Kecamatan : Siau Barat,

Siau Tengah, Siau Barat Utara dan Siau Barat Selatan  Permukiman  Perikanan  Pertanian  Perkebunan  Pariwisata 5. Tagulandang, Pusat kegiatan Buhias

Tagulandang Buhias Kecamatan :

Tagulandang, Tagulandang Utara, Tagulandang Selatan

Permukiman Transportasi Laut Pertanian dan perkebunan Perikanan

Pariwisata  Pendidikan 6. Biaro,

Pusat kegiatan

Lamango Biaro Lamango Kecamatan Biaro

 Permukiman  Pariwisata  Perikanan Sumber: RTRW

(21)

79 Gambar 3. 1 Peta Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Sangihe

(22)

80 H. Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Keppres No. 32 thn 1990, tentang pengelolaan kawasan lindung, mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya pemantapan kawasan lindung tersebut disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing. Mengacu pada Keppres tersebut maka pemantapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah pada kawasan yang memiliki fungsi lindung sebagai berikut :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya, terdiri dari :

- Kawasan hutan lindung.

Kawasan yang termasuk dilindungi tersebar di Kepulauan Sangihe terutama daerah pegunungan seperti G. Awu, Sahendaruman I dan II, Gunung Tamata, dan sebagian kecil lagi di P. Tagulandang dan P. Ruang.

- Kawasan resapan air.

Kawasan yang dilindungi adalah meliputi daerah-daerah bagian atas perbukitan dan pegunungan seperti Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara.

b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari :

- Sempadan pantai.

Kawasan yang dilindungi adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe terutama yang berpotensi abrasi seperti di Kecamatan Tabukan Utara, Tabukan Tengah, Tahuna Barat serta tempat-tempat lainnya.

(23)

81

- Sempadan sungai.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai ditetapkan pada kawasan yang sekurang-kurangnya berada pada 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman dan sekitar 10-15 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di kawasan permukiman. Selanjutnya dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan, sempadan sungai dapat ditetapkan dengan mengacu pada Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai :

Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, yang menjadi kawasan perlindungan setempat adalah sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yang menjadi kawasan perlindungan

setempat adalah sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter.

Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan :

Sungai kecil, yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km2, yang menjadi kawasan perlindungan setempat adalah 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan :

Gambar 3. 2 Bangunan pengaman pantai yang berfungsi sebagai pencegah abrasi pantai di Kecamatan Tabukan Utara dan Tahuna Barat

(24)

82 Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan :

Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau.

Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan :

Adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

- Kawasan sekitar mata air.

adalah kawasan yang harus dilidungi minimal dengan radius 200 m di sekitar mata air, perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Di pulau Sangihe Besar beberapa mata air terletak pada kawasan lindung rawan bencana gunung berapi dan hutan lindung. Di samping itu terdapat mata air sumber air bersih, yaitu mata air Beha, Tabadi, Sawang, Eneratu, dan Kaluhagi. Di pulau Siau terdapat dua mata air, yaitu Akelabo dan Kalarung sedangkan di pulau Tagulandang terdapat beberapa mata air yang alirannya membentuk sungai Minanga.

c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri dari :

- Kawasan suaka alam laut

Perlindungan terhadap alam laut di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah perlindungan terhadap komunitas terumbu karang yang berada di sekitar pulau Mahangetang (klaster Tatoareng), pulau Ruang (klaster Tagulandang)

dan pulau Bukide (klaster Sangihe). Perlindungan ini perlu menjadi suatu komitmen Ekologis yang harus dilakukan sebagai upaya untuk

(25)

83 memelihara, melindungi dan

melestarikan ekosistim wilayah pesisir dan laut sehingga dapat terus lestari.

Kawasan suaka alam laut di wilayah Kepulauan Sangihe ini juga turut mendukung upaya perlindungan di kawasan Laut Ekoregion Sulu (Sulu Ecoregion Seas). Ekoregion merupakan suatu kesatuan besar dari daratan dan lautan dan kehidupan dari beragam karakteristik spesies, komunitas, dinamika dan kondisi lingkungan. Satu kawasan ecoregion memiliki karakteristik atau ciri-ciri berupa ketergantungan dan keterkaitan yang kuat antar sumber daya hayati dan ekosistem pada skala region. Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan beriklim tropis yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati kelautan sangat tinggi. Berdasarkan karakteristik sumber daya hayati kelautan yang ada, wilayah perairan laut Indonesia dapat dikelompokan menjadi 4 ekoregion, yaitu : Sulu Sulawesi Seas, Flores Banda Seas, Solomon Bismark Seas dan Andaman Seas. Gambar berikut memperlihatkan kawasan ekoregion di perairan laut kepulauan Indonesia.

Seperti diketahui bahwa kawasan Laut Ekoregion Sulu Sulawesi dan Flores - Banda termasuk dalam segitiga terumbu karang, merupakan pusat dari keaneka-ragaman hayati dunia. Pada kawasan laut Sulu - Sulawesi terdapat lebih dari 450 species terumbu karang, 16 species padang lamun (yang diketahui), 400 species alga laut, enam dari tujuh spesies penyu di dunia, dan sedikitnya 22 spesies mamalia laut yang hampir punah. Wilayah ini juga merupakan tempat pemijahan bagi perikanan, jalur migrasi ikan tuna jenis yellow fin, skip jack, big eye tuna, udang, dan spesies local lainnya. Banyak terumbu karang di kawasan ini berada dalam tekanan yang cukup serius (kerusakan) akibat kondisi sosial masyarakat dan pengaruh lingkungan alam.

Kawasan ini memiliki kepadatan populasi manusia yang cukup tinggi di dunia, yang secara nyata mempengaruhi / berdampak kepada over-eksploitasi ekosistem laut, polusi, dan pembangunan wilayah pesisir.

Untuk itu diperlukan penanganan konservasi. Penanganan konservasi yang dimaksud lebih dititikberatkan pada pendekatan wilayah ekologi dari pada wilayah politik maupun administrasi pemerintahan. Dengan ciri ketergantungan regional sumber daya hayati dan keterkaitan ekosistem maka kawasan Laut Ekoregion Sulu Sulawesi menuntut suatu penanganan konservasi yang koordinatif antar wilayah.

(26)

84

- Kawasan pantai berhutan bakau (mangrove) Untuk perlindungan pantai berhutan bakau di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdapat di klaster Biaro, klaster Tagulandang di pulau Pasige, klaster Sangihe berada di Kecamatan Tabukan Selatan, Tabukan Selatan Tengah dan Manganitu Selatan. Sebagai usaha perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut maka perlu dilakukan

sebuah penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPPL) yang mencakup perlindungan dan pengawasan hutan bakau serta perlindungan terhadap komunitas terumbu karang.

- Kawasan Cagar Budaya, mencakup beberapa situs peninggalan sejarah dan budaya seperti yang terdapat di klaster Sangihe seperti : makam Pahlawan Bantaha Santiago di Barangkaa, Istana dan makam keluarga Raja M. Mocodompis di Manganitu, Rumah peninggalan misionaris Belanda di Manganitu, makam raja Tatehe di Kecamatan Tahuna, makam raja Sangihe Jogugu Taidi di Kecamatan Tahuna, Rumah Komite Belanda di Kecamatan Tamako. Di klaster Siau terdapat makam Raja Lokombanua di Kecamatan Siau Barat, makam Pahlawan Hengkenggunaung di Kecamatan Siau Barat, makam Pendeta Paul Kelling di Kecamatan Siau Timur.

Sedangkan di klaster Tagulandang terdapat makam Pendeta F. Kelling di Kecamatan Tagulandang, Makam Raja H.P.H Jacobs di Kecamatan Tagulandang, Makam Panglima Walandungo di Kecamatan Tagulandang Utara.

(27)

85 Gambar 3. 3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Sangihe

(28)

86 I. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota

Kawasan strategis kota merupakan bagian wilayah kota yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

Kawasan strategis kota berfungsi:

 Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;

 Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan;

 Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota;  Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.

Kawasan strategis kota ditetapkan berdasarkan:

 Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;

 Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan;

 Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

 Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan  Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kawasan strategis kota ditetapkan dengan kriteria:

 Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah kota;

 Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan yang jelas.

 Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:

 potensi ekonomi cepat tumbuh;

 sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;  potensi ekspor;

 dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;  kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

(29)

87  fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi;

 Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya seperti:

 tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;  prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

 aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;  tempat perlindungan peninggalan budaya;

 tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;  tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;

 hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jatidiri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;

 kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota.  Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam

dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain:

 kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

 memiliki sumber daya alam strategis;

 memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;  memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;  memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

 Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:

 tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

 kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

 kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

 kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;  kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan

hidup;

 kawasan rawan bencana alam;

 kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

 Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kota.

(30)

88 3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

A. Visi Dan Misi Pembangunan

Visi pembangunan Kabupaten Sangihe. berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) adalah:

“Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Sangihe Sebagai Beranda Depan NKRI Yang Sejahtera”

Sedangkan Misi Pembangunan Kabupaten Sangihe berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, adalah:

1. Meminimais ketimpangan dan kesenjangan manajemen pembangunan guna terciptanya pemerataan(hasil-hasil pembangunan) secara Proposional di 6(enam) Klaster Kepulauan.

2. Menekan angka pengangguran, menciptakan lapangan kerja, mengurangi jumlah dan persebaran penduduk miskin.

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur dasar.

4. Memperkuat aksesibilitas masyarakat guna memperoleh pelayanan Kesehatan dan Pendidikan yang berkualitas dan dapat dijangkau.

5. Melakukan revitalisasi di bidang Pertanian, Perikanan, Kehutanan, Perdesaan, Pariwisata dan Budaya.

6. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa, melalui penegakan supremasi hukum, pemberantasan KKN serta meningkatkan kualitas pelayanan birokrasi.

7. Meningkatkan keamanan dan ketertiban, mengembangkan nasionalisme dan patriotisme demi keutuhan kedaulatan NKRI.

8. Meningkatkan pembinaan kerukunan dan mutu kehidupan beragama. 9. Meningkatkan upaya Mitigasi Bencana Alam.

10. Mengkaji dan mempertimbangkan tambahan penghasilan PNS yang bertugas di pulau-pulau kecil terisolir.

B. Arah Kebijakan Pembangunan

Untuk mencapai tingkat kemajuan dan kesejahteraan yang diinginkan, maka arah pembangunan jangka menengah Kabupaten Sangihe hingga 5 tahun mendatang adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Ekonomi Lokal adalah strategi yang didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal (SDM, SDA, Kelembagaan, Infrastruktur);

(31)

89 2. Pengembangan Sarana dan Prasarana, yang bertujuan meningkatkan akses masyarakat terhadap perumahan, mencegah dan mengurangi resiko akibat bencana serta berbagai infrastruktur dasar guna mendukung aksesibilitas wilayah perbatasan.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia, ditujukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui antara lain pemenuhan kebutuhan dasar seperti Pendidikan dan Kesehatan;

4. Pengembangan Kelembagaan pemerintah dan masyarakat ;

5. Peningkatan Mitigasi dan Rehabilitasi, yang diarahkan untuk mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh bencana dan berbagai aspek sebagai kawasan rawan bencana dan perbatasan;

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 ARAHAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN

INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)

Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergin dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a) sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada;

b) Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta Karya di daerah;

c) Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM;

d) Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan e) Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan

pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

1. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RPKPP merupakan rencana

(32)

90 aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga

2. INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA DAN SEKTOR STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Berdasarkan dokumen rencana yang ada di Kabupaten maka dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala Kabupaten yang meliputi:

a) RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial;

b) RPJMD Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan pembangunan; c) KSPD sebagai acuan arahan pembangunan multi-sektor; d) SPPIP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman; e) RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum; dan f) SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi.

3.2.2 ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

3.2.2.1 RENCANA SISTEM PELAYANAN

A. Perkotaan

Dalam memenuhi kebutuhan akan air minum untuk kawasan perkotaan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, pihak kabupaten melalui PDAM saat ini baru dapat melayani kebutuhan pada 2 (dua) tempat yaitu Kota Tahuna (klaster Sangihe) dan Ulu (klaster Siau). Rencana pengembangan air minum pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat baik untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hasil proyeksi kebutuhan air minum penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan (2010) pada kedua kawasan perkotaan ini masih mencukupi bahkan lebih.

B. Perdesaan

Penyediaan air minum di perdesan pada umumnya diusahakan sendiri masyarakat, yaitu dengan mengandalkan sumber air yang berasal dari sumur gali atau sumber air yang berada dekat permukiman bahkan yang jauh sekalipun. Pada beberapa tempat tertentu seperti di pulau-pulau kecil penyediaan air yang diusahakan oleh masyarakat adalah berupa Penampungan Air Hujan (PAH), hal ini menandakan kondisi yang sangat kritis dalam

Gambar

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019  Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100
Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Sangihe
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum PAUD berbasis Al- Qur’an di PAUD TPQ Al - Furqan Kangkung Mranggen Demak adalah

Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada materi indahnya asmaul husna di RA

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Seperti yang telah disebutkan bahwasanaya prinsip-prinsip pemberdayaan ekonomi Islam adalah pencapaian pendapatan dan pembangunan ekonomi dengan adanya peran dari

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) karena data yang dianggap utama adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dilapangan,

Namun, sebagai tanda rahmad-Nya dan sebagai bukti kasih sayang-Nya, Dia telah menjelma kepada manusia para Matahari bimbingan-Nya, para lambang keesaan ilahiah-Nya, dan